You are on page 1of 6

PENYELIDIKAN METODE RESISTIVITAS UNTUK MENENTUKAN BATAS

KONTAK BATUAN BASALT BERSTRUKTUR LAVA BANTAL DI WATUADEG,


KECAMATAN BERBAH, KABUPATEN SLEMAN, D. I. YOGYAKARTA
Benny A. S, Nurcholis, Yudha A. P,
Teknik Geofisika, UPN Veteran Yogyakarta
Jl. SWK 104 (Lingkar Utara) Condongcatur Yogyakarta, Lingkar Utara, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
55283, Indonesia

Kata kunci: resistivity, dipole-dipole, lava bantal, Basal (Santoso,2013). Perbedaan batuan akan memberiskan
respon resistivitas yang berbeda yang berkaitan dengan
Sari karakteristik batuan tersebut, ketika terdapat suatu kontak
batuan akan menimbulkan suatu anomaly resistivitas.
Interpretasi geologi menjelaskan aliran lava basal Beberapa pertimbangan tasi yang mendasari penelitian
berstruktur bantal Watuadeg di Kali Opak mempunyai mengenai batas kontak batuan menggunakan metode
lebar singkapan antara 10 - 15 m dan panjangnya sekitar resistivitas di daerah Watuadeg, Kecamatan Berbah,
50 m. Secara fisis, tubuh lava seperti aliran getah atau Kabupaten Sleman-Yogyakarta
berbentuk bantal guling dengan panjang aliran berkisar 3
10 m dan diameter 0,5 1 m. Tetapi kemenerusan kontak 2. TINJAUAN GEOLOGI
di bawah permukaan belum dapat dipastikan, oleh karena
itu dilakukan penelitian metode resistivitas untuk Di sebelah timur Dusun Sumberkulon terdapat bukit kecil,
memberikan gambaran di bawah permukaan. yang selanjutnya disebut Bukit Sumberkulon, mempunyai
ketinggian sekitar 10 -15 m pada posisi koordinat
Pengukuran geolistrik dengan menggunakan metode 7o4828,8 LS dan 110o2728,0 BT. Bentuk Bukit
resistivitas konfigurasi dipole-dipole, dilakukan pada Sumberkulon itu agak memanjang berarah timur - barat,
tanggal 24 - 25 November dan 1 - 2 Desember 2012 di berukuran lebih kurang 75 m x 50 m. Di lereng selatan
daerah Watuadeg, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman- bukit (tempat makam) terdapat singkapan batuan beku
Yogyakarta. basal berwarna abu-abu gelap, bertekstur afanit sampai
porfiri sangat halus, sebagian sudah lapuk dan pecah-
Hasil pengolahan data resistivitas memberikan hasil pecah, dengan fenokris plagioklas dan piroksen sangat
keterdapatan kontak antara batuan beku basal dengan halus. Di tepi barat Kali Opak, yang terletak 250 m di
batupasir. Batuan beku basal memiliki nilai resistivity sebelah timur Bukit Sumberkulon itu (7o4829,6 LS dan
> 250 .m dan batupasir resistivity 20 250 .m. 110o2734,0 BT), tersingkap aliran lava basal berstruktur
ditemukan aliran lava tersebut tidak mengarah ke timur. bantal (Gambar 1). Berhubung singkapan batuan ini
terletak di sebelah barat Dusun Watuadeg dan nama dusun
1. PENDAHULUAN itu sudah banyak dikenal terutama oleh komunitas geologi
di Yogyakarta, maka aliran lava berkomposisi basal dan
Interpretasi geologi menjelaskan aliran lava basal berstruktur bantal ini sering disebut lava bantal Watuadeg.
berstruktur bantal Watuadeg di Kali Opak mempunyai Secara stratigrafis, aliran lava basal itu ditindih oleh
lebar singkapan antara 10 - 15 m dan panjangnya sekitar 50 perlapisan batupasir tuf dan batulapili pumis, yang
m. Secara fisis, tubuh lava seperti aliran getah atau tersingkap di sebelah timur aliran Kali Opak dengan
berbentuk bantal guling dengan panjang aliran berkisar 3 kedudukan U0oT/18o sebagai bagian Formasi Semilir
10 m dan diameter 0,5 1 m . Permukaan lava yang belum (Sismanto,1997). Dengan demikian, Kali Opak benar-
tererosi berwarna hitam mengkilap, bertekstur gelas, benar mengalir melalui batas kontak antara aliran lava
menyerupai obsidian, dan dikenal sebagai kulit kaca basal berstruktur bantal dengan batuan klastika gunung api
(glassy skin) (bronto,2008). Pengamatan singkapan di kaya akan pumis Formasi Semilir (Gambar 2).
permukaan belum bisa secara pasti menentukan
kemenerusan di bawah permukaan mengenai kontak batas Aliran lava basal berstruktur bantal Watuadeg di Kali Opak
dan geometri batuan. Keterbatasan tersebut dilengkapi ini mempunyai lebar singkapan antara 10 - 15 m dan
dengan penelitian geofisika yang dapat membantu panjangnya sekitar 50 m. Secara fisis, tubuh lava seperti
interpretasi bawah permukaan dalam menjawab pertanyaan aliran getah atau berbentuk bantal guling dengan panjang
geologi. aliran berkisar 3 10 m dan diameter 0,5 1 m .
Permukaan lava yang belum tererosi berwarna hitam
Dalam penelitian ini metode geofisika yang digunakan mengkilap, bertekstur gelas, menyerupai obsidian, dan
adalah metode resistivitas. Metode ini adalah salah satu dikenal sebagai kulit kaca (glassy skin). Potongan
metode geofisika yang dapat memberikan gambaran melintang tegak lurus aliran memperlihatkan bentuk
keberadaan dan kedalaman lapisan batuan dengan penampang melingkar atau seperti elips, yang di dalamnya
mengukur sifat kelistrikan batuan Dengan menggunakan terdapat struktur konsentris dan rekahan radier. Kedua
susunan elektroda konfigurasi dipole-dipole diharapkan struktur itu diperkirakan terbentuk karena proses
dapat menghasilkan data lebih maksimal dalam pendinginan sangat cepat di bagian permukaan aliran lava
pendiskripsian kondisi bawah permukaan ke arah vertikal dan melambat ke bagian dalam. Proses pendinginan sangat
dan horizontal. cepat menyebabkan mineral tidak sempat membentuk
kristal atau amorf yang proporsi terbanyaknya di
Metode resistivitas terbukti dapat menggambarkan kontak permukaan, tetapi menurun ke bagian dalam. Pendinginan
dan geometri antara batuan beku dan limestone sangat cepat, banyaknya gelas gunung api yang mudah
berdasarkan kontras nilai resistivttas batuan
1
pecah, dan pergerakan aliran menyebabkan terjadinya
retakan dan rekahan yang intensif di permukaan lava.

Hasil pengukuran arah aliran lava bantal Watuadeg di tepi


barat Kali Opak mulai dari bagian utara adalah U70oT
U90oT, di bagian tengah menjadi U120oT, U250oT,
U170oT, sedangkan di selatan U210oT U230oT (Gambar
3). Secara keseluruhan arah aliran itu memperlihatkan pola
semi radier ke arah timur - timur laut, timur - tenggara dan
selatan barat daya. Perpanjangan garis arah aliran lava itu
ternyata mempunyai titik temu di bukit kecil di sebelah
barat Kali Opak yang juga bersusunan basal. Hal tersebut
menjadi indikasi yang sangat kuat bahwa aliran lava basal
berstruktur bantal di Kali Opak bersumber dari bukit kecil
di sebelah baratnya.

Gambar 3. Hasil pengukuran arah-arah aliran lava


o
bantal Watuadeg, mulai dari U70 T, searah
o
jarum jam hingga U230 T

3. DASAR TEORI

Metode geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika


mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan
bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi yaitu
meliputi pengukuran potensial dan pengukuran arus yang
terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke
dalam bumi. Secara garis besar metode geolistrik dibagi
menjadi 3 metode yaitu : metode resistivitas, metode
induced polarization (IP) dan metode self potensial (SP).

3.1 Metode Resistivitas


Gambar 1. Singkapan batuan beku basal di lereng
Metode resistivity atau resistivitas merupakan salah satu
selatan Bukit Sumberkulon.
metode Geofisika yang digunakan untuk penyelidikan
bahwa permukaan,dengan mengukur sifat kelistrikan
batuan. Batuan merupakan medium yang dapat
menghantarkan arus listrik, karena di dalam batuan
terdapat elektron dan ion-ion yang menjalar di dalam
struktur batuan dan air tanah jika dalam batuan diberikan
suatu beda potensial. Dasar yang dipakai dalam metode
geolistrik adalah adanya beda resistivitas antar batuan atau
medium. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus
dan medan elekttromagnetik yang terjadi, baik secara
alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi
(Loke,2004)

Prinsip metode Geolistrik adalah mengalir arus searah atau


bolak-balik berfrekuensi rendah ke dalam bumi melalui
kontak dua elektroda arus, kemudian diukur distribusi
potensial yang dihasilkan. Resistivitas batuan bawah
permukaan dapat dihitung dengan mengetahui besarnnya
arus yang dipancarkan melalui elektroda tersebut dan besar
potensial yang dihasilkan. Untuk mengetahui struktur
bawah permukaan yang lebih dalam, maka jarak masing-
masing elektroda arus dan elektroda potensial dapat di
tambah secara bertahap. Semakin besar spasi elektroda
(jarak antar elektroda) maka penembusan arus ke bawah
makin dalam, sehingga batuan yang lebih dalam akan
dapat diketahui sifat-sifat fisisnya. Variasi resistivitas
batuan terhadap kedalaman jika dikorelasikan dengan
pengetahuan geologi akan dapat ditarik kesimpulan lebih
detail mengenai geologi bawah permukaan daerah
Gambar 2. Aliran lava basal berstruktur bantal penelitian.
(kanan) dan batupasir tuf Formasi Semilir (kiri)

2
Konsep dasar pengukuran resistivitas batuan dimodifikasi K nan 1n 2
dari pengukuran yang didefinisikan sebagai berikut :
Dengan a adalah spasi pengukuran, dan n adalah
V A V
R penetrasi/faktor pengali.
I L I
dimana :R = Tahanan (ohm) 4. METODOLOGI
= Resistivitas (ohm-meter)
L = Panjang (meter)
Pengukuran geolistrik dengan menggunakan metode
A = Luas penampang (meter2)
resistivitas konfigurasi Dipole-dipole, dilakukan pada hari
V = Beda potensial (volt) tanggal 24-25 November dan 1-2 Desember 2012 di daerah
I = Kuat arus (ampere) Watuadeg, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman-
Yogyakarta.
3.2 Konfigurasi Elektroda

Dalam metode tahanan jenis dikenal beberapa penyusunan


konfigurasi elektroda arus dan elektroda potensial, dimana
konfigurasi tersebut bergantung pada letak elektroda arus
dan elektroda potensial, sehingga konfigurasi itu sangat
mempengaruhi nilai resistivitas bawah permukaan,
pemilihan konfigurasi yang berbeda menghasilkan respon
resistivitas yang berbeda, maka pemilihan konfigurasi yang
tepat dapat mengurangi kesalahan interpretasi menyangkut
kondisi bawah permukaan. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pemilihan konfigurasi yaitu :
Tipe strukur/target yang hendak dicari
Sensitivitas Resistivity meter
Kedalaman target yang dicari
Sensitivitas konfigurasi secara vertical dan
horizontal
Kekuatan sinyal setiap konfigurasi

Terdapat beberapa konfigurasi yang digunakan dalam


survey Resistivitas dan Induksi Polarisasi, konfigurasi
tersebut meliputi :
Wenner
Schlumberger
Dipole-dipole
Pole- dipole
Pole-pole

3.3. Konfigurasi Dipole Dipole

Konfigurasu yang sering digunakan dalam survey


resistivitas berbeda dengan konfigurasi lain dimana jarak
elektroda arus (C1 dan P1) dengan elektroda potensial (P1
dan P2) adalah sama namun yang perlu diperhatikan dalam
setiap konfigurasi adalah faktor pemisah antar elektroda
(C2 dan P2) tetapi juga factor penetrasi. Semakin jauh
jarak (C2 dan P2) maka semakin besar pula kedalaman
yang akan ditembus konfigurasi ini namun sensitivitasnya
akan berkurang (Loke,2000)

Gambar 5. Metodologi penelitian

Gambar 4. Pola sensitivitas konfigurasi dipole-dipole


(Torleif Dahlin dan Bing Zhou, 2004)

Dengan V adalah harga tegangan terukur, I adalah besar


arus yang diinjeksikan dan K adalah faktor geometri dari
konfigurasi elektroda dipole-dipole. Besarnya harga K ini
dapat dihitung melalui persamaan dibawah ini.

3
U S

(c)

Gambar 7: (a) Penampang lintasan 1 (b) Penampang


lintasan 2 (c) penampang lintasan 3

Hasil analisa penampang 2D true resistivity korelasi


lintasan 1, 2 dan 3 dapat diamati anomali anomali.
Penampang true resistivity, nilai resistivitas yang tinggi
mendominasi dari dekat permukaan hingga kedalaman 20
m disepanjang lintasan pengukuran. Nilai resistivitas lebih
dari 250 m (Rho > 250 m) diinterpretasikan sebagai
batuan kompak atau batuan beku basalt. Nilai resistivitas
yang rendah pada batuan beku diakibatkan oleh umur
batuan, struktur geologi (pengangkatan) dan proses
pembekuan batuan yang terjadi diair laut. Warna biru pada
penampang resistivity 20 250 .m diinterpretasikan
sebagai batupasir.
Gambar 6. Peta lintasan pengukuran

5. HASIL DAN PEMBAHASAN


B

Menganalisa dan membahas sebaran variasi harga-harga


T
resitivitas pada penampang 2D true resistivity akan dapat
memperkirakan jenis litologi bawah permukaannya. Harga
resistivitas yang tinggi mencerminkan tingkat kekompakan
batuan yang tinggi atau karena jenis litologi batuannya
kompak seperti batuan beku, sedangkan harga resitivitas
rendah mencerminkan suatu litologi dengan sifat porositas
dan permeabilitas seperti pada batuan sedimen tetapi bisa (a)
juga pada batuan yang mengandung mineral logam.
B
Interpretasi kualitatif bertujuan untuk mengetahui T
keberadaan benda penyebab anomali berdasarkan hasil
analisis pada klosur-klosur yang terdapat pada kontur
anomali nilai resistivitas. Nilai dari klosur kontur tersebut
berdasarkan skala resistivity Ohm.m

U S
(b)
B

(a)

U S (c)
Gambar 8 : (a) Penampang lintasan 4 (b) Penampang
lintasan 5 (c) Penampang lintasan 6

Resistivity tinggi berada pada akhir lintasan 4,5 dan 6


(gambar 8) dengan nilai resistivity > 250 .m ditandai
dengan warna jingga hingga ungu diinterpretasikan sebagai
batuan beku basal. Warna biru pada penampang dengan
(b) nilai resisitivity 20 250 .m diindetifikasi sebagai
batupasir.

4
S
U

(a)
U S

Gambar 10. Model 3D dilihat dari atas

(b)

Gambar 9. (a) Penampang lintasan 7 (b) Penampang


lintasan 8

Korelasi pada penampang resistivitas berurut dari lintasan


7 dan 8 secara horizontal berarah barat-timur (gambar 9).
Hasil korelasi tersebut memberikan gambaran bawah
permukaan dimana tidak terlihat adanya resistivity yang
merupakan respon nilai > 250 .m yang diinterpretasikan Gambar 11. Model Solid dilihat dari barat daya
sebagai batuan beku basal. Pada daerah ini batuan beku
basal pada daerah ini tidak menerus seperti pada korelasi Batas antara litologi batuan beku basal dengan batuan
lintasan lainya. Warna biru sampai kuning yang memiliki sekitarnya dilihat pada beberapa lintasan survey dengan
nilai resisitivity 20 - 250 .m diinterpretasikan sebagai model gambaran 3D (gambar 11) berdasarkan nilai
batu lapilli pada formasi semilir. resistivity. Batuan beku basal tidak menerus kearah timur.

6. KESIMPULAN
S
U
Nilai resitivity batuan beku basal adalah > 250 .m dan
batupasir berkisar antara 20 250 .m. Batas kontak
litologi antara batuan beku basal dengan batu pasir terdapat
pada daerah penelitian berdasarkan nilai resistivity batuan.
Pada daerah penelitian ini tidak di temukan arah aliran lava
(a) kearah timur sungai dengan kedalaman penetrasi kurang
U
lebih 18 m dan batuan ini masih menerus kearah barat.
S

7. SARAN
Untuk mengetahui kemenerusan dari aliran lava bantal di
bawah permukaan apakah lava bantal itu menerus pada
daerah sebelah timur di perlukan metode geofisika yang
(b) memiliki penetrasi lebih dalam.
U S

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih saya ucapkan kepada Ir. Agus Santoso M,Si


selaku pembibing lapangan, Asistan Geolistrik dan
Elektromagnetik yang membantu dalam pengambilan data
(c) dan praktikan tahun ajaran 2012/2013 yang telah
Gambar 10. (a) Penampang lintasan 9 (b) Penampang membantu mengambil data lapanagan.
lintasan 10 (c) Penampang lintasan 11
DAFTAR PUSTAKA
Korelasi penampang resistivity lintaasan 10, 11 dan 12
secara horizontal berarah timur-barat (gambar 10). Loke, M. H. 2000. Electrical imaging survey for
Pengukuran pada lintasan ini berada tepat disingkapan environmental and engineering studies.
batauan beku basal berstruktur lava bantal. Interpretasi Geoelectric.com
pada korelasi penamapang ini menunjukan nilai resisitivity
> 250 .m diduga sebagai batauan beku basal yang Loke, M.H. Dr. 2004. Tutorial : 2-D and 3-D Electrical
ditandai dengan warna hijau ungu. Warna biru dengan Imaging Surveys. Geoelectric.com
nilai resisitivity 20-250 .m merupakan batuan yang sama, Torleif Dahlin dan Bing Zhou, 2004. Geophysical
hal ini diakibatkan karena adanya kandungan fluida (air) prospecting,. 52, 379-398
pada batuan.

5
Santoso, Agus. 2013. Penyelidikan Geoolistrik Untuk
Deteksi Rongga, Karang Putih, Kabupaten
Padang, Sumatera Barat.
S,Bronto, dkk. 2008. Gunung Api purba Watuadeg:
Sumber erupsi dan posisi stratigrafi. Jurnal
Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 3 September 2008:
117-128
Sismanto dan Waluyo. 1997. Mengungkap Tubuh Batuan
Beku di Watuadeg dengan metode Geofisika
Terpadu. Jurnal Jurusan Fisika, Nomor 1, Vol.8,
Edisi Februari 1997, ISSN:0852-8160, hal. 58-73

You might also like