You are on page 1of 3

ENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh
semua mahluk hidup. Oleh karena itu, sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk
berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan
kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan
pelestarian sumberdaya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air. Pengelolaan
sumberdaya air sangat penting, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Salah satu
langkah yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air, mencakup
kualitas fisika, kimia dan biologi. Pemantauan kualitas fisika air meliputi cahaya, suhu,
kecerahan, kekeruhan, warna, konduktivitas, padatan total terlarut dan tersuspensi. Kualitas
biologi air meliputi keseluruhan organisme yang ada di perairan dan untuk faktor kimia air
yang sering diamati meliputi pH, oksigen terlarut, karbondioksida, alkalinitas, kesadahan dan
lain lain.
Air tergolong menjadi beberapa bagian antara lain yaitu : air tawar, air yang mengandung kadar
salinitas kurang dari 0.5 ppt, dikarenakan kandungan kadar salinitas yang rendah maka rasa
dari air tawar sesuai dengan namanya yaitu tawar. Air payau, yaitu gabungan antara air tawar
dengan air laut dengan kadar salinitas berkisar antara 0.5 ppt-30 ppt. Untuk penggolongan
yang ke 3 adalah air laut, yaitu air yang memiliki kadar salinitas antara 30 ppt 40 ppt. Bahkan
untuk kadar salinitas air laut sangat bervariasi tergantung pada badan perairan tersebut. Dari
golongan air yang berbeda kandungan salinitasnya maka akan terjadi perbedaan pada
organisme yang mendiami suatu badan perairan tersebut, karena tidak semua organisme
akuatik dapat hidup pada salinitas tinggi begitu pula sebaliknya pada salinitas rendah.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum penentuan salinitas air yaitu untuk mengetahui teknik analisis
perbandingan salinitas air dari masing masing sampel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Salinitas dapat diukur dengan alat yang praktis yaitu salinometer atau Hand Refractometer.
Penentuan salinitas dilakukan dengan meneteskan tetes air contoh, pada bagian prisma ,
kemudian nilai salinitas dibaca pada eyepiece. Batas bagian terang dan gelap yang memotong
skala menunjukkan salinitas air contoh.
Menurut Kinne (1964) bahwa salinitas menentukan sifat struktural dan fungsional organisme
melalui perubahan dalam :
1. Konsentrasi osmose total
2. Perbandingan relatif yang terlarut
3. Koefesien absorbsi
4. Saturasi gas yang terlarut.
Salinitas suatu perairan dipengaruhi oleh adanya aliran air laut , dan daratan, curah hujan,
evaporasi dan pasang surut (Anggoro, 1984). Salinitas adalah jumlah garam yang dinyatakan
dalam gram yang diperoleh dari beberapa kali penguapan, 1000 gram air sehingga diperoleh
berat air yang konstan (Shuter, 1949). Pada salinitas yang rendah laju metabolisme akan
menurun sehingga pada salinitas tertentu akan menyebabkan metabolisme berhenti. Menurut
Raymont (1963) menyatakan tinggi rendahnya salinitas akan mempengaruhi tekanan osmose
dimana nantinya akan mempengaruhi metabolisme sel. Besar kecilnya salinitas yang terjadi
sangat menetukan sifat organisme akuatik yang ada terutama plankton yang mempunyai sifat
peka terhadap perubahan (Davis, 1955). Salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan yang
sangat membatasi kehidupan organisme dan dapat mengontrol pertumbuhan, reproduksi, dan
distribusi organisme (Odum, 1971). Pasang surut sebagai salah satu kekuatan angin dapat
mempengaruhi salinitas, maka tempat yang pasang surutnya besar pasang naik akan
mendorong air laut lebih dulu ke hulu estuarin sebagai akibatnya pada daerah yang salinitasnya
berubah-ubah sesuai dengan keadaan pasang surutnya (Nybaken, 1988).
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penentuan salinitas air adalah Hand Refractometer.
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penentuan salinitas air adalah akuades, tissue, dan sampel air.
3.2. Waktu dan Tempat
Praktikum Penentuan Salinitas Air dilaksanakan di Laboratorium Aquatik (Jurusan Perikanan dan
Kelautan) Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman, Sabtu, 24 Oktober 2009.
3.3. Metode
Prosedur penentuan salinitas air kran dengan metode Hand Refraktometer yaitu :
1. Sampel air diambil 1 tetes dan ditempatkan pada bagian sensor dari Hand Refraktometer
kemudian dilihat salinitasnya.
2. Pengukuran tersebut dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan : >0,5 ppt = perairan bersifat tawar
>30 ppt = perairan bersifat payau
<30 ppt = perairan laut
Perubahan salinitas yang besar disebabkan pengaruh yang besar terhadap organisme
didalamnya (Davis, 1955). Pasang surut sebagai salah satu kekuatan angin yang dapat
mempengaruhi salinitas (Nybaken, 1998). Nilai salinitas dalam suatu perairan terutama pada
perairan tawar (nilai salinitas 0-5 ppt), harus memiliki batas optimum untuk pemeliharaan ikan,
menurut Boyd (1982) dalam Ghufran dkk (2007) salinitas ditentukan berdasarkan banyaknya
garam-garam yang larut dalam air. Parameter kimia tersebut dipengaruhi oleh curah hujan dan
penguapan (evaporasi) yang terjadi suatu daerah. Berdasarkan kemampuan ikan menyesuaikan
diri pada salinitas tertentu, dapat digolongkan menjadi Ikan yang mempunyai toleransi salinitas
yang kecil (Stenohaline) dan Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang lebar (Euryhaline).
Berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan diperoleh nilai salinitas yang berbeda-beda
pada setiap sampel air yaitu pada air kran 0 ppt, air kolam 0 ppt, air payau 1,5 ppt, air laut 30
ppt, dan air hujan 0 ppt. Kadar salinitas dalam suatu perairan berhubungan erat dengan
mekanisme osmoregulasi pada organisme air tawar. Affandi (2001) berpendapat bahwa
organisme akuatik mempunyai tekanan osmotik yang berbeda-beda dengan lingkungannya.
Oleh karena itu ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air agar proses-proses
fisiologis di dalam tubuhnya berlangsung normal.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa nilai salinitas tiap tiap sampel
air adalah sebagai berikut : air kran, air kolam, air hujan, termasuk pada parameter air tawar
yaitu sebesar 0 ppt, air payau 1,5 , air laut 30.
5.2 Saran
Praktikan hanya dapat memberi saran bahwa perairan yang cocok unuk budidaya ikan memliki
kadar salinitas 10-25 ppt. Dan kadar salinitas ini sering ditemui pada perairan payau
dikarenakan perairan payau merupakan tempat pertemuan air laut dan air tawar sehingga
salinitasnya cocok dan tepat untuk budidaya ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi. 2001. Fisiologi Hewan Air. Unri, Press : Riau
Davis, C.C. 1955. The marine and fresh water palankton. Michigan state university-press, USA.
Gufhran dkk. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta : Jakarta
Nyebaken, JW. 1971. Biologi laut suatu pendekatan ekologi. Gramedia, Jakarta.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of ecology. Third edition. W. saunders. CO, Philadelphia

You might also like