Professional Documents
Culture Documents
TN R berusia 20 tahun dibawa ke RSJ LAWANG pada jam 09.00 WIB. Dikarenakan mengamuk
karena tidak dibelikan motor oleh ayahnya. Klien sudah berkali-kali mengamuk jika apa yang dia
inginkan tidak dipenuhi, keluarga menduga hal ini terjadi sejak orang tua klien bercerai sejak
klien berusia 12 tahun. Dan pada akhirnya klien mengalami depresi dan tidak mau bercerita
masalahnya pada keluarga. Pada saat dibawa ke RSJ LAWANG klien tampak gelisah dan
berbocara kotor. Mata klien melirik tajam kearah sekitar, dengan ekspresi marah, kata kakaknya
klien terlalu berambisi dengan pacarnya, klien juga jarang memiliki teman karena klien sering
kasar dan ketus terhadap temanya. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan, TD : 130/100
mmHg, S : 37 C, RR : 22 x/menit, N : 80 x/menit
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : TN. R
Umur : 20 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
No. CM : 01 13 28
Nama : Tn. W
Umur : 57 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Dikarenakan mengamuk karena tidak dibelikan motor oleh ayahnya. Klien sudah berkali-kali
mengamuk jika apa yang dia inginkan tidak dipenuhi, keluarga menduga hal ini terjadi sejak
orang tua klien bercerai sejak klien berusia 12 tahun.
Dikarenakan mengamuk karena tidak dibelikan motor oleh ayahnya. Klien sudah berkali-kali
mengamuk jika apa yang dia inginkan tidak dipenuhi, keluarga menduga hal ini terjadi sejak
orang tua klien bercerai sejak klien berusia 12 tahun. Dan pada akhirnya klien mengalami
depresi dan tidak mau bercerita masalahnya pada keluarga, kata kakaknya klien terlalu berambisi
dengan pacarnya, klien juga jarang memiliki teman karena klien sering kasar dan ketus terhadap
temanya.
Terdapat konflik keluarga, orang tua klien bercerai pada saat klien berusia 12 tahun.
Klien sudah berkali-kali mengamuk jika apa yang dia inginkan tidak dipenuhi.
Dikarenakan mengamuk karena tidak dibelikan motor oleh ayahnya.
V. PEMERIKSAAN FISIK
2) Nadi : 80 x/menit
3) Suhu badan : 37 0C
4) Respirasi : 22 x/menit
b. Ukuran
2) Berat badan : 70 Kg
3. Kondisi Fisik
Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik baik saja dan tidak ada keluhan fisik.
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Perempuan :
a. Citra tubuh
Klien memandang terhadap dirinya ada bagian tubuh yang paling istimewa atau yang paling
disukainya adalah bagian wajah, karena klien merasa wajahnya tampan..
b. Identitas diri
Klien mempersepsikan dirinya sebagai laki laki dewasa dan belum menikah dan klien anak ke
dua dari lima bersaudara.
c. Peran
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya adalah anak yang di saying dilingkungan
masyarakat. klien juga aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong,
pengajian, pemuda dll.
d. Ideal diri
Klien mengatakan menerima statusnya sebagai seorang anak, dan ingin cepat pulang dan bebas
biar bisa bekerja layaknya orang normal lainya.
e. Harga diri
Klien mengatakan hubungan yang paling dekat, di sayang dan dapat di percaya adalah ayah dan
adiknya.
3. Hubungan Sosial
Klien mengatakan mengatakan mempunyai orang yang berarti yaitu ayah dan kakaknya, apabila
ada masalah klien memilih diam diri dan memendamnya. Didalam keluarganya ayah dan kakak
adalah orang yang dipercaya oleh klien.
Klien mengatakan dalam masyarakat klien sering mengikuti kegiatan gotong royong, pengajian,
arisan, pemuda, setelah dirumah sakit klien juga mengikuti kegiatan sosial seperti bersosialisasi
dengan teman-teman satu bangsalnya.
4. Spiritual
Klien mengatakan beragama islam dan klien mengatakan saat di rumah tidak rutin beribadah dan
saat di rumah sakit klien tidak beribadah karena merasa kalau doanya tidak pernah di kabulkan
dan semua itu sia-sia.
1. Penampilan
Klien tampak agak rapi, rambutnya jarang disisir, gigi kuning, kulit bersih.
2. Pembicaraan
Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-loncat dari tema yang dibicarakan
dan dapat berkomunikasi dengan lancar.
3. Aktifitas Motorik
Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak tenang, diam, tiduran, untuk saat ini klien sudah
mampu mengendalikan emosinya yang labil.
4. Alam Perasaan
Alam perasaan klien sesuai dengan keadaan, saat gembira pasien tampak gembira, saat sedih
klien tampak sedih.
5. Afek
Saat diwawancara klien kooperatif, cenderung selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.
7. Persepsi
Pembicaraan klien normal biasa tidak berbelit-belit, tidak meloncat-loncat dan sampai tujuan
karena dapat kooperatif.
9. Tingkat Kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang dapat disebutkan dengan benar dan jelas yang ditandai
dengan klien mampu menyebutkan hari, tanggal, tahun yang benar pada saat wawancara.
Klien dapat mengenali orang-orang yang ada disekitarnya ditunjukkan dengan klien bias
menyebutkan beberapa nama temannya.
10. Memori
Klien dapat mengingat kejadian saat dibawa rumah sakit dengan diantar oleh ayahnya. Dan klien
dapat mengingat nama mahasiswa saat berkenalan dengan benar.
Klien dapat menghitung dengan baik misalnya 2x5 = 10, 5+5 = 10, Klien dapat memfokuskan
konsentrasi dengan baik
Klien mampu menilai suatu masalah dan dapat mengambil keputusan sesuai tingkat atau mana
yang lebih baik untuk dikerjakan pertama kali.
Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari terhadap penyakitnya karena klien
mampu menjelaskan mengapa klien bisa seperti ini dan penyebab mengapa klien bisa sakit jiwa
seperti ini.
1. Makan
Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya, klien makan 3x
sehari, pagi, siang dan sore, minum 6 gelas sehari.
2. BAB/BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK 5x sehari dan mampu melakukan eliminasi dengan baik,
menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik.
3. Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari, menyikat gigi saat mandi, kebersihan
tubuh baik.
4. Berpakaian
Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan rumah sakit, klien
dapat memilih dan mengambil pakaian dengan baik dan sudah sesuai dengan aturan rumah sakit.
Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur karena klien dapat tidur dengan kualitas 6-8
jam perhari, baik malam maupun siang.
6. Penggunaan Obat
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan klien agak menarik diri dengan lingkungan.
Terapi obat :
Inj. Lodomer : 1amp IM extra
Trihexiyl Phenidyl : 3 x 2 mg
Haloperidol : 3 x 5 mg
Resperidon : 2 x 2 mg
1. Prilaku kekerasan
4. Disstres spiritual
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan berhubungan dengan Perilaku
Kekerasan
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
Nama klien : Tn. R, umur 20 tahun, Jenis Kelamin : Laki-Laki, Agama : Islam, Pendidikan :
SMP, Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia, Status Perekawinan : Belum Kawin, Alamat : Jombor,
Ceper, Klaten, No CM : 01.13.28 . klien mengatakan keinginan harus selalu diterpenuhi. klien
marah-marah dan memukul ayahnya. Saat marah klien suka memukuli ayah, pintu/jendela.
Apabila punya masalah klien tidak mau bercerita dan memilih untuk diam diri dan
memendamnya sendiri. Klien sudah pernah opname 35 kalli di RSJ klaten
Sesuai dengan data yang di dapat dari klien, klien menunjukkan tanda-tanda gejala marah :
muka merah tegang, pandangan tajam dan data yang didapat menampakkan gejala perilaku
kekerasan seperti mudah tersinggung dan setiap keinginannya harus terpenuhi, perilaku
kekerasan yang sering dilakukan klien adalah marah-marah, membentak-bentak dan mengamuk
serta memukul pintu/ jendela rumahsesuai data yang ada didalam teori.
B. DIAGNOSA KEPEARAWATAN
Dengan adanya data-data haail pengkajian pada kasus Tn. H penulis menyimpulkan terdapat
diagnosa keperawatan yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d
perilaku kekerasan dan perilku kekerasan b.d koping individu tidak efektif.
Diagnosa yang pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d
perilaku kekerasan hal ini didukung karena pada kasus Tn. H didapatkan hasil sebagai berikut :
saat dirumah klien mengamuk dan memukuli pintu/jendela rumah serta memukuli ayahnya.
Menurut Budi Anna Keliat S.Kp (1998), mengatakan bahwa perilaku yang berhubungan dengan
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut : mata merah, memaksakan kehendak, menyerang atau
menghindar, mengatakan dengan jelas (asertivines), memberontak (acting out), amuk atau
kekerasan (violence).
Dari data teori yang ditanyakan Budi Anna Keliat S.Kp 1998 pad dasarnya tidak efektif berbeda
tetapi pada saat pengkajian tidak ditemukan klien klien muka merah.
Diagnosa kedua adalah perilaku kekerasan b.d koping individu tidak efektif hal ini didukung
karena pada saat kasus Tn. H didapatkan data sebagai berikut : klien apabila ada masalah tidak
mau bercerita dan memilih berdiam diri dan memendamnya sendiri.
Penulis akan menguraikan rencana dan penatalaksanaan yang telah dilakukan untuk mengatasi
permasalahan yang ada pada Tn. H.
Diagnosa pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Pada diagnosa
pertama ini terdapat 7 rencana keperawatan serta 7 tindakan yang telah dilaksanakan. Untuk SP 1
adalah bina hubungan saling percaya. Dengan mengungkapkan komunikasi terapeutik yaitu sapa
klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perknalkan diri dengan sopan, tanyakan
nama lengkap klien nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan pertemuan, tunjukkan
sikap empati dan menerima keadaan klein apa adanya, beri perhatian pada klien, dan perhatikan
kebutuhan dasar klien. Pada SP 1 kelompok tidak mengalami hambatan karena klien dpat diajak
bekerja sama dengan cukup kooperatif.
Rencana keperawatan yang telah disusun oleh kelompok untuk SP 2 adalah memberikan
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaanya. Bantu klien untuk mengungkapkan
penyebab jengkel dan marah. Tindakan yang telah dilakukan kelompok adalah memberikan
kesempatan klien untuk menungkapkan perasaannya, membantu klien mengungkapkapkan rasa
jengkel/ kesal pada diri sendiri. Pada SP 2 kelompok tidak mengalami kesulitan atau kendala,
karena klien mampu mengungkapkan penyebab marah yang dialami yaitu karena keinginan yang
tidak dipenuhi.
Rencana keperawatan yang telah dilakukan penulis untuk SP 3 adalah anjurkan klien untuk
mengungkapkan perasaan yang dialami saat marah, jengkel, observasi tanda, perilaku kekerasan
pada klien. Pada SP 3 ini kelompok tidak mengalami kendala karena klien mampu untuk
mengungkapkan perasaan saat marah, jengkel, klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel
dan marah, yaitu saat marah klien berbicara keras, banyak bicara, perilaku tidak wajar dan sulit
diarahkan.
Rencana keperawatan yang kelompok susun untuk SP 4 adalah anjurkan klien mengungkapkan
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan. Bicarakan dengan klien apakah yang klien lakukan masalahnya
selesai. Tindakan keperawatan untuk SP 4 ini kelompok tidak mengalami kesulitan kendala
karena klien dapat menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan yaitu berbicara keras dan
berguling-guling ditanah.
Rencana keperawatan untuk SP 5 yang kelompok susun adalah bicarakan akibat atau kerugian
dari cara yang dilakukan klien, bersama klien menyimpulkan akibat atau cara yang digunakan
oleh klien. Tanyakan pada klien apakah klien ingin membicarakan cara baru yang sehat.
Tindakan kelompok yang telah dilakukan bersama dengan klien membicarakan akibat dan
kerugian yang klien lakukan dan menyimpulkan akibat atau kerugian yang klien lakukan dan
menyimpulkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien. Pada SP 5 kelompok tidak
mengalami kendala karena klien kooperatif sehingga klien mampu menyebutkan akibat dan
kerugian dari cara yang telah klien gunakan adalah klien bisa menyakiti diri sendiri, klien bisa
dijauhi teman-temannya.
Rencana keperawatan untuk SP 6 adalah apakah klien klien ingin belajar cara yang baru yang
sehat, berikan pujian jika klien mengetahui cara klien yang sehat, didiskusikan dengan klien cara
yang sehat tindakan yang telah kelompok lakukan menanyakan pada klien apakah klien mau
mempelajari cara baru sehat, berikan pujian pada klien jika mengetahui cara baru dan sehat
tersebut, mendiskusikan cara yang baru dan sehat. Pada SP 6 ini kelompok mengalami kendala
karena klien kurang kooperatif, klien juga tidak dapat melakukan Sholat dan berdoa karena
beranggapan sia - sia.
D. EVALUASI
Pengkajian inervensi dan implementasi yang telah dilakukan menghasilkan sebagai berikut :
Diagnosa 1 yaitu resiko mencederai diri sndiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan. Pada diagnosa pertama, akan menjabarkan atau menjelaskan hasil yang
diperoleh.
Evaluasi SP 1 klien sudah mampu membina hubungan saling percaya dengan menunjukkan
ekspresi wajah yang bersahabat: menunjukkan rasa senang: kontak mata kurang: mau berjabat
tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, duduk berdampingan dengan perawat
dan mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Pada SP 1 tidak ada kendala karena klien
kooperatif. Kesimpulan pada SP 1 telah dapat dilakukan dan sesuai dengan perencanaan yang
telah disusun oleh penulis.
Evaluasi SP 3 klien dapat mengungkapkan perasaan pada saat marah atau jengkel dan klien
menyimpulkan tanda-tanda jengkel atau marah yang dialami yaitu : suka marah-marah, bicara
keras, perilaku tidaak wajar dan sulit diarahkan. Pada SP 3 kelompok tidak mengalami kendala
dalam pelaksanaan dengan baik dan sesuai dengan rencana yang disusun.
Evaluasi SP 4 klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan yaitu :
marah-marah, suara keras dan suka memukul pintu rumah tetangganya. Klien dapat bermain
peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dapat mengetahui cara yang
biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak. SP 4 ini penulis tidak mengalami kendala dalam
pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 4 dapat
terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Evaluasi SP 5 klien dapat mengungkapkan akibat cara marah yang di lakukan oleh klien yaitu :
dapat merugikan orang lain dan diri sendiri maupun orang lain. Dalam SP 5 ini penulis tidak
mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak kerjasama.
Kesimpulan SP 5dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Evaluasi SP 6 klien dapat memilih cara yang sehat dan dapat mempraktekan cara yang sehat
menyalurkan kemarahanya yaitu dengan sholat dan berdoa. Dalam SP 6 ini penulis mengalami
kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kurang kooperatif dan tidak dapat diajak kerjasama.
Kesimpulan SP 6 belum dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
Evaluasi SP 7 klien dapat minum obat secara teratur. Dalam SP 6 ini penulis tidak ada kendala
dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 7 dapat
terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. H tindakan yang dilakukan sesuai
dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien mengungkapkan
penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien,
membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahannya
dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah yang sehat agar tidak menciderai diri
sendiri, oarng lain dan lingkungan.
Saran
Untuk pasien :
Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
1. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang
keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.
2. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima
tanpa menyakiti orang lain
3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan
maupun diluar ruangan.
5. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit
Untuk perawat :
2. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada
klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk
dapat pemecehan masalahya.
3. Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang
konstruktif.
4. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang
membantu relaksasi otot seperti olahraga.
1. Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini.
1. Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok agar
dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
2. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang
keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I,
Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung
Keliat B.A, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, ( Terjemahan ). Penerbit Buku
Kedokteran , EGC, Jakarta.
Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.
Stuart G. W, Sundeen. S. J. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Terjemahan) Edisi 3, Alih
Bahasa Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Stuart G. W, dan Laria M. T, 2001, Erinciple and Practice of Phychitric Nursing. (Terjemahan)
(7 th ed), St. Lois : Mosby