You are on page 1of 23

MODAL SOSIAL INKLUSIF DALAM JARINGAN

KOMUNIKASI BENCANA

Damayanti Wardyaningrum
Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Al Azhar Indonesia
Kompleks Masjid Agung Al Azhar Jl. Sisingamangaraja Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Telp (021) 724 4456 email : damayanti@uai.ac.id

Abstract
This research aims at identifying inclusive social capital on communication network in the disaster preparedness of
Merapi explosion in 2010 by operating concepts of communication network, social capital and disaster mitigation.
The objects are local people in one of villages in Merapi mountain in Central Jawa. This research used positivistical
paradigm using quantitative data and supported by qualitative data. The result shows that there are four inclusive
social capitals in the communication network of Merapi: (1) relation with volunteer (2) relations with SAR team and
NGO; (3) relation with local government and (4) and traditional relation with Yogyakarta Kingdom. In addition,
the interpretaion of inclusive social capital is the existence of reciprocal feedback form local people. Inclusive social
capital has facilitated information flow on disaster preparedness, influencing agent that has role as decision maker
and supporting individual credibility to get access of resources and as identity builder and Inclusive social capital is
recognition of local people. This research has not found yet Inclusive social capital in term of relation between local
people and university institution who has many resources to build disaster preparedness.

Keyword : communication network, social capital, disaster phase mitigation

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi modal sosial inklusif apa saja yang terdapat pada
jaringan komunikasi masyarakat pada fase kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Penelitian
dilakukan di salah satu dusun yang rawan terhadap bencana gunung Merapi di Jawa Tengah.
Konsep yang digunakan jaringan komunikasi, modal sosial dan mitigasi bencana. Penelitian
menggunakan paradigma positivistik dengan metode pengumpulan data kuantitatif didukung data
kualitatif. Hasilnya ditemukan empat modal sosial inklusif yang terdapat pada jaringan komunikasi
masyarakat pada fase kesiapsiagaan bencana alam Merapi 2010 yaitu relasi dengan para relawan
bencana, relasi dengan pemerintah daerah maupun propinsi, relasi dengan lembaga swadaya
masyarakat dan relasi tradisional dengan keraton Yogyakarta. Selain itu intepretasi terhadap
modal sosial inklusif adalah adanya timbal balik yang diperoleh warga dusun, modal sosial inklusif
memfasilitasi aliran informasi tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana erupsi, memengaruhi
agen yang memiliki pengaruh penting dalam pengambilan keputusan, mendukung kredibilitas
individu dalam memperoleh akses sumber daya untuk pertolongan dan sebagai pembangun
identitas dan modal sosial inklusif merupakan pengakuan bagi warga dusun. Belum ditemukan
modal sosial inklusif berupa relasi warga dusun dengan kalangan perguruan tinggi yang memiliki
banyak sumberdaya untuk membantu kesiapsiagaan menghadapi bencana alam.

Kata kunci : jaringan komunikasi, modal sosial inklusif, fase kesiapsiagaan bencana.

Pendahuluan alam lainnya seperti tanah longsor (63 juta


jiwa) dan gempa (148,8 juta jiwa) namun
Di seluruh wilayah Indonesia saat ini bencana letusan gunung api merupakan
terdapat 3,9 juta penduduk yang beresiko bencana alam yang paling merusak karena
terpapar bencana letusan gunung. Meskipun dalam dua tahun tahun terkahir yang
jumlah ini lebih kecil dibandingkan mengakibatkan 12.404 rumah warga rusak
penduduk yang terpapar resiko bencana berat (Kompas 7 Mei 2015). Bahkan

33
34 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55

sepanjang tahun 2015 terdapat ancaman kaya dan negara miskin, kelompok elit dan
letusan beberapa gunung aktif diantara 129 non elit. Ketiga, adanya kemunduran atau
gunung berapi aktif yang ada. Meskipun ketertinggalan, yaitu kerentanan terhadap
belum sampai menimbulkan korban jiwa kemungkinan timbulnya keadaan yang
namun kerugian sosial ekonomi telah membuat masyarakat menjadi tertinggal dan
dialami oleh penduduk sekitar wilayah harus membangun kembali kehidupannya.
rawan bencana. Hal ini memerlukam bantuan dari institusi
Bagi masyarakat yang berada seperti pemerintah dan bantuan dana.
diwilayah rawan bencana terdapat enam Keempat, perpindahan penduduk atau
jenis kerentanan yang dihadapi dalam masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki
konteks sosial (David dan Alexander pengalaman terhadap tanda-tanda bahaya
dalam zerdem dkk:2006). Pertama, akan menimbulkan generasi baru yang
kerentanan ekonomi yaitu terdapat kondisi rentan (newly-generated vulnerabilities).
yang termarginalkan dalam memperoleh Kelima, kerentanan yang muncul sebagai
penghasilan selama terjadi bencana. Banyak akibat dari keputusan untuk menolak norma-
penduduk yang kehilangan mata pencarian norma, aturan dan regulasi yang dianggap
selama terjadi bencana. Kedua, kerentanan aman. Pada akhirnya, secara keseluruhan
dalam bidang teknologi. Terdapat perbedaan kondisi kerentanan muncul pada peristiwa
akses terhadap teknologi antara level bencana yang sering hadir dan dianggap
kelompok masyarakat. Antara kelompok sebagai bukan hal yang penting yang
kaya dan miskin, kelompok masyarakat sebenarnya menciptakan kondisi bahaya
yang tinggal dikota dan dipedesaan, negara dalam kehidupan secara umum.
Tabel 1. Letusan Gunung dan Dampaknya
Gunung Waktu Erupsi Dampak Sosial Ekonomi Sumber Artikel
Slamet, Jawa Tengah Maret-April - Indopos, 1 April 2015 Gempa
Tremor Terekam
Karangetang, April - Mei - Kompas, 22 Mei 2015, Karangetang
Siau Sulawesi Utara dan Lokon Terus Aktif
Lokon, Tomohon April - Mei - Kompas, 22 Mei 2015, Karangetang
Sulawesi dan Lokon Terus Aktif
Sinabung, Sumatera sejak 2010- saat Lebih dari 3.000 jiwa mengungsi, Kompas, 7 Juni 2015, Warga
Utara ini biaya relokasi +/- 700 m, lahan Kembali Memasuki Zona Bahaya
pertanian rusak
Raung, Jawa Timur Juli Penutupan operasional tiga Kompas, 2 Juli 2015, Warga
bandara pada saat musim puncak. Diminta Jauhi Puncak

Welirang, Jawa Timur Juni - Kompas, 2 Juli 2015, Aktivitas


Gunung Welirang
Gamalama,Ternate Juli 775 warga mengungsi dan Kompas, 29 Juli 2015, Asap keluar
Maluku Utara terserang penyakit, lahan Melalui Rekahan Dekat Puncak
pertanian rusak
Colo, Kab Tojo Una Juni - Kompas, 22 Juni 2015, Status
Una Sulawesi Tengah Gunung Colo Masih Waspada
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 35

Permasalahan berikutnya yang pen masyarakat, kemampuan dan dedikasi dari


ting terkait dengan mitigasi bencana pelaksana.
adalah mengenai peran warga lokal sebagai Sementara itu hasil penelitian Lestari
bagian dalam proses mitigasi bencana. dkk (2010) juga menekankan pentingnya
Persoalan bencana bukan hanya mengenai kajian manajemen komunikasi bencana
berapa jumlah jiwa dan harta benda terutama pada saat tanggap darurat guna
yang dapat diselamatkan namun mitigasi mempercepat proses konstruksi dan reha
bencana penting untuk lebih terfokus pada bilitasi. Proses manajemen komu nikasi
bagaimana penduduk dan harta benda dapat bencana dilakukan melalui tahap peren
terhindar dari bencana. Salah satu unsur canaan, pelaksanaan, kordinasi dan evaluasi.
yang membantu keefektifan penanganan Dari penelitian-penelitian terdahulu maka
bencana adalah jika ada kerjasama dari dapat penulis simpulkan bahwa manajemen
seluruh komponen anggota masyarakat komunikasi menyatukan berbagai modal
berikut kerjasama dengan berbagai pihak sosial yang dimiliki oleh masyarakat dalam
lain yang memberikan kontribusi bagi penanganan bencana. Peran modal sosial
penyelesaian permasalahan masyarakat juga dapat dilihat dari aspek yang luas yaitu
lokal saat terjadi bencana. Jika meninjau bahwa dalam penanganan bencana dari
beberapa penelitian-penelitian terdahulu penelitian Martin R. Degg dan K. David
berikut ini ditemukan peran modal sosial (2005) yang berhasil mengidentifikasi
dalam penanganan bencana. bahwa saat ini adanya kemajuan yang
Hasil penelitian Tim Universitas sangat berarti antara dimensi fisik dan sosial
Gadjah Mada (2012) menemukan sebuah tentang kewaspadaan dan pendekatan baru
model alternatif untuk dikembangkan dalam memahami dan mengurangi resiko
berdasarkan pemetaan secara umum kerawanan bencana. Sehingga diperlukan
tentang korban bencana dan kelanjutan peningkatan riset-riset yang lebih inklusif,
kehidupannya. Terdapat tiga faktor yang menggunakan pendekatan budaya dan
menunjang hal tersebut yaitu ketersediaan strategi yang menyatukan masyarakat pada
modal sumberdaya manusia, kapasitas tingkat lokal, nasional dan internasional
dari modal sosial dan suport komunitas dalam penanganan mitigasi bencana.
dalam mempertahankan keberlanjutan Beberapa penelitian dalam peristiwa
lingkungan. Selain itu Budiarti & Riskha bencana alam yang menggunakan jaringan
(2012) juga menyimpulkan dari penelitian sosial juga melengkapi penelitian terkait
tentang bencana Merapi bahwa faktor modal sosial. Jaringan sosial yang ada
penentu kesuksesan proyek pengelolaan di masyarakat dapat dimanfaatkan oleh
pemulihan bencana pasca letusan Merapi pemimpin untuk mengirimkan pesan dan
adalah persiapan untuk pengurangan menerima informasi serta melakukan
resiko bencana, kordinasi dan kolaborasi, program intervensi yang efektif pada
partisipasi dan keselarasan dengan keseluruhan fase bencana. Respon
36 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55

masyarakat dan proses adaptasi terhadap komponen tentang informasi dan relasi
bencana serta analisis prediksi bencana dapat diperoleh dengan mengidentifikasi
dan penanganannya dapat dilakukan melalui jaringan komunikasi yang ada
dengan mempelajari struktur jaringan dan dalam masyarakat. Karena elemen utama
sosiodemografik masyarakat. Selain itu dari sebuah jaringan komunikasi adalah
jaringan sosial memiliki kontribusi besar aktor dan relasi dimana didalamnya dapat
terhadap kekuatan individu dan kelompok diperoleh bagaimana informasi mengalir
untuk bertahan dan mampu melewati dalam jaringan komunikasi.
masa genting pada fase-fase bencana dan Modal sosial menurut Lin (1999:3-4)
memberikan manfaat yang efektif untuk merupakan investasi dalam hubungan sosial
pertolongan. Melalui jaringan sosial juga yang diharapkan dapat memberikan imbal
dapat diketahui formasi bantuan pertolongan balik. Definisi yang bersifat umum ini memiliki
yang terdesentralisasi dan menawarkan beberapa elemen didalamnya. Pertama
program pelatihan penanganan bencana memfasilitasi aliran informasi. Kedua, ikatan
yang sesuai. (Varda,2008; Ozerdam & sosial tersebut dapat mempengaruhi agen yang
Jacoby,2006:61; Magsino,2009: 10-31). memiliki peran penting dalam pengambilan
Dengan meninjau beberapa penelitian keputusan. Ketiga, sumber daya dalam ikatan
terdahulu serta mempertimbangkan semakin sosial akan mendukung kredibilitas individu
tingginya kompleksitas persoalan bencana atau organisasi dalam memperoleh akses
maka kajian jaringan komunikasi memiliki terhadap sumber daya melalui jaringan atau
berkontribusi penting dalam mengkaji modal sosialnya. Keempat, relasi sosial akan
persoalan sosial bencana alam. Dengan kajian membangun sebuah identitas dan adanya
jaringan komunikasi sebagai aplikasi dari pengakuan.
jaringan sosial yang diperdalam dengan kajian Dengan demikian dapat disimpulkan
modal sosial dapat memberikan gambaran bahwa modal sosial dapat memberikan
yang semakin lengkap guna memberikan keuntungan bagi individu maupun kelompok
alternatif bagi penanganan bencana secara dalam hubungannya dengan pihak lain,
lebih komprehensif. dalam pemenuhan sumberdaya yang saling
Adapun bentuk bentuk modal sosial melengkapi satu sama lain, menjamin
menurut Coleman (2011:422) diantaranya kredibilitas seseorang maupun kelompok
adalah kewajiban dan ekspektasi, potensi sehingga mempermudah keyakinan pihak lain
informasi, norma dan sangsi efektif, relasi untuk bekerjasama, menunjukkan identitas
wewenang serta organisasi sosial yang dan pengakuan. Imbal balik yang diperoleh
dapat disesuaikan. Sehingga jika dikaitkan dari modal sosial tentunya dengan melihat
dengan konteks peristiwa bencana maka kepentingan setiap anggota dalam modal
bentuk modal sosial yang diperlukan sosial tersebut.
adalah adanya relasi wewenang serta Sementara itu jaringan komunikasi
potensi informasi. Selanjutnya kedua sebagai kajian yang terkait dengan modal
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 37

sosial memberikan analisis yang lebih pengembangan tentang jaringan komunikasi


terinci mengenai relasi dan aktor orang- pada masyarakat di wilayah rawan bencana
orang dalam suatu jaringan tertentu. Analisis melalui perspektif modal sosial. Bahwa
jaringan komunikasi pada dasarnya adalah salah satu fase penting dalam mitigasi
penerapan dari analisis jaringan sosial pada bencana adalah pada fase kesiapsiagan,
bidang komunikasi (Eriyanto,2014:23). dimana biasanya fokus masyarakat ada
Sedangkan Rogers dan Kincaid (1981:82) pada fase tanggap darurat yang berupaya
mendefinisikan metode jaringan sebagai menyelamatkan korban dan harta benda
suatu metode riset untuk mengidentifikasi maka dengan lebih menekankan pada fase
struktur komunikasi dalam sebuah sistem, kesiapsiagaan diharapkan masyarakat akan
dimana data relasional tentang aliran terhindar dari bencana dan memperkecil
komunikasi dianalisis dengan menggunakan resiko. Dengan demikian maka dapat
relasi interpersonal sebagai unit analisisnya. dirumuskan permasalahan penelitian sebagai
Dari definisi tersebut maka penekanannya berikut. Pertama, bagaimana gambaran
adalah pada struktur komunikasi yang jaringan komunikasi pada fase kesiapsiagaan
mencakup aliran komunikasi dan data relasi. bencana ? Kedua, modal sosial inklusif apa
Metode jaringan komunikasi memiliki saja yang terdapat pada jaringan komunikasi
kelebihan dibanding metode survey masyarakat dalam kesiapsiagaan menghadapi
antara lain karena jaringan komunikasi bencana alam ? Tujuan penelitian ini adalah
menggambarkan suatu proses sehingga untuk mengidentifikasi gambaran tentang
bisa menjelaskan proses terbentuknya jaringan komunikasi pada fase kesiapsiagaan
fenomena atau peristiwa komunikasi. bencana serta apa saja modal sosial in
Studi jaringan komunikasi menekankan klusif yang terdapat dalam jaringan komu
pada posisi aktor dan kekuatan aktor dalam nikasi masyarakat komunikasi pada fase
struktur sosial dilakukannya perbandingan kesiapsiagaan bencana.
aktor dalam jaringan. Selain itu melalui Selain memberikan manfaat bagi
pola jaringan komunikasi dapat diketahui pengembangan ilmu sosial, penelitian ini
bagaimana tahapan suatu informasi dapat diharapkan memberikan manfaat praktis
tersebar dan siapa saja yang berperan bagi pengembangan modal sosial terutama
penting dalam penyebaran informasi yang inklusif guna mendukung masyarakat
(Eriyanto,2014:14-15). baik secara individu maupun kelompok
Dari beberapa penelitian terdahulu untuk keperluan kesiapsiagaan menghadapi
nampak tentang pentingnya modal sosial bencana alam.
membantu dalam peristiwa kebencanaan. Jaringan Komunikasi
Selain itu dari penelitian pendahuluan yang Jaringan komunikasi adalah peng
telah dilakukan tentang jaringan komunikasi gunaan analisis jaringan sosial dalam bidang
pada seluruh fase mitigasi bencana ilmu komunikasi (Eriyanto,2014:23) atau
(Wardyaningrum, 2016) maka perlu dilakukan dapat dikatakan bahwa analisis jaringan
38 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55

komunikasi pada dasarnya adalah penerapan Teori ini juga melandasi organisasi jaringan
dari analisis jaringan sosial (Social Network komunikasi yang saat ini dapat dilihat
Analysis) pada bidang komunikasi. Rogers sebagai sebuah sistem yang kompleks
dan Kincaid (1981: 82) mendefinisikan yang terkelola sendiri, yang mengalami
metode jaringan sebagai suatu metode perubahan dari perilaku interkoneksi
riset untuk mengidentifikasi struktur yang sebelumnya diatur oleh agen-agen.
komunikasi dalam sebuah sistem, dimana Jaringan sendiri dapat ditinjau sebagai
data relasional tentang aliran komunikasi sebuah properti yang saling tergantung
dianalisis dengan menggunakan relasi sama lain, bersifat spesifik, mengalami
interpersonal sebagai unit analisisnya.Dari perubahan pada atributnya serta mengalami
definisi tersebut maka penekanannya adalah perubahan koneksi dengan jaringan lain
pada struktur komunikasi yang mencakup beserta anggotanya didalam lingkungan
aliran komunikasi dan data relasi. tempat jaringan tersebut berada.
Melalui pola jaringan komunikasi Uraian tersebut menurut peneliti
dapat diketahui bagaimana tahapan suatu sejalan dengan konsep jaringan yang
informasi dapat tersebar dan siapa saja dikemukakan oleh Francis Fukuyama yang
yang berperan penting dalam penyebaran mengemukakan penting bahwa jaringan
informasi. Sebuah studi pada jaringan memberikan saluran-saluran alternatif
pengusaha menemukan bahwa komunikasi bagi aliran informasi melalui dan kedalam
dua tahap dapat terwujud dalam dua sebuah organisasi.Sehingga jaringan yang
jenis meknisme jaringan yang berbeda. didefinisikan sebagai kelompok-kelompok
Pertama, penularan informasi terjadi yang berbagi norma-norma atau nilai-nilai
melalui pemuka pendapat kedalam informal adalah hal yang penting.Karena
kelompok. Kedua,penularan informasi seringkali hierarki bisa dianggap kurang
terjadi diantara anggota- angota kelompok adaptif. Sistem-sistem kontrol formal jauh
yang posisinya setara. Pemuka pendapat lebih tidak fleksibel dibandingkan sistem
dalam jaringan dapat berperan sebagai kontrol informal (Fukuyama, 2000:332).
perantara (brokers) seperti dalam jaringan Struktur jaringan yang berhubungan
bisnis karena memiliki akses dengan pihak dengan pemusatan suatu jaringan adalah
luar (Burt,1999:65). sentralitas yang merujuk bagaimana
Dengan demikian maka bahwa posisi aktor dalam keseluruhan jaringan.
jaringan komunikasi yang didalamnya berisi orang-orang yang berada di posisi sentral
berbagai macam informasi sesungguhnya menjadi sangat penting, karena banyak
merupakan sebuah sistem yang bersifat orang yang ingin mengetahui siapa saja
kompleks.Monge dan Contractor (2003:85) yang berada di posisi sentral dan siapa
mengemukakan bahwa dari teori sistem saja yang menduduki posisi sebagai
yang berevolusi fenomena yang statis pemimpin. Seberapa sentral seorang aktor
menjadi dinamis, kompleks dan beradaptasi. dalam suatu jaringan, siapa aktor yang
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 39

paling menonjol dan paling menentukan dan memperoleh peluang (perspektif


dalam jaringan. Dengan menduduki lebih kelompok) (Lin:1999). Modal sosial dapat
banyak posisi sentral, seorang pemimpin ditinjau baik dari level mikro maupun
akan lebih besar peluangnya untuk mencari level makro yang keduanya memberikan
berbagai sumberdaya (teman, keahlian keuntungan bagi setiap pihak dengan saling
dan sebagainya) dan lebih mudah dalam berhubungan satu sama lain.
memperoleh akses informasi atau dukungan Konsep lain tentang modal sosial
dari jaringan sosial. Selain itu anggota disampaikan oleh Coleeman dalam
yang terdapat dalam posisi sentral dapat Marfai dkk (201;603) yang menjelaskan
memberikan pengaruh yang signifikan bahwa modal sosial (social capital)
terhadap kecepatan perubahan perilaku. merupakan kemampuan masyarakat untuk
(Carolan dalam Eriyanto, 2014:199: bekerjasama, demi untuk mencapai tujuan
Borgatti & Everett dalam Valente, 2010:17) bersama-sama didalam berbagai kelompok
dan organisasi. Tiga jenis tipologi utama
Modal Sosial menurut Woolock dalam Marfai dkk
Penjelasan Nan Lin tentang konsep (2013:65) yaitu social capital bonding
modal sosial memfokuskan modal sosial (modal sosial terikat), social capital
sebagai sebuah asset dalam suatu jaringan. bridging (modal sosial menjembatani),
Studi yang dilakukan berhasil menge dan social capital linking (modal sosial
mukakan tentang faktor-faktor apa saja yang menghubungkan). Social capital bonding
menentukan adanya ke tidakseimbangan biasanya ditunjukkan melalui nilai-
dalam modal sosial dan faktor apa saja nilai yang dianut, kultur, persepsi, dan
yang dapat mengembalikan investasi tradisi atau adat istiadat (custom) yang
modal sosial (Lin, Cook & Burt, 2001:3) disepakati. Social capital bridging dalam
Beberapa studi tentang modal sosial antara hal ini berupa institusi maupun mekanisme
lain yang ditemukan Lin tentang modal merupakan ikatan sosial yang timbul
sosial juga sejalan dengan Granoveter sebagai reaksi atas berbagai macam
yang menekankan bahwa studi-studi karakteristik kelompoknya. Jembatan
tentang jaringan sosial menekankan betapa sosial tersebut dapat muncul karena adanya
pentingnya peran penghubung (bridges) berbagai kelemahan sehingga memutuskan
pada suatu jaringan dalam menyalurkan untuk membangun kekuatan diluar dirinya.
informasi dan mengalirkan pengaruh pada Sedangkan social capital linking dapat
individu maupun kelompok dalam jaringan berupa hubungan atau jaringan.
(Lin, Cook & Burt, 2001 :10). Selain itu Modal sosial dapat dibagi menjadi dua
modal sosial memberikan keuntungan menurut Field (2011:106-107). Pertama,
dalam memperoleh jaringan dan kelompok modal sosial yang mengikat (atau ekslusif)
(perspektif individu), atau memberikan didasarkan pada hubungan keluarga,
keuntungan untuk menjaga aset sosial teman dekat, dan kelompok akrab lainnya;
40 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55

mengikat kedalam dan mengikat orang lain sama sekali. Modal sosial juga menentukan
dari posisi sosial serupa dan hal ini cenderung bagaimana nilai-nilai yang ada dapat
meneguhkan identitas ekslusif dan kelompok dipertahankan, tetap seimbang, atau tidak
homogen. Kedua modal sosial yang hilang.
menjembatani (inklusif) menghubungkan Sementara itu Coleman (2011:415)
orang pada kenalan-kenalan jauh yang mengutip dari Loury menguraikan bahwa
bergerak pada lingkaran yang berbeda dengan kumpulan sumber yang melekat dalam
lingkaran mereka sendiri; hal ini cenderung relasi keluarga dan dalam organisasi sosial
membangun identitas yang lebih luas dan komunitas dan yang bermanfaat untuk
resiprositas yang lebih banyak dibandingkan perkembangan kognitif dan sosial anak-
meneguhkan pengelompokkan sempit. anak atau pemuda. Sumber-sumber ini
Putnam mempercayai bahwa modal sosial berbeda untuk orang yang berbeda dan
yang mengikat baik untuk disinggahi dan dapat memberikan keuntungan penting
modal sosial yang menjembatani adalah untuk perkembangan modal manusia dan
sesuatu yang krusial untuk dijalani. orang dewasa. Modal sosial tercipta ketika
Dari kedua bentuk modal sosial ada relasi antara orang yang mengalami
tersebut dapat dilihat bahwa pada modal perubahan dengan cara-cara yang me
sosial yang eksklusif bermanfaat untuk mudahkan tindakan.
mempertahankan nilai-nilai. Seperti Penjelasan lain mengenai modal sosial
nilai budaya, nilai-nilai tradisional dan dikemukakan oleh Lawang (2005:30)
kesepakatan kelompok dan sebagainya. yang menggunakan istilah kapital
Namun anggota dari kelompok dengan sosial. Kata sosial dalam kapital sosial
bentuk modal sosial eksklusif cenderung menurut pandangannya harus bersifat
tidak mengalami perubahan, memiliki positif. Ada dua alasan yaitu bahwa
pengetahuan yang terbatas hanya berasal pertama kapital sosial harus mendorong
dari anggota kelompoknya saja dan adanya pertumbuhan ekonomi, jika
tidak informasi yang diperoleh tidak tidak demikian maka bukan disebut
bertambah atau merubah nilai yang dianut capital kedua kapital sosial harus mampu
masyarakatnya. Sementara untuk modal membuat pertumbuhan itu berdampak pada
sosial yang sifatnya inklusif memberikan peningkatan kesejahteraan sosial yang
manfaat terhadap masuknya nilai nilai meluas kemasyarakat. Aspek ini memang
baru dari luar, dapat menerima hal-hal lebih menekankan pada hubungan antara
baru sehingga menambah informasi yang efektifitas dan efisiensi sedangkan menurut
diperoleh saat ini. Namun dengan modal Granoveter yang dikutip oleh Lawang
sosial ini nilai-nilai lama yang dianut melihat aspek sosial dari aspek struktural.
dapat berubah, masuknya nilai baru dapat Dimana kapital sosial tidak berdiri sendiri
mengikis nilai-nilai lama, identitas asli namun tertambat (embedded) dalam
kelompok dapat memudar atau berubah struktur sosial. Yang dimaksud struktur
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 41

sosial para ahli umumya menunjuk pada Penekanan pada teori tersebut adalah
hubungan (relation), jaringan (network), adanya kumpulan sejumlah sumber
kewajiban, harapan yang menghasilkan daya jaringan yang bertahan lama atau
dan dihasilkan oleh kepercayaan (trust) terinstitusionalkan dan membedakan antara
dan sifat dapat dipercaya (trustworthiness), modal sosial dan modal manusia (human
yang berkembang diantara orang-orang capital). Bahwa modal manusia (human
yang berhubungan. Dengan demikian capital) lebih merepresentasikan atribut
konsep ini sejalan dengan pendapat atau karakteristik yang ada pada diri setiap
Fukuyama (2000:359) yang menyebutkan orang seperti intelegensi, daya tarik dan
bahwa ada tiga alasan pentingnya hirerarki prestis. Lebih jauh diuraikan oleh Mongie
pada social capital. Pertama, kita tidak bisa dan Contractor bahwa modal sosial tumbuh
menerima begitu saja eksistensi jaringan dari hubungan-hubungan seperti halnya
dan social capital yang mendasarinya yang tertambat dalam jaringan komunikasi
dan dimana jaringan itu tidak eksis, Premis yang dikemukakan Lin (1999:3-
hierarki dapat menjadi satu-satunya 4) mengenai modal sosial secara singkat
bentuk organisasi yang mungkin. Kedua, adalah investasi dalam hubungan sosial yang
hirerarki seringkali secara fungsional diharapkan dapat memberikan imbal balik.
penting bagi organisasi untuk mencapai Definisi yang bersifat umum ini memiliki
tujuannya. Ketiga, masyarakat secara alami beberapa elemen didalamnya. Pertama
suka mengorganisasi diri mereka secara memfasilitasi aliran informasi. Kedua,
hierarkis, ikatan sosial tersebut dapat mempengaruhi
Sementara itu konsep-konsep inti agen yang memiliki peran penting dalam
yang terdapat dalam kapital sosial yang pengambilan keputusan. Ketiga, sumber
dikemukakan oleh Lawang (2005:45) serta daya dalam ikatan sosial akan mendukung
mengutip pendapat Coleman, Putnam dan kredibilitas individu atau organisasi dalam
Fukuyama maka unsur-unsur dari modal memperoleh akses terhadap sumber daya
sosial yang terdiri dari kepercayaan, melalui jaringan atau modal sosialnya.
norma, dan jaringan. Uraian Bourdieu Keempat, relasi sosial akan membangun
dan Wacquant yang dikutip oleh Mongie sebuah identitas dan adanya pengakuan.
dan Contractor (2011:143) menyebutkan Bencana dan Fase Bencana
bahwa modal sosial merupakan sejumlah Dalam pasal 1 UU no 24 tahun 2007
sumberdaya, baik dalam bentuk nyata atau tentang Penanggulangan Bencana, yang
virtual, yang menumbuhkan nilai pada dimaksud dengan bencana adalah peristiwa
diri individu atau kelompok berdasarkan atau rangkaian peristiwa yang mengancam
adanya kepemilikan sebuah jaringan yang dan menganggu kehidupan dan penghidupan
bertahan lama atau kurang lebih hubungan masyarakat yang disebabkan baik oleh
yang terinstitusionalisasi dari sebuah faktor alam, faktor non alam maupun faktor
perkenalan atau pengenalan. manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
42 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, tiga paradigma yaitu. Pertama, bencana
kerugian harta benda dan dampak psikologis. adalah merupakan hasil atau akibat dari
Dalam UU yang sama juga ditetapkan tiga suatu tekanan eksternal. Kedua, akibat
jenis bencana: bencana alam, bencana non dari kerentanan sosial dan ketiga akibat
alam, dan bencana sosial. Sedangkan bencana dari ketidakpastian. Konsep ini masih
alam adalah bencana yang diakibatkan oleh senada dengan Pelanda yang dikutip dari
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang sumber yang sama mengintepretasikan
disebabkan oleh alam antara lain berupa bencana sebagai berikut. Pertama, bencana
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, adalah akibat dari kondisi sosial dan
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. lingkungan yang buruk, kedua, bencana
Sehingga suatu peristiwa dianggap bencana merupakan akibat dari tekanan kolektif
jika peristiwa itu menimbulkan kerusakan, dari sebuah komunitas, dan ketiga adalah
menimbulkan gangguan pada kehidupan, adanya perbedaan dalam kapasitas
penghidupan, dan fungsi masyarakat yang untuk menangani kerusakan dan akibat
mengakibatkan korban dan kerusakan negatif yang ditimbulkan. Pendapat lain
melampaui kemampuan masyarakat setempat dikemukakan oleh Maloney dan Cappola
untuk mengatasinya dengan sumber daya (2009:48-49) tentang bencana :
yang dimiliki. Dapat disimpulkan bahwa
Disaster are measured in terms of lives lost,
kemampuan masyarakat dalam menghadapi injuries, sustained, property damaged or
bencana adalah hal yang penting. lost, and environment degradation. These
consequences manifest themselves through
Sylves (2008:26) mengemukakan bahwa direct and indirect means and can be tangible
or intangible.
dalam mitigasi tercakup keputusan untuk
melakukan apa dan dimana terkait masalah Beberapa ahli sosial menekankan
kesehatan, keamanan dan kesejahteraan pemahaman tentang bencana sebagai
dari masyarakat yang telah ditentukan dan sebuah konstruksi sosial. Bagi para ahli
dilaksanakan sebagai program pengurangan tersebut melihat bencana sebagai dampak
resiko. Hal ini merupakan tindakan yang dari proses sosial atau konsekuensi
berkelanjutan untuk mengurangi resiko sosial yang menghasilkan bahaya, atau
terhadap jiwa dan harta benda serta meningkatkan kerentanan dari sebuah
dampaknya. Berikutnya hal lain yang penting sistem sosial dari dampak suatu bahaya
terkait dengan mitigasi adalah perhitungan (Porfiriev dalam Quarantelli,1998:46).
efektifitas biaya yang dikeluarkan dengan Selanjutnya dari kajian konsep dan
pengurangan resiko yang akan terjadi pragmatis tentang bencana Quarantelli
termasuk kemungkinan resiko fisik dan sosial mencoba memberikan definisinya:
dimasa yang akan datang. A state/condition destabilizing the social system
Claude Gilbert menyodorkan that manifest itself in malfunctioning or disruption
of connection and communications between its
ringkasan konsep tentang bencana elements or social units (communities, social
(Porfiriev dalam Quarantelli, 1998) dalam groups, and individuals), partial or total detruction/
demolition, physical and psychological overload
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 43

suffered by some of these elements; thus, making Pada segmen mitigasi (mitigation),
it necessary to take extraordinary or emergency
countermeasures to reestablish stability. tindakan yang dilakukan biasanya
merupakan program yang spesifik untuk
Carter (2008) juga memiliki uraian mengurangi dampak dari bencana pada
yang melengkapi bahwa berdasarkan suatu bangsa atau komunitas.Pemahaman
pengalaman penanganan bencana didunia tentang mitigasi lebih luas adalah implikasi
terdapat kesimpulan bahwa respon dampak dari bencana, namun demikian
yang efektif terhadap bencana sangat dampak tersebut dapat dimodifikasi atau
tergantung pada dua faktor yaitu informasi dikurangi dengan tindakan yang sesuai.
dan sumberdaya. Tanpa kedua faktor ini Beberapa tindakan atau program terkait
perencanaan mitigasi bencana yang disusun dengan mitigasi antara lain: regulasi
dengan baik, managemet yang terkordinasi pemanfaatan wilayah, regulasi tentang
dan staf yang handal akan menjadi sia-sia. keamanan untuk bangunan tinggi, kontrol
Dengan menggunakan berbagai macam terhadap materi hazard, keamanan
sistem, dan kolaborasi antara masyarakat, sistem transportasi darat, laut dan udara;
pemerintah, lembaga non pemerintah, pihak pembangunan sistem untuk melindungi
swasta akan meningkatkan kemampuan instalasi listrik dan alat komunikasi vital,
sistim komunikasi dalam mencapai target pembangunan infrastruktur seperti misalnya
sasaran masyarakat, Kelompok-kelompok pembangunan jalan bebas hambatan yang
masyarakat yang harus memiliki kesadaran tidak berdekatan dengan wilayah rawan
dalam perencanaan peringatan dini termasuk bencana.
individu adalah : keluarga, sekolah, Segmen ketiga adalah kesiapsiagaan
lingkungan kerja, tempat umum, kelompok (preparedness). Pada fase ini terdapat
orang cacat, masyarakat yang menggunakan beberapa hal penting yang diperlukan
bahasa asing, kelompok masyarakat tidak sebagai upaya peringatan dini yaitu : deteksi
terdidik dan kelompok masyarakat miskin. dini yang dilakukan seawal mungkin
Carter (2008:29) membagi bencana tentang akan datangnya bencana, proses
dalam 5 segmen yaitu :Prevention, peringatan dini yang harus dilakukan oleh
Mitigation, Preparedness, Response pihak yang memiliki wewenang sehingga
dan Recovery. Pada segmen awal menghindari informasi yang tidak perlu,
yaitu pencegahan (prevention), fokus adanya rantai transmisi informasi yang
perhatiannya adalah pada hal-hal akan efektif, pengambilan keputusan setelah
mengenai pentingnya upaya pencegahan, adanya peringatan dini, dan penyebaran
wilayah yang perlu menjadi perhatian informasi peringatan dini ke publik secara
untuk dilakukan pencegahan, pendekatan tepat (Carter, 2008:238-243). Dari banyak
yang positif melalui upaya pencegahan pengalaman mitigasi bencana reaksi awal
dan sumberdaya apa saja yang diperlukan terhadap peringatan dini bencana dapat
untuk pencegahan. menyelamatkan nyawa dan harta benda.
44 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55

Pada periode tanggap darurat (response) (1) mitigasi (2) kesiapan (3) respon dan
aspek emergensi yang perlu diperhatikan (4) pemulihan. Mitigasi mencakup upaya
pada fase tanggap darurat adalah : a) pengurangan atau penghapusan baik salah satu
penyelamatan dan pertolongan terhadap atau kedua hal tersebut terhadap dari bahaya
korban b) pengungsian korban ke wilayah resiko (baik masih berupa kemungkinan
lain c) penyediaan tempat penampungan atau akibat yang ditimbulkan). Kesiapan
sementara yang layak d) penyediaan makan, adalah cara untuk melindungi orang-orang
baik distribusi dan persediaan stok bahan yang beresiko terdampak bencana dengan
pangan e) pembukaan akses jalan melalui cara meningkatkan kapasitasnya untuk
darat udara atau laut termasuk pendaratan dapat bertahan atau memperkecil kerugian
helikopter f) ketersediaan alat komunikasi ekonomi. Respon dicirikan dengan tindakan
g) ketersediaan air bersih h) ketersedian guna mengurangi atau menghapuskan
barang-barang kebutuhan untuk pengungsi dampak bencana yang mungkin timbul
h) sarana kesehatan dan sanitasi, tenaga atau sudah terjadi. Kates dan Pijawka yang
medis i) ketersediaan informasi publik. dikutip oleh Smith dan Wenger dalam
Tersedianya informasi bagi komunitas Rodriguez dkk (2006:235) bahkan membagi
tentang apa yang harus dilakukan j) lagi fase pemulihan bencana menjadi
jaminan keamanan k) konstruksi untuk beberapa bagian yaitu periode emergensi,
bangunan yang mendapatkan prioritas periode restorasi, periode pemindahan dan
tertinggi l)jaminan untuk dukungan moral rekonstruksi serta peringatan, kemajuan,
bagi korban. Segmen recovery, merupakan dan periode pembangunan rekonstruksi. Hal
proses pemulihan yang dapat berlangsung ini menunjukkan bahwa periode pemulihan
lama bahkan bisa mencapai waktu antara merupakan fase yang prosesnya panjang dan
5-10 tahun atau lebih. Pemulihan pasca penting untuk mempersiapkan masyarakat
bencana biasanya melibatkan berbagai melanjutkan kehidupan yang baru serta
aspek seperti restorasi dan rekonstruksi. mempersiapkan diri terhadap adanya
Dalam melaksanakan program pemulihan kemungkinan bencana berikutnya.
pasca bencana keterlibatan berbagai Keberhasilan mitigasi bencana dalam
institusi sangat diperlukan antara lain seperti peristiwa erupsi gunung berapi sangat
pemerintah yang memiliki otoritas dalam bergantung kepada ketersediaan informasi.
hal perencanaan membangun maupun Informasi tersebut diantaranya adalah
pemerintah yang menangani bencana baik mengenai aktivitas gunung api seperti
pusat maupun lokal termasuk institusi yang mengenai karakter, perilaku dan sejarah
menyediakan pendanaan (Carter, 2008:288). letusan gunung api guna keperluan prediksi
Maloney dan Cappola (2009:53-55) waktu terjadinya letusan, jenis bahaya yang
mengemukakan bahwa manajemen bencana akan ditimbulkannya dan daerah-daerah
yang komprehensif pada masyarakat modern yang potensial terkena bahaya letusan sebuah
didasarkan atas empat komponen yaitu gunung api.
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 45

Metode Penelitian dsb. Ketiga, jaringan komunikasi tentang


Penelitian dilakukan di dusun Kali kapan waktu mengungsi.
tengahkidul, Glagahharjo Sleman Yogya Analisis jaringan komunikasi
karta. Hingga saat ini proses pemulihan digunakan untuk memperoleh gambaran
pasca bencana Merapi 2010 masih terus mengenai relasi 176 warga dusun yang
berlangsung karena warga dusun bersikeras memiliki kriteria sebagai responden.
untuk kembali ke wilayah tersebut Jaringan komunikasi akan memberikan
meskipun sudah dinyatakan sebagai zona gambaran bagaimana relasi para aktor
merah oleh pemerintah. Sebagai salah satu dalam jaringan serta siapa saja pihak
gunung berapi yang teraktif didunia, maka yang paling banyak dihubungi oleh aktor-
setiap tahun muncul ancaman erupsi Merapi aktor pada fase kesiapsiagaan menghadapi
yang harus dihadapi warga dusun. Letusan bencana erupsi. Untuk memperdalam
Merapi pada tahun 2010 merupakan yang analisis jaringan komunikasi serta
terbesar dalam 1.000 tahun terakhir dan interpretasi dilakukan wawancara terhadap
penduduk yang dievakuasi mencapai enam orang yang terdiri dari lurah, kepala
380.000 jiwa (Kompas 15 Februari 2015). dusun, beberapa relawan dan warga desa.
Ancaman erupsi Merapi dan banjir lahar Pertanyaan wawancara yang diajukan
dingin yang masih berlangsung hingga seputar hal-hal yang terkait dengan upaya
saat ini dan sebagai salah satu wilayah saat kesiapsiagaan menghadapi erupsi 2010,
yang terparah dilanda bencana pada erupsi mengapa hanya aktor-aktor tertentu yang
tahun 2010 maka kedua kondisi menjadi dihubungi untuk memperoleh informasi,
pertimbangan dalam pemilihan warga bagaimana pesan tentang resiko bencana
dusun Kalitengahkidul sebagai obyek disampaikan, serta bagaimana umumnya
penelitian. sikap warga dusun tentang informasi
Paradigma penelitian yang digunakan mengenai kesiapsiagaan menghadapi
adalah post-positivist dengan pengumpulan bencana erupsi. Peristiwa bencana erupsi
data kuantitatif sebagai data utama dan tahun 2010 meskipun sudah beberapa tahun
data kualitatif sebagai data pendukung berlalu namun merupakan pengalaman
(Creswell,201:53) . Pengumpulan data yang meninggalkan trauma sehingga
kuantitatif digunakan untuk memperoleh informan masih dengan mudah mengingat
analisis terhadap tiga jaringan komunikasi saat terjadinya peristiwa tersebut.
pada fase kesiapsiagaan menghadapi Hasil Penelitian dan Pembahasan
bencana alam erupsi Merapi tahun 2010. Hasil penelitian ini terbagi menjadi
Pertama, jaringan komunikasi mengenai dua bagian. Pertama adalah tiga jaringan
status gunung (normal, siaga, awas, komunikasi yang terdiri dari gambar
waspada). Kedua, jaringan komunikasi jaringan berikut penjelasan mengenai aktor
tentang tanda-tanda visual bahaya aktivitas yang berada pada posisi sentral jaringan.
gunung berupa asap, gemuruh, letusan Pada bagian kedua adalah analisis mengenai
46 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55

modal sosial yang terbentuk di masyarakat. 2006 dimana Merapi tidak mengalami
Pada bagian diskusi dilakukan intepretasi erupsi puncak sehingga tidak mengungsi.
timbal balik apa yang diperoleh dari modal Warga dusun lebih banyak mengandalkan
sosial yang dimiliki masyarakat. pengamatan visual dan cenderung
Jaringan Komunikasi pada Fase Kesiapsiagaan mengabaikan peringatan resmi pemerintah.
Bencana Namun demikian mendekati akhir Oktober
Fase kesiapsiagaan pada bencana 2010 dimana aktivitas vulkanik semakin
erupsi Merapi tahun 2010 berlangsung meningkat maka terjadi perubahan sikap
sekitar hingga dua bulan Saat itu merupakan warga dusun yang memerlukan informasi
fase saat terjadinya peningkatan aktivitas untuk kesiapsiagaan menghadapi bencana.
vulkanik gunung seperti kepulan asap, Berikut analisis ketiga jaringan komunikasi
gempa dan suara gemuruh yang berlangsung yang masing-masing terdiri dari gambar
antara satu hingga dua bulan sebelum jaringan komunikasi dengan analisis
erupsi puncak. Pada fase ini pemerintah mengenai gambar jaringan komunikasi
setempat sudah memberikan peringatan serta deskripsi tentang aktor-aktor yang
kepada warga untuk tidak mendekati menduduki posisi sentral.
wilayah puncak serta menghindari aktivitas Pada fase kesiapsiagaan bencana
disekitar puncak yang sewaktu-waktu bisa mengenai status gunung (normal, siaga, awas,
menimbulkan erupsi dan mengeluarkan waspada) maka status gunung diumumkan
awan panas. Namun demikian warga dusun secara resmi dari BPPTK melalui kepala
mengandalkan peristiwa pada erupsi tahun dusun dan relawan bencana diteruskan kepada

Gambar 1. Jaringan komunikasi mengenai status gunung (normal, siaga, awas, waspada)
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 47

warga dusun. Pada gambar jaringan dan dari warga dari munculnya asap, awan panas,
hasil perhitungan diperoleh beberapa aktor gemuruh, dan suara letusan. Warga dusun
yang menduduki posisi sentral diantara aktor umumnya masih measa aman dan masih
lainnya. Hanya sepuluh aktor yang terpisah beraktifitas bertani sayur saat muncul asap dan
dari aktor-aktor yang memiliki relasi dengan suara gemuruh. Namun ketika awan panas
aktor di posisi sentral namun sepuluh aktor sudah mulai meluncur maka warga dihimbau
yang terpisah tersebut masing-masing berada untuk segera mengungsi karena diperkirakan
dalam satu komponen berelasi dengan minimal dalam hitungan jam akan muncul letusan.
satu aktor lain. Artinya tidak ditemukan aktor Dari gambar jaringan dan perhitungan
yang terisolasi dari jaringan. Tempat tinggal menunjukkan terdapat sekitar duapuluhan
warga dusun berada di lereng gunung dan aktor yang terpisah dari jaringan namun terikat
diantaranya lokasi tempat tinggalnya terpisah dalam komponen sehingga tidak ada yang
dari warga lainnya. Sebagian besar masih terisolasi. Gambar memperlihatkan bahwa
mengandalkan alat komunikasi tradisional setiap aktor memerlukan informasi dari aktor
kentongan. Penggunaan handphone tidak lainnya tentang tanda-tanda visual aktivitas
menjadi andalan warga dusun karena dianggap gunung untuk memastikan tindakan apa yang
tidak efektif karena kelemahan dalam harus diambil. Beberapa aktor menjadi tokoh
mengkases jaringan sinyal dan pembelian sentral yang paling sering dihubungi oleh
pulsa. sebagian besar aktor-aktor lainnya.
Status gunung pada fase ini yang Pada situasi dimana terjadi peningkatan
mengalami peningkatan aktivitas diamati aktivitas vulkanik yang lebih tinggi maka

Gambar 2. Jaringan komunikasi tentang tanda-tanda visual bahaya aktivitas gunung (asap, awan panas,
gemuruh, letusan dsb)
48 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55

Gambar 3. Jaringan komunikasi tentang kapan waktu mengungsi

dan terlihat tanda-tanda erupsi aktor-aktor semua aktor pada aktor-aktor lainnya
berusaha memperoleh informasi mengenai nampak tinggi pada fase ini karena terjadi
dimana saja lokasi yang disediakan sebagai pada waktu yang sangat pendek hanya dalam
tempat pengungsian. Terdapat beberapa beberapa hari, bersamaan dengan ribuan
lokasi yang disediakan pemerintah lokal penduduk dusun lain harus meninggalkan
untuk menampung warga yang mengungsi dusunnya sambil berusaha memperoleh
bersama warga dari dusun-dusun lainnya. bantuan untuk mengungsi yang jumlahnya
Lokasi yang disiapkan untuk menampung sangat terbatas. Warga dusun tidak mengira
pengungsi antara 10 hingga 20 kilometer akan terjadi erupsi besar sehingga tidak
dari lokasi dusun tempat tinggal warga. pernah membayangkan bahwa mereka
Terdapat enam aktor yang tidak berelasi harus mengungsi.
atau terpisah dengan jaringan yang dekat Analisis berikutnya adalah tentang
dengan aktor sentral, namun namun masing- siapa saja aktor-aktor pada posisi sentral
masing aktor terikat dalam komponen yang terdapat dalam jaringan komunikasi.
dengan satu aktor lainnya. Informasi Aktor pada posisi sentral dalam jaringan
mengenai lokasi pengungsian amat penting komunikasi adalah aktor yang paling sering
bagi hampir seluruh aktor sehingga banyak dihubungi oleh aktor lain dan memiliki
aktor berupaya menghubungi aktor-aktor akses terhadap informasi serta sumberdaya
di posisi sentral. Ketergantungan hampir dibanding aktor lainnya.
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 49

Tabel 2 : Aktor-aktor pada posisi sentral dalam jaringan komunikasi


Jaringan Komunikasi Nama Aktor
Status aktivitas gunung (Normal, Siaga, Waspada, Suroto (lurah) , Pandi Wiyono (warga) , Endang S (warga),
Awas) Sarjono (warga), Sugiyanto (RT), Ripto Wiyono (warga),
Suyono (warga), Ngatiyem (warga), Slamet Tikto (warga),
Jemiyo (RT)
Tanda-tanda visual aktivitas bahaya gunung Slamet Tikto (warga), Nugraheni (warga), Ninik (warga),
Mitro W (warga), Indah (warga), Warno (warga), Susanti
(warga), Paiyem (warga), Eko Riswanto (warga), Karyo
(warga), Jamin (kadus), Suroto (lurah), Relawan, Wakidi
(ketua RT), Sugiyanto (ketua RT), BPPTK, Tim Sar, LSM
Kapan waktu mengungsi Jamin (kadus), Suroto (lurah), Sarjono, relawan, Wakidi (ketua
RT), Sugiyono (ketua RT), Sugiyanto (ketua RT), Jemiyo (ketua
RT), BPBD, Pemda, Maryono (warga), Susanti (warga), Marni
(warga), Wakidi (Ketua RT), Ninik (warga), Ny.Karyo (warga),
Surami (warga), Paiyem (warga), Sarjoko (warga)
Sumber: Data diolah

Dari hasil perhitungan sentralitas untuk menyampaikan informasi tentang


jaringan komunikasi dan wawancara kesiapsiagaan menghadapi bencana erupsi.
ditemukan bahwa sentralitas aktor Jumlah aktor yang berada pada posisi
pada ketiga jaringan komunikasi cukup sentral dan cukup menyebar ini cukup baik
menyebar atau terdesentralisasi. Artinya mengingat wilayah dusun yang berada di
posisi sentral berada pada banyak orang lereng gunung dan warga tinggal secara
bukan hanya pada beberapa orang saja. berkelompok. Penyebaran aktor sebagai
Terdapat minuml sepuluh orang yang sumber informasi menggambarkan bahwa
menduduki posisi sentral. Selanjutnya jika informasi yang diperoleh aktor-aktor
melihat dari posisi aktor yang menjadi dalam jaringan komunikasi mudah untuk
sentral informasi pada setiap jaringan diakses, tidak terpusat hanya pada aktor-
komunikasi ditemukan aktor lebih banyak aktor tertentu saja, dan aktor memperoleh
merupakan warga dusun biasa, pada urutan informasi dari berbagai sumber bukan
terbanyak kedua adalah orang-orang yang hanya dari warga lokal.
memiliki posisi di struktur sosial dusun Dari hasil analisis mengenai jaringan
(lurah, kepala dusun dan ketua rukun komunikasi tentang aktor-aktor pada posisi
tetangga), sedangkan berikutnya adalah sentral selanjutnya dilakukan analisis terhadap
adalah orang-orang yang bukan merupakan dari perspektif modal sosial khususnya
warga dusun (relawan, tim SAR, Pemda, modal. Selain modal sosial eksklusif atau
BPBD, LSM, BPPTK). Aktor tidak dapat yang mengikat seperti hubungan keluarga,
menyebutkan nama untuk orang-orang kelompok kekerabatan dan kelompok sosial
yang berasal dari luar dusun namun hanya lainnya ditemukan modal sosial inklusif yaitu
dapat mengingat nama organisasi yang aktor-aktor yang bukan berasal dari warga
menaungi. Karena jumlah aktor yang cukup dusun yang terlibat pada fase kesiapsiagaan
banyak dan bergantian mendatangi aktor menghadapi bencana erupsi.
50 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55

Modal Sosial Inklusif dalam Jaringan Ko yang menggunakan teknologi modern


munikasi pada Fase Kesiapsiagaan Bencana maka pengamatan terhadap aktivitas
Penelitian ini menemukan beberapa vulkanik dapat dilakukan dengan lebih
modal sosial inklusif yang terdapat di akurat dan dapat diambil tindakan lebih
masyarakat lokal yang dapat mendukung cepat dan tepat. Kedua, relawan bencana
proses mitigasi bencana yaitu relasi aktor membantu memberikan penjelasan dan
dengan para relawan bencana, relasi dengan bantuan evakuasi ternak lebih dini kepada
pemerintah daerah, relasi dengan lembaga warga. Karena ternak merupakan asset
swadaya masyarakat, dan relasi tradisional yang penting bagi warga maka warga perlu
dengan keraton Yogyakarta. disadarkan agar melakukan perlindungan
a. Relasi dengan relawan bencana, tim assetnya dari resiko bencana erupsi. Ternak
SAR dan LSM merupakan aset warga untuk diperah
Relawan bencana dan tim SAR yang susunya dan dijual saat tidak produktif
terdapat di wilayah ini terdapat beberapa lagi. Namun demikian warga dusun enggan
kelompok. Diantaranya adalah kelompok menyerahkan ternaknya karena yakin tidak
Induk Bale Rante yang anggotanya terdiri akan terjadi erupsi puncak dan menganggap
dari gabungan antara relawan lokal dan dari akan timbul kesulitan dalam pemeliharaan
luar wilayah Kabupaten Sleman. Kehadiran ternak dilokasi lain.
relawan bencana dan Tim SAR yang Kepercayaan warga yang cenderung
jumlahnya ratusan orang terutama pada pasrah menerima bencana Merapi me
fase kesiapsiagaan memberikan informasi nyebabkan warga kehilangan banyak asset
baru bagi warga lokal tentang penanganan yang berharga yang telah dikumpulkan
bencana berikut aktivitasnya. Pertama, bertahun-tahun sehingga setelah terjadi
relawan bencana melakukan pemantauan bencana harus memulai lagi untuk mem
aktivitas gunung dengan menggunakan peroleh asset sebagai modal membangun
teknologi perangkat pemancar yang ekonomi keluarga. Adapun tim SAR dan
hasilnya dapat diketahui dengan cepat dan LSM membantu menawarkan bantuan
divisualisasikan sehingga warga lokal juga untuk evakuasi warga dusun.
memperoleh edukasi dalam hal pengamatan b. Relasi dengan pemerintah
aktivitas vulkanik dengan menggunakan Relasi berikutnya yang merupakan
pengetahuan modern. Selama ini dalam modal sosial inklusif adalah relasi
mengamati aktivitas vulkanik gunung aktor dengan elemen pemerintah yaitu
Merapi (asap, awan panas, getaran pemerintah daerah, pemerintah propinsi,
tanah, suara gemuruh dsb) warga lokal BPPTK (Badan Pengelola dan Pengendali
lebih mengandalkan pengamatan visual Teknologi Kebencanaan), BPBD (Badan
langsung dan pengetahuan tradisional yang Penanggulangan Bencana Derah, Dinas
diperoleh secara turun-temurun. Dengan Kesehatan). Pada fase kesiapsiagaan bencana
tambahan informasi baru dari relawan warga lokal membutuhkan informasi yang
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 51

akurat mengenai status gunung berikut (meliputi sekitar 360 desa) dengan keraton
tindakan apa yang harus diambil. Informasi Yogyakarta dapat dianggap sebagai
dari pemerintah yang disampaikan secara peneguhan kekuasaan Sultan terhadap
berjenjang hingga kepala dusun membantu rakyatnya. Meskipun Sultan sebagai raja
warga untuk menentukan kapan waktu yang telah berganti beberapa generasi,
mengungsi, kapan harus mengungsi, namun hingga saat ini kepercayaan warga
melalui jalur mana saja yang aman untuk disekitar Merapi dan Yogyakarta pada
dilalui dan kemana lokasi pengungsian umumnya masih berlaku dan dipercaya
yang harus dituju serta informasi lain baik dari segi mitos, budaya maupun
yang diperluksn pada fase kesiapsiagaan. pemerintahan. Meskipun terdapat sedikit
Pemerintah dan lembaga resmi lainnya perbedaan sikap dalam memandang merapi
yang memiliki sumberdaya teknologi pada periode Sri Sultan Hamengkubawono
modern menyampaikan informasi keada X (yang memerintah saat ini) dan Sri
warga dusun melalui lurah, kepala dusun, Sultan Hamengkubuwono IX pada periode
relawan dan sebagainya. sebelumnya, namun kepercayaan warga
c. Relasi dengan Keraton Yogyakarta. lokal terhadap relasi antara Merapi dan
Hubungan masyarakat Yogyakarta Kesultanan Yogyakarta masih cukup kuat.
dengan Keraton Yogyakarta hingga saat Diantara kepercayaan masyarakat
ini cukup dekat. Rakyat Yogyakarta dan lokal terhadap perintah Keraton Yogyakarta
sekitar Merapi mengakui kepemimpinan adalah dilaksanakanannya ritual labuhan
Sri Sultan Hamengkubowono hingga Merapi. Setiap tahun dilaksanakan kegiatan
generasi Sultan yang sekarang (HB ritual Labuhan Merapi yang bertujuan untuk
X). Merapi selalu dikaitkan dengan memperoleh keselamatan dan terhindar
Kesultanan Yogyakarta sejak ratusan dari bencana letusan gunung Merapi. Ritual
tahun yang lalu, baik dari segi filosofi, labuhan merapi ini sudah dilakukan sejak
sejarah terjadinya Merapi, pembangunan ratusan tahun yang lalu sebagai bagian dari
Keraton Yogyakarta, lokasi Geografis yang perintah keraton Yogyakarta. Sebelumnya
terhubung dalam satu garis imajiner antara ritual ini dilaksanakan oleh warga di
Merapi di Utara, Laut Selatan di wilayah setiap dusun disekitar Merapi dengan
Selatan dan Keraton Yogyakarta yang memberikan persembahan berupa berbagai
barada diantaranya.Berbagai upacara yang jenis makanan yang dibawa kepuncak
harus dilakukan oleh penjaga Merapi Merapi secara bersama-sama dengan warga
sebagai wakil kesultanan Yogyakarta dari dusun lainnya. Namun dalam beberapa
dan masyarakat disekitar Merapi, hingga tahun ini ritual tradisional labuhan Merapi
peristiwa aktivitas vulkanik Merapi yang dilaksanakan secara kolektif antara
dikaitkan dengan pemerintahan atau politik beberapa kecamatan disekitar Merapi.
kesultanan maupun pemerintah Indonesia. Pada fase kesiapsiagaan menghadapi
Disatu sisi relasi antara masyarakat Merapi erupsi 2010 yang lalu Sri Sultan HB X
52 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55

telah sejak awal memerintahkan warga terhadap hadirnya pihak luar seperti relawan
dusun untuk meninggalkan wilayah dan berbagai lembaga masyarakat yang
Merapi, namun demikian warga dusun tetap membantu warga sejak fase kesiapsiagaan
bertahan hingga detik-detik saat terjadinya bahkan berlanjut hingga pasca bencana.
erupsi. Sikap Sultan yang rasional dalam Ketiga, bergesernya kepercayaan sebagian
menghadapi ancaman erupsi Merapi warga terhadap kepercayaan tradisional
rupanya tidak diindahkan oleh warga dusun tentang gunung Merapi yang memberikan
yang masih mengandalkan kepercayaan peluang bagi masuknya informasi baru
tradisionalnya bahwa Merapi tidak akan yang dibawa oleh relasi dengan orang-
terjadi erupsi. Sehingga hal ini sempat orag yang merupakan modal sosial inklusif
menimbulkan pro dan kontra dalam proses tentang mitigasi bencana.
evakuasi warga dusun. Selanjutnya dari keempat modal sosial
Modal sosial inklusif yang ditemu inklusif yang ditemukan, terdapat timbal
kan dalam jaringan komunikasi pada balik yang diperoleh masyarakat lokal
penelitian ini dapat disebut sebagai dari berbagai jenis modal inklusif yang
masyarakat tradisional yang dikenal dimiliki. Pertama, modal sosial inklusif
dengan mechanical solidarity yang dapat memfasilitasi aliran informasi.
mem perlihatkan adanya perbedaan- Relawan, Lembaga Masyarakat selain
perbedaan individu yang diminimalisisasi. berperan dalam menyampaikan informasi
Solidaritas mekanik merupakan bentuk baru kepada warga lokal, juga berfungsi
solidaritas yang mengikat individunya menjembatani aliran informasi dari warga
dalam sebuah kelompok sosial karena lokal ke warga diluar dusun maupun
adanya rasa kebersamaan, adanya aturan masyarakat lain yang memerlukan informasi
untuk berkelompok tanpa mempedulikan guna mengefektifkan bantuan pada fase
status sosial dari individu-individu yang kesiapsiagaan yang berlangsung lebih dari
ada dalam komunitas yang bersangkutan. satu bulan. Kedua, modal sosial inklusif
Biasanya solidaritas mekanik terdapat pada dapat mempengaruhi agen yang memiliki
masyarakat yang tinggal di pedesaan. Modal pengaruh penting dalam pengambilan
sosial inklusif yang terdapat pada jaringan keputusan. Melalui kedekatan warga lokal
komunikasi pada fase kesiapsiagaan dengan dengan para relawan bencana dan
bencana dalam pandangan penulis dari informasi yang disampaikan oleh
disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, relawan tentang aktivitas vulkanik dengan
karena lokasi geografis wilayah yang dekat menggunakan teknologi, relawan bencana
dengan ibukota pemerintahan sehingga yang sebagian warga lokal memiliki
sangat memungkinkan terbentuknya relasi perubahan sikap dan mengajak warga
warga dusun dengan instansi pemerintah dusun lain untuk mengungsi lebih awal
serta kelompok relawan dari berbagai unsur sebelum terjadi erupsi. Karena diwilayah
masyarakat. Kedua, keterbukaan warga ini sebagian masyarakatnya masih
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 53

memiliki kepercayaan bahwa Merapi tidak Identitas dari modal sosial inklusif
akan mengalami erupsi besar seperti halnya juga diperoleh warga dengan melakukan
pada tahun 2006, maka pada erupsi tahun aktivitas ritual seperti Labuhan Merapi
2010 masyarakat juga berharap demikian, sebagai bagian dari rakyat yang mengabdi
sehingga lebih banyak warga yang baru kepada Keraton Yogyakarta dan mematuhi
mau mengungsi ketika terjadi erupsi. perintah leluhurnya. Identitas ini juga
Ketiga, modal sosial inklusif mendukung mendukung pelestarian kepercayaan
kredibilitas individu dalam memperoleh tradisional termasuk kepercayaan terhadap
akses sumber daya yang dibutuhkan. Dalam mitos serta membangun solidaritas sosial
kesiapsiagaan bencana selain informasi diantara warga yang sebagian sudah
yang memadai sumberdaya lainnya mengalami pergeseran nilai terutama pada
yang dibutuhkan adalah alat transportasi, generasi muda.
akomodasi di pengungsian berikut sarana Simpulan
pendukungnya, dan tempat hunian Modal sosial inklusif merupakan modal
sementara yang dapat dipenuhi dengan bagi warga dusun yang menghubungkan
adanya akses kepada pemerintah daerah dengan orang pada kenalan-kenalan
maupun propinsi. Melalui modal sosial jauh yang bergerak pada lingkaran yang
berupa jaringan dengan relawan, kemitraan berbeda dengan lingkaran mereka sendiri,
dengan pemerintah daerah serta jaringan membangun identitas yang lebih luas yang
dengan lembaga masyarakat warga dusun lebih banyak dibandingkan meneguhkan
terutama orang-orang pada psosisi struktir pada pengelompokkan yang lebih sempit.
sosial memiliki kredibilitas yang dapat Pada penelitian ini dari analisis tiga jaringan
digunakan untuk memperoleh sumberdaya komunikasi yang diteliti ditemukan terdapat
dalam rangka proses mitigasi bencana. modal sosial inklusif berupa relasi dengan
Keempat, modal sosial inklusif sebagai relawan bencana, tim SAR dan LSM; relasi
pembangun identitas dan pengakuan yaitu dengan instansi pemerintah, relasi dengan
adanya pengakuan masyarakat terhadap berbagai lembaga masyarakat serta relasi
terhadap anggota kelompok relawan dengan pihak keraton Yogyakarta. Adapun
bencana yang beranggotakan warga dusun timbal balik yang diperoleh warga dusun
maupun dari luar dusun. Dengan pengakuan dari modal sosial inklusif adalah pertama,
identitas terhadap kelompok relawan maka modal sosial inklusif dapat memfasilitasi
informasi dapat diterima oleh wrga dusun aliran informasi antara lain informasi
melalui jaringan komunikas. Identitas yang mengalir dari berbagai instansi resmi
ini diperlukan karena banyak pihak tang kepada warga seperti informasi tentang
memerlukan mediator untuk memasuki status gunung yang sedang mengalami
wilayah bencana atau memberikan berbagai erupsi dan informasi dari relawan mengenai
bantuan melalui individu atau kelompok tindakan apa saja yang harus dilakukan
yang dapat dipercaya. warga desa saat terjadi erupsi. Kedua,
54 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 33-55

modal sosial inklusif dapat mempengaruhi Daftar Pustaka


agen yang memiliki pengaruh penting Budiarti, Riskha Tri. (2012). Mengidentifikasi
dalam pengambilan keputusan. Dengan Faktor-faktor Penentu Bagi
Kesuksesan Proyek Pengelolaan
adanya relasi dengan instansi pemerintah Bencana :Studi Kasus Pengelolaan
dan lembaga lainnya maka lurah, dusun PemulihanPemulihan Pascabencana
dan ketua rukun tetangga serta warga desa Letusan Gunung Merapi di Indonesia,
lain yang dianggap sebagai rujukan dapat Program Magister Sains Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas
dipengaruhi untuk mengambil keputusan Gadjah Mada Yogyakarta.
penting dalam kesiapsiagaan bencana.
Keputusan tersebut seperti kapan warga Carter,W.Nick. (2008). Disaster
Management : a disaster managers
harus mengungsi, siapa saja yang menjadi handbook, Asian Development
prioritas untuk diungsikan dan berbagai Bank, Philipines
keputusan penting lainnya. Ketiga, Coleman, James S. (1998). Social Capital in
modal sosial inklusif dapat memberikan the Creation of Human Capital, AJS
dukungan bagi kredibilitas individu dalam Volume 94 Suplement S95-S120.
The University of Chicago
memperoleh akses sumber daya seperti alat
tranportasi, lokasi pengungsian, kebutuhan Creswell, John W. (2010). Research
Design, Pendekatan Kualitatif,
pada saat dipengungsian dan sebagainya.
Kuantitaif dan Mixed. California:
Kelima, modal sosial inklusif berfungsi SAGE Publication.
sebagai sebagai pembangun identitas
Eriyanto. (2014). Analisis Jaringan
dan pengakuan. Dengan adanya relasi Komunikasi. Jakarta: Prenada.
dengan berbagai pihak diluar lingkaran
Field, John. (2011). Modal Sosial.
warga dusun, maka posisi warga dusun Yogyakarta: Kreasi Wacana.
yang menjadi korban erupsi memiliki
Fukuyama, Francis. (2014). The Great
identitas baru sebagai korban erupsi serta Disuption, Hakikat Manusia dan
memperoleh pengakuan dari pihak luar Rekonstruksi Tatanan Sosial.
sebagai pihak yang memerlukan bantuan. Yogyakarta: Kalam
Pada jaringan komunikasi fase Lawang, Robert M.Z. (2005). Kapital
kesiapsiagaan bencana belum terdapat Sosial dalam Perspektif Sosiologik
Suatu Pengantar. FISIP UI PRESS
relasi antara warga dusun dengan instansi
Lestari Puji, Prabawa Agung, Wibawa Arif.
perguruan tinggi yang terdapat disekitar
(2010). Manajemen Komunikasi
wilayah Kabupaten Sleman. Karena Bencana Merapi 2010 pada saat
pada fase kesiapsiagaan diperlukan relasi Tanggap Darurat, Jurnal Ilmu
dengan perguruan tinggi guna memperoleh Komunikasi, Volume 10, Nomor 2,
Agustus 2012.
masukan mengenai metode-merode
baru dari berbagai disiplin ilmu dalam Lin, Nan, Cook, Karen & Burt, Ronald S.
(2001). Social Capital Theory and
menghadapi kesiapsiagaan bencana dengan
Research. New York: Aldine De
lebih cara yang lebih modern serta efektif. Gruyter.
Damayanti Wardyaningrum. Modal Sosial Inklusif... 55

Lin, Nan. (2003). Social Capital, A Theory Ozerdam, dkk. (2006). Disaster Management
of Capital Structure in Action. New and Civil Society Relief in Japan,
York: Cambridge University Pers. Turkey and India. London: Itauris Co
Magsino, Sammantha L. (2009). Applications Ltd.
of Social Network Analysis for Building Rogers, Evert M & Kincaid, D Lawrence.
Community Disaster Resilience. (1981). Communication Networks,
Wahington DC: Board on Earth New York: Free Press.
Sciences and Resources Division on
Earth and Life Studies The national Universitas Gadjah Mada. (2012). An
Academic Press. Integrated Model for Social-Economic
Recovery Post Submission of
Maloney,Erin K and Coppola,Damon P. Nominations to The First RCE Award
(2009). Communicating Emergency on EFSD Initiatives United Nations
Preparedness: strategic for creating University IAS.
a disaster resilient. USA: Auerbach
Publicationa Taylor & Francis Group. Valente, Thomas W. (2010). Social Networks
and Helath, Models Methods and
Marfai, M Aris, Hadmoko, D Sri & Applications. New York: Oxford
Triyanti Anisa. (2013). Peran University Press.
Kearifan Lokal dan Sosial Kapital
Masyarakat Dalam Pengurangan Varda Danielle M. Rich. (2008). Social
Resioko Bencana Dan Pembangunan Network Methodology in the Study
Kawasan Pesisir Berkelanjutan of Disasters: Issues and Insights
Integrasi Kajian Lingkungan, Prompted by Post-Katrina Research.
Kebencanaan dan Sosial Budaya. Forgette David Banks Noshir
Sekolah Pasca Sarjana UGM. Contractor Springer Science+Business
Media B.V.
Martin R. Degg Martin and and K. David.
(2005). Seismic and Volcanic Hazards Wardyaningrum, Damayanti. (2016).
in Peru: Changing Attitudes to Disaster Jaringan Komunikasi Dalam fase
Mitigation. The Geographical Journal, Mitigasi Bencana (Analisis Struktur
Vol. 171, No. 2 (Jun., 2005), pp. 125- dan Kekuatan Ikatan Lemah (Weak
145 Published by: Wiley on behalf of Ties) pada Jaringan Komunikasi
The Royal Geographical Society with Masyarakat di Wilayah Rawan
the Institute of British Geographers Bencana Gunung Berapi), (disertasi)
Departemen Ilmu Komunikasi
Monge, Peter R and Contactor. (2003). Universitas Indonesia, Jakarta.
Theories of Communication
Networks. New York: Oxford Undang Undang no 24 tahun 2007 tentang
University Press. Penanggulangan Bencana

You might also like