You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organisation (WHO) / United Nations International Childrens Emergency Fund
(UNICEF) membuat deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Innocenti yang bertujuan untuk
melindungi, mempromosikan dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi ini juga
ditandatangani oleh Indonesia sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu
makanan bayi secara optimal, maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi
diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 0-6 bulan (Roesli, 2005).
National Health and Medical Research Council (Dewan Penelitian Kesehatan dan Medis
Nasional (NHMRC)) Australia menganjurkan agar wanita memberikian ASI saja kepada bayi
selama sekitar 6 bulan. NHMRC juga menganjurkan agar tetap menyusui sampai bayi berusia 12
bulan, atau lebih lama lagi. Manfaat yang dapat diperoleh dari menyusui mungkin berkelanjutan
selama 2 tahun dan selanjutnya. Jika anda kurang yakin tentang menyusui, paling tidak harus
anda coba. Beberapa minggu sajapun agar memberikan perlindungan tertentu pada bayi anda
pada hari-hari pertama (Arini, 2012: 27).
WHO, UNICEF dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes
No.450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut dijelaskan bahwa untuk mencapai
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal bayi harus diberi ASI eksklusif selama
6 bulan pertama. Selanjutnya, agar tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan
makanan pendamping ASI (PASI) dan ASI setelah bayi berusia 6 bulan atau lebih (Prasetyono,
2009: 25).

Di Indonesia setiap tahunnya terdapat 10 juta anak di bawah dua tahun yang menjadi sasaran
ASI. Mengingat banyaknya sasaran tersebut dan tersebar diseluruh Indonesia, maka peringatan
pekan ASI sedunia yang diperingati lebih dari 100 negara ditingkatkan menjadi bulan ASI
nasional, karena ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi tidak dapat diganti dengan makanan
lainnya dan tidak ada satupun makanan lainnya yang dapat menyamai ASI baik dalam
kandungan gizinya, enzim, hormon maupun kandungan zat imunologi dan anti infeksi (Depkes,
2006).

Temuan Utama: Pemberian awal Air Susu Ibu (ASI) sudah umum di Indonesia: 96 persen anak
dibawah umur 2 tahun pernah diberi ASI. Empat puluh dua persen anak berumur di bawah 6
bulan mendapat ASI eksklusif Pemberian makanan formula bagi anak umur berapapun sangat
umum di Indonesia. Secara keseluruhan, 9 dari 10 anak umur 6-8 bulan mendapat makanan padat
dan semi padat. Secara keseluruhan, hanya sekitar 37 persen anak umur 6-23 bulan
mendapatkan makanan seperti yang dianjurkan dalam praktik pemberian makanan pada bayi dan
anak (PPMBA) sesuai yang direkomendasikan. Konsumsi makanan yang kaya Vitamin A
meningkat dari 52 persen diantara anak berumur 6-8 bulan menjadi 94 persen diantara anak
berumur 18-23 tahun. Enam puluh delapan persen anak umur 6-35 bulan mengkonsumsi
makanan kaya akan zat besi dalam 24 jam sebelum wawancara dilakukan. Dua puluh tiga
persen wanita yang melahirkan 5 tahun sebelum survei tidak menerima suplemen zat besi selama
kehamilan pada persalinan anak terakhir, dan hanya satu dari tiga wanita yang menerimanya
sesuai dengan rekomendasi 90 hari atau lebih.

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Jambi, dari 11.623 bayi di Kota Jambi sebesar 5.902
atau baru 50,78% diberi ASI eksklusif. Dengan melihat angka ini maka cakupan pemberian ASI
eksklusif untuk Kota Jambi masih belum mencapai target. Cakupan ini masih jauh di bawah
target pencapaian pemberian ASI eksklusif Nasional yaitu 80%.
Dari uraian di atas dapat diketahui betapa pentingnya memberikan ASI eksklusif kepada bayi 0-6
bulan oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan
Pengetahuan dan Pekerjaan Ibu terhadap Pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan di
Wilayah Puskesmas X Kota Jambi Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Hubungan Pengetahuan dan Pekerjaan
Ibu terhadap Pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Puskesmas X Kota
Jambi Tahun 2015.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Pekerjaan Ibu
terhadap Pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Puskesmas X Kota Jambi
Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan Ibu tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-
6 bulan di Wilayah Puskesmas X Kota Jambi Tahun 2015.
b. Diketahuinya gambaran pekerjaan Ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan di Wilayah Puskesmas X Kota Jambi Tahun 2015.
c. Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-
6 bulan di Wilayah Puskesmas X Kota Jambi Tahun 2015.
d. Diketahuinya hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan di Wilayah Puskesmas X Kota Jambi Tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Puskesmas X
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi puskesmas dan petugas kesehatan
untuk mengevaluasi masalah pemberian ASI eksklusif pada ibu-ibu yang menyusui dan lebih
pro-aktif dalam pemberian penyuluhan tentang ASI eksklusif.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi (kepustakaan) khususnya bagi
Mahasiswi dan Mahasiswa Program Studi Kesehatan lainnya.
3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
menerapkan ilmu dan dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional, yang mana
variabel pada penelitian ini hanya terbatas pada pengetahuan dan pekerjaan ibu dengan
pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yang datang ke Puskesmas X. Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini yaitu menggunakan metode Proportional Random Sampling. Dan analisis data
yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. Dengan alat bantu
penelitian berupa lembar kuesioner yang akan disebarkan guna mendapatkan data penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI Eksklusif
1. Pengertian
ASI adalah cairan tanpa tanding ciptaan Tuhan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan
melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit (Marmi, 2012: 19). Sedangkan
menurut Kusumawardhani, 2010: 2, ASI adalah cairan ajaib yang diberikan alam untuk setiap
perempuan, ASI merupakan makanan dan berfungsi sebagai minuman yang paling tepat,
menguntungkan dan menyehatkan bagi bayi.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal,
dan tidak diberikan minuman dan makanan lain (termasuk air jeruk, madu dan air gula) sampai
bayi berumur 6 bulan. Walaupun pada kenyataannya ibu yang bekerja bermasalah dengan
kebijakan ini karena hambatan waktu (Jannah, 2011: 42).
2. Manfaat ASI Eksklusif
Bagi ibu dan bayi, ASI eksklusif menyebabkan mudahnya terjalin ikatan kasih sayang yang
mesra antara ibu dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan awal dari keuntungan menyusui secara
eksklusif. Bagi bayi tidak ada pemberian yang lebih berharga dari ASI. Hanya seorang ibu yang
dapat memberikan makanan terbaik bagi bayinya. Selain dapat meningkatkan kesehatan dan
kepandaian secara optimal, ASI juga membuat anak potensial memiliki perkembangan sosial
yang baik (Arini, 2012: 27).
ASI akan sangat bermanfaat bagi bayi yang disusui apabila digunakan secara eksklusif selama 6
bulan dan dilanjutkan hingga bayi berusia dua tahun. Karena ASI terdiri dari berbagai faktor
yang dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan saraf (Kusumawardhani, 2010:
63).
Daftar manfaat ASI bagi bayi selalu bertambah setiap hari. Penelitian menunjukkan, bayi yang
diberi ASI secara khusus terlindung dari serangan penyakit sistem pernapasan dan pencernaan.
Hal itu disebabkan zat-zat kekebalan tubuh di dalam ASI memberikan perlindungan langsung
melawan penyerangan penyakit. Sifat lain dari ASI yang juga memberikan perlindungan
terhadap penyakit adalah penyediaan lingkungan yang ramah bagi bakteri menguntungkan
yang disebut floral normal (Marmi, 2012: 20).
Menurut Saleha (2009 : 31), memberikan ASI pada bayi sangatlah penting dilakukan oleh
seorang ibu sampai bayi berusia 2 tahun. Adapun manfaat pemberian ASI adalah :
a. Manfaat ASI bagi Bayi.
1) Komposisi sesuai kebutuhan.
2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan.
3) ASI mengandung zat pelindung.
4) Makanan terlengkap untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup karena
mengandung zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama.
5) Mengandung antibodi yang melindungi terhadap penyakit, terutama diare dan gangguan
pernapasan (Arini, 2012: 51).
b. Manfaat ASI bagi Ibu
1) Mencegah pendarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk
semula.
2) Mencegah anemia defisiensi zat besi.
3) Menunda kesuburan.
4) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium.
5) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil (Saleha, 2009 : 32).
c. Manfaat ASI bagi Keluarga
1) Mudah dalam proses pemberiannya.
2) Mengurangi biaya rumah tangga.
3) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat
(Saleha, 2012: 33).
4) Kebahagian keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang sehingga suasana kejiwaan
ibu baik dan dapat mendapatkan hubungan kasih bayi dalam keluarga (Arini, 2012: 72).
d. Manfaat ASI bagi Masyarakat (Arini, 2012: 30)
1) Berkontribusi untuk pengembangan ekonomi.
2) Melindungi lingkungan (botol-botol bekas, dot, kemasan susu, dll).
3) Menghemat sumber dana yang terbatas dan kelangkaan pangan.
4) Berkontribusi dalam penghematan devisa Negara (Depkes RI)

B. Komposisi ASI
1. Jenis ASI berdasarkan Waktu Produksinya
Menurut Saleha (2009 : 18) berdasarkan waktu produksinya, ASI memiliki 3 jenis. Diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Kolostrum
Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling tinggi dari pada ASI
sebenarnya, khususnya kandungan immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi
yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA juga mambantu dalam mencegah
bayi mengalami alergi makanan.
Kolostrum merupakan cairan pertama ASI yang keluar berwarna kekuning-kuningan, lebih
kuning dibandingkan dengan susu yang matur dan yang pertama kali disekresi oleh kelenjer
payudara. Kolostrum mengandung jaringan debris dan material residual yang terdapat dalam
alveoli serta duktus dari kelenjer payudara sebelum dan setelah masa puerperium.
Protein utama pada kolostrum adalah immunoglobulin (IgG, IgA dan IgM) yang digunakan
sebagai zat antibody untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit
(Nugroho, 2011 : 30).

b. Air Susu Transisi atau Masa Air Susu Peralihan


ASI masa peralihanan merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur.
ASI peralihan diproduksi pada hari keempat sampai hari kesepuluh dari masa laktasi, tetapi ada
pula 10 pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ketiga sampai
minggu kelima. Pada masa ini, kadar protein makin rendah, sedangkan karbohidrat, lemak makin
tinggi dan volumenya juga akan makin meningkat.
c. Air Susu Matur
ASI matur merupakan ASI yang disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya, komposisi
relative konstan. ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk
bayi sampai usia 6 bulan. Setelah 6 bulan, ASI tidak lagi dapat memenuhi gizi bayi sehingga
mulai dikenalkan dengan makanan pendamping ASI.
2. Komponen ASI
Menurut Proverawati & Rahmawati (2010: 13-17), susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi
manusia, komponen ASI sangat rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, yang
memainkan peran utama dalam perlawanan penyakit pada bayi. Meskipun tidak semua
keuntungan dari semua komponen yang telah sepenuhnya diteliti atau belum ditentukan, berikut
daftar elemen penting dari ASI :
a. Kolostrum
Cairan susu kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan pada sel alveoli payudara ibu.
Sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi dan kemampuan ginjal baru lahir yang belum mampu
menerima makanan dalam volume besar. Jumlahnya tidak terlalu banyak tetapi kekurangan
tahuan atau karena kepercayaan yang salah, banyak ibu yang baru melahirkan tidak memberikan
kolostrumnya pada bayinya.
b. Protein
Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna) dan whey (protein yang mudah
dicerna). ASI lebih banyak mengandung whey dari pada casein sehingga protein ASI mudah
dicerna. Sedangkan pada susu sapi kebalikannya. Untuk itu pemberian ASI Eksklusif wajib
diberikan sampai bayi berumur 6 bulan.
c. Lemak
Lemak ASI adalah penghasilan kalori (energi) utama dan merupakan komponen zat gizi yang
sangat bervariasi. Lebih muda dicerna karena sudah dalam bentuk emulasi.
d. Laktosa
Merupakan karbohidrat utama pada ASI. Fungsinya sebagai sumber energy, meningkatkan
absorpsi kalsium dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus.
e. Vitamin A
Kadar vitamin A, B, C, D dan E dalam ASI lebih tinggi dibandingkan dengan kadarnya dalam
susu sapi, namun dalam ASI kadar vitamin K memang terdapat dalam jumlah yang sedikit. Akan
tetapi tetap saja ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi.
f. Zat besi
Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/liter), bayi yang menyusui jarang
kekurangan zat besi (anemia). Hal ini dikarenakan zat besi pada ASI yang lebih muda diserap.
g. Taurin
Berupa asam amino yang berfungsi sebagai neurotransmitter, berperan penting dalam maturasi
otak bayi. DHA dan ARA merupakan bagian dari kelompok molekul yang dikenal sebagai
omega fatty acida DHA (adecosahexaenoic acid) adalah sebuah balok bangunan utama di otak
lebih dari dua tahun pertama kehidupan. ARA (arachidonic acid) yang ditemukan diseluruh
tubuh dan bekerja bersama-sama dengan DHA untuk mendukung visual dan perkembangan
mental bayi.
h. Lactobacillus
Berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E.coli yang sering
menyebabkan diare pada bayi.
i. Lactoferin
Sebuah besi-batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri dalam intestines, serta
memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk berkembang. Memiliki efek langsung pada antibiotic
yang berpotensi berbahaya seperti bakteri Staphylococci dan E.coli. Hal ini ditemukan dalam
kosentrasi tinggi dalam kolostrum, tetapi berlangsung sepanjang seluruh tahun pertama
bermanfaat menghambat bakteri Staphylococcus dan jamur candida.

j. Lisozim
Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens caries dentis dan maloklusi
(kebiasaan lidah yang mendorong kedepan akibat menyusu dengan botol dan dot). Enzim
pencernaan yang kuat yang ditemukan dalam air susu ibu pada tingkat 50 kali lebih tinggi dari
pada dalam rumus.
3. Volume ASI
Volume pengeluaran ASI pada minggu - minggu pertama bayi lahir biasanya banyak, tetapi
setelah itu sekitar 450 - 650 ml. Seorang bayi memerlukan sebanyak 600 ml susu per hari.
Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4-6 bulan pertama. Karena itu
selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah enam bulan
volume pengeluaran susu menjadi menurun, sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat
dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.
Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu yang terbanyak yang dapat diperoleh
adalah lima menit pertama. Penyedotan atau penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung sampai
15-25 menit. Berdasarkan kenyataan, perhitungan sederhana mengenai berapa jumlah air susu
ibu yang diperlukan oleh bayi adalah sebagai berikut : Bayi normal memerlukan 160-165 ml ASI
per kilogram berat badan per hari.
Dengan demikian, bayi dengan berat badan 4 kg memerlukan 660 ml ASI perhari dan 825 ml
perhari untuk bayi dengan berat 5 kg. Ibu-ibu harus disarankan untuk 17 mengkonsumsi
makanan yang baik, bila memungkinkan ibu mengkonsumsi makanan yang paling bergizi yang
dapat diadakan oleh keluarga. Jumlah energi untuk keperluan menyusui per hari adalah 500-600
kkal atau kira-kira 1/3 sampai 1/4 lebih banyak dari yang dikonsumsi ibu secara normal
(Proverawati, 2010: 11).

C. Cara Menyiapkan ASI bagi Ibu Bekerja


Menurut Utami Roesli (2004) bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara
eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil
hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI
dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat memberikan ASI secara
eksklusif.
Dalam Purwanti 2012 : 25), untuk wanita menyusui yang bekerja, berikut beberapa tips memerah
ASI :
1. Peras dan pompalah ASI setiap 3-4 jam sekali secara teratur. Ini diperlukan agar produksi
ASI tetap terjaga.
2. Pilih waktu dimana payudara dalam keadaan yang paling penuh terisi, pada umumnya terjadi
pada pagi hari.
3. Semua peralatan yang akan digunakan sudah disterilisasikan terlebih dahulu.
4. Pilih tempat yang tenang dan nyaman pada saat memerah ASI.
5. Tingkatkan keterampilan mengeluarkan ASI dan mengubah jadwal menyusui. Sebaiknya
telah dipraktikan sebulan sebelum ibu mulai kembali bekerja.
6. Minum dan makan-makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja dan menyusui bayinya.
ASI yang disimpan dalam suhu dingin dapat tahan beberapa hari. ASI yang disimpan di freezer
dapat tahan hingga 3 bulan, sedangkan ASI yang disimpan di kulkas dapat tahan selama 3 hari.
Untuk menyiapakan ASI dirumah, perlu mempersiapkan seagala sesuatunya, misalnya gelas
kaca, kulkas dan lingkungan lain yang mendukung. Secara umum, ASI yang disimpan dalam
suhu ruangan masih berada dalam kondisi baik selama 4-8 jam (asalkan suhunya tidak lebih
panas dari 77 F atau 25 C). Bila menyimpannya dalam lemari pendingin dengan suhu 0 - 3,9
C, ASI dapat bertahan selama 2-3 hari. Bila ingin menyimpannya dalam lemari pembeku, ibu
harus menyisakan sedikit ruangan di bagian atas botol untuk menjaga bila ASI tersebut memuai.
Setelah disimpan di kulkas dan ingin segera digunakan, ASI tersebut tidak perlu dididihkan
karena hal tersebut akan menyebabkan rusaknya protein. Cukup direndam dalam air hangat, yang
penting tidak terlalu dingin sampai bayi dapat menerimanya.

D. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2010: 27).
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah
mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat
menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek
yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat
menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian
mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek
yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis
adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu
hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
3. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Wawan, 2010: 18, pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan
dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
1 Tinggi : Hasil presentase 76%
0 Rendah : Hasil presentase < 76%

E. Pekerjaan
Menurut Depkes RI (1999) pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan
dan kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan responden bekerja lebih baik
dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena
ibu yang bekerja di luar rumah (sektor formal) memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai
informasi, termasuk mendapatkan informasi tentang pemberian ASI eksklusif (Arini, 2011: 49).
Menurut Novaria (2000) seorang ibu yang bekerja akan mempunyai tambahan pendapatan
sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Apabila ia tidak bekerja maka tidak dapat
memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, bekerja untuk perempuan sering kali bukan pilihan
tetapi karena pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya
(Arini, 2011: 49).
Menurut Utami Roesli (2005), bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara
eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil
hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, adanya perlengkapan
memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap
memberikan ASI secara eksklusif.
Menurut hasil penelitian Andryani (2005) diperoleh bahwa sebanyak 52,5% ibu yang bekerja
mempunyai pengetahuan menyusui dengan baik dan 47,5% ibu tidak bekerja memiliki
pengetahuan kurang baik tentang ASI eksklusif (Arini, 2011: 50).

F. Kerangka Teori
Menurut Kwick (1974) dalam Notoatmodjo (2003 : 124) faktor - faktor yang terbentuknya
prilaku dibedakan menjadi 2 yakni, faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, presepsi,
emosi, motivasi dan sebagainya. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik
maupun nonfisik seperti iklim, manusia, pekerjaan, kebudayaan dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Alfinah. 1995 asi eksklusif. Jakarta: Kompas.


Agustinasari, F. 2005. Perbedaan ibu yang menyusui dengan asi eksklusif dan yang tidak
menyusui dengan asi eksklusif di lokasi tempat tinggal. Skripsi: tidak diterbitkan. Salatiga:
Fakultas kedokteran -Universitas indonesia
Indriastuti, M. 2005. Hubungan antara ibu dan bayi dengan asi eksklusif . Skripsi: tidak
diterbitkan. Salatiga: Fakultas kedokteran-Universitas indonesia.
Jayanti, J.D. 2006. Hubungan antara kecenderungan perilaku ibu yang menyusui dengan ibu
yang tidak menyusui bayinya. Skripsi: tidak diterbitkan. Salatiga: Fakultas kedokteran-
Universitas indonesia.
Kartika, S. 2004. Indikasi dan kontraindkasi. Diambil dari:http://www.smeru.or.id/
beritadaerah/files/20040823aborsijurnalperempuan.htm.
Kompas Cybermedia, 30 Oktober 2002 . Bila bayi tidak di beri asi eksklusif
http://www.kompas.com/kesehatan/news/0210/30/214613.htm

You might also like