You are on page 1of 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kelapa sawit sangat penting artinya bagi Indonesia dalam kurun waktu 35
tahun terakhir ini sebagai komoditi andalan untuk ekspor maupun komoditi yang
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat petani perkebunan serta
transmigran Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sejak tahun 1986
Pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit harus
dikaitkan dengan program dibidang transmigrasi dan koperasi. Komoditi ini bukan
lagi monopoli Perkebunan Besar Negara atau Perkebunan Besar Swasta. Jika dilihat
dari sumbangan devisa yang dihasilkan terhadap devisa non migas, memang masih
kecil, misalnya pada tahun 1988 hanya 1,99% saja dari nilai ekspor non migas.
Komoditi ini telah berhasil mengatasi kekurangan minyak goreng yang berasal dari
minyak kelapa yang terjadi sejak tahun 1972. Jika semula bagian terbesar dari
produksi dipakai untuk ekspor maka sejak tahun 1972 keperluan dam negeri menjadi
berbanding sama atau kadang-kadang lebih tinggi. Komoditi ini ternyata berhasil
menembus daerah yang selama ini belum memiliki seperti Kalimantan, Sulawesi, Irian
Jaya dan propinsi lainnya di luar Aceh, Sumut dan Lampung. Komoditi ini ternyata
cocok dikembangkan baik berbentuk pola usaha Perkebunan Besar maupun skala kecil
untuk petani pekebun. Pertumbuhannya kelihatan cukup bersahabat ketimbang
tanaman lain dan lebih ampuh menghadapi berbagai kendala dan masalah. Menurut
Adlin (2008).
Menurut Mustafa Hadi (2004), Dengan semakin pentingnya peranan kelapa
sawit dalam peningkatan perekonomian rakyat, penerapan tenaga kerja, dan sumber
devisa Negara, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan
pengusahaan perkebunan kelapa sawit. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain
adalah pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) sejak tahun 1978, pola kemitraan,
pemberian kredit investasi oleh Bank Indonesia, dan pembatasan ekspor melalui
penerapan pajak ekspor CPO untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng di dalam
negeri.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Muklis (2007), Tanah merupakan campuran yang kompleks dari udara,
air, padatan anorganik dan padatan organik. Pengkajian tanah secara ilmiah dikenal
dua konsep dasar yang umumnya diterima. Pertama berkaitan dengan tanah sebagai
habitat alam untuk tanaman. Konsep ini dikenal sebagai edapologi yang memfokuskan
produksi pertanian. Analisis tanah untuk tujuan ini dikenal sebagai uji tanah dan
termasuk juga analisis tanaman. Konsep ilmu tanah lainnya adalah tanah dikaji
sebagai hancuran iklim (weathering) biokimia dan sintesa produk dalam alam.
Pendekatan ini dikenal sebagai pedologi. Pedologi meliputi kajian genesis, morfologi
dan klasifikasi tanah. Kimia tanah menghubungkan antara apologi dan pedolog.
Kedua konsep ini sama-sama mengkaji proses-proses reaksi kimia yang terjadi dalam
tanah.
Menurut Notohadiprawiro (1999), Tanah dapat dimanfaatkan untuk keperluan
tertentu karena mempunyai sejarah pembentukan yang membangkitkan sifat dan
perilaku. Sejarah tanah bermula dari faktor-faktor pembentuk tanah, yaitu atmosfer,
hidrosfer, litosfer, biosfer, dan waktu. Faktor pembentuk tanah merupakan wujud
lingkungan tanah yang memiliki sejumlah pelaku sehingga dapat membangkitkan
proses dan reaksi biogeofisik dan biogeokimia yang melibatkan pertukaran, alihragam,
alihtempat, dan penggalihanihan ulang energi dan bahan.
Menurut Kuswandi (1993), Tanah mengandung bermacam-macam mikroba,
meliputi berbagai spesies bakteri, ganggang, cenmdawan dan lain-lain. Bakteri dan
cendawan sangat berperan dalam memecah bahan-bahan organik. Jumlah dan macam
mikroba yang terdapat tergantung pada jumlah dan susunan bahan yang dapat
dirombak, pH, kelembaban, aerasi dan lain-lain. Bahan-bahan yang dapat dirombak
seperti kotoran hewan, pupuk hijau, limbah pangan dan pupuk organik yang
ditambahkan dalam tanah dapat mengandung zat-zat yang terlarut dalam air. Banyak
komponen dari beberapa zat seperti N, P, S dan Mg terdapat dalam banyak senyawa
kompleks yang perlu dipecah oleh organisme tanah agar selanjutnya dapat
dimanfaatkan tanaman.
Pembenaman bahan organik segar ke dalam tanah menaikkan jumlah mikroba
karena ada bahan makanan dan mineral-mineral penting. Perombakannya
menghasilkan asam-asam organik, anorganik dan karbonat. Jika jumlah Ca dan lain-
lain unsur basa bebas dan tertukar tidak cukup menetralisasi asam-asam ini, tanah

Universitas Sumatera Utara


menjadi semakin asam dan dapat menghalangi pertumbuhan dan perbaikan mikroba ,
walaupun tidak semua bahan organik terurai sempurna.
Menurut Muklis (2007), Bahan organik tanah adalah semua bahan organk di
dalam tanah baik yang mati maupun yang hidup, walaupun organisme hidup
(biomassa tanah) hanya menyumbang kurang dari 5% dari total bahan organik.
Jumlah dan sifat bahan organik sangat menentukan sifat biokimia, fisika,
kesuburan tanah dan membantu menetapkan arah proses pembentukkan tanah. Bahan
organik menentukan komposisi dan mobilitas kation yang terjerap, warna tanah,
keseimbangan panas, konsistensi, partikel densiti, bulk density, sumber unsur hara,
pemantap agregat, karakteristik air, dan aktivitas organisme tanah.
Karbon merupakan unsur primer kehidupan organik yang terbentuk di bumi.
Penyerapan karbon pada tanah terjadi melalui produksi tanaman. Tanaman mengubah
karbon dioksida menjadi jaringan melalui fotosintesisa, setelah tanaman,
komponennya mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme, dan sebagian karbon
pada komponen tanaman akan dilepaskan melalui respirasi ke dalam atmosfer sebagai
karbon dioksida. (http://hafara.com/karbon.hatml)

1.2. Permasalahan
Berapakah kadar karbon organik yang terkandung di dalam tanah yang digunakan
sebagai lahan perkebunan kelapa sawit dan apakah kadar karbon organik tersebut
sudah memenuhi kriteria tanah yang telah ditentukan.

1.3. Tujuan
Untuk menganalisa kadar karbon organik yang terdapat di dalam tanah, yang nantinya
dapat digunakan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit.

1.4. Manfaat
- Mengetahui tingkat kesuburan tanah yang dapat dilihat dari kadar karbon organik
- Memberikan informasi tentang kadar unsur hara karbon organik di laboratorium
pelayananm Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, sehingga dapat
dihasilkan kelapa sawit yang memenuhi kualitas tinggi.

Universitas Sumatera Utara

You might also like