You are on page 1of 17

Journal Reading

VARICELLA ZOOSTER VIRUS: CHICKENPOX AND


SINGLES

Dinah Gould

Oleh:
Mutiara Rizki Ananda / G99141070 (D-19-2014)
Aryo Seno/ G99141071 (D-20-2014)

Pembimbing:
H. Rustam Siregar, dr., Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RS DR MOEWARDI
SURAKARTA
2014
VIRUS VARISELA ZOSTER: CACAR AIR DAN PENYAKIT RUAM
SARAF
Dinah Gould

ABSTRAK

Virus varicella zoster menyebabkan dua infeksi, berupa : varisela, dikenal


sebagai cacar air yang pada umunya terjadi di masa kanak-kanak, dan herpes
zoster yang kebanyakan menyerang usia dewasa. Varicella biasanya terjadi pada
anak-anak di bawah usia sepuluh tahun. Biasanya berupa infeksi ringan, di Inggris
vaksinasi tidak ditawarkan sebagai bagian dari program imunisasi rutin. Namun,
orang dewasa yang mengidap varicella beresiko mengembangkan komplikasi dan
infeksi, bahkan mungkin lebih parah. Komplikasi serius berisiko bagi wanita
hamil, bayi sebelum lahir, neonatus dan orang-orang yang kekebalannya menurun.
Perawat yang berhubungan dengan penderita beresiko memiliki peran penting
dalam menyediakan informasi tentang pentingnya menghindari varicella. Setelah
infeksi akut, varicella zoster virus masuk ke ganglia dalam sistem saraf sensorik
yang terus aktif selama bertahun-tahun. Reaktivasi herpes zoster merupakan
penyakit yang umum dan tidak menyenangkan. Vaksin untuk herpes zoster
diperkenalkan untuk orang berusia 70-79 di UK di Mei 2013.

TUJUAN DAN HASIL BELAJAR YANG DIMAKSUDKAN

Artikel ini menyediakan ikhtisar varisela (cacar air) dan herpes zoster (penyakit
ruam saraf). Setelah membaca artikel ini kamu harus mampu:

1. Menggambarkan tanda-tanda dan gejala varicella dan herpes zoster.


2. Daftar komplikasi yang didapat dari varicella dan herpes zoster.
3. Mengidentifikasi kelompok pasien pada peningkatan risiko komplikasi serius
akibat varicella.
4. Menjelaskan bagaimana penyebaran virus varicella zoster (VZV) dapat dicegah
dan dikontrol.
5. Memberikan nasihat orang tua atau wali pada seorang anak dengan varicella.

1
6. Menyediakan saran untuk pasien tentang self-help, pengobatan dan vaksinasi
untuk herpes zoster.

PENGANTAR

VZV menyebabkan varicella dan herpes zoster (Arvin 1996). Varicella


biasanya menyerang anak-anak yang berusia di bawah sepuluh tahun dan
pemulihannya terjadi secara spontan. Namun, setelah infeksi virus akut
memperoleh akses ke ganglia sensorik di sistem saraf, virus ini akan tetap aktif
selama bertahun-tahun. Reaktivasi berupa herpes zoster. Tidak seperti varicella,
yang cenderung menjadi penyakit ringan, herpes zoster sangat tidak
menyenangkan. Tingkat keparahan gejala dan durasi episode herpes zoster adalah
variabel dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan (kesehatan masyarakat
Inggris (PHE) 2014). Tidak ada resiko herpes zoster yang ditularkan dari satu
orang ke orang lain, tapi kontak dengan cairan dari ruam vesikuler dapat
menyebabkan varicella pada mereka yang mengalami penurunan kekebalan tubuh
(PHE 2013)

VIRUS VARISELA ZOSTER

VZV menyebabkan infeksi hanya pada manusia. Hal ini terjadi di seluruh
dunia, tetapi terutama di daerah beriklim sedang (Arvin 1996). Asam
deoksiribonukleat virus ini dikelilingi oleh sebuah selubung lipid dan lainnya
seperti yang menyelimuti virus, VZV rentan terhadap pengeringan, panas,
deterjen dan disinfektan biasa digunakan dalam pengaturan kesehatan dan rumah
(Arvin 1996).

VARISELA

Varicella adalah penyakit yang mudah menular biasanya terjadi pada anak-
anak berusia di bawah sepuluh tahun (PHE 2013 ). Sekitar 90 persen dari orang
dewasa memiliki varicella dan sebagai hasilnya dikembangkan kekebalan
terhadap VZV (PHE 2013). Namun, beberapa laporan mengungkapkan orang bisa
terkena varicella lebih dari sekali. Infeksi berulang terjadi karena individu belum

2
menghasilkan antibodi yang cukup setelah infeksi awal atau karena ada lebih dari
satu strain virus, imunitas untuk satu strain virus tidak memberikan kekebalan
untuk strain virus yang lain. Anak-anak biasanya mengidap infeksi antara bulan
maret dan mei, tetapi dapat terjadi setiap saat tahun ( PHE 2013 ). Varicella
biasanya tidak serius pada anak-anak yang berada pada kondisi sehat, dimana
umumnya pemulihan terjadi spontan tanpa komplikasi. Ketika orang dewasa
mengidap varicella, biasanya mereka merasa lebih sakit daripada anak-anak dan
lebih mungkin untuk mengalami komplikasi, walaupun alasan untuk ini belum
diketahui ( miller et al 1993a ).

Tanda dan Gejala


Indikasi pertama dari varicella pada anak-anak adalah munculnya ruam,
dengan sedikit prodrome (gejala awal infeksi sebelum ruam jelas). Merah, sangat
gatal, bintik berkembang di bagian wajah, telinga, kulit kepala, perut, dada,
punggung, lengan dan kaki (Gambar 1). Bintik-bintik berkembang menjadi
vesikel (lepuh) yang diisi dengan cairan bening. Borok yang menyakitkan dapat
berkembang di dalam mulut dan atas membran mukosa lainnya. Anak-anak
biasanya demam (PHE 2013). Vesikula secara bertahap mengering dan
membentuk keropeng. Setelah sekitar lima hari, keropeng jatuh dan biasanya tidak
meninggalkan bekas luka (PHE 2013). Pada beberapa anak berkembang di banyak
tempat lain, dan beberapa yang lain mungkin terinfeksi tetapi tanpa disertai gejala.
(PHE2013)

Gambar 1. Varicella di Punggung

3
Penyebaran Varisela
VZV menyebar dalam droplet aerosol dengan ukuran 1-5, yang
disebarkan melalui batuk, bersin dan berdahak. Lamanya siklus hidup VZV
memungkinkannya untuk tetap bertahan di udara dalam waktu yang lama setelah
dilepaskan ke udara. Penularan terjadi melalui inhalasi droplet (Miller et al
1993a). Kondisi paling buruk penderita dialami satu atau dua hari sebelum ruam
muncul. Partikel virus juga muncul dalam cairan vesikel dan dapat menyebabkan
infeksi melalui kontak dengan cairan vesicular tersebut atau yang terkontaminasi
olehnya, seperti mainan, selimut, pakaian dan handuk. Kebanyakan anak sehat
sembuh secara spontan, tetapi kadang-kadang terjadi infeksi bakteri dan lesi
sekunder. Radang paru-paru adalah komplikasi langka pada anak-anak yang
mengidap varisela (Miller et al 1993a).

Diagnosis
Diagnosis biasanya dibuat sesuai dari hasil klinis, terutama karakteristik,
merah, gatal ruam. Konfirmasi laboratorium jarang diperlukan, tetapi hasil tes
darah dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi VZV (PHE 2013). Tes darah
tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang yang berisiko tinggi
untuk mengembangkan komplikasi menjadi parah, seperti radang paru-paru,
septicaemia, ensefalitis atau meningitis (Miller et al 1993a, Arvin 1996).
Nasihat Untuk Orang Tua
Meskipun varicella biasanya tidak menyebabkan penyakit serius, orang tua
dianjurkan untuk menenangkan anak dalam kondisi yang nyaman, terutama dalam
cuaca hangat ketika ruam cenderung menjadi sangat mengganggu. Tidak ada
penanganan tertentu untuk menanganinya, tetapi orang tua dapat menggunakan
cara berikut untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi penderitaan
(Miller 1993a) :

1. Paracetamol untuk mengurangi gejala demam.


2. Calamine lotion utnuk mengurangi iritasi ruam
3. klorfenamin untuk mengurangi efek gatal lebih parah. Sangat cocok untuk
anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan.

4
4. Memberi minuman dingin dan lollipop untuk mengurangi ketidaknyamanan di
sekitar ulkus mulut.

Anak-anak mungkin lebih nyaman jika mereka mengenakan pakaian


longgar, berbahan katun dingin. Menggaruk harus dihindari karena meningkatkan
risiko terjadinya lesi dan bekas luka. Orang tua harus mencari bantuan dari tenaga
medik profesional jika salah satu vesikula meradang atau anak mengalami gejala
pernapasan seperti batuk parah atau mengi, karena dimungkinkan perlunya
pemberian antibiotik. Anak-anak harus dijauhkan dari sekolah, tempat
berkembangnya virus dan tempat-tempat umum sampai lesi mulai mengering
untuk mencegah penyebaran ke mereka yang kurang kebal, terutama orang-orang
beresiko mengalami komplikasi serius (NHS pilihan 2012).

Varisela pada Orang Dewasa

Varicella jarang terjadi pada orang dewasa, dan gejalanya cenderung lebih
parah dan berpotensi mengalami komplikasi dibandingkan dengan anak-anak
(Miller et al 1993b). Pada usia dewasa biasanya terjadi prodrome, dengan mual,
mialgia, sakit kepala, letih dan demam ringan (Miller et al 1993a). Dianjurkan
untuk berobat jika terjadi infeksi vesikula atau berkembangnya masalah
pernapasan. Bekerja dan tempat-tempat umum harus dihindari sampai semua
vesikula mengering untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi. Pengidap juga
disarankan untuk minum agar tetap terhidrasi. Parasetamol dapat membantu
mengurangi gejala yang berhubungan dengan demam, tetapi obat anti-inflamasi
non-steroid seperti ibuprofen harus dihindari karena dapat menyebabkan reaksi
kulit sehingga merugikan pada orang dengan varicella (NHS Choices 2012).
Beberapa penderita dewasa mengalami sakit yang cukup berat dan memerlukan
perawatan rumah sakit, beberapa diantaranya mengalami gangguan pernapasan.
Namun, kebanyakan mengalami pemulihan yang baik.

Aciclovir sebagai obat antivirus dapat mengurangi keparahan gejala jika


diberikan pada tahap awal infeksi, dalam waktu 24 jam sejak ruam muncul

5
(Inggris Nasional Formulary 2013). Data epidemologis menunjukkan bahwa ada
kecenderungan peningkatan untuk varicella yang dialami di masa dewasa. Belum
diketahui alasan penyebabnya, namun ini penting karena infeksi lebih serius
terjadi pada orang dewasa dan wanita yang hamil (Miller et al 1993b).

Kelompok Pasien dengan Risiko Peningkatan Komplikasi

Meskipun varicella biasanya menyebabkan infeksi jangka pendek, orang


yang imunitasnya rendah, misalnya orang-orang dengan kondisi keganasan,
menjalani kemoterapi atau pengobatan dengan steroid atau yang memiliki infeksi
human immunodeficiency virus (HIV), beresiko mengalami komplikasi serius
seperti pneumonia, septikemia, ensefalitis atau meningitis (Miller et al 1993a,
Arvin 1996). Penderita harus menghubungi GP jika mereka pikir mereka telah
terkena infeksi sehingga mereka dapat menerima Post-Exposure prophylaxis.
Wanita hamil cenderung mengembangkan infeksi virus varicella yang sangat
parah sebagai akibat dari sistem kekebalan tubuh melemah (PHE 2013). Tingkat
keparahan infeksi meningkat seturut dengan usia kehamilan, dan berisiko
pneumonia varicella (Enders et al 1994). Ada juga risiko kecil untuk bayi yang
belum lahir yang dapat mengembangkan varicella atau herpes zoster (PHE 2013).
Sindrom varicella janin mungkin jika infeksi terjadi dalam 28 minggu awal
kehamilan, mengakibatkan jaringan parut, cacat mata seperti katarak, kerusakan
otak dan pertumbuhan terbelakang (Gerson 2006). Ada juga risiko prematur
(Enders et al 1994). Wanita hamil dan menyusui harus menghubungi GP jika
dirasa telah terkena virus varicella karena sindrom varicella janin dapat dicegah
oleh pemberian Post-Exposure prophylaxis

Pencegahan Infeksi dan Perawatan di Rumah

Varicella menular khususnya satu sampai dua hari sebelum ruam muncul
dan sisanya menular sampai semua lesi telah mengering ( PHE 2013 ). VZV
rentan terhadap kekeringan, panas dan deterjen, jadi permukaan yang bersih dapat
mengurangi risiko menyebar kepada orang lain di lokasi yang sama. Kontak
dengan lesi tersebut harus dihindari sampai semua lesi mulai mengering, seprei,

6
pakaian dan handuk dapat dicuci di rumah, menggunakan air panas dari mesin
cuci. Benda-benda ini tidak boleh dipakai bersama karena mereka dapat bertindak
sebagai fomites (benda-benda yang telah menjadi terkontaminasi dan yang
mampu mentransfer infeksi ).

Pokok Persoalan Kesehatan Umum

Varicella dianggap bukan penyakit serius di inggris dan wales. Meskipun


vaksin untuk varicella tersedia, hal ini tidak ditawarkan secara rutin untuk anak di
inggris (PHE 2013). Namun, hal ini direkomendasikan bagi semua para
profesional kesehatan di rumah sakit dan pengaturan perawatan primer yang
berisiko mengembangkan infeksi dan menginfeksi orang lain. Vaksin ini tidak
cocok untuk wanita hamil atau yang kurang memiliki kekebalan. Wanita yang
telah menerima vaksin tersebut dianjurkan untuk tidak hamil selama tiga bulan
karena kekebalan mungkin berkurang setelah imunisasi dan lebih rentan untuk
mengembangkan infeksi.

Vaksinasi rutin untuk varicella bisa memiliki sejumlah keuntungan. Hal ini
mampu mencegah penyebaran infeksi, meskipun berupa gejala ringan dan
pembatasan diri, dapat menyebabkan anak-anak merasa sengsara selama beberapa
hari karena harus jauh dari sekolah atau tempat umum lain, juga mengakibatkan
orangtua mengambil waktu libur kerja. Vaksinasi rutin akan melindungi individu
dari berkembangnya herpes zoster di kemudian yang dapat mengakibatkan resiko
kesehatan berkepanjangan dan mengurangi kualitas hidup (Oxman et al 2005).
Vaksinasi rutin juga akan mengurangi risiko komplikasi varicella terutama untuk
orang-orang yang mengalami penurunan kekebalan tubuh, seperti halnya wanita
hamil dan bayi belum lahir.

Vaksin bisa ditawarkan untuk usia pra-sekolah anak-anak pada waktu


yang sama dapat juga diberikan vaksin lainnya seperti campak, gondok, dan
rubella (MMR), dan ini akan memberikan rasa aman untuk orang tua. Namun,
beberapa orang tidak mendukung vaksinasi varisela rutin karena anak kecil sudah
harus menjalani banyak vaksinasi dan beberapa di antaranya memiliki efek

7
samping, meskipun bukan hal serius untuk anak sehat, hal ini dapat membebani
orang tua. Selama 1990-an dan tahun 2000-an, masyarakat kurang mempercayai
penggunaan vaksin MMR, karena mengalami kekhawatiran akan dampak berupa
inflamasi usus atau autisme. Penelitian berikutnya telah menyangkal klaim-klaim
ini (Demicheli et al 2012), tapi publisher dan beberapa anggota masyarakat masih
belum percayaa vaksinasi dan kurang mendukung penggunaan vaksin sebagai
pencegah infeksi, seperti varicella, dan lebih cenderung untuk menyelesaikannya
secara spontan. Pada saat mereka mencapai usia dewasa, kebanyakan dari mereka
telah memiliki kekebalan terhadap varicella dan biaya tambahan untuk kesehatan
semakin mudah dijangkau, terutama program vaksinasi untuk herpes zoster
sekarang semakin banyak tersedia.

HERPES ZOSTER

Herpes zoster adalah penyakit yang tidak menyenangkan yang terjadi


terutama pada orang dewasa. Orang sudah lebih dari 60 tahun mengalami masa ini
(Ragozzino et al 1982). Insiden ini meningkat seturut dengan usia dan
meningkatnya risiko mengalami komplikasi pada usia dewasa (Ragozzino et al
1982). Diperkirakan bahwa tiga orang dari seribu orang mengidapnya setiap tahun
(Hope-Simpson 1965). Herpes zoster sering dilaporkan terjadi pada anak-anak
dan kaum muda, tetapi pada kalangan ini biasanya ringan, dan resiko komplikasi
rendah (Arvin 1996). Biasanya seorang idividu jarang sekali mengidap herpes
zoster lebih dari sekali.

Patogenesis

Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari infeksi laten yang


disebabkan oleh VZV aktif dan dapat terjadi bertahun-tahun setelah individu
mengidap varicella ( arvin 1996 ). Setelah infeksi akut, virus mendapatkan akses
ke saraf yang ada pada sumsum tulang belakang atau saraf kranial. Bergerak

8
sepanjang akson dari saraf ke saraf sensorik dorsal basalis, di mana virus tersebut
menginfeksi laten permanen pada tubuh di sel neuron. Infeksi laten muncul tidak
berbahaya lagi ( gerson 2006 ). Reaktivasi dicegah oleh sistem kekebalan tubuh
dan dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi utama. Tampaknya berhubungan
dengan keadaan yang menyebabkan depresi sel T, seperti menerima terapi
imunosupresif atau infeksi HIV ( oxman et al 2005 ). Namun, faktor yang tepat
yang memicu pengaktifan kembali belum diketahui (Gershon 2006). Ketika
terjadi Reaktivasi, virus bertambah banyak dan berjalanan turun ke akson saraf
sensorik di daerah kulit (dermatome) dimana saraf itu berfungsi (Gershon 2006).

Tanda dan Gejala

Herpes zoster melibatkan saraf dan daerah kulit yang berhubungan dengan
saraf tersebut. Baik tunggal atau berdekatan dengan dermatom yang terlibat. Pada
bagian ini terjadi ruam disertai gatal pada bagian vesikel. Kebanyakan orang
merasa sakit selama beberapa hari sebelum ruam muncul dan mungkin mengalami
sensasi rasa terbakar (Stankus et al 2000). Ruam ini berlangsung selama lima
hingga tujuh hari, setelah keropeng mulai terbentuk di atas vesikula, dibutuhkan
waktu sekitar empat minggu bagi ruam untuk hilang sama sekali. Rasa sakit yang
terkait dengan herpes zoster disembuhkan dalam jangka waktu beberapa bulan
(Oxman et al 2005).

Gambar 2. Hepes Zoster di Punggung

9
Resiko Infeksi

Tidak ada risiko herpes zoster yang ditularkan dari satu orang ke orang
lain, tetapi kontak dengan cairan vesikel dapat mengakibatkan varicella bagi
orang-orang yang tidak memiliki kekebalan (PHE 2013). Virus juga dapat
ditularkan melalui fomites yang telah terkontaminasi dengan cairan vesicular.
Seseorang akan mudah menularkan hingga vesikel yang terakhir mulai terbentuk,
ruam pertama akan terus bermunculan sekitar lima hingga tujuh hari pertama.
Resiko terinfeksi dapat dikurangi dengan tidak berbagi handuk atau barang
lainnya dari pakaian dan menutupi sementara bagian lesi yang masih meradang.
Pasien dianjurkan untuk tidak melakukan banyak aktivitas olahraga atau berenang
hingga luka benar-benar sembuh, dan disarankan menghindari kontak dengan
siapa pun yang tidak mengidap virus varicella. Perlu diingat untuk menghindari
kontak dengan wanita hamil, orang yang kekebalan tubuhnya menurun dan bayi
berusia kurang dari satu bulan, karena mereka berada pada peningkatan risiko
mengembangkan infeksi dan komplikasi (NHS pilihan 2012).

Pengobatan

Pemberian antivirus efektif jika dilakukan pada awal perkembangan


penyakit. Hal ini tidak menghancurkan maupun menyembuhkan tetapi mencegah
virus berkembang dan mengurangi rasa sakit dan gejala (Beutner et al 1995).
Pemberian antivirus juga dapat membantu mengurangi resiko komplikasi terkait
dengan herpes zoster seperti keterlibatan okular ( beutner et al 1995 ), meski
mampu mengurangi risiko postherpetic neuralgia ( oxman et al 2005 ). Obat yang
paling sering diresepkan adalah aciclovir, valaciclovir dan famciclovir (Beutner et
al 1995). Pengobatan yang paling efektif diberikan pada saat tiga hari dari
munculnya ruam, tapi mungkin diresepkan hingga tujuh hari setelah ruam bagi
mereka yang berisiko penyakit parah tertentu atau komplikasi (Beutner et al
1995). Terapi antivirus yang paling sering diresepkan untuk orang yang berusia di
atas 50 tahun

10
Nasihat kepada Pasien

Herpes zoster merupakan penyakit umum, banyak orang maupun


kerabatnya pernah mengalami dan mengenali gejalanya. Namun, masih
diperlukan nasihat dari seorang profesional kesehatan untuk memberikan
diagnosis karena diagnosis dini menentukan efektifitas pemberian antivirus (
beutner et al 1995 ). Self-help langkah-langkah dapat diambil untuk mengurangi
rasa sakit dan ketidaknyamanan terkait dengan episode akut herpes zoster. Pasien
dapat disarankan untuk :

1. Jauhkan ruam sebersih mungkin untuk mengurangi risiko infeksi bakteri


sekunder.
2. Tutup vesikel dengan penutup yang berongga jika perlu, penutup yang rapat
dan plester memperlambat penyembuhan
3. Oleskan calamine lotion untuk ruam untuk mendinginkan dan menenangkan
kulit.
4. Gunakkan pakaian yang longgar agar lebih nyaman
5. Hindari penggunaan krim topical dan lotion karena menunda penyembuhan
6. Gunakan antihistamin untuk mengurangi iritasi
Pengobatan dengan analgesic bersifat efektif. Dapat digunakan untuk
mengurangi rasa sakit dengan analgesik seperti parasetamol, tetapi untuk sakit
berlanjut diperlukan analgesik yang diresepkan. Infeksi bakteri sekunder dari
ruam akan memerlukan pengobatan dengan antibiotik.

Pencegahan

Sejak September 2013, vaksin hidup yang diinaktivasi (Zostavax) untuk


herpes zoster telah ditawarkan kepada orang-orang di Inggris berusia 70-79.
Orang-orang yang memenuhi syarat dapat memperoleh vaksin dari dokter atau
apoteker. Vaksin tidak menghilangkan risiko pertumbuhan herpes zoster
sepenuhnya karena hal itu tidak merusak semua partikel virus laten di ganglia
saraf, tetapi hasil dari sebuah uji klinis terkontrol dengan baik telah menunjukkan

11
bahwa postherpetic neuralgia dan rasa tidak nyaman telah berkurang secara
signifikan dalam waktu enam bulan setelah terjadinya infeksi awal (Oxman et al
2005). Orang dewasa di bawah 70 tahun yang ingin menerima vaksin dapat
membelinya di klinik swasta. Hanya satu dosis diperlukan dan perlu penguat.
Terlepas dari ketidaknyamanan kecil di tempat suntikan, tidak ada efek samping
yang ditimbulkan(Oxman et al 2005). Perawat yang berhubungan dengan orang
dewasa ataupun orang tua yang memiliki resiko komplikasi memiliki peran
penting untuk menginformasikan tentang vaksin dan manfaatnya

Komplikasi

Komplikasi terkait dengan herpes zoster adalah postherpetic neuralgia,


keterlibatan optalmik, peripheral motor neuropati (lebih berpengaruh ke saraf
motor dari pada saraf sensori sehingga menyebabkan gangguan pergerakan),
infeksi sekunder bakteri pad vesikel. Jarang terjadi komplikasi di bagian jaringan
parut dan ensefalitis. Ensefalitis ditunjukkan dengan suhu tinggi, demam dan
kebingungan. Orang-orang dengan penyakit keganasan dan mereka yang kurang
kekebalan tubuhnya pulih lebih lambat dari herpes zoster dan lebih berpotensi
mengalami komplikasi( habel et al 2013 ).

Postherpetic neuralgia adalah sakit parah di saraf yang terkena dampak


langsung terjadi selama tiga bulan dan terus berlanjut hingga ruam sembuh. Ini
adalah komplikasi paling umum yang berhubungan dengan herpes zoster,
diperkirakan terjadi dalam 10% dari mereka yang mengidap, dan berkembang
seiring pertambahan umur (Jung et al 2004). Mereka yang beresiko adalah orang
tua, wanita, pernah mengalami sakit ketika predrome akan mengalami ruam yang
lebih parah dan cenderung mengalami nyeri pada saat fase akut infeksi (Jung et al
2004). Individu ini mungkin mengalami:

1. Neuralgia beberapa nyeri saraf.


2. Allodynia rasa sakit dipicu oleh sentuhan atau tekanan ringan yang dalam
keadaan normal tidak akan memberikan rasa nyeri.

12
3. Hyperanalgesia meningkatkan kepekaan terhadap rasa sakit. Postherpetic
neuralgia adalah bentuk nyeri neuropatik yang diakibatkan oleh kerusakan
saraf yang mengganggu fungsi normal. Nyeri neuropatik sering digambarkan
sebagai rasa tertembak, terbakar, tertusuk atau menggelikan . Bagi beberapa
orang, postherpetic neuralgia berlanjut selama bertahun-tahun, mengganggu
kegiatan sehari-hari biasa dan mengurangi kualitas hidup (Oxman et al 2005).
Analgesik yang berlebihan tidak cukup untuk mengontrol rasa sakit dan
pasien mungkin mendapat keuntungan dari arahan spesialis saraf atau
spesialis rasa sakit (Stankus et al 2000).

Pedoman dari NICE (2013) fokus pada berbagai jenis obat yang dapat
digunakan untuk mengobati nyeri neuropatik. Perawatan non-farmakologis seperti
terapi komplementer tidak dibahas. Pedoman menekankan bahwa nyeri
neuropatik berbeda dari rasa sakit yang terkait dengan peradangan yang dialami
sebelumnya. Nyeri neuropatik lebih menyakitkan. Bagi sebagian orang,
berlangsung sepanjang waktu, sedangkan yang lain hanya kambuh tapi lebih sulit
diatasi daripada nyeri inflamasi. Diperlukan pengobatan dalam jangka panjang
dan perlu lebih dari satu jenis analgesik dengan dosis berbeda. Prinsip pentingnya
bahwa perawatan harus disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan individu. Hal ini
harus memperhitungkan kondisi pasien berbeda bagi mereka dalam perawatan
medis atau cacat lainnya. Pasien dapat diberi pengobatan dengan analgesik
berdosis rendah. Review cepat dan tindakan lanjut diperlukan menghasilkan
efektivitas pemberian obat apapun dan memantau perubahan-perubahan yang
mungkin perlu dilakukan.

Pedoman dari NICE (2013) merekomendasikan bahwa orang-orang


dengan nyeri neuropatik harus selalu dianggap sebagai mitra dalam perawatan
mereka dan mampu berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan. Mereka
harus dimasukkan dalam diskusi tentang efek samping dari obat dan bagaimana
penggunaannya. Rujukan ke klinik nyeri mungkin bermanfaat jika rasa sakit
mengganggu kegiatan seseorang dalam kehidupan sehari-hari atau kemampuan

13
untuk bekerja. Nyeri kronis sering disertai dengan depresi yang juga harus
diperhatikan (NICE 2013).

Informasi lebih lanjut tentang postherpetic neuralgia untuk pasien dan


keluarga tersedia terdapat di (www.shinglessupport.org). Ada beberapa bukti
bahwa antidepresan trisiklik seperti amitriptyline dan imipramine, dan obat-
obatan antikonvulsan seperti gabapentin dapat membantu untuk mengurangi
neuralgia postherpetic (NICE 2013). Tujuan dari perawatan harus menjelaskan
kepada pasien obat-obatan yang diresepkan untuk mengatasi rasa sakit dan
masalah kesehatan yang lainnya, dan mereka harus menyadari bahwa mungkin
diperlukan waktu hingga dua minggu untuk pulih

Keterlibatan dokter Mata diperlukan jika virus mempengaruhi saraf trigeminal


yang mengontrol sensasi dan gerakan wajah (Stankus et al, 2000). Ini adalah
komplikasi yang jarang namun serius dari herpes zoster yang dapat
mengakibatkan:

1. Ulserasi dan jaringan parut kornea.


2. Uveitis (radang iris dan ciliary tubuh).
3. Kehilangan penglihatan jika tidak diobati.

Pasien mungkin memerlukan rujukan ke spesialis opthalmologist

KESIMPULAN

Varicella sering dianggap sebagai penyakit ringan dan anak-anak dapat


pulih dengan cepat, namun, hal ini dapat berdampak yang lebih serius untuk orang
dewasa, terutama mereka yang kurang kekebalan, wanita hamil dan neonatus.
Perawat bekerja dalam pengaturan perawatan primer dapat meningkatkan
kesadaran dari risiko ini sebagai bagian dari peran mereka dalam promosi
kesehatan dan kesehatan masyarakat. Mereka yang bekerja dengan orang dewasa
dan orang tua memiliki peran penting dalam memastikan bahwa pasien yang
diberitahu tentang vaksin baru untuk herpes zoster, dan cara menggunakan
program vaksinisasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Arvin AM (1996) Varicella-zoster virus. ClinicalMicrobiology Reviews. 9, 3,


361 -381.
2. Beutner KR, Friedman DJ, Forszpaniak C, Anderson PL, Wood MJ (1995)
Valaciclovir compared with acyclovir for improved therapy for herpes zoster in
immunocompetent adults. Antimicrobial Agents and Chemotherapy. 39, 7,
1546 -1553.
3. British National Formulary (2013) Britisth National Formulary No. 66. BMJ
Group and the Royal Pharmaceutical Society of Great Britain, London.
4. Demicheli V, Rivetti A, Debalini MG, Di Pietrantonj C (2012) Vaccines fo r
measles, mumps and rubella in children. Cochrane Database of
SystematicReviews. Issue 2, CD004407.
5. Enders G, Bolley I, Miller E, Cradock-Watson J, Ridehalgh M (1994)
Consequences of varicella and herpes zoster in pregnancy: prospective study of
1739 cases. The Lancet. 343, 8912. 1548-1551.
6. Gershon AA (2006) Varicella-zoster virus. In Hutto C (Ed) Congenital and
Perinatal Infections. A Concise Guide to Diagnosis. Humana Press, Totowa
NJ, 91-100 .
7. Habel LA, Ray GT, Silverberg MJ et al (2013) The epidemiology of herpes
zoster in patients with newly diagnosed cancer. Cancer Epidemiology,
Biomarkers and Prevention. 22, 1, 82- 90 .
8. Hope-Simpson RE (1965) The nature of herpes zoster: along-term study and a
new hypothesis. Proceedings of the Royal Society of Medicine. 58, 1, 9-20.
9. Jung BF, Johnson RW, Grifn DR, Dworkin RH (2004) Risk factors for post
herpetic neuralgia in patients with herpes zoster. Neurology.62, 9, 1545-1551.
10. Miller E, Marshall R, Vurdien J (1993a) Epidemiology, outcome and control of
varicella-zoster infection. Reviews in Medical Microbiology. 4, 4, 222-230.
11. Miller E, Marshall R, Vurdien J (1993b) Shift in age in chickenpox. The
Lancet.341, 8840, 308-309.

15
12. National Institute for Health and Care Excellence (2013) Neuropathic Pain
Pharmacologic Management. The Pharmacologica Management of
Neuropathic Pain in Non-Specialist Settings.
www.nice.org.uk/nicemedia/live/14301/65782/65782.pdf (Last accessed:
March 18 2014.).
13. NHS Choices (2012) Chickenpox. Introduction.
www.nhs.uk/Conditions/Chickenpox/Pages/Introduction.aspx (Last accessed:
March 18 2014)
14. Oxman MN, Levin MJ, Johnson G et al (2005) A vaccine to prevent herpes
zoster and postherpetic neuralgia in older adults. New England Journal of
Medicine. 352, 22, 2271-2284.
15. Public Health England (2013) ChickenpoxVaricella Zoster: General In
formation.
www.hpa.org.uk/Topics/InfectiousDiseases/InfectionsAZ/ChickenpoxVaricelZ
oster/GeneralInformation (Last accessed: March 18 2014) .
16. Public Health England (2013) Measles Figures Down Following Successful
Catch-Up Programme. www.gov.uk/government/news/measles-gures-
downfollowing-successful-catch-upprogramme (Last accessed: March 27
2014 . )
17. Ragozzino MW, Melton LJ, Kurland LT, Chu CP, Perry HO (1982)
Population-based study of herpes zoster and its sequelae. Medicine. 61,5, 310-
316.
18. Stankus SJ, Dlugopolski M, Packer D (2000) Management of herpes zoster
(shingles) and postherpetic neuralgia. American Family Physician. 61, 8,
2437- 2444 .

16

You might also like