You are on page 1of 38

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM KOMUNIKASI RADIO

JUDUL

GAIN CONTROL WITH A DIODE

GRUP

5C
PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

PEMBUAT LAPORAN : -

NAMA PRAKTIKAN : 1. Adhiya Fawzi Lathif

2. Dewi Maria Wahyu Rosari

3. Maris Fedora

4. Novita Angrainy

5. Shereen Christiany

TGL. SELESAI PRAKTIKUM : 28 Oktober 2017

TGL. PENYERAHAN LAPORAN : 25 Oktober 2017

N I L A I :..........

KETERANGAN : .................................................

..................................................

..................................................
GAIN CONTROL WITH A DIODE

1. TUJUAN
a. Menjelaskan perubahan pada tegangan keluaran dari penguat terkendali dengan suatu
tegangan masukan yang konstan, sebagai suatu hasil dari perubahan dalam tegangan bias
dioda.
b. Menjelaskan fungsi dioda, berlaku sebagai sebuah resistor variable dalam pembagi
tegangan pada masukan dari penguat.
c. Membuat suatu grafik untuk menunjukan hubungan antara penguatan dari sebuah penguat
terkontrol dan tegangan yang mengendalikan dioda, dari hasil pengukuran. Menghitung
daerah pengendalian untuk dB.
d. Menguraikan hubungan antara tegangan referensi dioda pada keluaran demodulator, dan
keluaran tegangan pada penguat.
e. Menjelaskan jalannya fungsi rangkaian-rangkaian terkendali, dalam hubungannya dengan
perubahan tegangan input.
f. Menggambarkan sebuah diagram yang menunjukan hubungan antara tegangan-tegangan
masukan dan keluaran saat rangkaian dikendalikan atau tidak dikendalikan, dari hasil
pengukuran.
2. DIAGRAM RANGKAIAN

3. ALAT DAN KOMPONEN YANG DIGUNAKAN


1 Universal power supply
1 Wobble function generator
3 Universal patch panel
1 Oscilloscope
1 Multimeter digital
2 Resistor 100 Ohm
1 Resistor 220 Ohm
2 Resistor 1 KOhm
1 Resistor 6,8 KOhm
2 Resistor 10 KOhm
1 Resistor 47 KOhm
3 Resistor 100 KOhm
1 variable capasitor 5 . . 500 pF
1 Capasitor 100 pF
4 Capasitor 0,1 F
1 Capasitor 1 F
1 Coil 140 H
1 Diode 1N4148
1 Diode AA118, N4007
2 Transistor BC 107, base left

TATA LETAK KOMPONEN


DAFTAR KOMPONEN

RESISTOR

R1 = 10 KOhm R7 = 100 Ohm


R2 = 220 Ohm R8 = 100 KOhm
R3 = 100 KOhm R9 = 100 KOhm
R4 = 47 KOhm R10 = 10 KOhm
R5 = 100 Ohm R11 = 6,8 KOhm
R6 = 1 KOhm
Tambahan : R1 = 1 KOhm

KAPASITOR DIODA
C1 = 5 . . 500 pF Variabel V2 = 1N4148
C2 = 100 Nf V3 = AA118
C3 = 100 nF
C4 = 100 nF
C5 = 100 pF
C6 = 1 F
C7 = 100 nF

TRANSISTOR
V1 = BC 107
V4 = BC 107

COIL
L1 = 140 ( SO 5123 6R )
4. PENDAHULUAN
Pada penerima-penerima radio AM, penguatannya harus dikendalikan oleh tegangan
rata-rata yang diterima dari suatu transmisi (automatic gain control, AGC). Ini diperlukan
untuk menghindari over-driving pada tingkat HF yang mana akan dapat menyebabkan
distorsi, pada penekanan secara keseluruhan dari modulasi AM. Alas an berikut dari
penggunaan AGC, adalah: menyamakan keluaran dari tingkat HF untuk level-level yang
bervariasi dari masukannya, mengimbangi perubahan dalam kuat medan suatu transmisi
(fading).
Pada umumnya, penguat dikontrol dalam 1 atau 2 penguat IF dan mungkin pada
tingkat HF.
Untuk melakukan suatu kendali, suatu tegangan DC diperlukan, besarnya ditentukan
oleh sinyal rata-rata yang diterima, tetapi tidak bergantung pada tingkat modulasi. Tegangan
tersebut merupakan tegangan referensi yang disediakan pada keluaran demodulator. Untuk
dapat memakai tegangan ini, sinyal-sinyal HF dan IF yang tidak diinginkan harus dibuang
dengan menggunakan filter.

Konstanta waktu dari filter menentukan kecepatan dari tanggapan proses pengendalian. Untuk
lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 4.1 diatas.

Pada percobaan yang akan dilakukan ini, penguatan dari tingkat HF dikendalikan dengan
menggunakan suatu pembagi tegangan variable pada masukan rangkaian ini. Jalur shunt
pembagi mengandung sebuah diode yang dibias-forward (maju), seperti yang terlihat pada
gambar 4.2 di bawah ini.
Dengan resistansi maju, diode akan memberikan tanggapan pada pembagi, dengan demikian
tegangan keluarannya akan berubah-ubah. Kapasitor C, semata-mata hanyalah komponen
dekopling DC. Fungsi dari rangkaian ini pada awalnya, diselidiki dengan suatu tegangan
terkendali yang dihasilkan secara manual. Kemudian, rangkaian yang lengkap dibentuk.
Sebuah pengubah impedansi dihubungkan.

5. LANGKAH PERCOBAAN
5.1 Membuat rangkaian seperti yang diperlihatkan pada diagram (bagian 2). Pengatuan
rangkaian :
Osiloskop : Channel 1 ke input, channel 2 ke MP2
Potensiometer pada awalnya diputar penuh berlawanan arah jarum jam.
5.1.1 Menset tegangan input Vipp = 100 mV. Memasukan pada penguat, frekuensi
sebesar 1 Mhz.
5.1.2 Memutar P1 perlahan-lahan searah jarum jam, dan menjelaskan efek apa yang
terjadi antara tegangan output.
5.1.3 Menghubungkan channel 2 ke osiloskop MP1. Sekali lagi memutar C1.
Menghubungkan apa yang terjadi antara tegangan-tegangan MP1 dan MP2?
5.1.4 Menghubungkan sebuah voltmeter dan channel 1 osiloskop secara parallel ke
diode (MP3) dan mengamati saat tegangan P1 diubah-ubah. Menjelaskan mengapa
amplitude tegangan control dipengaruhi oleh P1.
Menjelaskan bagaimana fungsi diode.

5.2 Kurva Karakteristik Kontrol


Membuat prosedur berikut, kita akan memeriksa ketergantungan peguatan pada
tegangan kontrol DC yang melewati diode (MP4). Sampai disini, tegangan input diatur
sedemikian rupa sehingga untuk setiap pengukuran, tegangan input diatur sedemikian
rupa sehingga untuk setiap pengukuran, tegangan outputnya merupakan nilai yang
konstan. Alat-alat yang digunakan tetap pada percobaan 5.1, dengan tambahan hubungan
voltmeter ke MP4.
5.2.1 Memeriksa jajaran pada penguat yang ditala (tuned amplifier). Mengukur tegangan
input untuk tanggapan DC yang diberikan pada MP4, U4, untuk tegangan output
konstan dari Vopp = 16 Volt. Memasukan nilai-nilainya kedalam tabel.
5.2.2 Menghitung penguatan tegangan G, untuk setiap nilai-nilai hasil pengukuran dan
memasukan ke dalam tabel.
Membuat kurva karakteristiknya.
5.2.3 dari hasil pengukuran, menentukan daerah kontrol dalam dB.
5.3 Automatic Gain Control (AGC)
Alat-alat yang dipergunakan seperti pada percobaan 5.1. mengganti P1 dengan suatu
rangkaian pengikut emitter (pengubah impedansi) seperti yang terlihat pada diagram.
Mengganti R1 dengan 1 KOhm.
5.3.1 Mengatur tegangan generator untuk menghasilkan nilai-nilai yang diberikan
tegangan output (MP2) dan mengukur tegangan referensi yang berhubungan, pada
MP5, dengan voltmeter (DC, 20 V). Memasukan hasilnya ke dalam tabel.
Menjelaskan apa hubungan antara tegangan output dan tegangan pada MP5.
5.3.2 Menggunakan tegangan DC variabel ( 0 . . . +15 V ) ke input sekaligus juga,
mengamati pada MP4, serta ketegangan input dan output. Menjelaskan apakah
tujuan pemakaian impedance converter stage.
5.3.3 Menghubungkan MP5 ke input dari converter stage (input A). menghubungkan
osiloskop ke input dan output penguat dan merubah tegangan inputnya.
Menjelaskan apa pengaruh perubahan ini pada rangkaian, pada amplitudo tegangan
output bila tegangan input berubah.
5.3.4 Menjelaskan fungsi dari impedance converter stage dan dioda pada rangkaian, bila
tegangan inputnya bertambah.
5.3.5 Pengukuran control response
Mengukur tegangan output pada nilai-nilai yang diberikan tegangan input pada
kondisi sebagai berikut :
a) Tanpa kontrol (lepas hubungan MP5 titik A).
b) Dengan kontrol
Memasukan hasilnya ke dalam tabel.
5.3.6 Menggambar grafik yang memperlihatkan hubungan antara tegangan output dengan
input, untuk hasil-hasil pengukuran yang ditunjukan pada 5.3.5. (menggunakan dua
warna yang berbeda).
6. DATA PERCOBAAN

Lembar kerja 1

Untuk 5.1.2
Pengaruh P1 : Membuat tegangan keluaran berubah dalam magnitudo.

Untuk 5.1.3
Hubungan antara tegangan pada MP1 dan MP2 :

Tegangan alternatif pada MP1 berfungsi mengontrol tegangan pada transistor,


besar ukuran menentukan amplitudo tegangan output.
Untuk 5.1.4
Dioda, membias maju melalui P1 sehingga resistansi tegangan berbagi, R2, C2 berubah
(C2 akan sebagai dicoupling kapasitor, resistansinya bisa diabaikan), sehingga tegangan
kontrol dapat dikurangi.
Lembar kerja 2

Untuk 5.2.1 dan 5.2.2


Pengukuran karakteristik kontrol
Fo = 1 MHz, Vopp = 16 V = konstan

U4/V 0 3 6 9 12 14
Vipp/mV 0,4 0,6 0,8 0,9 1,2 2,2
40 26,6 20 17,7 13,3 7,27
G=
Untuk 5.2.3.
Range control
Gmaks = 32,04 dB
Gmin = 17,23 dB
G = 93,9 93,45 = 14,81 dB

Lembar kerja 3

Untuk 5.3.1
Teg. Output Vopp/V 4 8 12 16 20
Teg. Referensi Vr/V 0,5 1,29 2,08 2,87 3,66

Hubungan antara Vo dan tegangan referensi : Semakin besar tegangan output di MP2, maka
makin besar pula tegangan referensi pada MP5.
Untuk 5.3.2

Kegunaan dari impedance converter : converter memindahkan tegangan input dc ke tegangan


output (MP4) tanpa ada perubahan.

Untuk 5.3.3
Pengaruh dari feed back tegangan referensi : meskipun tegangan input berubah-ubah,
tegangan output berubah hanya sendiri.

Lembar Kerja 4

Untuk 5.3.4
Vi meningkat tegangan referensi meningkat tegangan titik A meningkat tegangan
pada MP4 meningkat dioda D2 mengkonduksi banyak tegangan control pada MP1
terbagi kenaikkan pada V1 terbailk

Untuk 5.3.5
Hubungan antara Vi dan Vo
Fo = 1 MHz = konstan

Vipp/mV 20 40 60 80 100
a) Tanpa control Vopp/V 1,8 3,6 5,2 7 8,6
b) Dengan control Vopp/V 1,8 2,5 3 3,4 3,8
Untuk 5.3.6

7. ANALISA DATA

Pada praktikum kali ini, yaitu mengenai gain control with diode dapat dilihat bahwa
potensiometer(P1) pada rangkaian akan memberikan pengaruh terhadap nilai tegangan pada
MP2, dimana ketika P1 diputar searah jarum jam maka nilai tegangan pada MP2 akan menjadi
minimum, yaitu sebesar 3,5 Vpp.

Hubungan yang dapat dilihat antara tegangan MP1 dan MP2 ketika potensiometer (P1)
diputar searah jarum jam, maka nilai tegangan pada MP1 lebih besar daripada tegangan pada
MP2. Begitu pula ketika P1 diputar berlawanan arah jarum jam. Hal ini dikarenakan tegangan
pada MP2 telah mengalami peningkatan yang disebabkan oleh transistor yang telah dilewati
yaitu U1.

Dioda pada rangkaian berfungsi untuk memperbolehkan arus listrik mengalir dalam suatu arah
dan untuk menahan arus dari arah sebaliknya.

Ketika MP4 dihubungkan ke voltmeter dan tegangan output pada MP2 diatur konstan yaitu
sebesar 16 V dan tegangan DC sebesar 0 V diberikan pada MP4 maka tegangan input yang
dihasilkan adalah sebesar 0,32 mV. Sementara ketika tegangan DC yang diberikan pada MP4
sebesar (3,6, dan 9) V maka tegangan input yang dihasilkan akan meningkat namun bernilai
konstan yaitu sebesar 0,34 mV. Tegangan input akan mengalami penurunan kembali menjadi
sebesar 0,32 mV ketika tegangan yang diberikan pada MP4 ditingkatkan menjadi (12 dan 14)
V.

Dari hasil perhitungan gain atau penguatannya maka dapat dilihat bahwa grafiknya akan
berbentuk low pass filter, yaitu turun lalu konstan dan kemudian naik kembali.

Range control untuk penguatan maksimum adalah sebesar 93,9 dB, sementara range control
untuk penguatan minimum adalah sebesar 93,45 dB. Maka range control untuk penguatannya
adalah sebesar 0,45 dB.

Setelah potensiometer (P1) dilepas dan diganti dengan rangkaian pengikut emitter (pengubah
impedansi), serta R1 diganti dengan resistor 1 KOhm maka dapat dilihat bahwa tegangan
referensi pada MP5 akan mengalami peningkatan sesuai nilai tegangan output yang diatur
pada MP2.

Kegunaan dari impedance converter pada rangkaian ini adalah untuk mengubah impedansi
pada rangkaian, yaitu dengan pemberian sebuah transistor BC 107 yang mengakibatkan
tegangan output akan mengalami peningkatan.

Ketika MP5 dihubungkan dengan input dari converter stage (input A) maka tegangan output
akan semakin besar bila nilai tegangan input yang diberikan juga semakin besar. Ini
merupakan pengaruh dari feed back tegangan referensi.

Tegangan output akan meningkat apabila tegangan input yang diberikan semakin besar, baik
dengan control ( menghubungkan MP5 ke titik A) maupun tanpa control (melepas hubungan
MP5 dengan titik A).

Dari hasil penggambaran grafik hubungan antara tegangan output dan tegangan input dapat
dilihat bahwa hubungan antara keduanya adalah berbanding lurus.
8. KESIMPULAN
Amplitudo tegangan control dipengaruhi oleh potensiometer P1.
Tegangan akan semakin besar apabila potensiometer P1 diputar berlawanan arah jarum
jam.
Tegangan akan meningkat apabila melewati sebuah transistor. Hal ini terjadi karena
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit
pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan,atau modulasi sinyal.
Dioda pada rangkaian berfungsi untuk memperbolehkan arus listrik mengalir dalam
suatu arah dan untuk menahan arus dari arah sebaliknya.
Dari hasil perhitungan gain atau penguatannya maka dapat dilihat bahwa grafiknya
akan berbentuk low pass filter, yaitu turun lalu konstan dan kemudian naik kembali.
Hal ini bergantung pada tegangan control DC yang melewati diode (MP4) yang
diberikan.
Kegunaan dari impedance converter pada rangkaian adalah untuk mengubah
impedansi pada rangkaian, yaitu dengan pemberian sebuah transistor BC 107 yang
mengakibatkan tegangan output akan mengalami peningkatan.
Ketika MP5 dihubungkan dengan input dari converter stage (input A) maka tegangan
output akan semakin besar bila nilai tegangan input yang diberikan juga semakin
besar. Ini merupakan pengaruh dari feed back tegangan referensi.
Tegangan output akan meningkat apabila tegangan input yang diberikan semakin
besar, baik dengan control ( menghubungkan MP5 ke titik A) maupun tanpa control
(melepas hubungan MP5 dengan titik A).
Hubungan antara tegangan output dan tegangan input adalah berbanding lurus.
9. REFERENSI

Dalam elektronika, dioda adalah komponen aktif bersaluran dua (dioda termionik mungkin
memiliki saluran ketiga sebagai pemanas). Dioda mempunyai dua elektroda aktif dimana
isyarat listrik dapat mengalir, dan kebanyakan dioda digunakan karena karakteristik satu arah
yang dimilikinya. Dioda varikap (VARIable CAPacitor/kondensator variabel) digunakan
sebagai kondensator terkendali tegangan.

Sifat kesearahan yang dimiliki sebagian besar jenis dioda seringkali disebut karakteristik
menyearahkan. Fungsi paling umum dari dioda adalah untuk memperbolehkan arus listrik
mengalir dalam suatu arah (disebut kondisi panjar maju) dan untuk menahan arus dari arah
sebaliknya (disebut kondisi panjar mundur). Karenanya, dioda dapat dianggap sebagai versi
elektronik dari katup pada transmisi cairan.

Dioda sebenarnya tidak menunjukkan kesearahan hidup-mati yang sempurna (benar-benar


menghantar saat panjar maju dan menyumbat pada panjar mundur), tetapi mempunyai
karakteristik listrik tegangan-arus taklinier kompleks yang bergantung pada teknologi yang
digunakan dan kondisi penggunaan. Beberapa jenis dioda juga mempunyai fungsi yang tidak
ditujukan untuk penggunaan penyearahan.

Awal mula dari dioda adalah peranti kristal Cat's Whisker dan tabung hampa (juga disebut
katup termionik). Saat ini dioda yang paling umum dibuat dari bahan semikonduktor seperti
silikon atau germanium.

I. Simbol Umum Dioda

Gambar simbol dioda


Dioda disimbolkan dengan gambar anak panah yang pada ujungnya terdapat garis yang
melintang. Simbol tersebut sebenarnya adalah sebagai perwakilan dari cara kerja dioda itu
sendiri. Pada pangkal anak panah disebut juga sebagai anoda (kaki positif = P) dan pada ujung
anak panah disebut sebagai katoda (kaki negative = N).

II. Struktur Dioda Untuk Pertama Kalinya

Gambar Struktur dioda

Di atas merupakan gambar dari struktur dioda untuk pertama kalinya. Plate dirancang
mengelilingi katoda, didalam katoda ditanam sebuah heater, dimana pada saat katoda
dipanaskan maka, electron yang ada pada katoda akan bergerak menuju plate.

III. Bias Maju Dioda

Gambar dioda bias maju


Gambar di atas merupakan gambar karakteristik dioda pada saat diberi bias maju. Lapisan
yang melintang antara sisi P dan sisi N diatas disebut sebagai lapisan deplesi (depletion layer),
pada lapisan ini terjadi proses keseimbangan hole dan electron. Secara sederhana cara kerja
dioda pada saat diberi bias maju adalah sebagai berikut, pada saat dioda diberi bias maju,
maka electron akan bergerak dari terminal negative batere menuju terminal positif batere
(berkebalikan dengan arah arus listrik). Elektron yang mencapai bagian katoda (sisi N dioda)
akan membuat electron yang ada pada katoda akan bergerak menuju anoda dan membuat
depletion layer akan terisi penuh oleh electron, sehingga pada kondisi ini dioda bekerja bagai
kawat yang tersambung.

IV. Bias Mundur Dioda

Gambar dioda bias mundur

Berkebalikan dengan bias maju, pada bias mundur electron akan bergerak dari terminal
negative batere menuju anoda dari dioda (sisi P). Pada kondisi ini potensial positif yang
terhubung dengan katoda akan membuat electron pada katoda tertarik menjauhi depletion
layer, sehingga akan terjadi pengosongan pada depletion layer dan membuat kedua sisi
terpisah. Pada bias mundur ini dioda bekerja bagaikan kawat yang terputus dan membuat
tegangan yang jatuh pada dioda akan sama dengan tegangan supply.

Berikut adalah beberapa macam dioda yang sering ditemukan :

1. Dioda Bridge (4 buah dioda penyearah)


2. Dioda Zener (Sebagai penstabil tegangan)
3. LED (Light Emiting Dioda)

4. 7 - Segment

5. dll

Pada umunya dioda dibuat dari bahan semikonduktor sbb :

1. Silicon, tegangan yang jatuh pada saat bias maju adalah 0,7 volt.
2. Germanium, tegangan yang jatuh pada saat bias maju adalah 0,3 volt

Prinsip kerja

Dioda termionik

Simbol untuk dioda tabung hampa pemanasan taklangung, dari atas kebawah adalah anoda,
katoda dan filamen pemanas. Dioda termionik adalah sebuah peranti katup termionik yang
merupakan susunan elektroda-elektroda di ruang hampa dalam sampul gelas. Dioda termionik
pertama bentuknya sangat mirip dengan bola lampu pijar.

Dalam dioda katup termionik, arus listrik yang melalui filamen pemanas secara tidak langsung
memanaskan katoda (Beberapa dioda menggunakan pemanasan langsung, dimana filamen
wolfram berlaku sebagai pemanas sekaligus juga sebagai katoda), elektroda internal lainnya
dilapisi dengan campuran barium dan strontium oksida, yang merupakan oksida dari logam
alkali tanah. Substansi tersebut dipilih karena memiliki fungsi kerja yang kecil. Bahang yang
dihasilkan menimbulkan pancaran termionik elektron ke ruang hampa. Dalam operasi maju,
elektroda logam disebelah yang disebut anoda diberi muatan positif jadi secara elektrostatik
menarik elektron yang terpancar.
Walaupun begitu, elektron tidak dapat dipancarkan dengan mudah dari permukaan anoda yang
tidak terpanasi ketika polaritas tegangan dibalik. Karenanya, aliran listrik terbalik apapun
yang dihasilkan dapat diabaikan.

Dalam sebagian besar abad ke-20, dioda katup termionik digunakan dalam penggunaan isyarat
analog, dan sebagai penyearah pada pemacu daya. Saat ini, dioda katup hanya digunakan pada
penggunaan khusus seperti penguat gitar listrik, penguat audio kualitas tinggi serta peralatan
tegangan dan daya tinggi.

Dioda semikonduktor

Sebagian besar dioda saat ini berdasarkan pada teknologi pertemuan p-n semikonduktor. Pada
dioda p-n, arus mengalir dari sisi tipe-p (anoda) menuju sisi tipe-n (katoda), tetapi tidak
mengalir dalam arah sebaliknya.

Tipe lain dari dioda semikonduktor adalah dioda Schottky yang dibentuk dari pertemuan
antara logam dan semikonduktor (sawar Schottky) sebagai ganti pertemuan p-n konvensional.

Karakteristik arustegangan

Karakteristik arustegangan dari dioda, atau kurva IV, berhubungan dengan perpindahan dari
pembawa melalui yang dinamakan lapisan penipisan atau daerah pemiskinan yang terdapat
pada pertemuan p-n di antara semikonduktor. Ketika pertemuan p-n dibuat, elektron pita
konduksi dari daerah N menyebar ke daerah P dimana terdapat banyak lubang yang
menyebabkan elektron bergabung dan mengisi lubang yang ada, baik lubang dan elektron
bebas yang ada lenyap, meninggalkan donor bermuatan positif pada sisi-N dan akseptor
bermuatan negatif pada sisi-P. Daerah disekitar pertemuan p-n menjadi dimiskinkan dari
pembawa muatan dan karenanya berlaku sebagai isolator.

Walaupun begitu, lebar dari daerah pemiskinan tidak dapat tumbuh tanpa batas. Untuk setiap
pasangan elektron-lubang yang bergabung, ion pengotor bermuatan positif ditinggalkan pada
daerah terkotori-n dan ion pengotor bermuatan negatif ditinggalkan pada daerah terkotori-p.
Saat penggabungan berlangsung dan lebih banyak ion ditimbulkan, sebuah medan listrik
terbentuk di dalam daerah pemiskinan yang memperlambat penggabungan dan akhirnya
menghentikannya. Medan listrik ini menghasilkan tegangan tetap dalam pertemuan.

Jenis-jenis dioda semikonduktor

Dioda Dioda zener

LED Dioda foto

Dioda terobosan Dioda varaktor

Dioda Schottky SCR

Simbol berbagai jenis dioda


Beberapa jenis dioda

Ada beberapa jenis dari dioda pertemuan yang hanya menekankan perbedaan pada aspek fisik
baik ukuran geometrik, tingkat pengotoran, jenis elektroda ataupun jenis pertemuan, atau
benar-benar peranti berbeda seperti dioda Gunn, dioda laser dan dioda MOSFET.

Dioda biasa

Beroperasi seperti penjelasan di atas. Biasanya dibuat dari silikon terkotori atau yang lebih
langka dari germanium. Sebelum pengembangan dioda penyearah silikon modern, digunakan
kuprous oksida (kuprox)dan selenium, pertemuan ini memberikan efisiensi yang rendah dan
penurunan tegangan maju yang lebih tinggi (biasanya 1.41.7 V tiap pertemuan, dengan
banyak lapisan pertemuan ditumpuk untuk mempertinggi ketahanan terhadap tegangan
terbalik), dan memerlukan benaman bahan yang besar (kadang-kadang perpanjangan dari
substrat logam dari dioda), jauh lebih besar dari dioda silikon untuk rating arus yang sama.

Dioda bandangan

Dioda yang menghantar pada arah terbalik ketika tegangan panjar mundur melebihi tegangan
dadal dari pertemuan P-N. Secara listrik mirip dan sulit dibedakan dengan dioda Zener, dan
kadang-kadang salah disebut sebagai dioda Zener, padahal dioda ini menghantar dengan
mekanisme yang berbeda yaitu efek bandangan. Efek ini terjadi ketika medan listrik terbalik
yang membentangi pertemuan p-n menyebabkan gelombang ionisasi pada pertemuan,
menyebabkan arus besar mengalir melewatinya, mengingatkan pada terjadinya bandangan
yang menjebol bendungan. Dioda bandangan didesain untuk dadal pada tegangan terbalik
tertentu tanpa menjadi rusak. Perbedaan antara dioda bandangan (yang mempunyai tegangan
dadal terbalik diatas 6.2 V) dan dioda Zener adalah panjang kanal yang melebihi rerata jalur
bebas dari elektron, jadi ada tumbukan antara mereka. Perbedaan yang mudah dilihat adalah
keduanya mempunyai koefisien suhu yang berbeda, dioda bandangan berkoefisien positif,
sedangkan Zener berkoefisien negatif.

Dioda Cat's whisker

Ini adalah salah satu jenis dioda kontak titik. Dioda cat's whisker terdiri dari kawat logam tipis
dan tajam yang ditekankan pada kristal semikonduktor, biasanya galena atau sepotong batu
bara[5]. Kawatnya membentuk anoda dan kristalnya membentuk katoda. Dioda Cat's whisker
juga disebut dioda kristal dan digunakan pada penerima radio kristal.

Dioda arus tetap

Ini sebenarnya adalah sebuah JFET dengan kaki gerbangnya disambungkan langsung ke kaki
sumber, dan berfungsi seperti pembatas arus dua saluran (analog dengan Zener yang
membatasi tegangan). Peranti ini mengizinkan arus untuk mengalir hingga harga tertentu, dan
lalu menahan arus untuk tidak bertambah lebih lanjut.

Esaki atau dioda terobosan

Dioda ini mempunyai karakteristik resistansi negatif pada daerah operasinya yang disebabkan
oleh quantum tunneling, karenanya memungkinkan penguatan isyarat dan sirkuit dwimantap
sederhana. Dioda ini juga jenis yang paling tahan terhadap radiasi radioaktif.

Dioda Gunn

Dioda ini mirip dengan dioda terowongan karena dibuat dari bahan seperti GaAs atau InP
yang mempunyai daerah resistansi negatif. Dengan panjar yang semestinya, domain dipol
terbentuk dan bergerak melalui dioda, memungkinkan osilator gelombang mikro frekuensi
tinggi dibuat.
Demodulasi radio

Penggunaan pertama dioda adalah demodulasi dari isyarat radio modulasi amplitudo (AM).
Dioda menyearahkan isyarat AM frekuensi radio, meninggalkan isyarat audio. Isyarat audio
diambil dengan menggunakan tapis elektronik sederhana dan dikuatkan.

Pengubahan daya

Penyearah dibuat dari dioda, dimana dioda digunakan untuk mengubah arus bolak-balik
menjadi arus searah. Contoh yang paling banyak ditemui adalah pada rangkaian adaptor. Pada
adaptor, dioda digunakan untuk menyearahkan arus bolak-balik menjadi arus searah.
Sedangkan contoh yang lain adalah alternator otomotif, dimana dioda mengubah AC menjadi
DC dan memberikan performansi yang lebih baik dari cincin komutator dari dinamo DC.

Gain Control

Pentingnya Gain Control yang dilakukan memakai suatu alat yang disebut Compressor
Limiter and Expander didalam suatu rekaman pada semua alat musik atau tracks.
Control gain ini dilakukan pada setiap tracks dan dilakukan berbeda beda tergantung peralatan
yang dipakai saat rekaman.

Jika memakai DAW, maka setting Compressor Limiter Expander ini dilakukan saat Tracking
tetapi hanya pada Track Monitor saja bukan pada Input Channels. Ini supaya setting itu masih
bisa anda rubah lagi nantinya, jika anda lakukan pada Input Channels maka setting itu akan
direkam permanen didalam Track dan tidak mungkin bisa anda rubah lagi nantinya. Hal
permanen ini sebisa mungkin dihindari.

Tetapi jika bekerja dengan peralatan Analog yang memiliki Outboard Compressor terbatas,
maka sebisa mungkin anda harus commit dengan settingan kompresor saat basic track ke Pita.
Kecuali jika anda memakai Board SSL G+ yang sudah memiliki kompresor pada setiap
channels.
RANGAKAIAN DIODA
10. LAPORAN SEMENTARA

You might also like