Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
17
18
b. Nyeri
c. Sulit digerakkan
d. Deformitas
e. Bengkak
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang penunjang yang digunakan pada pasien ini meliputi
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan foto rontgen.
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat riwayat penyakit yang pernah
diderita pasien sebagai salah satu tahap perencanaan sebelum dilakukannya
operasi. Pemeriksaan darah lengkap yang dilakukan hanya beberapa
pemeriksaan yang berkaitan dengan kondisi pasien saat dilakukan operasi.
19
a. Recognize/Mengenali
Pengenalan adanya fraktur didasarkan pada rangkaian penegakan diagnosis
seperti yang telah dijabarkan di atas. Pada anamnesa pasien ini didapatkan riwayat
trauma mekanik berat, sehingga tidak digolongkan pada fraktur patologis. Namun,
pada rekam medis tidak didapatkan data adanya anamnesa mengenai arah dan
posisi penderita ketika trauma terjadi atau yang biasa disebut Mechanism of Injury
(MOI).
Selain anamnesa, pemeriksaan umum untuk melihat adanya komplikasi juga
diperlukan. Pada pasien ini, tidak ditemukan adanya komplikasi seperti adanya
syok dan sepsis. Namun, adanya leukositosis dapat dimungkinkan adanya infeksi
yang cukup berat. Setelah pemeriksaan umum, pemeriksaan status lokalis
merupakan komponen penting untuk mengenali adanya fraktur dan penentuan
penatalaksanaan.
21
Apabila dari pengenalan dengan beberapa cara di atas ingin mengetahui lebih
lanjut mengenai fraktur, maka dapat dilaksanakan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan radiologi memiliki Rule of Two yang biasa
digunakan untuk standardisasi pengambilan foto, yaitu:
Two views: Foto mencakup 2 penampakan, yaitu foto AP/Lateral/Oblique.
Pada foto regio pedis, foto AP dan Oblique lebih sering digunakan. Hal ini
dikarenakan foto lateral akan menampakkan tulang yang saling bertumpuk.
Namun, pada pasien ini hanya dilakukan 1 foto AP.
Two joints: Foto harus meliputi sendi di atas dan di bawah regio fraktur.
Pada pasien ini, foto yang diambil telah menampakkan 2 sendi, yaitu sendi
tarsometatarsal dan sendi sinovial yang berada di antara metatarsal dan phalanges.
Two limbs: Foto diambil pada ekstremitas yang normal dan yang terkena
trauma untuk membandingkan adanya fraktur. Biasanya dilakukan pada fraktur
femur anak-anak. Pada pasien ini hanya dilakukan pada satu ekstremitas yang
terkena trauma, dikarenakan pedis sinistra tidak tampak adanya kelainan.
Two injuries: Foto diambil pada regio lain. Biasanya digunakan pada
fraktur femur yang memerlukan foto pelvis. Pada pasien ini hanya dilakukan foto
pada regio pedis karena fraktur tidak melibatkan regio lain.
Two occasions: Beberapa fraktur sulit dinilai segera setelah trauma. Oleh
karena itu, dibutuhkan satu atau dua minggu setelahnya untuk diambil foto agar
fraktur terlihat.
b. Reduction/Mengembalikan
Reduksi bertujuan untuk mengembalikan fragmen tulang sehingga posisi
menjadi adekuat dan alignment kembali normal sesuai posisi anatomis. Apabila
saat terjadi reduksi terdapat jarak antar ujung fragmen tulang, maka hal ini dapat
menyebabkan delayed union ataupun malunion. Fraktur yang melibatkan
permukaan sendi harus direduksi dengan sempurna agar tidak terjadi komplikasi
seperti arthritis degeneratif. Apabila terdapat keadaan seperti pergeseran yang
sedikit atau tidak ada, pergeseran tidak berarti, ataupun diperkirakan reduksi tidak
akan berhasil, maka reduksi tidak perlu dilaksanakan.
Metode untuk reduksi dibagi menjadi dua, yaitu reduksi tertutup dan terbuka.
Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang
22
c. Retaining/Mempertahankan
d. Rehabilitation/Rehabilitasi
Rehabilitasi bertujuan untuk meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan
normal pada bagian yang sakit, seperti memelihara gerak sendi, melatih kekuatan
otot, menurunkan edema dengan cara alat gerak dielevasi setelah berakhirnya
proses reduksi-retensi dan melakukan exercise (pergerakan aktif). Pergerakan
aktif dapat membantu melancarkan sirkulasi, mencegah perlekatan jaringan lunak,
23