Professional Documents
Culture Documents
EVALUASI PERENCANAAN JOB MIX Pada umumnya konstruksi perkerasan jalan raya
FORMULA (JMF) AC - WEARING COURSE terdiri dari lapis permukaan (surface course), lapisan
pondasi (base and subbase course) dan tanah/badan jalan
PROYEK PEMBANGUNAN JALAN AKSES
yang dibuat diatas tanah dasar yang dipadatkan sesuai
NON TOL KUALANAMU persyaratan atau diatas timbunan tanah (embankment).
TAHAP III (SEKSI 1) MYC Bahan bahan yang digunakan harus memenuhi criteria
( STUDI KASUS ) dan persyaratan tertentu sesuai dengan konstruksi jalan
raya yang akan dibuat. Faktor utama yang harus
Harry Pramana Putra1Ir. Jusran Madjid1 dipertimbangkan dalam perencanaan jalan raya adalah
Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknik Harapan jenis kendaraan dan jumlah lalu lintas yang akan melewati
Jl. HM. Joni No. 70 Medan, Indonesia dalam jangka waktu tertentu.
Harry_pramana@yahoo.com AC Wearing Course (AC WC) merupakan lapisan
pada konstruksi jalan raya yang banyak digunakan
sebagai lapis atas (aus) untuk melayani lalu lintas yang
Abstrak sedang sampai tinggi misalnya pada jalan jalan kota
besar.
Perkembangan arus lalu lintas yang semakin padat di Dalam pembuatan AC Wearing Course (AC WC)
Indonesia, menuntut tersedianya bahan jalan yang digunakan agregat bergradasi menerus yang terdiri dari
mudah didapatkan dan mempunyai kemampuan agregat kasar, agregat sedang, agregat halus, bahan
yang tinggi untuk mendukung beban lalu lintas yang pengisi (filler) ditambah dengan bitumen yang
dipanaskan, dicampur kemudian dipadatkan pada suhu
berat, untuk itu dibutuhkan jenis lapis perkerasan standard.
dengan kualitas yang baik. Asphat Concrete Agregat pada campuran AC Wearing Course (AC
Wearing Course (AC WC) merupakan lapisan WC) harus terdiri dari material yang bersih, kering,kuat,
awet dan bebas dari kotoran atau bahan yang tidak
pada konstruksi jalan raya yang banyak digunakan
dikehendaki. Material yang digunakan harus terdiri dari
sebagai lapis permukaan untuk melayani lalu lintas butiran butiran yang bersudut tajam dan mempunyai
yang menengah sampai yang tinggi. Adapun maksud permukaan kasar.
dari penelitian ini adalah untuk Mengevaluasi
1.1 Latar Belakang
Perencanaan Job Mix Formula AC Wearing
Perkembangan dan kemajuan suatu daerah di
Course (AC WC) pada Proyek Pembangunan Jalan tentukan dengan sarana dan prasarana pelayan public,
Akses Non Tol Kuala Namu Tahap III (Seksi 1) termasuk juga sarana trasportasi yang tersedia baik
MYC dengan metode Gradasi Cold Bin dan Hot Bin transportasi darat, laut maupun udara. jalan raya atau
kostruksi perkerasan jalan adalah sarana transportasi yang
serta metode Marshall Properties.
paling banyak di gunakan di bandingkan dengan sarana
transportasi lainnya. Dikarenakan pembangunan
Kata kunci : Asphat Concrete Wearing Course (AC perkerasan jalan dapat mengikuti keadaan alam dan
WC), Marshall Properties. bentuk tanah,sehingga jalan raya menjadi alternatif
terbaik untuk menghubungkan satu daerah dengan daerah
Abstract lainnya.
Lapis aspal beton (Laston) adalah beton aspal yang
The development of traffic flow is more dense in bergradasi menerus yang umum digunakan pada jalan
Indonesia, requires the availability of material that is jalan dengan lalu lintas berat. Lapis aspal beton (Laston)
dikenal juga dengan nama AC (Asphalt Concrete).
readily available and has a high ability to support Karakteristik lapis aspal beton (Laston) yang terpenting
heavy traffic loads, it is necessary for the type of adalah stablitas dan flow.
pavement layers with good quality. Asphat Concrete Dalam perencanaan Job Mix Formula AC-WC (Lapis
Wearing Course (AC - WC) is lining the highway Aus) di gunakan agregat bergradasi menerus yang terdiri
dari agregat kasar, agregat sedang, agregat halus, bahan
construction is widely used as a surface layer traffic pengisi filler, aspal yang dipanaskan pada suhu 160
to serve medium to high. The purpose of this study kemudian di padatkan. Agregat yang di gunakan pada
was to evaluate the AC Planning Job Mix Formula - campuran lapis aspal beton (Laston) AC-WC harus terdiri
Wearing Course (AC - WC) on Access Road dari material yang bersih, kering, kuat, dengan bentuk
butiran kubus/bersudut,mempunyai permukaan kasar dan
Construction Project Non Kuala Namu toll Phase III bebas dari kotoran seperti lumpur.
(Section 1) MYC with Gradient method Cold and Berdasarkan dengan yang sudah direncanakan pada
Hot Bin Bin and methods of Marshall Properties. pekerjaan Pembangunan Jalan Akses Non Tol Kuala
Namu Tahap III (Seksi 1) MYC, Lapis Aspal Beton
Keyword : Asphat Concrete Wearing Course (AC (Laston) AC - WC yang sering disebut (Lapis Aus) di
rencanakan setebal 4 cm, namun lapis antara (pondasi) di
WC), Marshall Properties. bawah nya yaitu AC BC yg direncanakan setebal 6 cm.
Berdasarkan kegunaanya jalan akses non tol kuala namu Sifat dari Campuran AC WC adalah :
adalah sebagai jalan arteri masuk bandara Kuala Namu. 1. Ketahanan (Stabilitas)
Dalam hal ini perencanannya harus dengan ketelitian dan 2. Kelenturan (Fleksibilitas)
secara laboratoris agar mendapatkan hasil yang maksimal 3. Ketahanan kelelahan (Fatique Resistance)
dalam proses pencampuran pada AMP (Asphalt Mixing 4. Keawetan (Durabilitas)
Plant).
2.3 Komponen AC Wearing Course
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian Bahan yang digunakan untuk AC WC terdiri dari
Maksud pada evaluasi perencaanaan Job Mix agregat bergradasi menerus, filler, addictive dan aspal
Formula ini adalah untuk mengetahui apakah campuran pen. 60/70. Dalam campuran agregat yang digunakan
atau proporsi material masih sesuai dengan Job Mix harus memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan oleh
Formula yang telah di lakukan di Asphalt Mixing Plant Bina Marga, yang lolos #19, 10 mm tertahan #0,59 mm
(AMP) sehingga apabila terdapat perubahan proporsi terdiri dari batu pecah yang bersih, kering, kuat dan awet
(sesuai dengan spesifikasi Bina Marga) maka akan di yang bila diperiksa dengan mesin Los Angeles
lakukan perubahan komposisi di Asphalt Mixing Plant mempunyai keausan maksimum 40% dan kelakatan
(AMP). Dalam hal ini harus ada pengembangan pada terhadap aspal minimal 90%.
perencanaan ini, sebelum melakukannya kita harus Agregat halus (menurut spesifikasi BS-594 1973)
mengetahui apakah dalam percobaan pencampuran yang adalah agregat yang lolos saringan #2,38 mm dan tertahan
telah didesign akan sama atau minimal mendekati dengan no. 200 (0,074 mm). Agregat halus ini dapat berupa pasir
yang akan di laksanakan. dan batu pecah. Agregat halus yang berasal dari batu
pecah mempunyai bentuk yang bersudut dan tekstur
1.3 Permasalahan permukaannya kasar, bersih, kuat dan bebas dari material
Pada evaluasi perencanaan Job Mix Formula yang yang tidak diinginkan. Bahan harus bersih dari kotoran
menjadi tolak ukur untuk pengujiannya adalah diawali dan mempunyai nilai sand ekivalen minimal 50%. Bentuk
dengan gradasi tiap tiap fraksi yakni batu pecah , dan tekstur ini meningkatkan sifat gesekan dari partikel
medium, abu batu, pasir (Material Cold Bin) dan Hot Bin dalam campuran.
serta dalam pembuatan marshall test, kerena dalam setiap Bahan pengisi filler (semen) yang digunakan dalam
pembutan briket marshall harus dengan ketelitian yang campuran merupakan butir yang mempunyai ukuran lolos
sangat baik. Dan dalam hal ini percobaan tidak hanya di saringan no.200 (0,074 mm). Sebagai bahan pengisi dapat
lakukan pada Job Mix Design saja tetapi harus dengan digunakan semen portland, abu kapur, abu batu dan abu
Job mix Formula dan Trial Mix Asphalt Mixing Plant terbang (fly ash). Bahan pengisi yang ditambahkan harus
(AMP). kering dan bebas dari gumpalan gumpalan, mempunyai
sifat non plastis, dan bila diuji dengan pengayakan sesuai
1. METODE PENELITIAN SNI 03-6723-2002 harus mengandung bahan yang lolos
2.1 Karakteristik Umum AC Wearing Course ayakan No.200 (0,074 mm) tidak kurang dari 75%
Lapis AC Wearing Course (AC WC) adalah suatu terhadap beratnya, dan tidak boleh menggumpal.
lapis atas (aus) pada konstruksi jalan raya, yang terdiri Addictive ditambahkan ke campuran aspla sebanyak
dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi 0,2 % dari berat aspal. Addictive yang dimaksud adalah
menerus, dicampur , dihampar dan dipadatkan dalam wetfix.
keadaan panas pada suhu tertentu (sesuai spesifikasi). Aspal yang digunakan umumnya mempunyai nilai
penetrasi 60/70 dan viskositas yang tinggi, yang
2.2 Sifat dan Fungsi AC Wearing Course (AC -WC) memenuhi persyaratan yang ditetapkan Bina Marga.
AC Wearing Course (AC WC) Merupakan
lapisan paling atas (aus) setebal 4 cm dimana lapis antara 2.4 Karakteristik Campuran
yaitu AC Binder Coarse terletak di bawah AC Karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh
Wearing Course setebal 6 cm. Penting diketahui bahwa lapis tipis aspal beton yaitu :
setiap penyimpangan dari setiap spesifikasi akan 1. Ketahanan (Stabilitas)
menurunkan mutu campuran tersebut. 2. Keaweatan (Durabilitas)
a. Keawetan 3. Kelenturan (Fleksibilitas)
b. Fleksibilitas 4. Tahanan Geser (Skid Resistance)
c. Ketahanan kelelehan yang tinggi 5. Kedap Air
Sebagai lapis atas (aus) yang bersifat struktural 6. Ketahanan Kelelahan (Fatique
sebagai : Resistance)
1. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari
beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan 2.5 Metode Pengujian Rencana Campuran
dibawahnya. Pengujian campuran tidak hanya dilakukan pada
2. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah. aspal atau agregatnya saja tetapi juga harus dilakukan
3. Lapisan paling atas untuk menopang lapisan terhadap campuran aspal dan agregat untuk memperoleh
dibawahnya. perbandingan dan karakteristik yang dikehendaki bagi
Dengan adanya ke-3 fungsi tersebut maka suatu campuran tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan untuk
konstruksi jalan raya akan dapat memberikan suatu lalu campuran perkerasan adalah dengan cara dibawah ini,
lintas yang aman dan nyaman serta kekuatan dari yaitu :
konstruksi dapat dipertahankan. 1. Metode Marshall
2. Metode Hveem
3. Metode Hubbard Field
4. Metode Triaxial Dimana :
Vb = volume aspal (cm)
2.6 Parameter Pengujian Va = volume agregat (cm)
Pengujian juga harus dilakukan terhadap campuran Wb = berat aspal (gr)
untuk memperoleh perbandingan dan karekteristik yang Wa = berat agregat (gr)
dikehendaki. Dalam penelitian ini digunakan metode Gb = berat jenis aspal (gr/cm)
marshall. Pemeriksaan ini pertama kali diperkenalkan Gsb = berat jenis agregat (gr/cm)
oleh Bruce Marshall, selanjutnya dikembangkan oleh US. Sumber : Silvia Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan
Corps of Engineer. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk Raya Penerbit Nova, Bandung.
menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan
plastis (flow) dari campuran aspal dan agregat. Alat Dari gambar di atas, diperoleh persamaan untuk
marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan mendapatkan berat jenis meksimum teoritis :
cincin penguji yang berkapasitas 2500 kg atau 5000 pon.
W
Cincin penguji dilengkapi dengan arloji pengukur yang
berguna untuk mengukur stabilitas campuran. Disamping Gmm =
itu terdapat juga arloji kelelehan (flow meter) untuk
mengukur kelelehan plastis (flow) Vb + Va
Benda uji berbentuk selinder dengan diameter 10 cm
Dimana : Gmm = berat jenis maksimum dari campuran
dan tinggi 7,5 cm dipersiapkan dilaboratorium dalam
(gr/cm)
cetakan benda uji dengan mempergunakan penumbuk
W = berat campuran (gr)
(hammer) dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh 45,7 cm
Vb = volume aspal (cm)
dibebani dengan kecepatan tetap 50 mm/menit.
Va = volume agregat (cm)
Parameter- parameter Marshall yang dipakai untuk
Sumber : Silvia Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan
menganalisa sifat campuran aspal adalah :
Raya Penerbit Nova, Bandung.
1. Marshall density (Kepadatan Marshall)
Jika Wb dan Wa dinyatakan dalam persen (%) maka W =
2. Rongga udara dalam campuran (Void in Mix/VIM)
Wb + Wa = 100 %. Sehingga diperoleh :
3. Rongga udara dalam agregat padat (Void in Mineral
Aggregate/VMA) 100 %
4. Rongga udara yang terisi aspal (Void Filled with
Bitument/VFB) Gmm =
5. Marshall stability (Stabilitas Marshall) Pb Ps
6. Marshall flow (Kelelehan Marshall)
+
Gb Gsb
7. Marshall quotient (Hasil bagi Marshall)
Dimana :
2.7 Berat Jenis Maksimum Teoritis (GMM) Pb = % aspal
Hal ini merupakan kerapatan maksimum (tanpa pori) Ps = % agregat
campuran yang belum dipadatkan. Gb = berat jenis aspal (gr/cm)
Gsb = berat jenis agregat (gr/cm)
Sumber : Silvia Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan
Berat jenis aspal (Gb) Raya Penerbit Nova, Bandung.
W Vb
b 2.8 Kadar Aspal Campuran
W Kadar aspal campuran merupakan kadar aspal
W Va efektif (b) ditambah dengan kehilangan aspal akibat
Berat jenis kering
a penyerapan ( b).
untuk total agregat Rumus : b = b + b
(Gsb)
Dimana :
Gambar 2.3. Berat Jenis Maksimum Teoritis b = total kadar aspal campuran
b = kadar aspal efektif
Sumber : Silvia Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan b = aspal yang teresap oleh agregat
Raya Penerbit Nova, Bandung. Sumber : Silvia Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan
Raya Penerbit Nova, Bandung.
Wb
Vb = Kadar aspal efektif merupakan kadar aspal
Dimana : campuran yang menyelimuti dan mengisi ruang antar
Gb agregat. Sehingga untuk mendapatkan campuran agar
tidak terjadi bleeding diusahakan untuk menentukan nilai
Wa kadar aspal efektif dalam batas tertentu. Batas kadar aspal
efektif campuran diambil 4,7 6,0 %. Harga penyerapan
Va = aspal diambil sebesar 40 % dari absorbsi air oleh agregat.
Gsb
2.9 Metode Penelitian
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah
metode eksperimen, dengan melakukan percobaan
(penelitian) di Laboratorium Jalan Raya PT. Bangun Cipta Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian
Kontraktor.
Data yang diperoleh dicatat dari hasil pengujian dan
pemeriksaan terhadap bahan penyusun AC Wearing
Course (AC WC) yang dilakukan di Laboratorium Jalan
Raya PT. Bangun Cipta Kontraktor.