You are on page 1of 7

BAB III

KERANGKA KONSEP
PENDIDIKAN KESEHATAN

Di dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni persoalan


masukan (input), proses, dan persoalan keluaran (out put). Persoalan masukan
(input) adalah menyangkut sasaran belajar (sasaran didik), yaitu individu,
kelompok, atau masyarakat. Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi
terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada diri subjek belajar tersebut.
Dalam proses ini dipengaruhi oleh subjek belajr, pengajar (pendidik atau fasilitator)
metode dan teknik belajar. Sedangkan proses keluaran (out put) adalah hasil belajar
itu sendiri.
Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi teijadinya perubahan
kemampuan(perilaku) pada diri subyek belajar tersebut. Di dalam proses ini terjadi
pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain subyek belajar, pengajar
(pendidikan atau fasilitator), metode dan teknik belajar, alat bantu belajar, dan
materi atau bahan pelajaran. Sedangkan keluaran adalah merupakan hasil belajar itu
sendiri, yaitu berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari subyek belajar.
A. Proses Pendidikan Kesehatan.
Prinsip utama dalam proses pendidikan kesehatan adalah proses belajar pada
individu, kelompok, dan masyarakat. Apabilah proses pendidikan kesehatan
sebagai sitem, maka proses belajar dalam kegaiatannya menyangkut aspek
masukan, proses, dan keluaran yang diagambarkan (dalam Notoatmodjo 1997).
Menurut Machfoedz, 2006 langkah-langkah pelaksanaan pendidikan
kesehatan berlangsung berdasarkan urutan:
1. Perencanaan, adalah suatu hal yang amat penting sukses tidaknya suatu
langkah kegiatan sangat tergantung bagus dan tidaknya program. Langkah-
langkah pembuatan perencanaan adalah :
a. Pengumpulan data, mengolah, menyajikan, serta menginter-pretasikan
demikian rupa sehingga menjadi jelas.
Data yang diperlukan disini adalah pertama data yang memberikan
gambaran tentang masalah kesehatan. Kedua adalah data yang memberi
gambaran mengenai organisasi pelaksana. Data yang dapat memberikan
gambaran masalah kesehatan seperti halnya:
a) Data geografis, yakni luas wilayah, batas wilayah, keadaan iklim,
keadaan tanah, mengenai sungai, danau, gunung, dan sebagainya.
b) Data pemerintah, yakni struktur pemerintahan, personalia dan hak serta
kewajibannya.
c) Data penduduk, misalnya jumlah penyebaran, jenis kelamin, angka
kelahiran, angka kesuburan, angka kematian, angka harapan hidup. Ini

18
penting untuk mengukur bentuk penyakit dan potensi yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kesehatan.
d) Data mata pencaharian dan pendapatan, misalnya pekerjaan, tingkat
penghasilan dan pengeluaran.
e) Data sosial budaya, seperti kebiasaan hidup, norma, pendangan
masyarakat, anjuran dan pantangan.
f) Data pendidikan, yakni tingkat pendidikan, sarana pendidikan yang ada.
g) Data status kesehatan, lingkungan dan kegiatan sarana kesehatan,
seperti angka kematian, angka kematian bayi, angka kematian ibu, dan
lain-lain.
b. Menetapkan prioritas masalah kesehatan yang perlu segera ditanggulangi.
Yang sering dilakukan adalah pertama menggunakan scoring,
diantaranya menggunakan parameter seperti berat ringannya masalah,
jumlah masyarakat yang terkena, kenaikan angka penyakit, rasa prihatin
masyarakat terhadap masalah, sumber yang tersedia. Yang kedua
menggunakan nomincal group technique (nonscoring). Menggunakan
delphi technique maksudnya permasalahan diperoleh dari kesepakatan dari
sekelompok orang yang sama keahliannya untuk masalah yang sedang
dibicarakan. Delbeg technique maksudnya pemasalahan ditentukan oleh
sekelompok masyarakat yang tidak sama pengetahuannya tentang pokok
persoalan yang dibicarakan tapi sebelumnya dijelaskan dulu tentang
masalah yang sedang dibicarakan.
c. Rencana kerja, ialah menetapkan berbagai cara jalan keluar, langkah-
langkah apa dan bagaimana untuk mengatasi prioritas masalah tersebut.
Rencana kerja harus tercantum antara lain: tujuan pendidikan kesehatan
yang ingin dicapai, metode pendidikan kesehatan yang akan digunakan,
materi pendidikan kesehatan yang akan disampaikan.
d. Menyusun rencana terpadu atau memadukan rencana pendidikan
kesehatan dengan seluruh program kerja yang akan dilakukan.
2. Penilaian, yang harus dicantumkan adalah:
a. Penetapan tujuan penilaian, perilaku kesehatan sejauh mana yang akan
dinilai sebagai hasil perubahan perilaku sehat yang dikehendaki.
b. Penetapan waktu melakukan penilaian, dilaksanakan saat kapan program
sedang berjalan bila ada kekurangan segera dapat diperbaharui ini disebut
penilaian promotif. Penilaian sumatif yakni dilaksanakan setelah waktu
program berakhir.
c. Penetapan instrumen yang digunakan untuk penilaian bisa berupa
wawancara, pemeriksaan terhadap instrumen yang diguunakan,
pengamatan dan peran serta.
d. Menetapkan cara menarik kesimpulan dari hasil yang dicapai.

19
e. Penetapan ruang lingkup yang akan dinilai.
f. Penetapan ukuran yang dicapai dalam menetapkan hasil program.

B. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Manusia


1. Definisi Perilaku
Perilaku menurut Skinner (1938) yang dikutip Notoatmodjo (1997)
adalah hasil hubu8ngan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respons).
Ada dua jenis respons, yaitu respondent respons dan perant respons. Respondent
respons atau respondent behavior adalah respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan tertentu. Perangsangan itu disebut juga dengan eliciting stimuli)
menimbulkan respons yang bersifat relatif tetap. Misalnya, makanan yang lezat
dan beraroma akan merangsang keluarnya air liur.
Operan respons yang timbul dan berkembang diikuti oleh rangsangan
tertentu. Perangsangan itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku tertentu
yang telah dilakukan oleh organisme, dalam hal ini manusia. Operan respons
telah merupakan kegiatan terbesar dari perilaku manusia, serta kemungkinannya
untuk dimodifikasi sangat besar dan tak terbatas. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa perilaku adalah respons seseorang terhadap rangsangan dari luar
subjek dan memiliki dua macam bentuk respons, yaitu bentuk pasif ( respons
internal ) dan bentuk aktif (respons eksternal). Berikut ini diuraikan tentang
bentuk perilaku pasif dan perilaku aktif manusia.
a. Bentuk pasif ( respons internal ) terjadi dalam diri manusia dan tidak dapat
diamati secara langsung oleh orang lain, seperti pikiran, tanggapan, sikap
bathin dan pengetahuan. Perilaku semacam ini masih terselubung ( covent
behavior ).
b. Bentuk aktif adalah respons yang secara langsung dapat diobservasi
seperti menjadi akseptor Keluarga Berencana. Perilaku ini sudah
merupakan tindakan nyata ( overt behavior )
Berdasarkan psikologis pendidikan, terbentuknya pola perilaku baru dan
berkembangnya kemampuan seseorang terjadi melalui tahapan tertentu yang
dimulai dari pembentukan pengetahuan, sikap sampai dimilikinya keterampilan
baru atau pola perilaku baru. Lebih jauh Bloon ( 1976 )mengemukakan bahwa
aspek perilaku yang dikembangkan dalam proses pendidikan meliputi tiga ranah
yaitu , ranah kognetif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia secara
operasional dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu perilaku dalam
bentuk pengetahuan, bentuk sikap, dan bentuk tindakan nyata atau perbuatan.
Ketiga bentuk perilaku itu dikembangkan berdasarkan tahapan tertentu yang
dimulai dari pembentukan pengetahuan (ranah kognetif),sikap (ranah

20
afektif) dan keterampilan (ranah psikomotor), yang dalam proses pendidikan
kesehatan menjadi pola perilaku baru.
2. Pendidikan Kesehatan sebagai Proses Perubahan Perilaku
Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku individu,
kelompok, dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui
proses belajar.
Perubahan perilaku mencakup tiga ranah perilaku yaitu pengetahuan,
sikap, dan keterampilan melalui proses pendidikan kesehatan. Hasil pengubahan
perilaku yang diharapkan mel;alui proses pendidikan kesehatan pada hakikatnya
adalah perilaku sehat. Perilaku sehat dapat berupa emosi, pengetahuan, pikiran,
pikiran, keinginan, tindakan nyata dari individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat.
Sehat dapat terbentuk karena berbagai pengaruh atau rangsangan yang
berupa pengetahuan dan sikap, pengalaman, keyakinan, sosial,budaya, sarana
fisik. Pengaruh atau rangsangan itu bersifat internal dan eksternal, dan
diklasifikasikan menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku sehat, yaitu
predisposisi (predisposing faktors), faktor pemuking (enabling factors), dan
faktor pendorong (reinforcement factors).
Faktor predisposisi merupakan faktor internal yang ada pada diri
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang mempermudah individu
untuk berperilaku seperti pengetahuan, sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan.
Faktor pemuking merupakan faktor yang memungkinkan individu
berperilaku, karena tersedianya sumber daya, keterjangkauan, rujukan, dan
keterampilan.
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu
yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan, antara lain :
1) Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,
yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non
behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
a. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan
sebagainya.

21
c. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2) Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa
perilaku merupakan fungsi dari :
a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau
perawatan kesehatannya (behavior itention).
b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
c. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas
kesehatan (accesebility of information).
d. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil
tindakan atau keputusan (personal autonomy).
e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
3) Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku
tertentu adalah :
a. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang
terhadap objek (objek kesehatan).
a) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain.
b) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.
c) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang
lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau
menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-
tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan
tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan
mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak
diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya
pengalaman seseorang.
b. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting
untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk
dicontoh.
c. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu,
tenaga dan sebagainya.

22
d. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber
didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of
life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini
terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat
ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo,
2003).
4. Kerangka Kerja PRECEDE
Kerangka kerja PRECEDE merupakan satu metode dalam
pengembangan perencanaan pendidikan kesehatan dengan pendekatan
diagnostik perilaku PRECEDE merupakan singkatan dari Predisposing
Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation.
Penerapan kerangka kerja PRECEDE dalam layanan rawat pasien
merupakan model dalam melakukan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan kesehatan kepada pasien.
a. Kerangka kerja PRECEDE sebagai pendekatan diagnostik.
Kerangka kerja PRECEDE sebagai pendekatan diagnostik-perilaku
mengarahkan pada perhatian awal petugas kesehatan keluaran dan
memulai perencanaan pendidikan kesehatan dari keluaran sehingga
timbul pertanyaan mengapa sebelum pertanyaan bagaimana.
b. Tahap kerangka kerja PRECEDE.
Tahap kerja PRECEDE terdiri atas beberapa tahap antara lain :
a) Tahap pertama
Mempertimbangkan kualitas hidup dengan mengukur masalah sosial
umum yang menyangkut orang dalam populasi baik itu pasien, murid
sekolah, konsumen.
b) Tahap kedua
Mengidentifikasi masalah spesifik yang ada hubungan dengan
masalah pada tahap pertama.
c) Tahap ketiga
Mengidentifikasi perilaku khusus yang berhubungan dengan masalah
kesehatan dari masalah umum yang terdapat pada tahap kedua.
d) Tahap keempat
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan.
e) Tahap kelima
Mengambil keputusan faktor mana dari tahap keempat yang akan
menjadi fokus intervensi setelah mempertimbangkan tingkat potensi
dan sumber daya yang tersedia.
f) Tahap keenam
Mengembangkan secara aktual dan membuat perencanaan program
sesuai dengan keputusan pada tahap kelima.

23
g) Tahap ketujuh.
Melakukan evaluasi yang merupakan bagian integral dan
berkesinambungan dari seluruh kegiatan kerangka kerja PRECEDE.

Soal Latihan

1. Jelaskan langkah-langkah pendidikan kesehatan.


2. Jelaskan pengertian dari perilaku dalam pendidikan kesehatan.
3. Jelaskan perbedaan perilaku aktif dan perilaku pasif manusia.
4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menurut WHO.
5. Jelaskan pengertian Kerangka kerja PRECEDE.
6. Jelaskan tahap kerja PRECEDE.

24

You might also like