You are on page 1of 9

PORTOFOLIO

KEJANG DEMAM SEDERHANA

Disusun oleh :
dr. Hafidh Riza Perdana
Pendamping:
dr. Gunawan Santosa

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RSUD DR R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA
2017
Nama Peserta dan No.ID : dr Hafidh Riza Perdana
Nama Wahana : RSUD dr R. Goeteng Taroenadibrata
Topik : Kejang Demam Sederhana
Tanggal (kasus) : 7 Mei 2017
Nama Pasien : An. G / 9 bulan No. RM : 432838
Pendamping : dr. Gunawan Santosa
Obyektif Presentasi :
o Keilmuan o Ketrampilan o Penyegaran o TinjauanPustaka
o Diagnostik o Manajemen o Masalah o Istimewa
o Neonatus o Bayi Anak o Remaja o Dewasa o Lansia o Bumil
o Deskripsi :
Seorang anak usia 9 bulan, datang ke IGD dengan keluhan kejang
o Tujuan :
Menganalisis etiologi timbulnya manifestasi keluhan penderita.
Menentukan diagnosis yang tepat sehingga mendapatkan penanganan yang tepat pula.
Bahan
o Tinjauan Pustaka o Riset o Kasus o Audit
Bahasan:
Cara
o Diskusi o Presentasi Kasus o Email o Pos
Membahas:
Data Pasien: Nama : An.G
Nama Klinik: UGD
RSUD dr R. Goeteng
Taroenadibrata
Telepon :-

Data utama untuk bahan diskusi :


1. Diagnosis gambaran klinis :
- Anak usia 9 bulan, datang ke IGD dengan keluhan kejang 1x saat 30 menit SMRS, durasi
+ 4 menit, kejang kelojotan seluruh tubuh, mata melirik keatas. Saat kejang, pasien tidak
sadar, kemudian setelah kejang pasien langsung menangis. Kejang dikeluhkan oleh ibu
pasien kurang lebih 30 menit SMRS.
- Demam mendadak tinggi sejak 8 jam SMRS. Menggigil (-),
- Batuk (+), pilek (-), BAK (+) normal, BAB (+) normal, mimisan (-), gusi berdarah (-),
bintik-bintik merah (-), mual (-), muntah (-), keluar cairan telinga (-), nafsu makan
menurun (+)
2. Riwayat pengobatan :
Ibu pasien mengatakan belum memeriksakan keluhannya ke dokter. Ibu pasien hanya
memberikan obat penurun panas untuk pasien.
3. Riwayat kesehatan / penyakit :
Riwayat kejang demam sebelumnya disangkal (kejang demam baru pertama kali)
Riwayat kejang tanpa didahului demam (-) Riwayat gangguan perkembangan (-)
4. Riwayat keluarga
Riwayat kejang demam pada keluarga (-)
Riwayat epilepsi pada keluarga (-)
5. Riwayat pekerjaan:
Pasien belum bekerja.
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik :
Pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Ayah pasien bekerja sebagai karyawan
swasta dan ibu pasien sebagai ibu rumah tangga.
7. Riwayat imunisasi :
Riwayat imunisasi pasien lengkap sesuai usia.
8. Lain-Lain

Keadaan Umum : cukup


Kesadaran : Compos mentis
TD : tidak diperiksa
Nadi : 129 kali/menit
Temperatur : 39,0 C
RR : 36 kali/menit
BB : 10 kg
TB : 64 cm

STATUS GENERALIS
- Kepala : mesosefal
- Kulit : turgor kulit cukup
- Mata : Conjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik,
air mata (+), pupil isokor 3 mm/3 mm, reflek cahaya +/+ (normal)
- Telinga : tidak ada discharge
- Hidung : tidak ada discharge, tidak ada nafas cuping
- Mulut : tidak sianosis
- Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (+/+)
- Leher : simetris, tidak ada pembesaran limfe nodi, kaku kuduk (-)
- Dada : bentuk normal, retraksi (-)
- Pulmo
Inspeksi : simetris statis dinamis, tidak ada retraksi
Palpasi : fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru.
Auskultasi : suara dasar vesikuler
suara tambahan -/-
ronkhi basah halus -/-
wheezing -/-
- Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V, 2 cm medial linea
medioclavicularis sinistra, tidak kuat angkat, tidak melebar.
Perkusi :
Batas kiri : SIC IV 2 cm linea midclavicularis sinistra.
Batas atas : SIC II linea parasternalis dextra.
Batas kanan : SIC IV linea parasternalis dextra.
Auskultasi : Bunyi Jantung I - II normal, tidak ada bising, tidak ada gallop.
- Abdomen :
Inspeksi : datar, venektasi (-)
Auskultasi : bising usus normal.
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : timpani
- Ekstremitas :
superior inferior
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Edema -/- -/-
Capillary refill <2 <2
Reflek fisiologis +N/+N +N/+N
Reflek patologis -/ - -/-
Tonus N/N N/N
Klonus -/- -/-
Kekuatan 5-5-5/5-5-5 5-5-5/5-5-5
Tanda rangsang meningeal :

- Kaku kuduk (-)

- Brudzinsky I (-)

- Brudzinsky II (-)

- Kernique sign (-)

- Laseque sign (-)

Nn. Cranialis : dbn

Genital : laki-laki, kelainan kongenital (-), oue hiperemis (-).

PEMERIKSAAN LAB : (Tanggal 7 Mei 2017)

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Hematologi
Hemoglobin 10,6 12,00 16,00

Hematokrit 28,2 40-48 %

Eritrosit 4,03 4,50-5,50 juta/mm

Leukosit 12.600 4.000-10.000

Trombosit 193.000 150.000 400.000


Diffcount 45,6/42,8/11,6 Lym 15,0-5,0/gra 35,0-80,0/mid 2,0-15,0

DIAGNOSIS
Kejang Demam Sederhana
Faringitis Akut

PENATALAKSANAAN
- O2 nasal kanul 2 lpm
- IVFD KAEN 3A 44 tpm mikro
- Inj. Ceftriaxone 500 mg/24 jam dalam D5 100 cc
- Infus Paracetamol 100 mg IV (bila T >38,00 C)
- Inj. Diazepam 3 mg IV (bila kejang)
- PO Paracetamol syr 3x3/4 cth
- PO Lapifed syrup 3x1/2 cth

Edukasi
- Memberikan informasi terkait kejang demam pada orang tua
- Menganjurkan asupan cairan dan makanan yang cukup
DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjiadi, A.H, Hegar, B., Handryastuti, S., Idris, N.S., Gandaputra, E.P., Harmoniati, E.D.
2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
2. Dwi Wastoro, Heru M, Anindita. 2011. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Semarang :
Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
3. Scheffer, I.E and Berkovic, S.F. 1997. Generalized Epilepsy with Febrile Seizure Plus. A
Genetic Disorder with Heterogenous Clinical Phenotypes. Brain 120 : 479 490
4. Bahtera, Tjipta. Kejang demam edisi 9. Semarang : Badan penerbit Universitas Diponegoro
Semarang.2009.
5. Soetomenggolo TS et.al. Kejang Demam. Buku Ajar Neurologi Anak. Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
6. Haslan RHA. Kejang Demam. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Vol.3.Edisi 15.Jakarta
EGC.1996:2059-60
7. Pusponegoro, H.D, Widodo, D.P., Ismael S. 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang
Demam. Jakarta : Badan Penerbit IDAI

HASIL PEMBELAJARAN
1. Alasan diagnosis Kejang Demam Sederhana
2. Membedakan Kejang Demam Sederhana dan Kejang Demam Kompleks
3. Penatalaksanaan dan pencegahan
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN
1. Subyektif:
- Anak usia 9 bulan, kejang 1x saat 30 menit SMRS. Durasi + 4 menit, kejang kelojotan
seluruh tubuh, mata melirik keatas. Saat kejang tidak sadar. Setelah dan sebelum kejang
sadar penuh.
- Kejang disertai demam tinggi, yang muncul sejak 8 jam SMRS.
- Anak juga mengeluh batuk-batuk.
2. Obyektif:
- Suhu: 39,0 C
- Pada pemeriksaan fisik, ditemukan hiperemis pada faring sebagai bukti peradangan pada
faring. Sesuai dengan keluhan batuk.
- Tidak ditemukan kelainan dalam pemeriksaan neurologis,
- Leukositosis, sebagai pertanda terjadi proses infeksi.
- Maka dapat disimpulkan bahwa pada anak ini tidak didapatkan adanya tanda infeksi
sistem saraf pusat maupun gangguan metabolik yang dapat menyebabkan kejang.
Kemungkinan kejang pada pasien disebabkan murni karena demam yang diderita sebelum
masuk rumah sakit.
3. Assement:
Infeksi yang terjadi pada jaringan di luar kranial seperti ISPA, tonsilitis, otitis media
akut, atau bronkitis disebabkan bakteri yang bersifat toksik. Toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen.
Penyebaran toksin ke seluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan menaikkan
pengaturan suhu di hipotalamus sebagai alarm sign. Naiknya pengaturan suhu di
hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu di bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit
sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot.
Selain itu, naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit, dan jaringan tubuh yang lain akan
disertai pengeluaran mediator kimia sepeti epinefrin dan prostaglandin. Apabila terjadi
peningkatan reaksi kimia tubuh, dengan demikian reaksi-reaksi oksidasi terjadi lebih cepat
dan akibatnya oksigen akan lebih cepat habis sehingga terjadilah keadaan hipoksia sel.
Transport aktif yang memerlukan ATP terganggu, sehingga Na+ intrasel dan K+ ekstrasel
meningkat. Apabila neurotransmiter eksitator lebih dominan daripada inhibitor maka akan
terjadi depolarisasi post sinapsis dan apabila mencapai nilai ambang letup akan terjadi
potensial aksi pada neuron post sinapsis. Apabila potensial aksi meluas dan terjadi
sinkronisasi akan menimbulkan bangkitan kejang demam.
4. Plan:
- Diagnosis: Pemeriksaan GDS, Elektrolit, Urinalisis & Feses, ataupun cairan serebrospinal
dapat dipertimbangkan untuk mencari penyebab kejang, terutama pada kasus kejang
demam kompleks. Pemeriksaan radiologi (CT Scan) hanya dilakukan bila terdapat
indikasi kelainan struktur maupun penurunan kesadaran.
- Pengobatan:
1) Antipiretik: Paracetamol 10 mg/kgBB/kali dalam 3 dosis, untuk mengurangi demam
sebagai faktor pencetus kejang. Pemberian intravena dipertimbangkan bila suhu >38
C sebagai tatalaksana untuk menurunkan demam dengan cepat.
2) Antibiotik: Ceftriaxon 50 mg/kgBB/24 jam, untuk mengatasi keadaan infeksi bakteri,
yang dibuktikan dengan hasil leukositosis.
3) Anti konvulsan: Diazepam 0,3-0,5 mg/kgBB bila kejang
4) Lapifed syrup, terapi untuk batuk dan pilek, yang diperkirakan sebagai faktor
pencetus infeksi dan demam.
5) Oksigenasi untuk mencegah terjadinya hipoksia,
6) Pantau tanda vital dan awasi tanda kejang
- Pendidikan:
Edukasi kepada orang tua pasien terkait gejala dan tanda demam, serta pencegahan
kejang saat demam, melalui waspada kenaikan suhu tubuh dengan memiliki termometer
sendiri, pemberian obat penurun panas, serta pemberian kompres. Menyarankan orangtua
agar tetap tenang bila anak kejang, jaga patensi jalur napas dengan memiringkan posisi
anak, perhatikan kondisi kejang anak dan segera hubungi tenaga kesehatan terdekat.
- Konsultasi:
Memberikan penjelasan singkat dan merekomendasikan keluarga agar berkonsultasi
dengan spesialis anak terkait pengobatan jangka panjang. Umumnya, kejang demam
sederhana dapat pulih tanpa kecacatan.

Peserta Pendamping

dr.Hafidh Riza Perdana dr. Gunawan Santosa

You might also like