You are on page 1of 12

61

BAB VI

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang pengaruh pemberian terapi

musik klasik terhadap tingkat depresi lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening

Wardoyo Ungaran diperoleh hasil sebagai berikut:

A. Gambaran Depresi Lansia Sebelum Terapi Musik klasik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat depresi lansia pada

kelompok eksperimen sebelum diberikan terapi musik klasik didapatkan

bahwa sebagian besar lansia mengalami depresi sedang yaitu sebanyak 11

lansia (61,1%), 5 lansia (27,8%) mengalami depresi ringan, dan 2 lansia

(11,1%) mengalami depresi berat. Begitu juga pada kelompok kontrol di awal

penelitian didapatkan bahwa sebagian besar lansia mengalami depresi sedang

yaitu sebanyak 12 lansia (66,7%), 4 lansia (22,2%) mengalami depresi ringan,

dan 2 lansia (11,1%) mengalami depresi berat

Dapat diartikan bahwa sebagian besar lansia yang tinggal di panti

mengalami depresi sedang. Depresi adalah gangguan yang dapat

memadamkan semangat hidup. Ini sering disadari atau dikenali pada lansia

dan mempunyai potensi untuk menghancurkan kualitas hidup itu sendiri.

Depresi menghilangkan kesenangan, kegembiraan, empati dan cinta. Akhirnya

hal ini menyebabkan orang tersebut terisolasi (Lubis, 2009).

Lansia kelompok eksperimen dan kontrol sebagian besar mengalami

depresi sedang sebanyak 61,1% untuk kelompok eksperimen dan 66,7% untuk

lansia pada kelompok kontrol dari hasil kuesioner didapatkan 98,4% lansia
62

mengatakan tidak puas dengan kehidupannya saat ini, 90,9% lansia banyak

meninggalkan kegiatan dan minat, 45,5% merasa hidupnya kosong atau

hampa, 98% merasa bosan, 36,6% mempunyai semangat yang baik setiap saat,

90,6% merasa takut sesuatu yang buruk terjadi padanya, 27,2% merasa

bahagia dengan kehidupannya saat ini, 27,2% merasa tidak berdaya, 81,8%

lebih sering di dalam kamar, 72,7% mempunyai masalah dengan ingatan,

63,6% merasa hidupnya menyenangkan, 36,6% merasa hidup penuh smangat,

9% merasa putus asa. Berdasarkan hasil wawancara depresi disebabkan karena

perpisahan dengan keluarga, jarang dikunjungi keluarga sehingga sering

merasa kesepian, merasa bosan, murung, takut sesuatu yang buruk terjadi pada

dirinya, merasa lemah dan tidak berguna, kehilangan jabatan dan pekerjaan

yang menyebabkan lansia merasa rendah diri, tidak dihargai. Selain itu juga

disebabkan karena kondisi dan situasi panti yang tidak sama dengan

rumahnya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Kaplan (2010) yang menyatakan

bahwa salah satu penyebab terjadinya depresi pada lansia yaitu teori

psikoedukatif yang merupakan hal-hal yang dipelajari atau diamati individu

pada orang tua usia lanjut misalnya ketidakberdayaan mereka, pengisolasian

oleh keluarga, tidak ada sanak saudara ataupun perubahan-perubahan fisik

yang diakibatkan oleh proses penuaan dapat memicu terjadinya depresi pada

usia lanjut. Dukungan sosial yang buruk dihubungkan dengan terjadinya

depresi pada lansia.

Lansia yang mengalami depresi ringan sebanyak 27,8% pada

kelompok intervensi dan 22,2% pada kelompok kontrol dari hasil kuesioner
63

didapatkan 60% lansia menyatakan banyak meninggalkan kegiatan dan minat,

20% merasa hidupnya kosong atau hampa, 80% merasa bosan, 20,6%

mempunyai smangat yang baik setiap saat, 80,6% merasa takut sesuatu yang

buruk terjadi padanya, 20,2% merasa bahagia dengan kehidupannya saat ini,

40% lebih sering di dalam kamar, 60% mempunyai masalah dengan ingatan,

20% merasa tidak berharga, 20% merasa hidup penuh semangat.

Lansia yang mengalami depresi berat sebanyak 11,1% pada kelompok

intervensi dan 11,1% pada klompok kontrol dari hasil kuesioner didapatkan

97,6% lansia mengalami tidak puas dengan kehidupannya saat ini, banyak

meninggaklkan kegiatan atau minat, merasa hidunya hampa atau kosong,

merasa takut sesuatu yang buruk terjadi padanya, tidak berdaya atau putus asa,

lebih sering di dalam kamar, pelupa, merasa tidak berharga, tidak ada harapan

hidup, hal ini disebabkan karena kehilangan pekerjaan atau jabatan karena

difitnah sehingga akhirnya dia dikeluarkan dari pekerjaannya, kondisi Panti

yang tidak sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya, ruang kamar yang

sempit, jauh dari keluarga, tidak mempunyai teman di Panti, dimusuhi oleh

teman di Panti.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Suardiman (2011) yang menyatakan

bahwa depresi pada lansia yang berada di panti ditandai oleh suasana afek

depresif, pesimistis, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna,

gangguan perasaan sedih atau putus harapan, kesepian, tingkat aktivitas

rendah, kelelahan fisik, gangguan tidur, gangguan nafsu makan, pandangan

masa depan yang suram dan konsentrasi, gangguan membuat keputusan, serta

keluhan fisik lainnya.


64

Sebagian besar lansia menyatakan bahwa mereka merasa kesepiaan,

jauh dari keluarga dan jarang dikunjungi yang membuat mereka merasa sedih

dan tidak berguna. Sejalan dengan pendapatnya Lueckenotte (2000) yang

menyatakan bahwa lansia yang berada dalam Panti dengan berbagai alasan

akan merasa kesepian bila tidak ada kegiatan terorganisir dan jarangnya

dikunjungi oleh keluarga. Perasaan ini terjadi akibat terputusnya atau

hilangnya interaksi sosial yang merupakan salah satu faktor pencetus

terjadinya depresi pada lansia.

Depresi pada lansia dapat menjadi penyakit yang sangat mengganggu

kehidupan sehari-hari, namun depresi pada lansia bisa diobati dengan

beberapa terapi (Lubis, 2009). Salah satu terapi depresi pada lansia yaitu

dengan terapi musik klasik, dimana terapi musik klasik yaitu sebagai sebuah

aktivitas terapeutik yang menggunakan musik sebagai media untuk

memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental fisik, dan kesehatan

emosi (Djohan 2009).

B. Gambaran Depresi Lansia Setelah Terapi musik klasik

Tingkat depresi lansia pada kelompok eksperimen yang terdiri dari 18

lansia setelah dilakukan terapi musik klasik yaitu didapatkan bahwa 12 lansia

(67,7%) mengalami depresi ringan, 6 lansia (33,3%) mengalami depresi

sedang. Sedangkan tingkat depresi lansia pada kelompok kontrol yang

berjumlah sama dengan kelompok eksperimen yaitu sebanyak 18 lansia pada

akhir penelitian didapatkan bahwa 5 lansia (27,8%) mengalami depresi ringan,

12 lansia (66,7%) mengalami depresi sedang, dan 1 lansia (5,5%) mengalami

depresi berat.
65

Hasil pengukuran tingkat depresi pada lansia menggunakan Skala

Depresi Geriatrik (SDG) setelah dilakukan terapi musik klasik yaitu

didapatkan bahwa terdapat penurunan tingkat depresi pada kelompok

eksperimen, sedangkan tingkat depresi lansia pada kelompok kontrol atau

kelompok yang tidak diberikan terapi musik klasik yaitu tidak mengalami

perubahan.

Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan yang signifikan

terhadap tingkat depresi pada lansia kelompok eksperimen yaitu kelompok

lansia yang diberikan terapi musik klasik, dimana setelah diberikan terapi

musik klasik didapatkan 12 lansia (67,7%) mengalami depressi ringan, 6

lansia (33,3%) mengalami depresi sedang serta tidak ada lansia yang

mengalami depresi berat yang sebelumnya didapatkan lansia yang mengalami

depresi ringan yaitu sebanyak 5 lansia (27,0%), lansia yang mengalami

depresi sedang sebanyak 11 lansia (61,1%), lansia yang mengalami depresi

sebanyak 2 lansia (11,1%). Lansia kelompok kontrol yaitu lansia yang

mengalami depresi namun tidak diberikan terapi musik klasik yaitu sebaliknya

tidak menunjukkan adanya perubahan tingkat depresi, karena terapi musik

klasik termasuk dalam binaural beat yang akan meransang pusat saraf (otak)

tepatnya pada belahan otak kanan, dimana musik ini memiliki nuansa yang

sejuk dan lembut. Frekuensi ini berisi pesan-pesan subliminal (pesan yang

hanya bisa didengar oleh otak bawah sadar), dimana saat sel otak berdengung

dalam frekuensi gelombang tetha, manusia akan mulai merasa melayang-

layang dan terjadi peningkatan zat-zat kimia tubuh yang berguna, salah

satunya adalah serotonin. Serotonin berfungsi untuk mengotrol suasana hati


66

sehingga kecemasan, stess, depresi dan kekhawatiran berangsur menghilang

(Campbell, 2001).

C. Perbedaan Tingkat Depresi Lansia Sebelum dan Setelah Terapi Musik

klasik Pada Kelompok Eksperimen

Berdasarkan Tabel 5.4, dapat diketahui bahwa dari hasil uji Wilcoxon

diperoleh nilai Z hitung sebesar -3,000 dengan p-value sebesar 0,003. Terlihat

bahwa p-value 0,003 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang

signifikan terhadap tingkat depresi lansia sebelum dan sesudah diberikan

terapi musik klasik pada kelompok intervensi di Unit Rehabilitasi Sosial

Wening Wardoyo Ungaran. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

tingkat depresi setelah diberikan terapi musik klasik pada lansia di Unit

Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Terapi musik klasik yang di

berikan pada kelompok perlakuan dapat membuat tubuh lebih rileks sehingga

kesulitan mengawali tidur dapat di atasi dengan treatment ini. Sebelum

diberikan terapi musik klasik pada klompok eksperimen didapatkan bahwa

sebagian besar lansia mengalami depresi sedang yaitu sebanyak 11 lansia

(61,1%), 5 lansia (27,8%) mengalami depresi ringan, dan 2 lansia (11,1%)

mengalami depresi berat, dari hasil koesioner rata-rata lansia mengatakan

bosan dengan kondisi panti yaitu 98%, 98,4% mengatakan tidak puas dengan

kehidupannya, lansia juga mengatakan jarang melakukan kegiatan yang ada di

panti, setalah diberikan terapi musik klasik terjadi penurunan tingkat depresi

pada lansia dari depresi sedang ke depresi ringan,lansia juga mengatakan lebih

bersyukur dengan kehidupannya yaitu sebanyak 22%, lansia lebih nyaman

dengan kondisi panti dan sebagian besar lansia merasa tidak bosan lagi
67

dengan kehidupan dipanti, lansia juga aktif melakukan kegiatan yang ada di

panti.

Hal yang sama diperkuat oleh teori Edmont Jacobksen (1920)

dan Mentz (2003), bahwa musik klasik memberi respon terhadap

ketegangan, respon tersebut menyebabkan perubahan yang dapat

mengontrol aktivitas sistem saraf otonom berupa pengurangan fungsi

oksigen, frekuensi nafas, denyut nadi, ketegangan otot, tekanan darah,

serta gelombang alfa dalam otak sehingga mudah tidur. Terjadinya

penurunan tingkat depresi lansia sesudah di lakukan terapi musik klasik

didukung juga oleh teori Candace Pert bahwa neuropeptida dan reseptor-

reseptor biokimia yang dikeluarkan oleh hypothalamus berhubungan erat

dengan kejadian emosi. Sifat riang/rileks mampu mengurangi kadar

kortisol, epeneprin-norepineprin, dan hormon pertumbuhan didalam serum

(Nicholas & Humenick,2002). Unsur-unsur musik yakni irama, nada dan

intensitasnya masuk ke kanalis auditorius telinga luar yang di salurkan ke

tulang-tulang pendengaran. Musik klasik mampu mengaktifkan memori

yang tersimpan di limbik dan mempengaruhi system syaraf otonom

melalui neurotransmitter yang akan mempengaruhi hypothalamus lalu ke

hipofisis.

Musik yang telah masuk ke kelenjar hipofisis mampu

memberikan tanggapan terhadap emosional melalui feedback negative ke

kelenjar adrenal untuk menekan pengeluaran hormon stress. Masalah

mental berkurang seperti stres berkurang, ketenangan dan menjadi rileks

(Nicholas & Humenick,2002).


68

Dari fakta diatas dapat disimpulkan bahwa lansia yang dilakukan

terapi musik klasik dapat menurunkan tingkat depresi yang dialami,

sedangkan lansia yang tidak dilakukan terapi musik klasik tidak

mengalami perubahan pada tingkat depresi yang dialami.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti diperoleh hasil

yang diperoleh cukup memuaskan dengan membandingkan antara

kelompok intervensi dan kelompok kontrol, maka yang mengalami

penurunan tingkat tingkat yaitu pada kelompok perlakuan saja, karena

pada kelompok kontrol tidak diberikan terapi musik klasik.

D. Perbedaan Tingkat Depresi Lansia Sebelum dan Setelah Terapi Musik

Klasik Pada Kelompok Kontrol

Berdasarkan Tabel 5.5, dapat diketahui bahwa dari hasil uji Wilcoxon

diperoleh nilai Z hitung sebesar -1,000 dengan p-value sebesar 0,317. Terlihat

bahwa p-value 0,317 > (0,05), hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan terhadap tingkat depresi lansia sebelum dan

sesudah perlakuan pada kelompok kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening

Wardoyo Ungaran.

Lansia kelompok kontrol yaitu kelompok lansia yang mengalami

depresi namun tidak diberikan terapi musik klasik, pada awal penelitian lansia

kelompok kontrol menunjukkan suasana perasaan sedih, nafsu makan

berkurang, merasa hidupnya tidak berharga karena jauh dari kelurga dan

jarang dikunjungi, merasa diri lemah dan tidak berguna lagi karena sudah

tidak bisa bekerja dan karena penyakit fisik yang dideritanya, merasa kesepian

dan tidak punya keluarga seperti kebanyakan orang lain, merasa bahwa orang
69

lain yang tinggal bersama anak dan keluarganya mempunyai hidup yang lebih

baik dari dirinya, merasa pelupa dan sulit berkonsentrasi, merasa bahwa

hidupnya sudah tidak ada harapan lagi untuk menjadi lebih baik serta merasa

takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya. Tingkat depresi

lansia kelompok kontrol pada akhir penelitian tidak mengalami penurunan,

tetap menyatakan dan menunujukkan hal yang sama seperti awal penelitian.

Sejalan dengan pernyataan Lueckenotte (2000) yang menyebutkan

bahwa lansia yang berada dalam Panti dengan berbagai alasan akan merasa

kesepian bila tidak ada kegiatan terorganisir dan jarangnya dikunjungi oleh

keluarga. Perasaan ini terjadi akibat terputusnya atau hilangnya interaksi sosial

yang merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya depresi pada lansia.

Depresi pada lansia merupakan masalah psikogeriatrik yang sering dijumpai

dan perlu mendapat perhatian khusus. Depresi pada lansia bisa menjadi

penyakit yang sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Depresi pada lansia

yang tidak ditangani dapat berlangsung bertahun-tahun dan dihubungkan

dengan kualitas hidup yang jelek, kesulitan dalam fungsi sosial dan fisik,

kepatuhan yang jelek terhadap terapi, dan meningkatnya morbiditas dan

mortalitas akibat bunuh diri dan penyebab lainnya (Satria, 2008).

E. Pengaruh Pemberian Terapi Musik klasik Terhadap Depresi Pada Lansia

Untuk menguji pengaruhi ini, dilakukan uji perbedaan tingkat depresi

lansia sesudah perlakuan antara kelompok intervensi dan kontrol di Unit

Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Jika terdapat perbedaan

diantara kelompok intervensi dan kontrol setelah perlakuan (p-value < 0,05),
70

maka ada pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat depresi pada lansia,

begitupun sebaliknya.

Berdasarkan Tabel 5.6, dapat diketahui bahwa dari uji Mann Whitney,

didapatkan nilai Z hitung = -2,379 dengan p-value sebesar 0,037. Oleh karena

p-value 0,037 < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat depresi pada lansia sesudah diberikan terapi musik

klasik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Unit Rehabilitasi

Sosial Wening Wardoyo Ungaran.

Setelah pemberian terapi musik klasik lansia menyatakan bahwa

mereka merasa lebih tenang dengan hidupnya, merasa hidupnya berarti dan

berharga karena masih banyak orang yang nasibnya tidak lebih baik dari

mereka yang tinggal di Panti. Sedangkan tingkat depresi lansia kelompok

kontrol pada akhir penelitian tidak mengalami perubahan, tetap menyatakan

dan menunujukkan hal yang sama seperti awal penelitian. Hal ini

menunjukkan bahwa terapi musik klasik mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap penurunan tingkat depresi lansia.

Musik merupakan getaran udara harmonis yang di tangkap oleh organ

pendengaran dan melalaui saraf di dalam tubuh kita, serta disampaikan ke

susunan saraf pusat. Gelombang suara musik yang dihantar ke otak berupa

energi listrik melalui jaringan Syaraf yang akan membangkitkan gelombang

otak yang dibedakan atas frekwensi alfa, beta, tetha, dan delta. Gelombang

alfa membangkitakan relaksasi, beta terkait dengan aktivitas mental,

gelombang tetha di kaiktan dengan situasi sters,depresi dan upaya kreativitas.

Sedangkan gelombang delta di hubungkan dengan situasi mengantuk. Suara


71

musik yang di dengar dapat mempengaruhi frekwensi gelombang otak sesuai

dengan jenis musik.

Musik yang didengar melalui telinga akan distimulasi ke otak,

kemudian di otak, musik tersebut akan diterjemahkan menurut jenis musik dan

target yang akan distimulasi. Menurut (Campbell, cit, Rachmawati, 2005),

musik berinteraksi pada suatu tingkat organik dengan berbagai macam struktur

syaraf. Musik menghasilkan rangsangan ritmis yang kemusian ditangkap

melalui organ pendengaran dan diolah melalui sistem syaraf dan kelenjar yang

selanjutnya mengorganisasikan interprestasi bunyi kedalam ritme internal

pendengarannya.(Reowijiko, cit Rachmawati 2005), menjelaskan bahwa

gelombang suara musik yang dihantarkan ke otak berupa energi listrik melalui

jaringan syaraf akan membangkitkan gelombang otak yang dibedakan atas

fekuensi alfa, beta, theta, dan delta. Gelombang alfa membangkitkan

relaksasi, gelombang beta terkait dengan aktifitas mental, gelombang tetha

dikaitkan dengan situasi stres dan upaya kreatifitas, sedangkan gelombang

delta dihubungkan dengan situasi mengantuk. Suara musik yang didengar,

dapat mempengaruhi frekuensi gelombang otak sesuai dengan jenis musiknya.

Lansia yang pada kelompok intervensi menyatakan bahwa setelah

diberikan terapi musik klasik menjadi lebih tenang dan merasa lebih nyaman

dimana Musik sebagai stimulus memasuki sistem limbik yang mengatur

emosi, dari bagian tersebut, otak memerintahkan tubuh untuk merespon musik

sebagai tafsirannya. Jika musik ditafsirkan sebagai penenang, sirkulasi tubuh,

degup jantung, sirkulasi nafas, dan peredaran nafas pun menjadi tenang dan

Perilaku individupun menjadi tenang pula ,hal ini dirasakan oleh lansia yang
72

diberikan terapi musik dimana para lansia yang diberikan musik klasik tampak

lebih tenang dan menikmati alunan melodi serta ritme musik yang diberikan.

F. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat depresi lansia tidak ikut dikendalikan seperti rasa

kesepian karena perpisahan dengan keluarga, jarang dikunjungi keluarga, tidak

nyaman dengan teman-teman di wisma serta kondisi panti yang tidak sesuai

dengan lingkungan tempat tinggalnya,faktor lain ialah suara berisik dari

lingkungan sekitar (pedagang) sehingga dapat mengganggu proses penelitian,

meskipun diberikan terapi musik klasik masih terdapat lansia yang mengalami

depresi.

You might also like