You are on page 1of 10

BAB II

TATANAN GEOLOGI

2.1 Geologi Regional


2.1.1 Fisiografi
Thorp dkk. (1990; dalam Suwarna dkk., 1993) membagi fisiografi
wilayah Singkawang, Kalimantan Barat, menjadi 5 zona fisiografi (Gambar
2.1, yaitu:
1. Zona pantai
Zona pantai terdiri dari suatu dataran pantai, pematang pantai, dan tepi
bagian utara delta Sungai Kapuas. Bentang alam termuda pada zona ini
adalah pematang pasir rendah yang terhampar di dataran pantai.
2. Dataran aluvial
Dataran aluvial yang terdapat di daerah ini terdiri dari sedimen rawa dan
dataran banjir yang dicirikan oleh lempung dan pasir halus kaya bahan
organik. Sedimen ini berwarna kelabu sampai cokelat tua yang menutupi
secara tidak menerus kerikil-kerikil yang ditunjang dalam matriks (matrix-
supported).
3. Undak pasir putih
Undak pasir putih terdiri dari kerikil, pasir, dan lumpur. Undak pasir putih
muncul sampai ketinggian 25 meter di atas permukaan laut dan berada di
dataran dekat zona pantai dan sedimen rawa.
4. Perbukitan menggelombang rendah
Perbukitan menggelombang rendah umumnya berkembang pada batuan
sedimen Tersier dan granit yang telah lapuk dan memiliki ketinggian
kurang dari 75 m. Pola aliran sungai pada zona ini setempat dipengaruhi
oleh kekar yang terdapat pada batuan granit.
5. Perbukitan curam
Secara umum, zona perbukitan curam tersebar pada wilayah Singkawang.
Namun, zona ini terlihat mendominasi terutama di bagian Timurlaut.
Perbukitan ini dicirikan oleh bentang alam berbatu keras, terdiri dari
batuan vulkanik atau batuan terobosan yang tahan erosi.

Dewi Prihatini (12007012) 5


U

00 Nilai
amban
Daerahg Pb =
Penelitian
antilog
3,4
=
2511,8
9 ppm
Nilai
amban
g Pb =
antilog
3,4
=
2511,8
PETA INDEKS KETERANGAN : 9 ppm

Zona Pantai Nilai


Kota
amban
Dataran Aluvial Sungai
g Pb =
Undak Pasir Putih antilog
Perbukitan 3,4

Menggelombang Rendah =
Perbukitan Curam 2511,8
9 ppm
Gambar 2.1 Peta fisiografi wilayah Singkawang
Nilai
(Thorp dkk., 1990; dalam Suwarna dkk., 1993)
amban
g Pb =
Berdasarkan pembagian zona fisiografi oleh Thorp dkk. (1990; dalam
antilog
Suwarna dkk., 1993), daerah penelitian termasuk ke dalam perbukitan
3,4 curam
yang dicirikan oleh bentang alam dengan litologi berupa batuan =terobosan
yang resisten terhadap erosi (Gambar 2.1). 2511,8
9 ppm
Dewi Prihatini (12007012) Nilai 6
amban
g Pb =
antilog
2.1.2 Stratigrafi Regional
Stratigrafi di daerah Lembar Singkawang terdiri dari 13 satuan batuan
(Gambar 2.2), yang terdiri dari:
Formasi Banan (TRub)
Formasi Banan berumur Trias Akhir, terdiri dari batupasir dan sedikit
konglomerat di bagian atas, batupasir dan serpih di bagian tengah,
batupasir dan batupasir tufan dengan sisipan tuf berkomposisi asam di
bagian bawah. Formasi Banan termasuk ke dalam Kelompok Bengkayang.
Formasi Sungaibetung (Jls)
Formasi Sungaibetung diendapkan secara selaras di atas Formasi Banan
dan berumur Jura Awal. Formasi ini terdiri dari perselingan batulumpur,
batulanau, batupasir halus sampai sedang berwarna kelabu muda sampai
hitam. Formasi Sungaibetung termasuk ke dalam Kelompok Bengkayang
bersama dengan Formasi Banan.
Batuan Gunungapi Raya (Klr)
Batuan Gunungapi Raya berumur Kapur Awal, terbentuk dari hasil
sedimentasi dan kegiatan gunungapi darat sampai laut dangkal, yang
diendapkan secara tidak selaras di atas Kelompok Bengkayang. Satuan
batuan ini terdiri dari batuan vulkanik berkomposisi andesit sampai dasit,
serta terdapat piroklastik.
Granodiorit Mensibau (Klm)
Granodiorit Mensibau merupakan batolit dan stok yang berhubungan
dengan penunjaman, yang berumur Kapur Awal. Satuan ini terdiri dari
granodiorit hornblende-biotit, adamelit, tonalit, diorit, dan granit. Satuan
batuan ini memiliki sifat magnetik sedang sampai kuat dan umumnya telah
terubah. Satuan batuan ini secara luas membentuk Batolit Singkawang
(Amiruddin, 1989; dalam Suwarna dkk., 1993). Granodiorit Mensibau
menerobos Kelompok Bengkayang dan Batuan Gunungapi Raya.
Gabro Setinjam (Kuse)
Satuan batuan ini merupakan gabro yang bertekstur halus sampai kasar
yang setempat berlapis. Satuan batuan ini berumur Kapur Atas.

Dewi Prihatini (12007012) 7


Batuan Gunungapi Serantak (Tes)
Satuan batuan ini terdiri dari piroklastik dasitan yang tersusun oleh tuf
lapili, tuf kristal, tuf dasitan, setempat terdapat breksi tufaan dan riodasit,
berwarna kelabu muda sampai kecokelatan, sebagian terubah. Batuan
Gunungapi Serantak tidak selaras di atas Kelompok Bengkayang dan
Batuan Gunungapi Raya. Satuan batuan ini berumur Eosen Tengah.
Dasit Bawang (Teb)
Satuan batuan ini terdiri dari dasit dan sedikit tonalit. Dasit Bawang
menerobos Kelompok Bengkayang, Batuan Gunungapi Raya, Granodiorit
Mensibau, dan Batuan Gunungapi Serantak. Dasit Bawang terbentuk dari
hasil kegiatan magmatik tahap akhir dari Batuan Gunungapi Serantak.
Formasi Hamisan (Toh)
Formasi ini berumur Oligosen dan diendapkan secara tidak selaras di atas
Batuan Gunungapi Raya dan Granodiorit Mensibau. Formasi ini terdiri
dari arenit kuarsa, arenit litik, dan konglomerat polimik dengan fragmen
batuan berupa kuarsa, granit, serta serpih.
Batuan Terobosan Sintang (Toms)
Satuan batuan ini menerobos Kelompok Bengkayang, Batuan Gunungapi
Raya, dan Granodiorit Mensibau. Umur satuan ini adalah Oligosen Akhir-
Miosen Awal, yang merupakan terobosan kecil, stok, dan retas hipabisal
akibat dari proses penunjaman yang terjadi pada Oligosen. Batuan
Terobosan Sintang terdiri dari diorit, diorit kuarsa, granodiorit, dan tonalit
yang memiliki tekstur holokristalin dan porfiritik. Satuan batuan ini
setempat mengalami ubahan menjadi serisit, klorit, epidot, dan karbonat.
Batuan Gunungapi Niut (Tpn)
Satuan batuan ini menerobos Batuan Gunungapi Raya dan Formasi
Hamisan. Batuan Gunungapi Niut berumur Pliosen yang terdiri dari basalt
porfiri dan andesit berupa dyke dan stok.
Endapan aluvial terbiku (Qat)
Endapan aluvial terbiku merupakan penutup Kuarter. Endapan ini terdiri
dari kerikil, pasir, dan lumpur.

Dewi Prihatini (12007012) 8


Endapan aluvial dan rawa (Qa)
Endapan aluvial dan rawa menutupi secara tidak selaras di atas endapan
aluvial terbiku. Satuan ini terdiri dari lumpur, pasir, kerikil, dan bahan
tumbuhan.
Endapan Litoral (Qc)
Satuan batuan ini terdiri dari lumpur, pasir, kerikil, dan setempat
gampingan. Endapan litoral menutupi endapan aluvial dan rawa di
bawahnya.

2.1.3 Tektonik dan Struktur Geologi Regional


Struktur geologi di wilayah Singkawang dikontrol oleh Granodiorit
Mensibau. Granodiorit Mensibau merupakan bagian dari Batolit Singkawang.
Satuan batuan ini diperkirakan merupakan busur magmatik hasil dari
subduksi antara Lempeng Proto Laut Cina Selatan dengan bagian utara
Dataran Sunda, yang miring ke arah selatan pada Kapur Bawah (Suwarna
dkk., 1993). Bukti dari jalur subduksi ini didukung oleh adanya mlange
berumur Kapur yang terletak lebih ke utara, yaitu Komplek Serabang di
Lembar Sambas.
Proses subduksi selanjutnya terjadi pada Eosen-Oligosen Awal, akibat
terjadinya pemekaran (rifting) yang membentuk Laut Cina Selatan. Proses
tersebut menyebabkan pergerakan Blok Kontinen Luconia ke arah selatan
sehingga terjadi subduksi (Daines, 1985; dalam Soeria-Atmadja dkk., 1999).
Busur magmatik Eosen-Oligosen Awal dapat terlihat dari Sintang sampai
Kelian di sepanjang Kalimantan Tengah (Gambar 2.3a) Proses tektonik
berikutnya adalah kolisi yang terjadi pada Oligosen Tengah (Gambar 2.3b).
Menurut Soeria-Atmadja dkk. (1999), magmatisme yang berumur
Oligosen Akhir-Miosen Tengah memotong busur magmatik yang berumur
Eosen-Oligosen Awal. Busur magmatik yang lebih muda ini dapat diikuti dari
Sintang, Masuparia, Kelian, Muyup, Muara Wahau, dan Sesayap.
Magmatisme ini diperkirakan berhubungan dengan sisa lempeng yang
menunjam pada Eosen (Gambar 2.4).

Dewi Prihatini (12007012) 9


Gambar 2.2 Peta geologi dan kolom stratigrafi daerah Lembar Singkawang (Suwarna dkk., 1993)

Dewi Prihatini (12007012) 10


a b

Gambar 2.3 (a) Subduksi pada Eosen, (b) Kolisi pada Oligosen Tengah
(Soeria-Atmadja dkk., 1999)

Batuan terobosan yang lebih muda seperti Batuan Terobosan Sintang


menunjukkan arah kelurusan yang memanjang Timurlaut-Baratdaya.
Rekahan yang berada di sekitar Batuan Terobosan Sintang memiliki arah
umum Baratlaut sampai Utara, yang di beberapa tempat membentuk urat
kuarsa dengan mineralisasi tembaga dan emas (JICA, 1980).
Selain itu, terdapat pula busur magmatik di Zona Sibu-Rajang yang
berumur Miosen Tengah-Pliosen. Busur magmatik ini diperkirakan
berhubungan dengan subduksi di Palung Palawan (Gambar 2.4). Busur
magmatik juga terdapat di Laut Sulu yang berumur Miosen Akhir-Plistosen.
Busur magmatik ini memanjang ke Semenanjung Dent dan berhubungan
dengan subduksi di Palung Sulu (Hutchinson, 1996; dalam Soeria-Atmadja,
1999) (Gambar 2.4).

Dewi Prihatini (12007012) 11


Gambar 2.4 Busur magmatik di Kalimantan selama Oligosen Akhir-Miosen Tengah
dan Miosen Akhir-Plistosen. (1) Busur magmatik Oligosen Akhir-Miosen Tengah,
(2) Busur magmatik Miosen Tengah-Pliosen (3) Busur magmatik Miosen Akhir-
Plistosen (Soeria-Atmadja dkk., 1999)

2.2 Geologi Daerah Penelitian


2.2.1 Stratigrafi Daerah Penelitian
Stratigrafi di daerah penelitian terdiri dari Satuan Granodiorit Terubah
(Gambar 2.5). Satuan batuan ini terdiri dari granodiorit yang umumnya telah
terubah dengan intensitas ubahan yang bervariasi dari sedang sampai kuat.
Mineral ubahan yang mengubah satuan batuan ini terutama terdiri dari serisit,
epidot, klorit, kuarsa sekunder, dan mineral lempung. Satuan Granodiorit
Terubah ini disetarakan dengan Granodiorit Mensibau yang berumur Kapur
Bawah (Suwarna dkk., 1993). Satuan batuan ini merupakan batolit dan stok
yang berhubungan dengan penunjaman pada Kapur Bawah.
Secara regional, Satuan Granodiorit Terubah diterobos oleh batuan
terobosan yang lebih muda, yaitu Batuan Terobosan Sintang yang berumur
Oligosen Akhir-Miosen Awal (Gambar 2.6). Batuan Terobosan Sintang ini
diperkirakan sebagai batuan pembawa mineralisasi di daerah penelitian
(Suwarna dkk., 1993).

Dewi Prihatini (12007012) 12


Penampang X-Y

Gambar 2.5 Peta geologi daerah penelitian

a. X
Daerah Penelitian

b. Penampang X-Y
BD

X Y

I. diambil dari Peta Geologi Lembar


Singkawang (Suwarna dkk., 1993)

Gambar 2.6 Hubungan stratigrafi Satuan Granodiorit Terubah dengan


satuan batuan lain secara regional

Dewi Prihatini (12007012) 13


2.2.2 Struktur Geologi Daerah Penelitian
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa sesar
dan rekahan. Analisa struktur sesar di daerah penelitian dilakukan
berdasarkan analisa terhadap kelurusan pada peta topografi dan SRTM.
Interpretasi sesar pertama adalah sesar yang relatif berarah Utara dan
Timurlaut, yang ditarik berdasarkan kelurusan sungai dari peta topografi
(Gambar 2.5) dan kelurusan lembah dalam SRTM (Gambar 2.7). Dengan arah
tegasan utama mengikuti arah tegasan regional, yaitu Baratlaut-Tenggara,
maka pergerakan sesar ini adalah sesar mendatar mengiri (Gambar 2.7). Sesar
ini kemudian diinterpretasikan dipotong oleh sesar berikutnya, yaitu sesar
yang berarah relatif Timurlaut-Baratdaya. Penarikan garis sesar ini
berdasarkan adanya offset atau perpindahan yang terlihat pada blok
punggungan di bagian utara yang relatif bergerak ke arah timur terhadap blok
punggungan di bagian selatan. Pergerakan sesar kedua ini adalah sesar
mendatar menganan (Gambar 2.7).

Gambar 2.7 Interpretasi sesar berdasarkan kelurusan dari SRTM.


(1) Sesar mendatar mengiri (2) Sesar mendatar menganan

Rekahan-rekahan yang terdapat di daerah penelitian diperkirakan


terbentuk akibat adanya sesar. Rekahan-rekahan tersebut umumnya terisi oleh
mineral dan memiliki arah umum, yaitu N115-1200E dengan kemiringan 50-
600 (Gambar 2.5). Mineral pengisi rekahan tersebut adalah kuarsa. Urat
kuarsa ini berasosiasi dengan mineral logam sulfida, seperti pirit dan
kalkopirit.

Dewi Prihatini (12007012) 14

You might also like