You are on page 1of 22

TUGAS HIDROGEOLOGI DAN PENYALIRAN TAMBANG

MAKALAH PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG NIKEL

Rancangan Teknis Sistem Drainase Tambang Pada Front Penambangan Nikel Blok
GC Pulau Gee-Buli Konsorsium Kencanaraya Megapekasa Ricobana Kabupaten
Halmahaera Timur Provinsi Maluku Utara

Oleh:

Dian Kurnia
2013/ 1302711

Dosen Pengampu
Drs. Murad, MS, MT

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pulau Gee merupakan salah satu dari beberapa daerah di bagian timur pulau
Halmahera yang menjadi perluasan daerah penambangan nikel dari PT. Aneka
Tambang (persero). Kegiatan penambangan bijih Nikel di Pulau Gee ini
dikerjakan oleh Konsorsium Kencanaraya Megaperkasa Ricobana sebagai sub
kontraktor dari PT. Minerina Bhakti, dengan kontrak kerja selama 6 tahun.
Sistem penambangan yang diterapkan oleh Konsorsium Kencanaraya
Megaperkasa Ricobana adalah Tambang Terbuka (Surface Mining) yaitu dengan
jalan memotong punggung bukit (Open Cut Mining) dengan membuat Bench
(Jenjang) sehingga terbentuk lokasi penambangan yang sesuai dengan kebutuhan
penambangan.
Kegiatan penambangan yang dilakukan di Perusahaan ini terdiri dari :
Pembabatan (Clearing), Pengupasan Overburden (Top Soil dan Limonit),
Penggalian dan Pengangkutan (Saprolit).
Salah satu faktor yang menjadi penghambat kelancaran produktivitas
tambang adalah air limpasan yang menggenangi permukaan kerja dimana alat-
alat mekanis mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas penambangan,
akibatnya mempengaruhi kegiatan penambangan, sehingga kegiatan
penambangan terpaksa harus dihentikan untuk sementara waktu.
Dengan membuat rancangan teknis sistem drainase tambang tersebut,
maka diharapkan dapat mengatasi permasalahan air tambang sehingga dapat
memperlancar operasi penambangan, mengurangi waktu persiapan lokasi setelah
waktu hujan, memperkecil kelongsoran dan mengurangi pencemaran lingkungan
air laut serta lingkungan di sekitar daerah penambangan yang diakibatkan oleh
lumpur tambang yang dibawa oleh air dari daerah penambangan dan target
produksi yang diinginkan perusahaan dapat tercapai.

B. Identifikasi Masalah
Sehubungan dengan peningkatan produksi penambangan dan hasil
penelitian yang dilakukan pada Konsorsium Kencanaraya Megaperkasa
Ricobana, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Penerapan sistem drainase yang merupakan salah satu faktor pemacu hasil
produksi, masih memiliki resiko yang besar karena kurang diperhatikannya
aspek keseimbangan alam dan pengaruh lingkungan di sekitarnya.
2. Sistem penambangan yang dilakukan dengan cara berpindah-pindah, sehingga
sering ditemukan air limpasan permukaan yang tergenang pada musim hujan
sebagai faktor penghambat produksi dan resiko terjadinya kelongsoran.
3. Adanya air limpasan permukaan yang menggenangi permukaan kerja,
sehingga alat-alat mekanis mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas
penambangan dan kegiatan penambangan terpaksa dihentikan untuk
sementara waktu.

C. Rumusan Masalah Penelitian


Adapun masalah yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian
ini adalah :
1. Berapa jumlah segmen yang dibutuhkan pada Blok GC.
2. Dimana letak saluran dan settling pond.
3. Berapa ukuran dimensi saluran dan dimensi settling pond yang dibutuhkan.
4. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk membuat saluran dan settling pond
tersebut.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui jumlah segmen yang dibutuhkan pada Blok GC.
2. Untuk mengetahui letak dari saluran dan settling pond.
3. Untuk mengetahui dimensi dari tiap-tap saluran dan settling pond tersebut.
4. Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan saluran maupun
settlng pond.

E. Metodologi Penelitian
Daerah penelitian berada di PT. Konsorsium Kencanaraya Megaperkasa
Ricobana yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang
penambangan nikel dengan mempunyai wilayah Kuasa Pertambangan sendiri
sekaligus sebagai kontraktor. Secara administratif lokasi penelitian berada pada
lokasi penambangan terletak pada pulau Gee Kecamatan Maba, Kabupaten
Halmahera Timur, Propinsi Maluku Utara. Secara geografis lokasi penelitian
terletak pada 0002 20 LU 00 13 00 LU dan 117 12 50 BT - 117 23
30 BT.

1. Air Permukaan
Besarnya debit air limpasan (Run off) ditentukan dengan menggunakan
rumus Rasional (persamaan 2.9).

Q = debit air limpasan maksimum (m3/detik) C = koefisien limpasan


(Tabel 2.1)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)

a. Analisis Data Curah Hujan


Curah hujan rencana merupakan suatu kriteria utama dalam
perencanaan sistem penyaliran untuk air permukaan pada suatu tambang.
Salah satu metode dalam analisa frekuensi yang sering digunakan dalam
menganalisa data curah hujan adalah metode distribusi ekstrim, atau juga
dikenal dengan metode distribusi Gumbel (Persamaan 2.1).

Dimana:
XT = Perkiraan nilai curah hujan rencana (mm)
X = Curah hujan rata-rata (mm)
= Simpangan baku (standar deviation)
= Standar deviasi dari reduksi variat (standar deviation of the reduced
variate), nilainya tergantung dari jumlah data
Yt = Nilai reduksi variat dari variable yang diharapkan terjadi pada periode
ulang tertentu
Yn = Koreksi rata-rata (reduced mean)

b. Intensitas Curah Hujan


Perhitungan intensitas curah hujan dilakukan dengan menggunakan
rumus Mononobe.

Dimana:
R24 = Curah hujan rencana perhari (24 jam)
Tc = Waktu konsentrasi (jam)

c. Daerah Tangkapan Hujan


Daerah tangkapan hujan adalah luas permukaan yang apabila terjadi
hujan, maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah
menuju ke titik pengaliran. Luas daerah tangkapan hujan ditentukan
dengan menggunakan software AutoCad 2008 pada komputer.

2. Air Tanah
Studi Hidrogeologi pada daerah penelitian belum pernah dilakukan, sehingga
tidak dapat diketahui besarnya debit air tanah yang akan masuk ke pit. Analisis
peta geologi dan observasi langsung ke pit yang masih aktif dilakukan untuk
mengetahui pengaruh air tanah terhadap proses penambangan.

3. Tahapan Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang


Rencana sistem penyaliran tambang ini dititikberatkan pada metode atau
teknik penanggulangan air pada tambang terbuka.

4. Analisis Perencanaan Sump


Sump berfungsi sebagai tempat penampungan air sebelum dipompa keluar
tambang. Dimensi sump tergantung dari jumlah air yang masuk serta keluar
dari sump. Sump yang dibuat disesuaikan dengan keadaan kemajuan medan
kerja (front) penambangan. Optimalisasi antara input (masukan) dan output
(keluaran), maka dapat ditentukan volume dari sump.Sump ditempatkan pada
elevasi terendah atau floor penambangan, jauh dari aktifitas penggalian
batubara sehingga tidak akan menggangu produksi batubara.

5. Analisis Perencanaan Pompa dan Pipa


Analisis pemompaan dan pemipaan dilakukan untuk mengetahui jumlah
pompa dan pipa yang akan digunakan.
a. Head (Julang) Pemompaan dan emipaan
Head (julang) adalah energi yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah
air pada kondisi tertentu. Semakin besar debit air yang dipompa, maka head
pompa juga akan semakin besar. Head total pompa ditentukan dari kondisi
instalasi yang akan dilayani oleh pompa tersebut (persamaan 2.15).

1) Head statis (hs)


2) Head kecepatan
3) Head gesekan (hf1)
4) Head belokan (hf2)
Dimana:
h1 = Elevasi sisi isap (m)
h2 = Elevasi sisi keluar (m)
Q = Debit air limpasan (m3/detik)
V = Kecepatan aliran dalam pipa(m/detik)
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
f = Koefisien kekasaran pipa
g = kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
k = koefisien kerugian pada belokan

b. Durasi Pemompaan
Durasi pemompaan maksimal yang digunakan adalah 21 jam/hari, dengan
pertimbangan akan disediakan 3 jam sebagai waktu maintenance terhadap
pompa.

c. Jumlah Pompa dan Pipa


Jumlah pompa disesuaikan dengan debit yang akan masuk ke dalam sump.
Jenis pompa yang digunakan adalah MF 390 dengan menggunakan pipa
polyethylene berdiameter 10 inch dengan panjang 1 unit pipa adalah 6
meter.
6. Analisis Perencanaan Saluran
Analisis perencanaan dimensi saluran dilakukan dengan menggunakan rumus
manning (Persamaan 2.13). Saluran yang direncanakan adalah saluran terbuka
berbentuk trapesium, karena lebih mudah dalam pembuatannya.

Dimana:
Q = debit (m3/detik)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan saluran (%)
A = Luas penampang basah (m2)
n = koefisien kekasaran manning (Tabel 2.3)

7. Analisis Perencanaan Kolam Pengendapan


Kolam pengendapan yang akan dibuat harus memiliki dimensi tertentu agar
mampu mengendapkan material sedimen dengan baik. Penentuan dimensi
kolam pengendapan digunakan persamaan 2.22 - 2.24 sebagai berikut:

Dimana :
V = Volume air (m3)
A = Luas kolam pengendapan (m2)
P = Panjang kolam pengendapan (m)
L = Lebar kolam pengendapan (m) d = Kedalaman kolam (m)
l = lebar tiap zona (m)

Gambar 1.1 Metode Penelitian


BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data Curah Hujan


1. Curah Hujan
Dalam penelitian ini pengolahan data curah hujan dilakukan untuk
mendapatkan besarnya nilai curah hujan dan intensitas curah hujan dalam satu
jam. Hujan rencana ini ditentukan dari hasil analisis frekuensi data curah hujan
yang tersedia dengan menggunakan metode penetuan frekuensi maksimum
curah hujan harian didasarkan pada data-data curah hujan harian tertinggi
yang terjadi pada daerah pengamatan selama periode 10 (sepuluh) tahun yang
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Data Curah Hujan Bulanan Maksimum


Periode 1994 2003

No Tahun Curah Hujan (mm/24 Jam)

1 1994 276
2 1995 402
3 1996 623
4 1997 233
5 1998 504
6 1999 512
7 2000 355
8 2001 305
9 2002 376
10 2003 324

Sumber : Konsorsium kencanaraya Megaperkasa RicobanaTahun 2004


Analisa probabilitas Gumbel diuraikan dalam persamaan (3.2),
persamaan (3.3) dan persamaan (3.4) sebagai berikut :
XTr = X + K . Sd
K=

Y = -ln(-ln( )) Maka :

Dari ( Table 4.6 ) diperoleh :


1. Jumlah curah hujan teramati (X) = 3910 mm
2. Curah hujan rata-rata ( ) = 391 mm
3. Standar Deviasi (Sd) = 121,54
Untuk jumlah data n = 10, dari ( Tabel L1-1 ), didapat :
Sn = 0,9497 Yn = 0,4952

Selanjutnya perhitungan curah hujan rencana dengan Metode Gumbel


dapat dilihat pada (Tabel 2.2) dan untuk periode ulang tertentu besarnya curah
hujan rencana dapat dilihat pada (Tabel 2.3).
Tabel 2.2Hasil Perhitungan Curah Hujan Rencana Dengan Metode Gumbel
CH. CH.
No. Tahun Periode Probabilitas Chi
2
Teramati X (K) Teoritis
Rangking Terjadi Ulang (%) Square
(mm) (mm)
1 1996 623 388129 11 9,09 1,9543 628,5256 0,0485
2 1999 512 262144 5,5 18,18 1,1702 533,2261 0,8449
3 1998 504 254016 3,7 27,27 0,6950 475,4703 1,7118
4 1995 402 161604 2,7 36,36 0,3150 429,2851 1,7342
5 2002 376 141376 2,2 45,45 6,02.10-3 391,7325 0,6318
6 2000 355 126025 1,8 54,54 - 0,2712 358,0383 0,0258
7 2003 324 104976 1,5 63,63 - 0,620 315,6452 0,2211
8 2001 305 93025 1,4 72,72 - 0,7585 298,8119 0,1281
9 1994 276 76176 1,2 81,81 - 1,1354 253,0035 2,0902
10 1997 233 54289 1,1 90,90 - 1,4423 215,7028 1,3871
Jumlah 3910 1661760 8,8235
Sumber : Data Olahan Tahun 2004
Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Curah Hujan Rencana Dengan Metode Gumbel
Untuk Periode Ulang Tertentu

Periode Ulang Probabilitas (%) CH. Rencana (mm)

1,25 80 266,7356
2 50 374,5628
5 20 519,6418
10 10 615,6967
20 5 707,8349
25 4 737,0624
50 2 827,0984
100 1 916,4696
Sumber : Data Olahan Tahun 2004

2. Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan merupakan perbandingan kenaikan limpasan air
hujan terhadap lamanya waktu kejadian pada suatu daerah dan berpengaruh
besar terhadap rancangan sistem penirisan pada lokasi tambang. Dimana
curah hujan rencana untuk periode 10 tahun (R24) adalah sebesar 615,6967
mm/bulan dengan waktu hujan 14 hari, maka curah hujan rencana =
615,6967/14 = 43,9783 mm/hari. Selanjutnya Intensitas curah hujan
dihitung berdasarkan rumus Mononobe persamaan (3.7) sebagai berikut :

a. Daerah Pengaruh I

Diketahui :

1) Beda tinggi hulu = 65 m


2) Beda tinggi hilir = 40 m
3) Beda tinggi hulu dan hilir saluran (H) = 25 m = 0,025 km
4) Panjang saluran (L) = 274,1423 m = 0,2741423 km
5) Curah hujan 24 jam (R24) = 43,9783 mm/hari
Maka :
Kecepatan pengaliran (V) = 17,1124 km/jam
Waktu konsentrasi (t) = 0,0160 jam

Sehingga :
Intensitas (I) = 240,1161 mm/jam

Tabel 2.4 Hasil Perhitungan Intensitas Curah Hujan Pada Blok GC

Kode
Nomor H L R24 V t I
Daerah t2(m) t1(m)
Urut (km) (km) (mm) (km/jam) (jam) (mm/jam)
Pengaruh

1 I 65 40 0,025 0,2741423 43,9783 17,1124 0,0160 240,1161


2 II 40 25 0,015 0,1851087 43,9783 15,9415 0,0116 297,529
3 III 25 18 0,007 0,199623 43,9783 9,644 0,0207 202,2341
4 IV 25 18 0,007 0,1396755 43,9783 11,9486 0,01169 295,99
5 V 50 25 0.025 0,2681678 43,9783 17,3401 0,01547 245,5695
Sumber : Data Olahan Tahun 2004

Dalam menentukan intensitas curah hujan digunakan curah hujan


maksimum dan hari hujan maksimum mulai dari tahun 1994-2003, dimana
data ini diperoleh dari Konsorsium Kencanaraya Megaperkasa Ricobana dan
sumber-sumbar lainnya.
Setelah melakukan perhitungan intensitas curah hujan dengan
menggunakan Metode Gumbel, maka didapat curah hujan rencana dengan
Metode Log Pearson Type III, sesuai dengan penentuan curah hujan rencana
untuk periode ulang 10 tahun berdasarkan umur eksploitasi tambang. Besar
curah hujan maksimum ini dipakai sebagai dasar untuk penentuan dari
perhitungan intensitas curah hujan.
Dari hasil perhitungan didapat intensitas curah hujan sebagai berikut :
a. Daerah Pengaruh I = 240,1161 mm/jam
b. Daerah Pengaruh II = 297,529 mm/jam .
c. Daerah Pengaruh III = 202,2341 mm/jam .
d. Daerah Pengaruh IV = 295,99 mm/jam .
e. Daerah Pengaruh V = 245,5695 mm/jam .

3. Daerah Tangkapan Hujan (Cathment Area)


Tabel 2.5 Hasil Pengukuran Daerah Tangkapan Hujan Lokasi Tambang Blok GC
Kode Pengukuran (m2) Rata-
Nomor Total
Daerah Rata
Urut 1 2 3 (m2)
Pengaruh (m2)

1 I 69639,75 2840,625 1828,125 74308,50 24769,50


2 II 50400 259,875 1069,875 51942,38 17314,12
3 III 53055 569,25 607,5 54231,75 18077,25
4 IV 33394,50 1089 2342,25 36825,75 12275,25
5 V 10068,75 5505,75 8538,78 24113,28 8037,76

Jumlah 80473,89
Sumber: Data Olahan Tahun 2004

B. Debit Air
Air yang akan masuk kedalam Pit Seam 11 Selatan adalah air tanah dan air
permukaan.

1. Debit Air Tanah


Studi hidrogeologi pada daerah penambangan di Blok GC Selatan belum
pernah dilakukan sehingga dilakukan tinjauan langsung terhadap pengaruh air
tanah pada Blok GC Selatan. Hasil tinjauan lapangan menunjukkan pada
lereng-lereng jenjang di lokasi penelitian tidak adanya rembesan air tanah.
meskipun pada musim hujan. Lapisan batupasir dan batu lempung menunjukkan
sifat permeabilitas yang kecil. Dengan melihat hal tesebut dapat diasumsikan
bahwa air tanah ditentukan yang ada didaerah penambangan tidak terlalu
perhitungan berpengaruh terharap aktivitas penambangan
2. Limpasan Permukaan
Debit air limpasan adalah besarnya air yang mengalir pada permukaan
tanah per satuan waktu. Untuk menghitung atau menentukan besarnya debit air
limpasan permukaan dapat dihitung dengan menggunakan data curah hujan,
intensitas curah hujan, luas daerah pengaruh dan koefisien limpasan.
Debit limpasan yang akan masuk ke pit dihitung dengan
menggunakan parameter waktu konsentrasi, intensitas curah hujan, koefisien air
limpasan dan catchment area.
a. Waktu konsentrasi
Jarak yang ditempuh oleh air untuk mengalir di atas permukaan menuju sump
adalah 734 m dengan kemiringan tanah 8,6%. Waktu konsentrasi untuk
sump adalah 8,14 menit.
b. Intensitas curah hujan
Intensitas curah hujan di daerah penelitian sebesar 98,64 mm/jam. Nilai
intensitas curah hujan digunakan dalam perhitungan debit air yang masuk ke
areal bukaan tambang.
c. Daerah tangkapan hujan (catchment Area) Luas daerah tangkapan hujan
dihitung dengan menggunakan program Autocad 2008. Besarnya luas
daerah tangkapan hujan adalah 0,8 km2.
d. Koefisien air limpasan
Nilai koefisien limpasan (C) untuk kajian teknis system penyaliran adalah
0,75 dengan pertimbangan bahwa kondisi pada lokasi penelitian adalah dasar
pit dan jenjang (pit floor and bench).
Debit air lampisan adalah debit air hujan rencana dalam suatu daerah
tangkapan hujan yang diperkirakan akan masuk ke dalam lokasi tambang.
Perhitungan debit air limpasan menggunakan persamaan rasional.
Q = 0,278 x C x I x A
= 0,278 x 0,75 x 98,64 x 0,8
= 16,45 m3/s
Debit air limpasan yang akan masuk kedalam sump sebesar 16,45 m3/detik
3. Sump
Sump berfungsi sebagai tempat penampungan air sementara sebelum
dipompakan keluar tambang. Perhitungan debit air limpasan didapatkan volume
air total yang akan masuk ke dalam sump dengan waktu konsentrasi 8,14 menit
adalah 8034,18 m3. Perhitungan erosi tanah didapatkan volume tanah yang
akan masuk ke dalam sump adalah 9,7 m3. Sump yang akan dibuat berbentuk
trapezium karena lebih mudah dalam pembuatannya dan mampu menampung air
dengan maksimal. Hasil perhitungan dimensi sump, dimana sump berbentuk
trapezium (Gambar 2.1) didapatkan dimensi sump sebagai berikut :

Tabel 2.4. Dimensi Sump

Letak sump berada pada elevasi +100 pada pit seam 11 selatan, yang akan
mengikuti kemajuan tambang (Lampiran J). Sump yang dibuat bersifat kondusif
yang berfungsi sebagai tempat terakumulasinya air pada saat hujan dan sebagai
front kerja ketika tidak terjadi hujan. Waktu yang diperlukan untuk memompa
air dalam sump yaitu 16,76 jam (Tabel 2.4).

Gambar 2.1 Dimensi Sump

C. Pemompaan dan Pemipaan


Air yang terkumpul pada sump akan dipompakan keluar pit. Pompa yang
digunakan adalah 1 unit pompa tipe Mutiflo 390 (Gambar 3.4). Kapasitas pompa
Multiflo 390 yaitu 300 l/detik, dengan RPM maksimal adalah 1120. Kemampuan
head total pompa ini adalah 130 m dengan tingkat efisiensi 70%. Grafik
performance pompa, diketahui kapasitas pompa (Q) yang digunakan adalah 480
m3/jam, total head (julang) yaitu 74,2 m dengan RPM 900 dan efisiensi 65%
(Gambar 4.). Pipa yang digunakan adalah pipa polyethylene (Gambar 6) yang
mempunyai panjang 6 m dengan diameter 8 inch. Jumlah pipa yang digunakan
adalah 19 batang.
Head statis = 57,6 m
Head kecepatan = 0,9 m
Head gesekan = 15,3 m
Head belokan = 0,52 m
Gambar 2.2 Grafik Performance Pompa Multiflo 390

Gambar 2.3 Pipa Polyethylene

D. Saluran
Air yang masuk ke sump kemudian dipompa keluar dari tambang dan
dialirkan melewati saluran terbuka menuju kolam pengendapan. Hasil pengamatan
di lapangan, saluran terbuka yang ada berada pada sebelah barat sump, sehingga air
dipompa kearah barat menuju saluran terbuka. Saluran yang digunakan adalah
saluran berbentuk trapezium karena lebih mudah dalam pembuatan dan
perawatannya, baik dengan tenaga manusia maupun dengan alat-alat mekanis
(Gambar 6). Kelebihan bentuk ini dapat menampung volume air yang lebih besar.
Penentuan dimensi saluran terbuka menggunakan persamaan Manning.
Perhitungan Debit Limpasan pada saluran
Q = 0,278 x C x I x A
= 0,278 x 0,5 x 98,64 x 0,03
= 0,4 m3/s

Debit Limpasan Total = Debit limpasan saluran + Debit pompa maksimum


= 0,4 m3/s + 0,13 m3/s
= 0,53 m3/s
Perhitungan dimensi saluran terbuka:
1
=

Q= 0,59 m3/detik
S = 0,5 % = 0,005
Dimana:
1. Kedalaman aliran (d) = 0,56 m
Besarnya tinggi jagaan adalah 15%
dari 0,56m, sehingga w = 0,085 m
2. Faktor kemiringan saluran (z) = 0,58
3. Lebar dasar saluran (b) = 0,65 m
4. Lebar permukaan saluran (B) = 1,3 m
5. Panjang sisi saluran (a) = 0,66 m
6. Luas penampang basah (A) = 0,54 m2

7. Keliling Basah (P) = 1,95 m


8. Jari-jari hidrolik (R) = 0,28
Gambar 2.4 Dimensi Saluran Terbuka

E. Kolam Pengendapan
Kolam pengendapan (settling pond) akan ditempatkan pada sebelah barat pit
seam 11 selatan. Pemilihan tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa
penempatan kolam pengendapan pada daerah ini tidak akan mengganggu aktivitas
penambangan dan akan lebih mudah dalam penanganan air yang keluar dari kolam
pengendapan.
Bentuk kolam pengendapan digambarkan sederhana, yaitu berupa kolam
berbentuk zig-zag yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Kolam pengendapan
yang dibuat terdiri atas 4 zona yaitu:
1. Zona masukan (inlet zone)
Zona ini berfungsi sebagai tempat masuknya air yang bercampur dengan padatan
dalam bentuk lumpur ke dalam kolam pengendapan.
2. Zona pengendapan (settlement zone)
Zona ini berfungsi sebagai tempat partikel padatan untuk mengendap secara
maksimal.
3. Zona endapan lumpur (sediment zone)
Zona ini merupakan tempat material padatan yang bercampur bersama air akan
mengalami sedimentasi.
4. Zona keluaran (outlet zone)
Zona ini merupakan tempat keluaran air yang diharapkan hampir jernih.
Dimensi kolam pengendapan yang direncanakan agar mampu mengendapkan
material padatan secara maksimal (Gambar 78. Hasil perhitungan dimensi kolam
pengendapan dengan menggunakan persamaan 2.22 2.24.
Panjang = 90,4 m
Lebar = 20 m
Kedalaman =5m
Volume total = 8239,84 m3

Gambar 2.5 Kolam Pengendapan (tampak samping)

Perawatan terhadap kolam pengendapan (settling pond) perlu dilakukan untuk


menjaga agar tidak terjadi pendangkalan. Upaya perawatan dilakukan secara teratur
melalui pengerukan material sedimen pada dasar kolam pengendapan (settling
pond).
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perencanaan sistem


penyaliran tambang yang akan digunakan yaitu Perhitungan volume total didapatkan
8043,88 m3, maka dimensi sump yang akan dibuat dengan bentuk trapezium adalah
panjang sisi atas 40 m, panjang sisi bawah 25 m, dan tinggi 8 m. Sehingga jumlah
pompa yang akan digunakan dalam Blok GC Selatan adalah 1 buah pompa Multiflo
390. Pipa yang akan digunakan yaitu pipa polyethylene. Sedangkan Dimensi Saluran
Terbuka yang dibuat berbentuk trapezium yang akan mampu mengalirkan debit
maksimum 0,59 m3/detik. Dan Kolam pengendapan yang akan dibuat , berupa kolam
berbentuk zig-zag. Dimensi kolam yang dibuat yaitu panjang 90,4 m, lebar 20 m, dan
kedalaman 5 m.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/118488838/Tugas-Makalah-Sistem-Penyaliran-Tambang
https://www.scribd.com/doc/188558272/129667522-Perencanaan-Sistem-Penyaliran-
Tambang-Di-Bukit-TLF-Tambang-Tengah-PT-Aneka-Tambang-Tbk-UBPN-
Sulawesi-Tenggara
http://dirgamining.blogspot.co.id/2012/06/contoh-tugas-sistem-penyaliran.html
https://www.academia.edu/6535381/PERENCANAAN_SISTEM_PENYALIRAN_T
AMBANG_TERBUKA_BATUBARA

You might also like