You are on page 1of 10

PENGARUH PERUBAHAN WAKTU PENGAPIAN (IGNITION TIMING) TERHADAP

EMISI GAS BUANG CO DAN HCPADA SEPEDA MOTOR VEGA R 110 CC TAHUN
2008 DENGAN BAHAN BAKAR LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS)

Nur Dyan Enggar Rastoto, Subagsono, dan Basori


Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan, FKIP, UNS
Kampus UNS Pabelan JL. Ahmad Yani 200, Surakarta, Telp/Fax (0271) 718419
Email : Nd.enggarrastoto@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this research are: (1) To know the effect of modified ignition timing to
exhaust emissions CO and HC on motorcycles Yamaha Vega R 110 CC in 2008 that use LPG
fuel. (2) To know amount the effect of modified ignition timing to exhaust emissions CO and
HC on motorcycles Yamaha Vega R 110 CC in 2008 that use LPG fuel by ignition timing 7,
10, 13 BTDC.
Based on this research can be conclude: (1) Modified ignition timing on the use of LPG
fuel effect on the result of exhaust gas emissions levels of CO and HC. (2) The results gas emissions
levels of CO 0.041% by ignition timing 7 BTDC, the results gas emissions levels of CO
0.052% by ignition timing 10 BTDC, while the result gas emissions levels of CO 0.098% by
13 BTDC. (3) Gas emissions levels of HC 130 ppm by ignition timing 7 BTDC, gas emissions
levels of HC 272.67 ppm by ignition timing 10 BTDC, while gas emissions levels of HC
473.33 ppm by ignition timing13 BTDC. (4) The ignition timing 13 BTDC increase the
results exhaust gas emissions levels of CO and HC, while ignition timing 7 BTDC will
decrease the result exhaust gas emissions of CO and HC but also decrease engine power.

Keywords: Liquefied Petroleum Gas (LPG), Gas Fuel, Ignition Timing, Exhaust Gas
Emissions of CO and HC

PENDAHULUAN sudah sebanyak 52.763.093 unit. Dalam


Dalam rangka mengoptimalkan kurun waktu 10 tahun saja sudah mengalami
sumber daya potensial yang ada dilingkungan peningkatan 39.714.076 unit. Kenaikan
sekitar, pengembangan teknologi di Indonesia jumlah ini berdampak pada kebutuhan akan
masih terus dilakukan, tak terkecuali dunia bahan bakar minyak (BBM) meningkat.
otomotif. Salah satunya perkembangan sektor Seperti diketahui, pemerintah akan mulai
transportasi di Indonesia khususnya sepeda menerapkan pembatasan konsumsi BBM
motor yang semakin hari semakin bertambah, bersubsidi untuk mobil di atas tahun 2005.
membawa dampak terjadinya peningkatan Hal itu dilakukan seiring terus meningkatnya
polusi udara serta peningkatan konsumsi konsumsi BBM akibat meningkatnya
bahan bakar. Terlebih pada umumnya pertumbuhan kendaraan (Ramadhania El
kendaraan bermotor di Indonesia Hida, 2010). Pada 2010, tercatat produksi
mengkonsumsi bahan bakar minyak jenis minyak Indonesia hanya 986 kbpd, di lain
premium untuk motor bensin dan solar untuk tingkat konsumsi melonjak hingga menembus
mesin diesel. angka 1,304 kbpd atau defisit 318 kbpd
Perkembangan sepeda motor dari (Fika, 2012). Pada Januari 2012 konsumsi
tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan premium mencapai 2.222.871 kl. Kemudian
yang signifikan. Dari data Biro Pusat Statistik minyak tanah atau kerosene mencapai
(BPS) tahun 2009 menunjukan angka 106.318 kl, dan solar mencapai 1.208.609 kl
pertumbuhan kendaraan bermotor di (Saugi Riyandi, 2012).
Indonesia dari tahun 1999 jumlah sepeda Penggunaan bahan bakar fosil yang
motor 13.053.148 unit dan pada tahun 2009 dalam hal ini diwakili oleh bensin yang selalu
mengalami peningkatan dalam jumlah meningkatkan prestasi kerja dari motor bensin
konsumsi bahan bakar fosil tentulah polusi yang menggunakan bahan bakar gas adalah
udara akibat emisi gas buang kendaraan juga dengan mengatur waktu pengapian sehingga
meningkat. Dilain pihak baru-baru ini waktu pengapiannya menjadi lebih tepat.
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Dengan adanya penggunaan bahan
No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi bakar LPG yang diaplikasikan pada sepeda
Nasional dimana salah satu butir amanatnya motor tersebut maka dalam hal ini dapat pula
ialah target untuk megurangi penggunaan mengakibatkan pencemaran lingkungan
bahan bakar minyak menjadi kurang dari 20% khususnya pencemaran udara yang
serta kekosongan yang terjadi diisi oleh bahan disebabkan oleh emisi gas buang pada sepeda
bakar gas dengan porsi 30% pada tahun 2025. motor yang berbahan bakar LPG dengan
Berdasarkan hal ini peluang untuk perubahan waktu pengapian (ignition timing).
menggunakan bahan bakar liquefied Wisnu Arya Wardhana menyatakan,
petroleum gas (LPG) cukup besar terutama Perkiraan prosentase komponen pencemar
digunakan sebagai bahan bakar sepeda motor. udara dari sumber pencemar transportasi di
Mengacu pada situasi di atas, maka Indonesia adalah karbon monoksida (CO)
LPG sebagai pengganti bahan bakar premium sebesar 70,50%, nitrogen oksida (NOx)
dapat menjawab beberapa persoalan krusial sebesar 8,89%, sulfur oksida (SOx) sebesar
yang akhir-akhir ini menjadi perhatian 0,88%, hidro karbon (HC) 18,34% dan
masyarakat umum, yaitu mitigasi pencemaran partikel sebesar 1,33% (2004: 33). Dari data
udara akibat pengoperasian kendaraan tersebut dapat diketahui bahwa gas CO adalah
bermotor, keekonomian dalam kaitannya polutan yang menempati peringkat paling
dengan subsidi bahan bakar minyak dan tinggi prosentasenya. Gas CO menurut
merupakan sebagian jawaban terhadap Srikandi Fardiaz adalah suatu komponen
kepastian ketersediaan energi. tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
LPG merupakan gas hasil produksi mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk
dari kilang BBM dan kilang Gas, komponen gas pada suhu diatas -192C (1992: 94). Telah
utamanya adalah gas propane (C3H8) dan lama diketahui bahwa kontak antara manusia
butana (C4H10) kurang lebih 97% dan sisanya dengan CO pada konsentrasi tinggi dapat
adalah gas pentana (C5H12) yang dicairkan. menimbulkan kematian. Sedangkan
LPG lebih berat dari udara dengan berat jenis hidrokarbon (HC) menempati peringkat
sekitar 2.01 (dibandingkan dengan udara), kedua yaitu dengan prosentase 18,34%.
tekanan uap LPG cair dalam tabung sekitar Hidrokarbon menurut Wisnu Arya Wardhana
5.0 sampai dengan 6.2 kg/cm2. Zat markaptan adalah pencemar udara yang dapat berbentuk
yang ditambah pada LPG dimaksudkan untuk gas, cairan maupun padatan (2004: 51).
keselamatan dengan memberikan bau yang
khas, sehingga kebocoran gas mudah METOODE PENELITIAN
diketahui dengan cepat. Dalam penelitian ini sampelnya
Latar belakang dari penelitian ini adalah sepeda motor Yamaha Vrga R 110 CC
adalah berkaitan dengan perbedaan tahun 2008 bernomor mesin
karakterisitik penyalaan bahan bakar LPG MH34D70028J737691 yang masih
dengan bahan bakar bensin. Penggunaan menggunakan bahan bakar minyak dengan
bahan bakar LPG (Liquefied Petroleum Gas) jenis premium, kemudian dibandingkan
yang diaplikasikan pada sepeda motor dengan penggunaan bahan bakar gas dengan
berdampak pada prestasi kerja dari motor jenis LPG. Teknik pengambilan sampel
bensin menurun. Penurunan prestasi kerja ini dalam penelitian ini menggunakan teknik
karena mesin tersebut memang dirancang sampel bertujuan (purposive sample). Teknik
untuk bahan bakar bensin, kecuali kalau sampel bertujuan dilakukan dengan cara
mesin itu memang dirancang untuk berbahan mengambil subyek bukan didasarkan atas
bakar gas. Salah satu cara untuk strata, random atau daerah tetapi didasarkan
atas adanya tujuan dari penelitian. Dalam pengukuran dari alat uji emisi (gas analyzer)
penelitian ini metode yang digunakan adalah untuk data emisi gas buang CO dan HC.
metode dokumentasi. Metode dokumentasi Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini
yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
adalah memanfaatkan print out/cetakan hasil

Mulai

Studi Literatur

Pelaksanaan Eksperimen

Sepeda Motor Vega R 110 CC


Tahun 2008

Engine Tune Up

Penggunaan Premium Penggunaan LPG


Pada waktu pengapian standar yaitu 10 Pada waktu pengapian sebagai berikut:
a. Waktu pengapian 7 sebelum TMA.
sebelum TMA.
b. Waktu pengapian 10 sebelum TMA.
c. Waktu pengapian 13 sebelum TMA.

Emisi Gas Buang


CO dan HC

Standar Operasional

1. Menghidupkan mesin dan menaikkan putaran (1900 s/d 2100 rpm) selama 60 detik
selanjutnya dikembalikan pada kondisi idle.
2. Melaksanakan pengukuran pada kondisi idle dengan putaran mesin 1400 + 100 rpm.

Pengukuran :
1. Emisi Gas Buang CO
2. Emisi Gas Buang HC

Analisis Data

Pendiskripsian Data

Selesai

Gambar 1. Prosedur Penelitian


Tujuan dari membandingakan Untuk pengukuran tonjolan triger ini
penggunaan kedua bahan bakar tersebut ialah berguna sebagai acuan nantinya jika
untuk mendapatkan data pengukuran emisi tonjolan triger sudah di modifikasi dalam
gas buang CO dan HC seminimal mungkin artian sudah dipotong atau ditambah
sesuai ambang batas emisi gas buang dengan tonjolan triger nya. Untuk panjang
waktu pengapian (igniton timing) 10 tonjolan triger standar sepeda motor Vega
(standar) sebelum TMA dengan bahan bakar R 110 CC tahun 2008 adalah 57, 5 mm.
premium, kemudian dibandingkan dengan
variasi waktu pengapian (ignition timing) 10
(standar) sebelum TMA, 13 sebelum TMA,
dan 7 sebelum TMA pada penggunaan bahan
bakar LPG. Pengujian emisi gas buang
dilaksanakan berdasarkan pada SNI 09-
7118.3-2005 yaitu cara uji kendaraan
bermotor kategori L pada kondisi idle.
Dalam memodifikasi waktu pengapian
(ignition timing) yaitu dengan memodifikasi
panjang tonjolan triger magnet pada sepeda
motor Yamaha Vega R 110 CC tahun 2008.
Dalam modifikasi triger magnet sepeda motor
Vega R 110 CC tahun 2008 ada beberapa Gambar 3. Pengukuran Panjang Triger
tahap yang perlu dilakukan, yaitu:
1. Waktu pengapian (ignition timing) sepeda 4. Pemotongan tonjolan triger
motor. Untuk pemotongan tonjolan triger ini tidak
Untuk mengetahui waktu pengapian pada asal saja dalam memotong tetapi ada dasar
sepeda motor Vega R 110 CC tahun 2008 rumus untuk memotong per derajatnya.
yaitu dengan membuka service manual Adapun rumus yang dapat diterapkan
sepeda motor Vega R 110 CC tahun 2008. adalah sebagai berikut:
Untuk waktu pengapian (ignition timing) Rumus:
sepeda motor Vega R 110 CC tahun 2008
yaitu 10 sebelum TMA. 1 Derajat =
2. Pengukuran diameter ( , ( ))
Dalam pengukuran diameter magnet ini
berguna nantinya untuk perhitungan
Untuk diameter magnet standar sepeda
perderajat pengapian dalam pemotongan
motor Vega R 110 CC tahun 2008 yaitu
dan penambahan panjang tonjolan triger.
112 mm. Rumus tersebut dapat diterapkan
Diameter magnet sepeda motor Vega R
dalam hitungan sebagai berikut:
110 CC tahun 2008 adalah 112 mm. ( , )
1 Derajat = = 0,97 mm
Sehingga apabila ingin memajukan atau
memundurkan waktu pengapian, pada
tonjolan triger dapat ditambah dengan 0,97
mm/derajat atau dengan mengurangi
tonjolan triger dengan memotong triger
0,97 mm/derajat.
5. Modifikasi Waktu Pengapian 7 Sebelum
Gambar 2. Pengukuran Diameter Magnet TMA
Dalam modifikasi waktu
3. Pengukuran panjang tonjolan triger pengapian (ignition timing) pada sepeda
magnet motor Vega R 110 CC tahun 2008 dengan
waktu pengapian standar yaitu 10 dengan menambah tonjolan triger sebesar
sebelum TMA menjadi 7 sebelum TMA 3. Untuk 3 dapat diaplikasikan dengan
yaitu dengan memotong tonjolan triger rumus sebagai berikut:
pada magnet sebesar 3. Untuk 3 dapat ( , )
diaplikasikan dengan rumus sebagai 3 Derajat =
berikut: , ,
= = = 2, 9
( , )
3 Derajat = mm
Jadi, tonjolan triger ditambah
, ,
= = = 2,9 sebesar 2,9 mm. Dalam penambahan triger
tersebut tidak menambah ukuran panjang
mm tonjolan triger sebesar 57,5 mm tersebut.
Jadi, panjang tonjolan triger Pada prinsipnya hanya menggeser tonjolan
dipotong sebesar 2,9 mm. Dalam triger tersebut dengan menambah atau
pemotongan triger tersebut tidak mengurangi tonjolan triger. Panjang
mengurangi ukuran panjang tonjolan triger tonjolan triger yang ditambah adalah
sebesar 57,5 mm tersebut. Pada prinsipnya panjang triger sebelah kiri sebesar 2,9 mm.
hanya menggeser tonjolan triger dengan Setelah panjang triger sebelah kiri
mengurangi atau menambah tonjolan ditambah selanjutnya pemotongan tonjolan
triger Panjang tonjolan triger yang triger sebelah kanan sebesar 2,9 mm.
dipotong adalah panjang triger sebelah kiri Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 3.18.
sebesar 2,9 mm. Setelah panjang triger Dimensi Triger Magnet Modifikasi Waktu
sebelah kiri dipotong selanjutnya
Pengapian 13 Sebelum TMA di bawah
penambahan tonjolan triger sebelah kanan
ini:
sebesar 2,9 mm. Untuk lebih jelasnya lihat
Gambar 3.17. Dimensi Triger Magnet
Modifikasi Waktu Pengapian 7 Sebelum
TMA di bawah ini:

Gambar 5. Dimensi Triger Magnet


Modifikasi Waktu
Pengapian 13 Sebelum
TMA
Gambar 4. Dimensi Triger Magnet
Modifikasi Waktu Pengapian HASIL DAN PEMBAHASAN
7 Sebelum TMA Dalam pengujian pengaruh
perubahan waktu pengapian (ignition timing)
6. Modifikasi Waktu Pengapian 13 Sebelum terhadap emisi gas buang CO dan HC pada
TMA sepeda motor Yamaha Vega R 110 CC tahun
Dalam modifikasi waktu pengapian 2008 dengan bahan bakar LPG (Liquefied
(ignition timing) pada sepeda motor Vega Petroleum Gas) yang dilakukan dengan alat
R 110 CC tahun 2008 dengan waktu uji gas analyzer tipe 898 OTC Stargas Global
pengapian standar yaitu 10 derajat sebelum Diagnostic menghasilkan data sebagai
TMA menjadi 13 sebelum TMA yaitu berikut:
1. Emisi Gas Buang CO Penggunaan Bahan disajikan dalam histogram seperti pada
Bakar LPG dengan Waktu Pengapian 7o, Gambar 7.
10o, dan 13o sebelum TMA.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Perbandingan


Emisi Gas Buang CO antara
Bahan Bakar Premium dan
Bahan Bakar LPG dengan
Mengubah Waktu Pengapian
(7o, 10o, dan 13o sebelum TMA)

Gambar 7. Histogram Perbandingan Emisi


Gas Buang CO Bahan Bakar
LPG dengan Waktu Pengapian
(7o, 10o, dan 13o sebelum TMA)
Agar penyajian hasil pengamatan
di atas lebih jelas, maka data disajikan Jika dikaitkan dengan tabel
dalam histogram seperti pada Gambar 6. ambang batas emisi gas buang sesuai
dengan Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006
pada tabel 3.1 bahwa ambang batas emisi
gas buang CO untuk kendaraan bermotor
kategori L sepeda motor 4 langkah tahun
pembuatan < 2010 sebesar 5,5%. Dengan
demikian kadar emisi gas buang CO pada
penggunaan bahan bakar LPG ramah
lingkungan karena di bawah standar yang
dikeluarkan oleh mentri negara lingkungan
Gambar 6. Histogram Perbandingan Emisi hidup, kadar emisi gas buang CO pada
Gas Buang CO antara Bahan penggunaan bahan bakar LPG dengan
Bakar Premium dan Bahan waktu pengapian (ignition timing) 13
Bakar LPG dengan Waktu sebelum TMA sebesar 0,098%. Kadar
Pengapian (7o, 10o, dan 13o emisi gas buang CO pada penggunaan
sebelum TMA) bahan bakar LPG dengan waktu pengapian
(ignition timing) 10 sebelum TMA
Dari Gambar 6. di atas dapat sebesar 0,052%, sedangkan untuk waktu
dilihat bahwa emisi gas buang CO pada pengapian (ignition timing) 7 sebelum
penggunaan bahan bakar premium lebih TMA sebesar 0,041%.
banyak dibandingkan dengan kadar emisi Dengan mengubah waktu
gas buang CO pada penggunaan bahan pengapian (ignition timing) pada
bakar LPG (Liquefied Petroleum Gas), penggunaan bahan bakar LPG berpengaruh
walaupun dalam penggunaan bahan bakar pada hasil kadar emisi gas buang CO.
LPG (Liquefied Petroleum Gas) sudah Ketika waktu pengapian (ignition timing)
dilakukan perubahan waktu pengapian dimajukan, kadar emisi gas buang CO
(ignition timing) kadar emisi gas CO tetap meningkat dibandingkan dengan waktu
terjaga lebih sedikit dibandingkan dengan pengapian (ignition timing) yang standar
penggunaan bahan bakar premium. (10 sebelum TMA) atau yang
Agar penyajian hasil pengamatan
dimundurkan (7 sebelum TMA). Hal ini
emisi gas buang CO dengan penggunaan
disebabkan campuran bahan bakar dan
bahan bakar LPG lebih jelas, maka data
udara tidak terbakar sempurna, karena Agar penyajian hasil pengamatan
durasi pembakaran terlalu cepat. Ketika di atas lebih jelas, maka data disajikan
waktu pengapian dimajukan tekanan dalam histogram seperti pada Gambar 8.
maksimal hasil pembakaran terjadi kurang
dari 10 sampai 15 sesudah TMA,
tekanan tersebut menghambat gerak piston
saat kompresi. Sehingga campuran bahan
bakar dan udara tidak terkompresi secara
maksimal dan waktu pembakaran sudah
terjadi sebelum waktunya. Sebaliknya
apabila waktu pengapian (ignition timing)
dimundurkan maka kadar emisi gas buang
CO menurun. Hal ini disebabkan karena
bahan bakar LPG mempunyai temperatur Gambar 8. Histogram Perbandingan Emisi
penyalaan minimal yang lebih lama Gas Buang HC antara Bahan
sehingga membutuhkan waktu pengapian Bakar Premium dan Bahan
yang lebih lama sehigga bahan bakar dapat Bakar LPG dengan Waktu
terkompresi secara maksimal dengan Pengapian (7o, 10o, dan 13o
pembakaran yang lebih tepat. Selain itu sebelum TMA)
temperatur mesin juga mempengaruhi
tinggi rendahnya kadar emisi gas buang Agar penyajian hasil pengamatan
CO pada waktu pengujian. emisi gas buang HC dengan penggunaan
Untuk kadar emisi gas buang CO bahan bakar LPG lebih jelas, maka data
pada penggunaan bahan bakar LPG disajikan dalam histogram seperti pada
dengan waktu pengapian (igniton timing) Gambar 9.
7, 10, dan 13 sebelum TMA lebih baik
dibanding dengan penggunaan bahan bakar
premium dengan waktu pengapian
(ignition timing) 10 derajat sebelum
TMA, hal ini disebabkan karena LPG
berbentuk gas, sehingga pembakaran dari
bahan bakar LPG lebih baik dibanding
dengan bahan bakar premium.

2. Emisi Gas Buang CO Penggunaan Bahan Gambar 9. Histogram Perbandingan Emisi


Bakar LPG dengan Waktu Pengapian 7o, Gas Buang HC Bahan Bakar
10o, dan 13o sebelum TMA LPG dengan Waktu Pengapian
Tabel 2. Hasil Pengamatan Perbandingan (7o, 10o, dan 13o sebelum TMA)
Emisi Gas Buang HC antara
Bahan Bakar Premium dan Jika dikaitkan dengan tabel
Bahan Bakar LPG dengan ambang batas emisi gas buang sesuai
Waktu Pengapian (7o, 10o, dan dengan Peraturan Menteri Negara
13o sebelum TMA) Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006
pada tabel 3.1 bahwa ambang batas emisi
gas buang HC untuk kendaraan bermotor
kategori L sepeda motor 4 langkah tahun
pembuatan < 2010 sebesar 2400 ppm.
Dengan demikian kadar emisi gas buang
HC pada penggunaan bahan bakar LPG
ramah lingkungan karena di bawah standar
yang dikeluarkan oleh mentri negara lama. Namun, bila terlalu mundur maka
lingkungan hidup, kadar emisi gas buang terdapat sisa bahan bakar yang tidak
HC pada penggunaan bahan bakar LPG sempat terbakar, menyebabkan kandungan
dengan waktu pengapian (ignition timing) kadar emisi HC akan meningkat drastis.
13 sebelum TMA sebesar 437,33 ppm. Dengan waktu pengapian (ignition timing)
Kadar emisi gas buang HC pada 7 sebelum TMA juga akan mempengaruhi
penggunaan bahan bakar LPG dengan menurunnya daya dari kendaraan
waktu pengapian (ignition timing) 10
sebelum TMA sebesar 272,67 ppm, KESIMPULAN
sedangkan untuk waktu pengapian 1. Perubahan waktu pengapian (ignition
(ignition timing) 7 sebelum TMA sebesar timing) pada penggunaan bahan bakar
130 ppm. LPG (Liquefied Petroleum Gas)
Dengan mengubah waktu berpengaruh pada hasil kadar emisi gas
pengapian (ignition timing) pada buang CO dan HC.
penggunaan bahan bakar LPG berpengaruh 2. Kadar emisi gas buang CO dengan waktu
pada hasil kadar emisi gas buang HC. pengapian 7 sebelum TMA sebesar
Ketika waktu pengapian (ignition timing) 0,041%, kadar emisi gas buang CO dengan
dimajukan, kadar emisi gas buang HC waktu pengapian 10 sebelum TMA
meningkat dibandingkan dengan waktu sebesar 0,052%, sedangkan kadar emisi
pengapian (ignition timing) yang standar gas buang CO dengan waktu pengapian
(10 sebelum TMA) atau yang 13 sebelum TMA adalah 0,098%.
dimundurkan (7 sebelum TMA). Ketika 3. Kadar emisi gas buang HC dengan waktu
waktu pengapian dimajukan kadar emisi pengapian 7 sebelum TMA sebesar 130
gas baung HC akan naik, hal ini ppm, kadar emisi gas buang HC dengan
disebabkan proses pembakaran bahan waktu pengapian 10 sebelum TMA
bakar dalam ruang bakar lebih singkat, sebesar 272,67 ppm, sedangkan kadar
sehingga temperatur di dalam ruang bakar emisi gas buang HC dengan waktu
bertahan pada level yang singkat, maka hal pengapian 13 sebelum TMA adalah
ini akan menyebabkan kadar emisi gas 473,33 ppm.
buang HC naik. 4. Dengan waktu pengapian (ignition timing)
Untuk bahan bakar LPG dengan 13 sebelum TMA meningkatkan hasil
waktu pengapian (ignition timing) 13 kadar emisi gas buang CO dan HC,
sebelum TMA kadar emisi HC lebih tinggi sedangkan dengan waktu pengapian
dari penggunaan bahan bakar premium (ignition timing) 7 sebelum TMA akan
dengan waktu pengapian (ignition timing) menurunkan hasil kadar emisi gas buang
standar (10 sebelum TMA), hal ini CO dan HC tetapi akan menurunkan
dipengaruhi oleh nilai oktan bahan bakar tenaga mesin.
LPG lebih tinggi dari premium, sehingga
DAFTAR PUSTAKA
mampu mempertahankan diri untuk tidak
Arends, BPM. dan H. Berenschot. (1980).
segera terbakar.
Motor Bensin. Jakarta:Erlangga
Sebaliknya apabila waktu
pengapian (ignition timing) dimundurkan
Arifin, Zainal. dan Sukoco. (2009).
kadar emisi gas buang HC akan turun, hal
Pengendalian Polusi Kendaraan.
ini disebabkan proses pembakaran bahan
Bandung: Alfabeta.
bakar dalam ruang bakar lebih lama
sehingga temperatur di dalam ruang bakar
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur
yang relatif tinggi terus, maka kadar emisi
Penelitian Suatu Pendekatan
gas buang HC akan turun. Hal ini juga
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
disebabkan karena temperatur penyalaan
minimal bahan bakar LPG yang lebih
Aziz, Muhammad. 2012. Analisis http://kampus.okezone.com/read/201
Penggunaan Bahan Bakar Liquified 2/03/20/367/596815/kenaikan-bbm-
Petroleum Gas (LPG) terhadap mengusung-penderitaan-baru-rakyat-
Komsumsi Bahan Bakar dan Emisi indonesia
Gas Buang CO dan HC Pada Motor
Supra X 125R Tahun 2009. Skripsi Hida, Ramdhania El. (2010, 29 Nopember).
Tidak Dipublikasikan, Universitas Tingkat Polusi Tinggi, Premium
Sebelas Maret, Surakarta. Hanya Dijual di Indonesia. DETIK
FINANCE. Diperoleh 06 Juli 2012,
Badan Pusat Statistika. (2009). dari
Perkembangan Jumlah Kendaraan http://finance.detik.com/read/2010/1
Bermotor menurut Jenis tahun 1987- 1/29/213541/1505259/4/tingkat-
polusi-tinggi-premium-hanya-dijual-
2009. Diperoleh 08 Juli 2012, dari
di-indonesia
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.p
hp?tabel=1&daftar=1&id_subyek=1 Jama, J dan Wagino. (2008). Teknik Sepeda
7&notab=12 Motor Jilid 2 untuk SMK. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah
Badan Standarisasi Nasional. (2005). Emisi Kejuruan, Jakarta: Direktorat
Gas Buang Sumber Bergerak Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen
Bagian 3: Cara Uji Kendaran Pendidikan Nasional.
Bermotor Kategori L pada Kondisi
Idle. Diperoleh 03 April 2012, dari K. S, Shankar dan Mohanan P. (2011). MPFI
http://staff.undip.ac.id/env/semesterg Gasoline Engine Combustion,
enap/files/2010/02/SNI-09-7118.3 Performance and Emission
2005-kendaraan-kategori-L-kondisi- Characteristics with LPG Injection.
Internasional Jornal Energy and
idle.pdf
Environment Vol 2, Issue 4, 2011
(761-770). Diperoleh 07 Oktober
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 2012, dari
(2007). Kajian Dampak Penggunaan http://www.ijee.ieefoundation.org/vo
LPG sebagai Bahan Bakar Alternatif l2/issue4/IJEE_18_v2n4.pdf
terhadap Mesin Kendaraan
Bermotor dan Lingkungan. Nooryastuti, E. (2006). Ambang Batas Emisi
Diperoleh tanggal 07 Juli 2012, dari Gas Buang Kendaraan Bermotor
http://www.hubdat.web.id/studi/bstp/ Lama Diperoleh 02 Agustus 2012,
dampaklpg.pdf dari
http://hukum.unsrat.ac.id/men/menlh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan _5_2006.pdf.
Universitas Sebelas Maret. (2012).
Pedoman Penulisan Skripsi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Surakarta: UNS Press. Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
Fardiaz, S. (1992). Polusi Air dan Udara. (1999). Diperoleh 02 Agustus 2012,
Yogyakarta: Kanisius. dari
http://datahukum.pnri.go.id/index.ph
Fika. (2012, 21 Maret). Kenaikan BBM: p?option=com_phocadownload&vie
Mengusung Penderitaan Baru Rakyat w=category&download=1572:ppno4
Indonesia. OKEZONE. Diperoleh 06
Juli 2012, dari
1th1999&id=118:tahun1999&Itemid Susanti, Vita dkk. (2011). Kebijakan
=28&start=40 Nasional Program Konversi dari
BBM ke BBG untuk Kendaraan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Jakarta: LIPI Press.
Nomor 5 Tahun 2006 Tentang
Kebijakan Energi Nasional. (2006). Tenaya. I Gusti Ngurah Putu. dan Made
Diperoleh 07 Agustus 2012, dari Hardiana. (2011). Pengaruh Air Fuel
http://prokum.esdm.go.id/perpres/20 Ratio terhadap Emisi Gas Buang
06/perpres_05_2006.pdf Berbahan Bakar LPG pada Ruang
Bakar Model Helle-Shaw Cell.
Riyandi, S. (2012, 10 Februari). Awal Tahun Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Cakram
Konsumsi Naik 300 Ribu Kl. Vol. 5 No. 1. April 2011 (39-45).
OKEZONE. Diperoleh 02 Agustus Diperoleh 16 Maret 2013, dari
2012, dari http://ojs.unud.ac.id/index.php/jem/a
http://www.okefood.com/read/2012/ rticle/download/2347/1552
02/10/452/573553/awal-tahun-
konsumsi-bbm-naik-300-ribu-kl Wardhana, W. A. (2004). Dampak
Pencemaran Lingkungan.
Sitorus T.B. (2002). Tinjauan Pengembangan Yogyakarta: Andi.
Bahan Bakar Gas Sebagai Bahan
Bakar Alternatif. Diperoleh 06 Juli Widodo, E. (2011). Otomotif Sepeda Motor.
2012, dari Bandung: Yrama Widya.
http://library.usu.ac.id/download/ft/
mesin-tulus2.pdf Yunianto, Bambang. (2009). Pengaruh
Perubahan Penyalaan (Ignition
Soenarta, Nakoela dan Shoichi Furuhama. Time) terhadap Emisi Gas Buang
(1995). Motor Serba Guna. Jakarta: pada Mesin Sepeda Motor 4 (Empat)
PT. Pradnya Paramita. Langkah dengan Bahan Bakar LPG.
Jurnal Ilmiah Rotasi Vol. 11 No. 4.
Sudjana. (1991). Desain dan Analisis Oktober 2009. Diperoleh 07 Juli
Eksperimen. Bandung: Tarsito. 2012,
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian rotasi/article/download/2009/1759
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta. Yamaha. (2006). Service Manual Vega R
(New). Jakarta: PT. Yamaha Motor
Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Kencana Indonesia.
Ilmiah. Bandung: Tarsito.

You might also like