Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh:
Arifin Puguh Waskitho
NIM. ST13006
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah S.W.T., karena atas rahmat
penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Kepala Program
3. Ibu Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Pembimbing I yang telah
4. Ibu Rufaida Nur Fitriana, S.Kep., Ns, selaku Pembimbing II yang juga
5. Ibu Happy Indri Hapsari, S. Kep., Ns., M.Kep, selaku Penguji skripsi yang
6. Seluruh dosen dan staf akademik Program Studi S-1 Keperawatan STIKes
Budi Makarti Boyolali yang telah memberikan ijin lahan untuk melakukan
penelitian.
iv
8. Seluruh perawat dan karyawan di Panti Rehabilitasi Mental Wisma Budi
10. Orang tua tercinta dan adik-adik tersayang yang selalu memberikan
Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan mendapat
balasan yang lebih baik dari Allah S.W.T. Peneliti sangat berterimakasih atas
masukan, saran dan kritik, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
vi
2.1.2.3. Rentang Respon 13
vii
3.7 Etika Penelitian ......................................................................... 49
BAB V PEMBAHSAN
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA.
LAMPIRAN.
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
10 Pedoman Wawancara
11 Transkip Wawancara
13 Lembar Konsultasi
14 Jadwal Penelitian
15 Foto Wawancara/Penelitian
xi
PROGRAM STUDI TRANSFER S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Abstrak
ABSTRACT
PENDAHULUAN
area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku
manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam
2010). Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak gangguan jiwa,
Telah terbukti bahwa ada korelasi erat antara timbulnya gangguan jiwa
psikososial. Kini masalah kesehatan tidak lagi hanya menyangkut soal angka
1
2
gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat
ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia
tertentu selama hidupnya. Usia ini biasanya terjadi pada dewasa muda antara
berat. Bila separuh dari mereka memerlukan perawatan dirumah sakit dan jika
penduduk indonesia berjumlah 120 juta orang maka ini berarti bahwa 120
sakit. Padahal yang tersedia sekarang hanya kira-kira 10.000 tempat tidur
11,6% dari populasi orang dewasa. Bila dihitung menurut jumlah populasi
utama, baik di negara maju maupun negara berkembang. Gangguan jiwa tidak
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain. Perilaku kekerasan sering disebut gaduh gelisah atau
motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2007). Melihat dari dampak dan
kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Keliat,
2007).
Mereka bisa pulih dan kembali hidup di masyarakat secara produktif, baik
secara ekonomis maupun secara sosial. Sebagian besar dari mereka bisa
terbebas dari keharusan minum obat. Hanya saja, seperti juga kesehatan
pemeliharaan, baik kesehatan fisik maupun jiwa seseorang bisa kembali jatuh
jiwa yang terjadi pada penderita, membantu dalam aspek administrasi dan
untuk itu yang harus dilakukan oleh keluarga adalah nilai dukungan dan
kesediaan menerima apa yang sedang dialami oleh penderita serta bagaimana
tenaga psikolog, psikiater, neurolog, dokter, ahli gizi dan terapis dan kembali
2009).
sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai
dan lain sebagainya. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang
belum menikah disebut keluarga batih. Sebagai unit pergaulan terkecil yang
(Soerjono, 2004). Terdapat beberapa fungsi pokok antara lain asih, asuh dan
tumbuh dan berkembang sesuai kebutuhan dan usianya. Asuh adalah menuju
sehingga sehat fisik, mental, sosial dan spiritual. Asah adalah memenuhi
5
keluarga yang lain terhadap persoalan fisik, psikis, sosial atau spiritual yang
Mental Wisma Budi Makarti Boyolali tanggal 31 Desember 2014 dengan dua
Boyolali.
pemberian asih dan asuh guna memberikan dukungan mental dan emosional
bagi pasien sehingga pasien lebih merasa nyaman, aman, tenang, merasa
Makarti Boyolali.
Boyolali.:
kekambuhan
kekerasan.
kekerasan.
melakukan SP keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
10
jiwa ditandai dengan hal-hal seperti sikap positif terhadap diri sendiri,
pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan
baik pada diri sendiri atau orang lain dan lingkungan secara
.
11
labil.
mengikuti petunjuk.
1. Fisik
tubuh kaku.
12
2. Verbal
3. Perilaku
4. Emosi
5. Intelektual
6. Spiritual
7. Sosial
dan sindiran.
8. Perhatian
seksual.
13
Keterangan :
1. Asertif
2. Frustasi
3. Pasif
4. Agresif
5. Kekerasan
kontrol.
14
1. Faktor Predisposisi
a. Teori Biologik
1) Neurobiologik
agresif.
2) Biokimia
3) Genetik
4) Gangguan Otak
kekerasan.
16
b. Teori psikologik
1) Teori Psikoanalitik
2) Teori pembelajaran
3) Teori Sosiokultural
sosial ekonomi.
18
meliputi :
cara:
disukai)
cara :
perilaku kekerasan.
perilaku kekerasan
biasa dilakukan;
2.1.3. Keluarga
2012). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam
kompleks dalam posisi, peran dan norma yang lebih jauh diatur
kematian.
c. Commune family
f. Cohibitang couple
i. Foster family
j. Homesless family
kesehatan mental.
k. Gang
keluarganya.
27
sakit jiwa.
ada di masyarakat.
psikiater, neurolog,
dokter, ahli gizi dan
terapis dankembali
menjalani hidup
bersama keluarga dan
masyarakat sekitar.
Tugas Keluarga:
1. Mengenal Masalah
Penyembuhan 2. Memutuskan Tindakan
Perilaku Kekerasan 3. Merawat Keluarga
4. Memodifikasi
Lingkungan
5. Memanfaatkan Fasilitas
Kesehatan
Fungsi Keluarga:
1.Fungsi Afektif
2. Fungsi sosial
3. Fungsi ekonomi
4.Fungsi perawatan
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
METODE PENELITIAN
dengan alasan karena peneliti akan berusaha memahami arti peristiwa dan
yang spesifik mengenai nilai, opini, perilaku, dan konteks sosial menurut
38
39
mengatur data, melakukan analisis data dan menyusun reduksi data, dan
Anggraeni, 2010).
sesuai dengan sifat peneliti yang lentur dan terbuka, pilihan informan dan
(2014), bahwa fokus penelitian untuk kualitatif adalah pada kedalaman dan
41
besar sampel pada umumnya tidak ditentukan pada usulan penelitian, karena
sudah sampai titik jenuh atau tersaturasi. Fokus kekhususan penelitian ini
1. Instrument inti
2. Instrument penunjang
(Creswell, 2010):
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksana
selama penelitian.
3. Tahap Terminasi
frasa kata dan kalimat serta pengertian secara tepat sehingga dapat
penelitian. Teknik analisa yang dapat digunakan pada penelitian ini adalah
44
Peneliti melakukan 3-4 kali membaca transkrip untuk merasa hal yang
Cara yang perlu dilakukan adalah menelaah kalimat satu dengan yang
lain.
1. Perpanjangan Pengamatan
ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila data yang
data asli atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti
2. Meningkatkan Ketekunan
3. Triangulasi
a. Triangulasi Sumber
demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih
b. Triangulasi Metode
c. Triangulasi Peneliti
d. Triangulasi Teori
2006).
6. Mengadakan Membercheck
2009).
2010).
mengerti maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin akan
bersedia maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormai hak-
hak partisipan.
kode.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
HASIL PENELITIAN
bernama Panti Budi Makarti berdiri pada tanggal 06 September 1989, di Dk.
ke Karang Geneng RT 01, RW 03, Boyolali, dan berdiri diatas tanah seluas
Sampai saat ini Pasien Panti Rehabilitasi Mental Wisma Budi Makarti
dengan spesifikasi 15 orang perawat dan Pekerja Sosial Terlatih 20 orang dan
konsultasi medis Dokter Spesialis Jiwa 1 orang dan Dokter Umum 1 Orang.
51
52
sumber dalam menggambarkan kondisi yang terjadi pada responden saat ini.
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin dan
pendidikan responden sebagian besar adalah cukup baik yaitu SMA sebanyak
partisipan :
53
1. Dukungan Finansial
kebutuhan pasien.
2. Dukungan Emosional
ketepatan waktu.
1. Pengawasan persiapan
disiapkan ditunggu.
2. Pengawasan Dosis
kesesuaian dosis.
perawat.
boleh terlambat.
1. Bersikap empati
dari partisipan:
1. Pengalihan perhatian
refreshing.
PEMBAHASAN
1. Dukungan Finansial
2. Dukungan Emosional
59
60
1. Pengawasan persiapan
2. Pengawasan dosis
sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan. Hal serupa
obat yang diminum dengan dosis atau takaran yang tepat. Utuk dosis obat
bisa disesuaikan berat badan atau usia. Sebelum minum obat perhatikan
dengan seksama pada leaflet atau etiket obat, biasanya tertera jumlah obat
pada pasien gangguan jiwa dimulai dengan dosis yang rendah lalu
baik.
memberikan obat sesuai waktu yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan. Hal
prinsip tepat yang harus dipatuhi dalam pemberian obat, yaitu salah
berarti obat diberikan setiap 8 jam dalam 24 jam ; jika 2 x1 berarti obat
optimal, obat harus diminum pada waktu yang tepat, beberapa obat
obat dalam rentang 30 menit sebelum dan sesudah memberikan obat . Hal
ini berbeda dengan yang peneliti temukan bahwa benar waktu menurut
mereka diberikan dengan tepat waktu. Tetapi ada sumber lain yang
mengatakan bahwa waktu yang benar adalah dimana obat yang diresepkan
harus diberikan dalam waktu tertentu sehingga kadar plasma obat dapat
peneliti. Namun ada sumber lain yang mengatakan bahwa jika sebuah
1. Bersikap empati
sembuh.
64
antara apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain dengan reaksi dan
pemahaman terhadap perasaan orang lain akan lebih lengkap dan akurat
hadirnya emosi dalam diri orang lain melalui pesan non verbal yang
yang terjadi.
65
1. Pengalihan perhatian
ditujukan bagi kepuasan lahir dan batin manusia (Wiyati, dkk, 2010).
menghadapi situasi ini. Hal ini sejalan dengan peneliti Setyowati dan
rujukan untuk merujuk pasien ke tempat rumah sakit jiwa agar anggota
terlambat, harus tepat waktu. Hal ini selajalan dengan penelitian Yudha
negatif dan niat sedang yaitu 42 atau 52,5%. Keluarga setuju bahwa
Sebagian besar dari mereka bisa terbebas dari keharusan minum obat.
Hanya saja, seperti juga kesehatan badan, kesehatan jiwa tetap harus
PENUTUP
Bagian ini merupakan bagian akhir dari laporan hasil penelitian yang
yang ada dan tema-tema yang telah ditemukan dalam penelitian tentang peran
Rehabilitasi Mental Wisma Budi Makarti Boyolali. Saran pada bab ini dibuat bagi
perawat, bagi rumah sakit, institusi pendidikan, peneliti lain, peneliti dan
keluarga.
6.1. Kesimpulan
68
69
kekerasan
rutin.
6.2. Saran
perilaku kekerasan.
2. Bagi Mahasiswa
4. Bagi Perawat
5. Bagi Keluarga
kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Fitri. 2012. Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Gangguan Jiwa Dengan Sikap
Keluarga Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Naskah Publikasi. FIK UMS.
Herman S.D, Ade. 2005. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Iklima. 2010. Peran Orang Tua Dalam Proses Penyembuhan Pasien Di Rumah
Sakit Jiwa Dr.Soehato Heerdjan Jakarta. Naskah Publikasi. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.http://repository.uinjkt.ac.id/
Keliat, B.A., (2009). Pemberdayaan Klien Dan Keluarga Dalam Merawat Klien
Skizfrenia Dengan Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor.
tidak dipublikasikan.
Polit, Denise F & Cheryl Tatano Beck. 2006. Essentials of Nursing Research:
Methods, Appraisal, and zutilization 6th ed. Lippincott William & Wilkins,
A Wolter Kluwer Company: Philadelphia.
Wuryaningsih, Emi Wuri, Achir, Yani S. Hamid, Novy. Helena C.D. (2013). Studi
Fenomologi: Pengalaman Keluarga Mencegah Kekambuhan Perilaku
Kekerasan Pasien Pasca Hospitalisasi di RSJ. Jurnal Keperawatan JIwa.
VOL.1. NO.2