You are on page 1of 33

Case

Senjata Prokariyote

Robert Stevens merasa sakit dan sakit, hingga ia pergi ke ruang gawat darurat di rumah sakit
dekat rumahnya di Boca Raton, Florida. Staff rumah sakit mencatat ia deman, muntah-muntah dan
sakit kepala diuji cairan tulang belakang untuk agen menular. Mereka (staff R.S) melihat beberapa
spora bakteri Bacillus, mereka mengasingkan bakteri tersebut agar tidak terkontaminasi jika para
staff medis tidak mengidentifikasi bakteri di U.S Center for Disease Control and Prevention.

Spora dimasukkan dalam wadah dengan media pertumbuhan, dan koloni bakter muncul.
Mereka diidentifikasi sebagai Bacillus anthracis bakteri anthrax. Steven telah antraks pernafasan,
suatu bentuk penyakit yang jarang ketika dia menghidup spora dari amplop yang ia kirim di tempat
ia bekerja. Dokter memberinya antibiotik untuk menghambat pertumbuhan infeksi, tapi sudah
terlambat. Bakteri lebih cepat membelah menghasilkan racun yang menyebabkan pertahanan
tubuhnya kewalahan. Tiga hari kemudian, pada tanggal 5 Oktober 2001, Robert Steven meninggal
dunia.

Ketika penyusunan genom, bakteri pembunuh ditemukan strain B.anthracis yang telah
digunakan dalam senjata biologi pemerintah AS program penelitian sampai dibubarkan oleh
perjanjian internasional pada tahun 1969.

Terminologi
1. Spora: unsure reproduktif yang dihasilkan secara aseksual atau seksual pada organisme
tingkat rendah.
2. B. bacteria: bakteri yang berbentuk basil
3. B. antharcis
4. Respiratory antharax: penyakit antharax disebabkan melalui pernapasan
5. Genom: informasi genetic lengkap yang dikode oleh rangkaian nukleotida organisme,
sel, organel atau virus.
6. Strain of B. antharcis: organisme dalam organisme spesies B. antharcis ditandai dengan
sifat-sifat yang khas

Problem
1. Apa yang menyebabkan Stevens deman, muntah dan sakit kepala?
2. Dari mana spora berasal?
3. Apa itu spora bakteri?
4. Bagaimana spora berkembang menjadi bakteri?
5. Apa itu bakteri?
6. Bagaimana struktur, sifat, klasifikasi, morfologi, taksonomi bakteri?
7. Bagaimana bakteri berreproduksi?
8. Bagaimana metabolisme bakteri?
9. Bagaimana pathogenesis bakteri?

1
10. Bagaimana isolasi, identifikasi dan kultur bakteri?
11. Bagaimana resistensi
12. Bagaimana tes sensitivitas bakteri?
13. Apa saja factor pertumbuhan pada bakteri?
14. Bakteri apa saja yang menguntukan bagi organisme?

Hipotesis
1. Terinfeksi bakteri
2. Dari lingkungan
3. Bentuk tidak aktif dari bakteri
4. Dengan adanya lingkungan yang ekstrim terjadi perubahan struktur dari nonaktif menjadi
aktif
5. Bakteri: mikroorganisme dalam golongan prokariotik uniseluler
6. Struktur: membrane, kapsul, dinding sel, plasmid, flagel, ribosom, sitoplasma, pili, asam
nukleotida
Sifat: bisa hidup diluar sel inang, memiliki ribosom, dapat menguntungkan atau merugikan
hospesnya,
Klasifikasi: bentuk pewarnaan
Morfologi: bentuk bakteri coccus, spiral dan basil
Taksonomi: nomenklatur sesuai aturan Linneaus
7. Secara seksual dan aseksual
8. Anabolisme dan katabolisme
9. Pathogenesis: infeksi dengan kontak langsung, dengan alat, dengan udara, dengan vector
10. Isolasi: pemeriksaan dari agent terinfeksi bakteri
Kultur: pembiakaan bakteri melalui media
Identifikasi: penepatan bakteri-bakteri
11. a) Mempertahankan konsentrasi obat
b) Memberikan resistensi silang
12. Proses bakteri terhadap antigen yang menimbulkan pathogenesis dalam badan
13. Faktor-faktor nutrient, pH, temperature, aerasi,kekuatan ionic
14. E. colli dikolon, Phylococcus epidermis di mulut, Streptococcus di duodenum

I dont know

1. Klasifikasi bakteri
2. Taksonomi bakteri
3. Struktur bakteri
4. Morfologi bakteri
5. Reproduksi bakteri
6. Metebolisme bakteri
7. Isolasi, kultur dan identifikasi
8. Resistensi dan tes sensitivitas
9. Bakteri normal

2
Learning issues
1. Tingkat genom, tingkat sel, sifat biokim
2. Penamaan sesuai Linneaus
3. Struktur dan fungsi
4. Unkuran dan bentuk
5. Aseksual dan seksual
6. Factor yang mempengaruhi kimia dan fisik
7. Tujuan kultur: penilaian hasil kultur dan pewarnaan
8. Mekanisme resistensi, penyebab, tes sensitivitas
9. Bakteri di pencernaan, pernapasan, kulit, urogenital
10. Definisi bakteri normal

3
Struktur Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme prokariot
multiseluler. Berikut adalah struktur yang dimiliki oleh
bakteri.

Nukleoid

Nukleoid prokariot merupakan nukleus pada


prokariot. Prokariot dapat memiliki DNA atau tidak,
pada yang tidak ada DNA fungsi membawa informasi
digantikan oleh protein mirip histon. Ukuran nukleoid
3x10^9 dengan molekul sirkuler tunggal. Terdapat istilah mesosom pada nukleoid bakteri. Istilah
tersebut merupakan saat dimana DNA berhubungan dengan invaginasi membran sitoplasmik untuk
memisahkan 2 kromosom kembar setelah replikasi kromosom.

Struktur Sitoplasmik
Sel tidak memiliki plastid otonom (mitokondria dan kloroplas), enzim pengangkut eletron
terletak dalam membran sitoplasmik, namun enzim bekerja pada lemellae yang berada dibawah
membran sel. Pigmen fotosintetik (karotenoid, bakterioklorofil) pada bakteri fotosintetik menyatu
dalam sistem membran internal yang terbentuk oleh invaginasi membran sitoplasmik, membran
sitoplasmik itu sendiri, atau struktur nonunit khusus yang dilingkup membran dengan sebutan
klorosom.

Bakteri menyimpan cadangan makanan dalam bentuk granula sitoplasma. Granula bekerja
sebagai sumber karbon, tetapi ketika sumber protein berkurang karbon daam granula dapat
dikonversi menjadi sumber nitrogen.

Pada beberapa jenis bakteri granula dipakai untuk menyimpan sulfur, fosfat inorganik, dan
granula metakromik pada korinobakteria. Tidak terdapat mikrotubulus pada sitoplasmanya.

Membran sitoplasma
Merupakan membran sel pada bakteri. Komposisinya terdiri dari fosfolipid dan protein.
Semua membran sel prokariot, kecuali genus Mycoplasma, tidak mengandung sterol. Yang disebut
membran sitoplasma adalah membran yang secara langsung berhubungan dengan sitoplasma.
Ditempat tertentu pada membran sitoplasma terdapat cekungan ke dalam (convulated invagination)
yang disebut mesosom. Ada 2 jenis mesosom :

1. Septal mesosom : berfungsi dalam pembelahan sel. Kromosom bakteri (DNA) melekat
pada septal mesosom
2. Lateral mesosom

Membran sitoplasma memilki beberapa fungsi utama, antara lain :

1. Tempat transport bahan makanan dan permeabilitas selektif

4
a. Membran membentuk sawar hidrofobik yang bersifat tidak permeabel terhadap
sebagian besar molekul hidrofilik
b. Sistem transport pada membran sel bekerja melawan gradien konsentrasi
(transport aktif)
c. 4 macam mekanisme transport :

i. Difusi terfasilitasi, contohnya transport gliserol


ii. Bergantung protein pengikat, pada bakteri gram negatif. Protein terletak
pada ruang periplasma (antara membran plasma dan dinding sel),
protein pengikat bersifat spesifik. Berkerja dengan cara menghantarkan
substrat yang terikat ke kompleks protein transpor-terikat membran
yang sesuai.
iii. Diarahkan kemiosmotik, bekerja dengan cara menggerakkan sebuah
molekul melewati membran sitoplasma dengan memanfaatkan gradien
ion yang sudah ada. Contoh ion : daya penggerak proton, daya
penggerak natrium. 3 bentuk dasar transport : uniport (transport
substrat yang tidak berbentuk pasangan ion), simport (transport dua
substrat secara bersamaan ke arah sama oleh pembawa tunggal), dan
antiport (transport dua substrat secara berurutan ke arah berlawanan,
menggunakan pembawa umum.
iv. Translokasi kelompok, memindahkan zat terlarut elalui membran tanpa
mengalami perubahan struktur. Memanfaatkan proses metabolisme
vektorial. Proses ini memungkinkan bakteri memakai sumber energi
secara efisien dengan merangkaikan proses transport dengan
metabolisme.
2. Tempat transport elektron dan fosforilasi oksidatif (pada bakteri aerob)
a. Terdapat sitokrom, enzim-enzim, dan komponen yang berperan dalam siklus
respirasi. Untuk membuat ATP
3. Ekskresi eksoenzim hidrolitik dan patogenisitas protein
a. Enzim hidrolitik terdapat di bakteri gram positif maupun negatif
b. Bakteri menyekresikan enzim ke ruang periplasma atau medium eksternal
c. 5 cara sekresi enzim
i. Tipe I :
4. Fungsi biosintetik, membran sitoplasma merupakan tempat lipid pembawa (carrier
lipid), yang merupakan subunit dinding sel, dikumpulkan. Juga sebagai tempat enzim
biosintesis dinding sel. Membran plasma juga memiliki protein pembentuk kompleks
replikasi DNA (pada mesosom septal)

5
5. Sistem kemotaktik, merupakan tanggapan sel terhadap senyawa kimia. Membran sel
memiliki zat penarik dan penolak yang berikatan dengan reseptor spesifik

Pada membran sel, ada beberapa agen antibakteri yang dapat mempengaruhi membran.
Agen tersebut antara lain :

1. Deterjen : mengandung gugus lipofilik dan hidrofilik yang merusak membran sitoplasma
dan membunuh sel.
2. Antibiotik yang spesifik mempengaruhi fungsi biosintetik membran sitoplasma.

Dinding Sel
Tekanan osmotik dalam bakteri berkisar 5-20 atm karena adanya transport aktif yang
menyebabkan tingginya konsentrasi larutan dalam sel. Sel tidak pecah karena dindingnya yang relatif
sangat kuat. Dinding sel terdiri dari lapisan peptidoglikan, yang disebut juga sebagai lapisan murein
atau mukopeptida.

Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri gram positif dan gram negatif tergantung responnya
ketika diwarnai pewarna GRAM. Bakteri gram positif memiliki dinding peptidoglikan yang tebal,
sedangkan gram negatif tipis. Pewarnaan ini dilakukan dengan cara mewarna sel kuman dengan zat
kristal warna ungu dan iodium lalu dicuci dengan alkohol atau aseton. Pada bakteri negatif gram zat
ungu akan hilang setelah dicuci dengan alkohol, sedangkan pada positif gram warna ungu tetap
bertahan setelah dicuci alkohol.

Berikut adalah perbedaan komponen khusus antara bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif :

1. Gram positif, memiliki asam teikoat dan teikuronat pada dinding selnya, serta
polisakarida
a. Asam teikoat dan asam teikuronat. Asam teikoat membentuk antigen
permukaan utama, mudah dicapai oleh antibodi. Fungsi asam teikoat antara lain
dapat menyediakan ion magnesium ke dalam sel dengan mengikatnya, berperan
dalam fungsi normal selubung sel sehingga sel tahan terhadapt sel autolisis.
Asam teikuronat merupakan polimer serupa dengan asam teikoat, namun unit
pengulangan pada teikuronat terdiri dari asam gula, sedangkan teikoat memiliki
asam fosfat.
b. Polisakarida. Apabila dinding sel bakteri gram positif dihidrolisis, maka akan
dihasilkan gula nterla seperti manosa, galaktosa, arabinosa. Gula tersebut
kemungkinan adalah subunit polisakarida dalam dinding sel.
2. Gram negatif, mengandung tiga komponen yang letaknya di luar lapisan peptidoglikan,
yaitu lipoprotein, membran luar, dan lipopolisakarida.
a. Lipoprotein, mengikat silang membran luar dan lapisan peptidoglikan. Fungsinya
untuk menstabilkan membran luar dan merekatkan membran luar ke
peptidoglikan.
b. Membran luar. Struktur bilayer, lapisan sebelah dalam memiliki komposisi
serupa dengan membran sitoplasma, pada lapisan sebelah luar terdapat
lipopolisakarida yang menggantikan fosfolipid. Beda komposisi antar sisi dari

6
membran luar menyebabkan kedua lapisan tidak simetris sehingga sifat
membran luar sangat berbeda dengan membran sitoplasma. Membran luar
memiliki kemampuan mengeluarkan molekul hidrofobik yang melndungi sel dari
garam empedu.

Membran luar memiliki jalur khusus terdiri dari molekul protein yang disebut
porin. Jalur ini berfungsi untuk difusi pasif komponen hidrofilik dengan molekul
berat rendah seperti gula, asam amino.

c. Lipopolisakarida (LPS). Tersusun atas lipid kompleks yang disebut lipid A. LPS
disintesis di membran sitoplasma dan ditransport ke bagian luar dinding sel. LPS
melekat pada membran luar melalui ikatan hidrofobik. Fungsi LPS adalah
sebagai senyawa yang dibutuhkan banyak protein membran luar agar dapat
melakukan fungsinya.
d. Ruang periplasmik. Merupakan ruang antara membran bagian dalam dan luar.
Berisi lapisan murein (laruttan protein mirip gel). Protein yang terdapat pada
ruang ini antara lain protein pengikat substrat spesifik, enzim hidrolitik, dan
enzim detoksifikasi untuk menonaktifkan antibiotik tertentu.

Fungsi lain dinding sel selain menjaga tekanan osmotik antara lain :

1. Berperan penting dalam pembelahan sel


2. Melaksanakan biosintesa mandiri untuk membentuk dinding sel
3. Determinan dari antigen permukaan kuman, terdapat pada beberapa lapisan dinding sel
4. Pada kuman negatif gram, salah satu lapisan dinding sel mempunyai aktivitas endotoksin
yang tidak spesifik, yaitu lipopolisakarida (LPS). LPS pada beberapa binatang bersifat
toksik

Apabila bakteri diberi enzim lisosim atau obat yang mengganggu biosintesis peptidoglikan,
dinding sel akan hilang. Setelah kehilangan dinding sel, apabila cairan disekitar bakteri memproteksi
tekanan osmotik dalam sel maka terjadi sel tanpa dinding yang disebut protoplas (pada positif gram)

7
dan sferoplas (pada negatif gram). Apabila kedua jenis bakteri ini masih mampu berkembang biak,
maka mereka disebut kuman L form.

Kapsul
Bakteri saat tumbuh dapat mensintesa polimer ekstrasel (umumnya polisakarida) yang
berkondensasi dan membentuk lapisan berbentuk selubung padat disekeliling sel yang disebut
kapsid.

Pada medium agar, koloni bakteri berkapsul tampak sebagai koloni berlendir. Bakteri
dengan kapsul lebih tahan terhadap efek fagositosis dari daya pertahanan badan.

Glikokaliks
Polimer ekstrasel yang disintesis oleh bakteri saat tumbuh, membentuk jaringan longgar
berupa fibril yang meluas ke arah luar sel.

Flagel
Merupakan bagian kuman yang berbentuk seperti benang. Terdiri dari protein dengan
diameter 12-30 nanometer yang disebut flagellin. Flagel digunakan sebagai alat gerak. Bakteri
memiliki beberapa jenis flagel, antara lain :

1. Monotrich : flagel tunggal dan terdapat pada


bagian ujung
2. Lopotrich : lebih dari satu flagel di satu bagian
polar
3. Amfitrich : flagel terdapat satu atau lebih di
kedua polar
4. Peritrich : flagel tersebar merata di sekeliling
badan kuman

Bagian protein dari flagel disebut flagellin. Pada


bakteri, flagel dapat rontok, tetapi akan tumbuh lagi dengan sempurna dalam 3-6 menit.

Pili/Fimbriae

Pada beberapa kuman negatif gram, terdapat rambut


pendek dan keras yang disebut pili. Pili terdiri dari subunit-
subunit protein yang disebut pilin. Pada ujung pili terdapat
protein minor yang berfungsi untuk melekat pada sel lain.
Terdapat 2 jenis pili :

1. Pili yang memegang peranan dalam adhesi kuman dengan sel tubuh hospes
2. Seks pili yang berfungsi dalam konjugasi dua kuman antara sel donor ke resipien

8
Pili juga berpengaruh terhadap virulensi bakteri patogen selain toksin, contohnya pada
colonization antigen yang merupakan pili biasa.

Endospora

Beberapa genus bakteri dapat membentuk endospora. Yang paling sering membentuk spora
adalah kuman batang postif gram Bacillus genus dan Clostridum. Kuman tersebut akan mengadakan
diferensiasi membentuk spora apabila keadaan lingkungan tidak baik, misalnya medium sekitar
kekurangan nutrisi. Masing-masing sel akan membentuk spora, sedangkan sel induk mengalami
otolisis.

Spora adalah bakteri dalam bentuk


istirahat. Sifat dari spora adalah sangat
resisten terhadap panas, kekeringan, dan
zat kimiawi. Apabila kondisi lingkungan
telah membaik spora dapat melakukan
germinasi dan memproduksi sel vegetatif.
Secara morfologis, proses sporulasi terjadi
dengan cara isolasi badan inti yang diikuti
dengan invaginasi membran sel ke arah
dalam.

Spora terdiri dari :

1. Core
a. Merupakan sitplasma dari spora
b. Mengandung semua unsur untuk kehidupan bakteri, seperti kromosom komplit,
komponen untuk sintesis protein
2. Dinding spora
a. Lapisan paling dalam dari spora
b. Terdiri dari dinding peptidoglikan dan akan menjadi dinding sel saat spora
kembali ke bentuk vegetatif
3. Korteks
a. Lapisan tebal dari spora envelope
b. Terdiri dari lapisan peptidoglikan dalam bentuk istimewa
4. Coat
a. Terdiri dari zat semacam keratin. Keratin menyebabkan spora relatif tahan
terhadap pengaruh luar
5. Eksosporium
a. Lipoprotein membran yang terdapat pada bagian paling luar

Pada saat terjadi germinasi (spora menjadi sel vegetatif), terjadi beberapa peristiwa :

9
1. Aktivasi : germinasi hanya
terjadi apabila dilakukan
aktivasi yang diawali oleh
adanya zat yang merusak coat
dari spora seperti panas, asam
komponen sulfhidril, dll.
Inisiasi : setelah teraktivasi,
spora akan melakukan
germinasi dengan
menggunakan sumber
makanan dari media /
lingkungannya.
2. Outgrowth : terjadi degradasi
korteks dan sel vegetatif
keluar, melakukan hidup
seperti semula.

Morfologi bakteri
Bakteri dapat dibagi menjadi 3 bentuk, antara lain :

1. Coccus : kuman berbentuk bulat,


variasi susunannya:
a. Micrococcus : tersendiri
(single)
b. Diplococcus : berpasangan
dua-dua
c. Pneumococcus :
diplokokus yang berbentuk
lanset. Gonokokus adalah
diplokokus yang berbentuk
biji kopi
d. Tetrade : tersusun rapi
dalam kelompok empat sel
e. Sarcina : kelompok delapan sel yang tersusun rapi dalam bentuk kubus
f. Streptococcus : tersusun seperti rantai
g. Staphylococcus : bergerombol tak teratur seperti untai buah anggur
2. Bacillus : berbentuk batang dengan panjang bervariasi dari 2-10 kali diameter kuman
tersebut
a. Cocobacillus : batang sangat pendek menyerupai kokus
b. Fusiformis : kedua ujung batang meruncing
c. Streptobacillus : sel bergandengan membentuk suatu filamen
3. Spiral : berbentuk spiral
a. Vibrio : berbentuk batang bengkok

10
b. Spirillum : bentuk spiral kasar dan kaku, tidak fleksibel dan dapat bergerak
dengan flagel
c. Spirochaeta : bentuk spiral halus, elastik, dan fleksibel. Dapat bergeak dengan
aksial filamen. Contoh bakteri :
i. Borrelia : bentuk gelombang
ii. Treponema : bentuk spiral halus dan teratur
iii. Leptospira : berbentuk spiral dengan kaitan pada satu atau kedua
ujungnya

Reproduksi Bakteri

Bakteri tidak mengalami mitosis dan meiosis. Hal ini merupakan perbedaan penting antara bakteri
(prokariot) dengan sel eukariot. Bakteri mengadakan pembiakan dengan dua cara, yaitu secara
aseksual dan seksual. Namun, proses pembiakan cara seksual berbeda dengan eukariota lainnya.
Sebab, dalam proses pembiakan tersebut tidak ada penyatuan inti sel sebagaimana biasanya pada
eukarion, yang terjadi hanya berupa pertukaran materi genetika (rekombinasi genetik). Berikut ini
beberapa cara pembiakan bakteri dengan cara seksual (rekombinasi genetic dan ditinjau dari
jumlahnya) dan aseksual (pembelahan biner, pembentukan tunas/cabang, dan pembentukan
filament), yaitu:

Seksual

Ditinjau dari jumlahnya

Bila bakteri ditanam pada perbenihan yang sesuai dan pada waktu-waktu tertentu ditinjau
jumlah bakteri yang hidup, maka dapat dilihat suatu grafik yang dapat dibagi dalam 4 fase, yaitu:

1. Fase penyesuaian diri (lag phase)


Waktu penyesuaian ini umumnya berlangsung selama 2 jam. Bakteri belum berkembang
biak dalam fase ini, tetapi aktivitas metabolismenya sangat tinggi. Fase ini merupakan
persiapan untuk fase berikutnya.

2. Fase pembelahan (logharhytmik phase/exponential phase)


Bakteri berkembang biak dengen berlipat 2, jumlah bakteri meningkat secara eksponensial.
Untuk kebanyakan bakteri fase ini berlangsung 18-24 jam. Pada pertengahan fase ini
pertumbuhan kuman sangta ideal, pembelahan terjadi secara teratur, semua bahan dalam
sel berada dalam keadaan seimbang (balanced growth).

3. Fase stationer (stationary phase)


Dengen meningkatnya jumlah bakteri, meningkat juga jumlah hasil metabolism yang toksik.
Bakteri mulai ada yang mati, pembelahan terhambat. Pada suatu saat terjadi jumlah bakteri
yang hidup tetap sama.

11
4. Fase kemunduran/penurunan (period of decline)
Jumlah bakteri hidup berkurang dan menurun. Keadaan lingkungan menjadi sangat buruk.
Pada beberapa jenis bakteri timbul bentuk-bentuk abnormal (bentuk involusi).

Reproduksi seksual ini memiliki kurva dan hanya ada di laboratorium hanya pada medium yang
tidak diremajakan.

Aseksual

a. Pembelahan Biner

Pada pembelahan ini, sifat sel anak yang dihasilkan sama


dengan sifat sel induknya.

Pembelahan biner mirip mitosis pada sel eukariot. Bedanya,


pembelahan biner pada sel bakteri tidak melibatkan serabut
spindle dan kromosom. Pembelahan Biner dapat dibagi atas
tiga fase, yaitu sebagai berikut:

1. Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang


tumbuh tegak lurus.

2. Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh


dinding melintang.

3. Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik. Ada bakteri yang segera
berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya, ada pula bakteri yang tetap
bergandengan setelah pembelahan, bakteri demikian merupakan bentuk koloni.

Pada keadaan normal bakteri dapat mengadakan pembelahan setiap 20 menit sekali. Jika
pembelahan berlangsung satu jam, maka akan dihasilkan delapan anakan sel. Tetapi
pembelahan bakteri mempunyai faktor pembatas misalnya kekurangan makanan, suhu tidak
sesuai, hasil eksresi yang meracuni bakteri, dan adanya organisme pemangsa bakteri. Jika hal
ini tidak terjadi, maka bumi akan dipenuhi bakteri.

b. Pembentukan tunas / cabang


Bakteri membentuk tunas, tunas akan melepaskan diri dan mebentuk bakteri baru.
Reproduksi pembentukan cabang didahului dengan pembentukan tunas yang tumbuh
menjadi cabang dan akhirnya melepaskan diri. Dapat dijumpai pada kuman dari family
Streptomycetaceae.

12
c. Pembentukan filamen
Pada pembentukan filament, sel mengeluarkan serabut panjang, filament yang tidak
bercabang. Bahan kromosom kemudian masuk ke dalam filament. Filament terputus-putus
menjadi beberapa bagian. Tiap bagian membentuk bakteri baru, dijumpai terutama dalam
keadaan abnormal, misalkan bila bakteri Heamophilus influenza dibiakkan dalam perbenihan
yang basah.

Sebenarnya bakteri secara alami berkembang biak secara aseksual, tapi bakteri juga dapat
berkembang biak secara seksual, namun hanaya bakteri yang mempunyai pili saja dan pada saat
pupulasi bakterinya itu terancam.

METABOLISME BAKTERI
Sel bakteri mengadakan kegiatan di dalam sel untuk pertumbuhan,pembelahan sel,pembaharuan
komponen sel.Seluruh proses pengolahan setelah bahan makanan masuk ke dalam sel disebut
metabolisme.

1.Metabolisme karbohidrat : Karbohidrat dipecah menjadi triosa dalam bentuk fosfat dan piruvat
(CH3COCOOH).Enzim yang berperan dari golongan glikosidasa dan fosforilasa.Metabolisme glukosa
menjadi piruvat menurut Embden-Meyerhof :

Glukosa ---- glukosa 6 fosfat ---- fosfogliseratdehide ---- fosfogliserat ----fosfoenolpiruvat ---- piruvat

Melalui pentosa fosfat : cara ini dipakai untuk bakteri yang tidak mempunyai enzim aldolosa dan
triosa PO4 isomerase yang diperlukan pada Embden meyerhof

Glukosa ---- glukosa 6 fosfat ---- 6 fosfoglukonat ---- pentosafosfat

Melalui Entner Doudorrof :

Glukosa ---- 6 fosfoglukonat ---- ketodeoksiglukonat ---- piruvat + gliseraldehid

2.Metabolisme lemak : Permulaan reaksi diperlukan pengaktifan asam lemak dengan CoA dan
sebagai hasil akhir adalah gliserol dan asetil CoA.

3.Metabolisme protein : Sintesa protein memerlukan nitrosa yang biasanya diambil dari medium
dalam bentuk NH3 atau NO3.Sintesa protein mengikuti pola yang ditentukan oleh DNA.DNA gen
menberikan pola yang menentukan pada sintesa DNA sendiri dn RNA.RNA sebagai pembawa berita
dari DNA yang menentukan sintesa protein.Dalam RNA terdapat semua informasi yang diperlukan
dalam penyusunan DNA,RNA,protein.

Faktor yang mempengaruhi bakteri :

1.Fisik

Temperatur (suhu),Tiap-tiap kuman mempunyai temperatur optimum yaitu di mana bakteri


tersebut tumbuh baik,dan batas-batas temperatur di mana pertumbuhan dapat
terjadi.Pembelahan sel terutama sangat peka terhadap pengaruh merusak dari temperatur
tinggi.Jika temperatur terlalu tinggi maka bakteri akan mengalami kematian,begitu juga juga
jika temperatur terlalu rendah bakteri akan mengalami kematian (cold shock).Bentuk-bentuk

13
besar dan ganjil (bizzare=aneh) sering dijumpai pada biakan-biakan pada suhu yang lebih
tinggi daripada suhu optimum.
Berdasarkan batas-batas suhu pertumbuhan,bakteri dibagi atas golongan-golongan:
Psikhrofilik : 15-20 0C
Mesofilik : 30-37 0C (temperatur optimal untuk bakteri yang patogen bagi manusia)
Thermofilik : 50-60 0 C
pH,pH juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri,bakteri mempunyai kisaran pH yang
sempit.Kebanyakan kuman yang patogen mempunyai Ph optimum 7,2-7,6.
Tekanan Osmotik,Pada tingkatan yang lebih kecil,faktor-faktor seperti tekanan osmotik dan
konsentrasi garam harus dapat dikontrol.Untuk kebanyakan bakteri,sifat media yang umum
sudah cukup memuaskan,tetapi untuk bakteri yang ada pada lingkungan ekstrim
(laut),faktor-faktor ini harus diperhitungkan.Baktero yang membutuhkan konsentrasi garam
tinggi disebut halofilik dan yang membutuhkan tekanan osmotik tinggi disebut
osmofilik.Osmolaritas diatur oleh transpor aktif ion K+.

2.Kimia

Air, bakteri memerlukan air dalam konsentrasi tinggi (cukup) disekitarnya karena diperlukan
bagi petumbuhan dan oerkembangbiakan. Air merupakan pengantar semua bahan gizi yang
diperlukan sel untuk membunag semua zat-zat yang tidak diperlukan sel. Selain untuk
melancarkan reaksi-reaksi metabolic, air juga merupakn bagian terbesar dari protoplasma.
Sumber karbon,C diperlukan dalam proses-proses sintesa pada bakteri.Berdasarkan jenis
sumber C yang diperlukan,kuman dibagi dalam 2 golongan:
Kuman Autotrof :adalah kuman yang hanya memerlukan air,garam inorganik dan CO2
sebagai sumber C bagi pertumbuhannya,mensintesa sebagian besar metabolik organiknya
dari CO2.Energi yang diperlukan diperoleh dari cahaya atau oksidasi bahan-bahan
kimia.Kuman autotrof fotosintetik(fotolitotrof),memperoleh energi dari cahaya.Kuman
autotrof kemosintetik (kemolitotrof),memperoleh energi dari oksidasi substrat
inorganik,seperti Fe,S,NH3,NO2.
Kuman Heterotrof :memerlukan karbon organik untuk pertumbuhannya,karbohidrat,untuk
pertumbuhannya.Dalam golongan initermasuk semua jenis kuman yang patogen bagi
manusia.Dalam laboratorium biasanya dipakai glukosa sebagai sumber C.Energi yang
diperoleh dari cahaya atau oksidasi senyawa organik.Kuman heterotrof
fotosintetik(fotoorganototrof) memperoleh energi dari cahaya.Kuman heterotrof
kemosintetik(kemoorganototrof) memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik.
Nirogen,merupakan komponen utama protein dan asam nukleat,yaitu sebesar 10% berat
kering sel kuman.Nitrogen yang dipakai oleh kuman,diambil dalam bentuk NO3,NO2,NH3,N2
dan R- radikal organik.Kebanyakan mikroorganisme dapat menggunakan NH3 sebagai satu
satunya sumber nitrogen.
Mineral :Selain karbon dan nitrogen,sel-sel hidup memerlukan sejumlah mineral-mineral
lainnya untuk pertumbuhan,yaitu
Belerang (sulfur) : seperti halnya dengan nitorgen,sulfur merupakan komponen
substansi sel.Sebagian besar sulfur sebagai H2S,tetapi kebanyakn mengambilnya
dalam bentuk SO4 (sulfat).

14
Fosfor fosfat (PO4) : diperlukan sebagai komponen asam-asam nukleat dan berupa
koenzim.
Aktivtor enzim : sejumlah mineral diperlukan sebagai aktivator enzim seperti
Mg,Fe,juga K dan Ca.
Oksigen : berdasarkan keperluannya akan oksigen,kuman dibagi dalam 5 golongan yaitu
Kuman anaerobobligat,hidup tanpa O2,O2 toksis terhadap golongan kuman ini
Kuman anaerob aerotoleran,tidak mati dengan adanya O2,O2 bukan substansi
primer.
Kuman anaerob fakultatif,mampu tumbuh baik dalam suasana dengan atau tanpa
O2.
Kuman aerob obligat,harus hidup dengan adanya O2.tumbuh subur bila ada oksigen
dalam jumlah besar.
Kuman mikroaerofilik,hanya tumbuh baik dalam tekanan O2 yang rendah.
Faktor pertumbuhan,adalah senyawa anorganik dimana setiap sel harus memilikinya yaitu
purin,pirimidin,asam amino,pentosa,vitamin.Masing masing senyawa disintesis melalui
urutan terpisah reaksi enzimatik,masing-masing enzim diproduksi dibawah pengawasan gen
khusus.Ketika suatu organisme mengalami mutasi gen yang mengakibatkan kegagalan satu
dari fungsi enzim- enzim ini,rantai terputus danproduk akhir tidakdihasilkan lagi.

Isolasi , kultur dan identifikasi


Isolasi bakteri itu sendiri adalah salah satu tujuan dari kultur bakteri. cara yang dilakukan untuk
memepelajari sifat sifat suatu jasad renik ( kuman/ bakteri ) tertentu , haruslah diperoleh biakan
murni jasad renik tertentu. Cara kerja untuk mendapatkan biakan murni tersebut itulah yang
dinamakan isolasi jasad renik ( kuman / bakteri ). Cara isolasi sendiri umumnya menurut Robert Koch
ada dua tahap yaitu :

a. Penipisan bahan pemeriksa pada penanaman perbenihan padat untuk pendapatkan biakan
murni yang terpisah. Kriteria minimum untuk tahap pemurnian adalah tampaknya dalam
mikrosof elektron mikograf homogen.
b. Pemindahan biakan murni secara steril pada perbenihan baru.

Cara melakukan penipisan itu ada beberapa cara diantaranya:

1. Cara penipisan dengan lempeng agar tuangan


Telah terjadi penipisan secara bertingkat dari bahan pemeriksa.
2. Cara penipisan pada lempeng agar
Dilakukan dengan hanya satu lempeng agar untuk satu bahan pemeriksa.

Identifikasi, setelah mendapat biakan murni malah dilakukan lah identifikasi . dengan menyelidiki
sifat sifat kuman . sifat sifat tersebut antara lain :

a. Sifat morfoligi nya dan hasil perwarnaan


Dalam bagian ini ditentukalah bentuk sel dari kuman tersebut ( basil, kokous. Dan spiral ),
susunan khasnya, ukurannya, ada atau tidaknya spora, simpai, flagel, dsb. Juga ditentukan
apakah kuman tersebut dapat bergerak atau tidak. Dan hasil pewarnaan gram tahan asam

15
banyak memebantu dalam mengidentifikasi kuman. Sifat morfologi dan hasil pewarnaan
tidak cukup untuk menentukan dengan pasti identifikasi kuman.
b. Sifat sifat biakan
Dari pertumbuhan kuman pada perbenihan cair dan padat dapat diperoleh keterangan2
tambahan untuk identifikasi kuman tersebut.
Pada perbenihan cair dapat dilihat
Pertumbuhan pada permukaan. Ada tidaknya selaput pada permukaan dsb.
Kekeruhannya
Endapan
Bau

Pada perbenihan lempeng agar dapat dilihat berbagai bentuk koloni kuman. Koloni2 ini
dapat dibedakan satu dengan yang lainnya berdasarkan sifatnya, permukaan, pinggirannya,
warnanya, dsb.

Pada perbenihan agar miring dapat dilihat berbagai macam pertumbuhan kuman. Ada yang
hanya tumbuh pada tempat penanaman , ada yang tumbuhnya menebar dan sebagainya.

Pada perbenihan tabung agar tegak, dapat dilihat sifat sifat pertumbuhan terbaik, apakah di
permukaan perbenihan atau jauh didalam perbenihan.

c. Sifat fisiologi dsn biokimia


Pada penentuan sifat ini dilakukan pemeriksaan terhadap :
Suhu yg terbaik pada pertumbuhan kuman
Kebutuhan akan makanan tersebut
Hubungan oksigen dan CO2
Hubunga kuman dengan pH perbenihan
Dll
Dengan mengumpulkan sifat sifat morfoligik, jasil pewarnaan, sifat biakan, sifat
fisiologi dan biokim, dapatlah sekurang2nya ditentukan golongan kuman yang
diperiksa, kadang2 sudah dapat dipastika spesies kuman tersebut.

UJI KULTUR
Uji kultur adalah perkembangbiakan mikroorganisme atau sel jaringan hidup dalam media
khusus yang kondusif bagi pertumbuhan.

A. Tujuan Uji Kultur

1. Isolasi bakteri
2. Memperbanyak bakteri
3. Menghitung jumlah bakteri
4. Menyimpan bakteri
5. Melihat gerak bakteri

B. Metode Uji Kultur

16
1. Dengan medium
a) Membiakan sel dari spesies tertentu
b) Pemerikasaan bahan mikro bahan kimia
c) Isolasi mikroorganisme tertentu
2. Isolasi mikroorganisme pada pembiakan murni
a) Penanaman pada lempeng buatan
b) Pengenceran

Pada uji kultur digunakan beberapa media yang disebur media kultur. Media kultur adalah suatu
substansi yang menunjang pertumbuha mikroorganisme.

C. Media kultur dibedakan berdasarkan :

1. Bahan Bakunya
a) Medium alam : Sari buah, nasi dan jagung
b) Medium alamiah dan kimia : PDA (Potato Dextrase Agar)
c) Medium buatan : CDA (Czapeks Dox Agar)
2. Kosistensinya
a) Medium padat : Media yang mengandung agar 15 % sehingga setelah dingin
media tersebut akan memadat.
b) Medium semi padat : Media yang mengandung agar 0,3 0,4 % sehingga bentuknya
kenyal, tidak padat dan tidak begitu cair.
c) Medium cair : Tidak mengandung agar. Misalnya, NB (Nutrient Broth)
3. Komposisinya
a) Medium sintesis : Zat kimianya diketahui jenis dan takaranya. Misanlya; glukosa
agar, MCA (Mac Conkey Agar)
b) Medium semi sintesis : Komposisinya diketahui secara pasti. Misalnya; PDA (Potato
Dextrase Agar) mengandung agar dekstrase dan ekstrak kentang.
c) Medium non sintesis : Komposisinya tidak diketahui secara pasti dan biasanya diekstrak
dari bahan dasarnya. Misalnya; Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar.

4. Fungsi
a) Medium umum : Media universal. Misalnya; NA (Nutrien Agar), MHA (Mueller
Hinton Agar).
b) Media selektif : Hanya media tertentu yang dapat hidup untuk menyeleksi.
Misalnya; SSA (salmonella Shigala Agar)
c) Medium Differensial : Untuk membedakan jenis mikroorganisme satu dengan yang lain.
Misalnya; Blood Agar, MCA (Mac Conkey Agar).
d) Medium diperkaya : Untuk mengaktifkan mikroorganisme yang terhambat
pertumbuhan. Misalnya; Thioglikalat Broth pertumbuhan Salmonella dan Shigella,
Agar Coklat pertumbuhan Corynebacterium Diphteriae.
e) Meduim Penguji : Untuk melihat kemampuan mikroorganisme dala reaksi biokimia.
Misalnya; pada reaksi fermantasinya (dengan glukosa, laktosa, maltosa, sukrosa,
mannitol) untuk menguji fermentasi bakteri, MIO (Motility Indol Ornithin) untuk
mengetahui kemampuan mikroorganisme memecah asam amino triptofan menjadi idol.

17
D. Macam-macam Uji Kultur

1. Plate Culture : Biakan pada medium,biasanya agar atau gelatin pada cawan peti.
2. Pure Culture : Biakan dari sel tunggal, tanpa kehadiran kontaminan apapun.
3. Primary Culture : Biakan sel atau jaringan yang dimulai dari bahan yang diambil dari
organisme.
4. Hanging-drop Culture : Biakan dimana materi yang akan dikembangkan diinokulasi ke dalam
setetes cairan yang yang menempel pada kaca penutup yang kemudian dibalikan kaca
mikroskop yang berongga.
5. Continousflow Culture : Biakan bakteri dalam suatu aliran medium segar yang terus-menerus
untuk mempertahankan pertumbuhan bakteri dalam fase logaritma.
6. Cell Culture : Pertmbuhan sel In Vitro
7. Stab Culture : Biakan diman medium diinokulasi dengan suatu jarum yang ditusukan dalam-
dalam pada substansinya.
8. Slant Culture : Biakan yang dilakukan pada permukaan medium padat yang miring dalma
suatu tabung untuk memperoleh permukaan yang lebih luas untuk pertumbuhan.
9. Type Culture : Biakan spesies mikroorganisme yang biasanya dipertahankan dalam koleksi
pusat biakan jenisnya.
10. Streak Culture : Biakan diman medium diinokulasi dengan menggoreskan kawat nyang
terinfeksi pada medium tersebut
11. Suspension Culture : Biakan diman sel-sel memperbanyak diri bila disuspensikan dalma
medium yang sesuai.

PEWARNAAN

1. Bertujuan mempelajari morfologi, struktur dan sifat-sifat kuman identifikasi kuman


2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pewarnaan :
a) Gelas alas bersih dan bebas lemak
b) Umur biakan 18 24 jam [Mycobacterium tuberculosa , 1 bulan]
c) Kualitas zat warna
d) Tebal tipisnya sediaan, suspensi kuman disebar setipis mungkin sehingga membentuk
lingkaran, dengan ditambahkan garam faal
e) Fiksasi, bertujuan untuk mematikan mikroba dan memudahkan pengikatan zat warna. Fiksasi
dilakukan dengan melewatkan di atas api minimal 3 kali

Jenis-jenis pewarnaan bakteri yang dikenal adalah

a. Pewarnaan negative
b. Pewarnaa sederhana
c. Pewarnaan diferensial
d. Pewarnaan khusus

18
Pewarnaan negative

Suspense kuman dibuat dalam zat warna negrosin/tinta bak dan disebar-ratakan dengan gelas
alas lain (sediaan hapus). Disini bakteri tidak diwarnai dan tampak sebagai benda-benda terang
dengn latar belakang hitam. Pewarnaan ini dipakai untuk jenis bakteri yang sukar diwarnai,
misalkan Spirochaeta (Treponema, Leptospira, dan Borrelia)

Pewarnaan sederhana

Pewarnaan ini hanya menggunakan satu macam zat warna. Misalkan biru metilen, air fukhsin
atau ungu Kristal selama 1-2 menit. Zat warna aniline mudah diserap oleh bakteri.

Pewarnaan diferensial

Pewarnaan diferensial menggunakan lebih dari satu macam zat warna


a. Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangant penting. Ditemukan oleh
Christian Gram pada tahun 1884.
b. Pewarnaan tahan asam, misalken pewarnaan Ziehl Neelsen dan Kinyoung Gabbett, untuk
membedakan kuman yang tahan asam dan tidak tahan asam.

Proses Pewarnaan Gram

1. Fiksasi : untuk mematikan mikroba dan memudahkan pengikatan zat warna


2. Menambahkan Cristal Violet, diamkan 5 menit setelah itu lakukan penyucian.
Untuk gram positive (Staphylococcus aureus) bewarna Ungu,
Untuk gram negative (Escherichia coli) berwarna Ungu.
3. Menambahkan Lugol atau Yodium + Yodida, diamkan selama 5 menit setelah itu
lakukan penyucian
Untuk gram positive (Staphylococcus aureus) bewarna Ungu dan ikatannya
lebih kencang
Untuk gram negative (Escherichia coli) berwarna Ungu.
4. Lakukan penyucian kembali dengan Alkohol 96%
Untuk gram positif (Staphylococcus aureus), denaturasi protein saat pencucian
alkohol protein keras, pori-pori mengeras terbentuk kompleks ungu kristal-
yodium.
Untuk gram negatif (Escherichia coli), lipid larut pada saat pencucian alkohol
pori-pori membesar zat warna larut kuman tidak berwarna.
5. Menambahkan Safarin Red
Untuk gram positive (Staphylococcus aureus) bewarna Ungu.
Untuk gram negative (Escherichia coli) berwarna Merah.
6. Proses akhir perhatikan posisi agar
Untuk gram positif (Staphylococcus aureus) Terdapat sampai pada dasar media
agar.
Untuk gram negative (Escherichia coli) Terdapat pada setengah media agar.

19
Kesimpulan

Bakteri Staphylococcus aureus dapat menebus sampai ke dasar media agar,itu


berarti tanpa udara pun dia dapattumbuh,sedangkan Escherichia coli membutuhkan udara
untuk dapat tumbuh.Itu berarti bakteriS.Aureus memiliki tingkat hidup yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bakteri E.Coli.

Penilaian Hasil Kultur

1. Gram Positive dan Gram negative


Prinsip : Kuman Gram positip akan mengikat zat warna primer [gentian violet] yang tidak
akan dilepas pada saat pencucian alkohol, sehingga kuman akan berwarna UNGU, sedangkan
kuman Gram negatif akan melepaskan zat warna gentian violet pada saat pencucian alkohol, dan
akan mengikat zat warna sekunder [fuksin] sehingga kuman akan berwarna MERAH

Perbedaan sifat antara kuman Gram Positif dan Negatif

Karakteristik Gram Positif Gram Negatip

Dinding sel Lap Peptidoglikan Tebal Tipis

Kadar lipid 1-4 % 11 22%

Resistensi thd alkali [1% KOH tdk larut larut

Kepekaan thd Jodium lebih peka Kurang peka

Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin

Resistensi terhadap tellurit Lebih tahan Lebih peka

Sifat tahan asam ada yang tahan asam tdk ada yg tahan asam

Kepekaan tdd penisilim Lebih peka Kurang peka

Kepekaan thd streptomisin Tidak peka P e ka

Patogen Semua bentuk kokus, kecuali Semua bentuk basil,


Fam Neisseriaceae kecuali Mycobacterium,
Corynebacterium,
Listeria,Bacillus,
Clostridium

Dasar perbedaan :

20
TEORI SALTON : Kadar lipid yang tinggi (20%) di dalam dinding sel kuman Gram negatif [lipid
larut pada saat pencucian alkohol] pori-pori membesar zat warna larut kuman tidak
berwarna

Kuman Gram positif, denaturasi protein saat pencucian alkohol protein keras, pori-pori
mengeras terbentuk kompleks ungu kristal-yodium

TEORI PERMEABILITAS DINDING SEL : Berdasarkan tebal tipisnya lapisan peptidoglikan.


Kuman Gram positip : dinding peptidoglikan tebal permeabilitas kurang komplek
ungu kristal yodium tidak dapat keluar

Kuman Gram Negatif: dinding peptidoglikan tipis permeabilitias sel lebih besar
memungkinkan untuk terlepasnya komplek ungu kristal yod

Pewarnaan tahan asam

Pewarnaa Ziehl Neelsen

Cara pewarnaan:
1. Sediaan kuman diwarnai dengan larutan fukhsin karbol dan dipanasakan dengan api
kecil sehingga keluar asap, biarkan selama 5 menit.
2. Sediaan dicuci dengan air dan dimasukkan dalam larutan H2SO4 5% selama 2 detik.
Untuk kuman M. leprae digunakan larutan H2SO4 1%
3. Kemudian dicuci dengen alcohol 60% sehingga tidak ada warna merah mengalir.
4. Sediaan dicuci dengan air dan diwarnai dengan larutan biru metilen selama 1-2 menit,
dicuci dengan air dan dikeringkan.

Hasil dapat dibaca sebagai berikut:


Kuman tahan asam berwarna merah
Bukan kuman tahan asam berwarna biru

Sesudah pencucian dengan asam-alkohol bakteri tahan asam mempertahankan warna


merahnya, sedangkan bakteri tidak tahan asam melepaskan warna ini dan menjadi tidak
berwarna.
Sifat asam ini disebabkan karena adanya asam mikolat yang terkait dalam dinding sel.
Dinding sel bakteri tahan asam terdiri dari dinding peptidoglikan, arabinogalaktan, dan lipid,
sedangkan 50% dari lipid ini adalah asam mikolat.

Pewarnaan Kinyoun-Gabbett atau Tan Thiam Hok

Cara pewarnaan:
1. Sediaan kuman diwarnai dengan larutan Kinyoun selama 3 menit dan dicuci dengan air.
2. Sediaan diwarnai dengan larutan Gabbett selama 1 menit, dicuci dengan air dan
dikeringkan.

21
Ditemukan bakteri taha asam dalam sputum penderita sering sekali dihubungkan
dengna penyakit tuberkolosis. Sebenarnya hasil ini hanya menunjukan adanya bakteri
tahan asam dan bakteri yang ditemukan ini mungkin juga bukan bakteri tuberkolosis.

Pewarnaan Khusus (Special Staining)

Pewarnaan ini dipakai untuk mewarnai bagian-bagian sel bakteri atau bakteri tertentu yang
sukar diwarnai dengan pewarnaan biasa.
Misalkan:
Flagel dengan,
Pewarnaan Gray. Disini diperlukan pemantek (mordant) yang meningkatkan afinitas flagel
terhadap zat warna dan memperbesar diameter flagel. Suspense koloidal garam asam tanat
menyebabkan terjadinya presipitat pada dinding sel dan flagel. Badan bakteri dan flagel
membesar sehingga mudah terlihat dengan mikroskop biasa setelah diwarnai dengan karbol
fukhsin.
Pewarnaan Novel
Pewarnaa Zettnow
Pewarnaa Fontana-Tribondeau
Ketiga pewarnaan diatas menggunakan impregnasi dengan Ag.
Simpai,
Pewarnaan Muir; simpai berwarna biru dan bakteri berwarna merah
Pewarnaan Hiss; simpai berwarna ungu muda dan bakteri berwarna ungu tua
Pewarnaan Gins Burri; suatu kombinasi pewarnaan negative dan pewarnaan sederhana,
misalkan karbol fukhsin. Simpai tidak diwarnai dan terlihat sebagai bulatan-bulatan terang
dengan latar belakang gelap, sedangkan badan bakteri berwarna merah. Simpai bakteri
mudah ditembus warna, tetapi sukar mengikat warna.

Spora,
Pewarnaan Klien; spora kuman berwarna merah dan badan bakteri berwarna biru. Dinding
spora yang tebal memerlukan pemanasan, agar pori-pori membesar dan zat warna dapat
masuk.

Inti dengan pewarnaa Fuelgen

Difteri dengan pewarnaan Neisser untuk melihat granula Babes-Ernst

Spirokhaeta dengan pewarnaan Becker-Krantz dan pewarnaan Fontana Tribondeau.

Resistensi kuman terhadap obat antimikroba/antibiotika

Mekanisme yang menyebabkan suatu populasi kuman menjadi resisten terhadap antibiotika
yaitu:

22
1. Mikroorganisme memproduksi enzim yang merusak daya kerja obat.
Contohnya pada staphylococcus yang memproduksi enzim beta laktamase yang memecah
cincin beta laktam dari penisilin, sehingga penisilin tidak aktif.

2. Mikroorganisme mengubah permeabilitasnya terhadap obat.


Contohnya pada streptococcus yang memiliki pertahanan alami terhadap obat golongan
aminoglikosida.

3. Mikroorganisme menyebabkan perubahan target struktural untuk obat.


Contohnya pada obat golongan aminoglikosida yang membunuh kuman karena merusak
sistem ribosom subunit 30S. Bila target kerja obat ini pada ribosom 30S berubah, maka
kuman tidak akan sensitif terhadap obat ini.

4. Mikroorganisme menyebabkan perubahan jalur metabolik yang menjadi target obat.


Contohnya pada bakteri yang resisten terhadap sulfonamid tidak memerlukan PABA
ekstraseluler, tetapi dapat menggunakan asam folat, sehingga sulfonamid yang berkompetisi
dengan PABA tidak akan mempengaruhi metabolisme sel bakteri.
5. Mikroorganisme menyebabkan perubahan enzimatik sehingga kuman meskipun masih dapat
hidup dengan baik tapi kurang sensitif terhadap antibiotik.
Contohnya pada bakteri yang resisten terhadap trimetoprim, asam dihidrofolat reduktase
dihambat kurang efisien daripada pada bakteri yang rentan terhadap trimetoprim.

Asal resistensi obat

1. Asal nongenetik resistensi obat


Hampir semua obat antibiotik bekerja optimal pada masa aktif pembelahan kuman,
sehingga populasi kuman yang tidak berada dalam fase pembelahan umumnya relatif
resisten terhadap obat. Contohnya kuman TBC yang tinggal dalam jaringan dan tidak
membelah aktif karena adanya mekanisme pertahanan badan, yang berarti akan
resisten terhadap obat.
Mikroorganisme dapat kehilangan struktur target spesifik suatu obat sehingga menjadi
resisten terhadap obat tersebut. Contohnya suatu organisme yang sifat aslinya rentan
terhadap penisilin dapat berubah menjadi bentuk L yang tidak memiliki dinding sel,
sehingga tidak rentan terhadap penisilin, karena penisilin hanya akan bekerja merusak
dinding sel bakteri.
Mikroorganisme dapat menginfeksi tubuh di tempat kerja obat tidak aktif atau
ditiadakan. Contohnya gentasimin tidak efektif untuk mengobati demam enterik
salmonella karena salmonella terdapat di intraseluler, dimana gentasimin tidak dapat
masuk ke dalam sel.
2. Asal genetik resistensi obat
a) Resistensi kromosom
Resistensi ini terjadi sebagai akibat mutasi spontan pada gen yang mengontrol
kerentanan terhadap obat tertentu. Mutasi ini paling sering melalui perubahan reseptor
struktural untuk suatu obat. Contohnya pada protein P12 pada subunit 30S ribosom
bakteri, yang merupakan reseptor dari antibiotik streptomisin. Mutasi pada gen yang

23
mengontrol struktur protein P12 tersebut akan menyebabkan bakteri menjadi resisten
terhadap streptomisin.
b) Resistensi ekstrakromosom
Bakteri sering mengandung unsur genetik ekstrakromosom yang disebut plasmid.
Beberapa plasmid membawa gen untuk resistensi terhadap obat-obatan antimikroba.
Gen plasmid untuk resistensi antimikroba sering mengontrol enzim yang mampu
merusak daya kerja obat.

Resistensi Silang

Mikroorganisme yang resisten terhadap suatu obat tertentu dapat pula resisten terhadap
obat lain yang memiliki mekanisme kerja yang sama. Hubungan tersebut terdapat di agen-agen yang
secara kimia terkait (misalnya pada obat-obat yang termasuk golongan aminoglikosida) atau yang
memiliki cara kerja yang sama (misalnya makrolid dan linkomisin). Pada golongan obat tertentu, inti
aktif senyawa kimia memiliki kesamaan di antara banyak congener (misalnya tetrasiklin) sehingga
memungkinkan terjadi resistensi silang yang luas.

Pembatasan resistensi obat

Timbulnya resistensi obat dapat diminimalisasi dengan cara-cara berikut:

Dengan mempertahankan kadar obat yang cukup tinggi dalam jaringan untuk menghambat
populasi asli maupun mutan yang pertama.
Dengan memberikan sekaligus dua obat yang tidak memberikan resistensi silang, dan
masing-masing saling menghambat timbulnya mutan yang resistan terhadap obat lain.
Dengan mencegah pajanan mikroorganisme ke obat tertentu yang sangat berguna dengan
membatasi penggunaannya, terutama di rumah sakit.

Resistensi kuman terhadap obat antimikroba/antibiotika

Mekanisme yang menyebabkan suatu populasi kuman menjadi resisten terhadap antibiotika yaitu:

6. Mikroorganisme memproduksi enzim yang merusak daya kerja obat.


Contohnya pada staphylococcus yang memproduksi enzim beta laktamase yang memecah
cincin beta laktam dari penisilin, sehingga penisilin tidak aktif.
7. Mikroorganisme mengubah permeabilitasnya terhadap obat.
Contohnya pada streptococcus yang memiliki pertahanan alami terhadap obat golongan
aminoglikosida.
8. Mikroorganisme menyebabkan perubahan target struktural untuk obat.

24
Contohnya pada obat golongan aminoglikosida yang membunuh kuman karena merusak
sistem ribosom subunit 30S. Bila target kerja obat ini pada ribosom 30S berubah, maka
kuman tidak akan sensitif terhadap obat ini.
9. Mikroorganisme menyebabkan perubahan jalur metabolik yang menjadi target obat.
Contohnya pada bakteri yang resisten terhadap sulfonamid tidak memerlukan PABA
ekstraseluler, tetapi dapat menggunakan asam folat, sehingga sulfonamid yang berkompetisi
dengan PABA tidak akan mempengaruhi metabolisme sel bakteri.
10. Mikroorganisme menyebabkan perubahan enzimatik sehingga kuman meskipun masih dapat
hidup dengan baik tapi kurang sensitif terhadap antibiotik.
Contohnya pada bakteri yang resisten terhadap trimetoprim, asam dihidrofolat reduktase
dihambat kurang efisien daripada pada bakteri yang rentan terhadap trimetoprim.

Asal resistensi obat

3. Asal nongenetik resistensi obat


Hampir semua obat antibiotik bekerja optimal pada masa aktif pembelahan kuman,
sehingga populasi kuman yang tidak berada dalam fase pembelahan umumnya relatif
resisten terhadap obat. Contohnya kuman TBC yang tinggal dalam jaringan dan tidak
membelah aktif karena adanya mekanisme pertahanan badan, yang berarti akan
resisten terhadap obat.
Mikroorganisme dapat kehilangan struktur target spesifik suatu obat sehingga menjadi
resisten terhadap obat tersebut. Contohnya suatu organisme yang sifat aslinya rentan
terhadap penisilin dapat berubah menjadi bentuk L yang tidak memiliki dinding sel,
sehingga tidak rentan terhadap penisilin, karena penisilin hanya akan bekerja merusak
dinding sel bakteri.
Mikroorganisme dapat menginfeksi tubuh di tempat kerja obat tidak aktif atau
ditiadakan. Contohnya gentasimin tidak efektif untuk mengobati demam enterik
salmonella karena salmonella terdapat di intraseluler, dimana gentasimin tidak dapat
masuk ke dalam sel.
4. Asal genetik resistensi obat
c) Resistensi kromosom
Resistensi ini terjadi sebagai akibat mutasi spontan pada gen yang mengontrol
kerentanan terhadap obat tertentu. Mutasi ini paling sering melalui perubahan reseptor
struktural untuk suatu obat. Contohnya pada protein P12 pada subunit 30S ribosom
bakteri, yang merupakan reseptor dari antibiotik streptomisin. Mutasi pada gen yang
mengontrol struktur protein P12 tersebut akan menyebabkan bakteri menjadi resisten
terhadap streptomisin.
d) Resistensi ekstrakromosom
Bakteri sering mengandung unsur genetik ekstrakromosom yang disebut plasmid.
Beberapa plasmid membawa gen untuk resistensi terhadap obat-obatan antimikroba.
Gen plasmid untuk resistensi antimikroba sering mengontrol enzim yang mampu
merusak daya kerja obat.

25
Resistensi Silang

Mikroorganisme yang resisten terhadap suatu obat tertentu dapat pula resisten terhadap obat lain
yang memiliki mekanisme kerja yang sama. Hubungan tersebut terdapat di agen-agen yang secara
kimia terkait (misalnya pada obat-obat yang termasuk golongan aminoglikosida) atau yang memiliki
cara kerja yang sama (misalnya makrolid dan linkomisin). Pada golongan obat tertentu, inti aktif
senyawa kimia memiliki kesamaan di antara banyak congener (misalnya tetrasiklin) sehingga
memungkinkan terjadi resistensi silang yang luas.

Pembatasan resistensi obat

Timbulnya resistensi obat dapat diminimalisasi dengan cara-cara berikut:

Dengan mempertahankan kadar obat yang cukup tinggi dalam jaringan untuk menghambat populasi
asli maupun mutan yang pertama.

Dengan memberikan sekaligus dua obat yang tidak memberikan resistensi silang, dan masing-masing
saling menghambat timbulnya mutan yang resistan terhadap obat lain.Dengan mencegah pajanan
mikroorganisme ke obat tertentu yang sangat berguna dengan membatasi penggunaannya,
terutama di rumah sakit.

RESISTENSI dan TES SENSITIVITAS

Bakteri merupakan organisme hidup bersel satu. Bakteri dapat ditemukan di mana saja &
sebagian besar tidak menimbulkan bahaya atau malah menguntungkan seperti misalnya
Lactobacillus, yaitu bakteri yang hidup di usus halus & membantu untuk mencerna makanan. Tetapi
ada juga bakteri yang berbahaya & menimbulkan penyakit karena menyerang tubuh, berkembang
biak & mengganggu fungsi normal tubuh. Antibiotika efektif untuk melawan bakteri karena dapat
membunuh organisme tersebut serta menghambat pertumbuhan ataupun reproduksi bakteri.

Resistensi muncul jika organisme yang sebelumnya rentan tidak lagi terhambat oleh
antibiotic pada kadar yang dapat dicapai dengan aman secara klinis. Hal ini terjadi karena pool gen
bakteri mengalami perubahan, difasilitasi oleh pembelahan selnya yang cepat dan genom haploid.
Penggunaan antibiotic memungkinkan kelangsungan hidup dan replikasi organisme yang secara
tidak sengaja telah mengembangkan mekanisme untuk menghindari destruksi.

Resistensi antibiotika sendiri adalah kemampuan dari bakteri atau mikroorganisme lain
untuk menahan efek antibiotika. Resistensi antibiotika terjadi ketika bakteri dapat merubah diri
sedemikian rupa hingga dapat mengurangi efektifitas dari suatu obat, bahan kimia ataupun zat lain
yang sebelumnya dimaksudkan untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit infeksi. Akibatnya
bakeri tersebut tetap dapat bertahan hidup & bereproduksi sehingga makin membahayakan.

Bakteri tersebut dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu jenis antibiotika
tertentu, sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit tersebut. Kesalahpahaman yang

26
sering terjadi di masyarakat adanya anggapan bahwa yang resisten terhadap obat tertentu adalah
tubuh orang, padahal sebenarnya bakteri yang ada di dalam tubuh tersebutlah yang menjadi
resisten terhadap pengobatan, bukan tubuhnya.
Bahaya resistensi antibiotika merupakan salah satu masalah yang dapat mengancam kesehatan
masyarakat. Hampir semua jenis bakteri saat ini menjadi lebih kuat & kurang responsif terhadap
pengobatan antibiotika. Bakteri yang telah mengalami resistensi terhadap antibiotika ini dapat
menyebar ke anggota keluarga, teman ataupun tetangga lain sehingga mengancam masyarakat akan
hadirnya jenis penyakit infeksi baru yang lebih sulit untuk diobati & lebih mahal juga biaya
pengobatannya.

Penggunaan antibiotika mendorong perkembangan bakteri yang resistensi. Setiap seseorang


menggunakan antibiotika, maka bakteri yang sensitif akan terbunuh tetapi bakteri yang resisten
akan tetap ada, tumbuh & bereproduksi. Penyebab utama meningkatnya bakteri yang resisten
adalah penggunaan antibiotika secara berulang & tidak sesuai range terapi. Kunci untuk
mengontrol penyebaran bakteri yang resisten ini adalah penggunaan antibiotika secara tepat &
sesuai range terapi (takaran, frekuensi dan lama penggunaan obat).

MEKANISME RESISTENSI

1. Modifikasi antibiotic
a. Inaktivasi Enzim: salah satu resistensi yang paling umum terjadi pada saat organisme
secara spontan memproduksi enzim yang mendegradasi antibiotic.
b. Penambahan Enzim: bakteri dapat mengekspresikan enzim yang dapat menambahkan
suatu gugus kimia ke dalam antibiotic, sehingga menghambat aktivitas antibiotic
tersebut.
2. Impermeabilitas
Beberapa bakteri secara alami resisten terhadap antibiotic karena envelope selnya
impermeable terhadap antibiotic tertentu. Contohnya, organisme gram negative terutama
Pseudomonas spp., bersifat impermeable terhadap beberapa antibiotic -laktam.
3. Mekanisme efluks
Bakteri contohnya E. colli, dapat menjadi resisten terhadap tetrasiklin dengan adanya
protein membrane dalam yang secara aktif memompa antibiotic keluar dari sel.
4. Jalur alternative
Mekanisme lainnya yang sering ditemukan adalah bakteri membuat suatu jalur alternative
untuk menghindari blockade metabolisme akibat antibiotic.
5. Perubahan lokasi target
Rifampisin bekerja dengan menghambat subunit dari RNA polymerase. Resistensi terjadi
saat gen RNA polymerase mengalami perubahan akibat mutasi titik, insersi, atau delesi. RNA
polymerase yang baru tidak dihambat oleh rifampisin sehingga muncul resisten.

TES SENSITIVITAS

Test Sensitivitas bertujuan untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk
kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis. Dan mengetahui adanya
resistensi terhadap berbagai macam antibiotik.

Pada pemeriksaan Sensitivitas dapat dikerjakan antara lain :

27
A. Dilusi cair / Dilusi Padat
Prinsipnya : antibiotik diencerkan hingga diperoleh beberapa konsentrasi
Pada dilusi cair masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman dalam media.
Pada Dilusi padat pada tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar lalu ditanami kuman.

B. Difusi
Media : Agar Mueller Hinton. Pada metode ini ada beberapa cara :
1. Cara Kirby Bauer

Diambil beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar. Disuspensikan dalam
0,5 ml BHI cair kemudian diinkubasi selama 5-8 jam pada 37 C.
Suspensi diatas ditambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar
konsentrasi kuman 108 CFU per ml.
Kapas lidi steril dicelupkan kedalam suspensi kuman, lalu ditekan-tekan pada dinding tabung
hingga kapas tidak terlalu basah. Kemudian dioleskan pada permukaan media hingga
merata.
Diletakkan Disk (cakram kertas saring) yang mengandung antibiotik diatasnya inkubasi 37 C
selama 19-24 jam.

Pembacaan Hasil :
1. Zone Radikal : suatu daerah disekitar disk dimana sama sekali tidak diketemukan adanya
pertumbuhan bakteri. Potensi antibiotik diukur dengan mengukur diameter dari zone radikal.
2. Zone Irradikal : suatu daerah disekitar disk menunjukkan pertumbuhan bakteri dihambat oleh
antibiotik tersebut, tetapi tidak dimatikan. Disini terlihat adanya pertumbuhan yang kurang subur
dibandingkan dengan daerah luar pengaruh antibiotik tersebut.

2. Cara Sumuran

Diambil beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar. Disuspensikan dalam
0,5 ml BHI cair kemudian diinkubasi selama 5-8 jam pada 37 C.
Suspensi diatas ditambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar
konsentrasi kuman 108 CFU per ml.
Kapas lidi steril dicelupkan kedalam suspensi kuman, lalu ditekan-tekan pada dinding tabung
hingga kapas tidak terlalu basah. Kemudian dioleskan pada permukaan media hingga
merata.
Pada agar tersebut dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu sesuai dengan kebutuhan.
Kedalam sumuran diteteskan larutan antibiotik yang digunakan, inkubasi 37O C selama 18-
24 jam. Pembacaan sama seperti diatas.

3. Cara Pour Plate

Diambil beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar. Disuspensikan dalam
0,5 ml BHI cair kemudian diinkubasi selama 5-8 jam pada 37 C.
Suspensi diatas ditambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar
konsentrasi kuman 108 CFU per ml.

28
Dengan menggunakan ose khusus, ambillah satu mata ose dan masukkan dalam 4 ml agar
Base 1,5 % yang mempunyai temperatur 50 C.
Setelah suspensi kuman dibuat homogen, tuang pada media Mueller Hinton agar.
Tunggulah sementara sampai agar membeku, letakkan disk antibiotik.
Inkubasi 15-20 jam pada temperatur 37 C.
Dibaca sesuai standart masing-masing antibiotik.

Catatan :

1. Perbenihan Agar Mueller Hinton tanpa suplemen atau Agar DST Oxoid.
2. Untuk Streptococcus / kuman lain yang memerlukan darah dapat ditambahkan 5 % darah
kambing, kuda, sapi, atau kelinci tanpa fibrin.
3. Ketebalan agar 4 mm dipergunakan dalam 4 hari.
4. Biakan kuman yang akan diperiksa dibuat dengan menanamkan 5 koloni kuman dalam 4 ml
perbenihan cair (mis : TSB).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zone hambatan :

1. Kekeruhan suspensi bakteri : kurang keruh : diameter zone lebih lebar dan jika lebih keruh :
Diameter zone makin sempit sehingga R dilaporkan S atau sebaliknya.
2. Waktu pengeringan / peresapan suspensi bakteri ke dalam MH agar. Tidak boleh melebihi
batas waktu karena dapat mempersempit diameter zone hambatan sehingga S jadi R.
3. Temperatur inkubasi -> Pertumbuhan optimal : 35 C bila <> 35O C ada bakteri yang kurang
subur pertumbuhannya dan ada obat yang difusinya kurang baik. yaitu :
4. Waktu inkubasi, Waktu : 16 18 jam, Bila <>. Lebih 18 jam maka pertumbuhan lebih
sempurna sehingga zone makin sempit.
5. Ketebalan agar : Ketebalan 4 mm, bila kurang maka difusi obat lebih cepat dan bila lebih
maka difusi obat lambat.
6. Jarak antar disk obat : Jarak cakram : 3 cm dan 2 cm dari pinggir petridish dengan diameter
9-10 cm paling banyak 7 disk obat. Petridish dengan diameter 15 cm untuk 9 disk.
7. Potensi disk obat : Tiap jenis obat mempunyai diameter disk yang sama tetapi potensinya
berbeda. Yang harus diperhatikan : Cara penyimpanan : obat yang labil seperti penisillin dll
disimpan pada suhu 4O C. ED nya dan setiap disk obat baru diterima harus dicek dengan
kontrol strain.
8. Komposisi media : Sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri, difusi obat,
kativitas obat tersebut.

Quality Control :
Yang dimaksud : Upaya-upaya yang dilakukan untuk menetralisir faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap diameter zone hambatan. Mengecek mutu media, disk obat dengan menggunakan bakteri
standard :
* Staphylococcus aureus ATCC 25923
* E. Coli ATCC 25922
* Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

29
Flora mikroba normal tubuh manusia
Istilah flora mikroba normal menunjukan populasi mikroorganisme yang hidup dikulit dan
membrane mukosa orang normal yang sehat. Kulit dan membrane mukosa orang selalu
mengandung mikroorganisme yang dapat tersusun menjadi dua kelompok:

1. Flora residen yaitu jenis mikroorganisme yang relative tetap dan secara teratur ditemukan di
daerah tertentu pada usia tertentu, jika terganggu, flora tersebut secara akan hidup kembali
dengan sendirinya.
2. Flora transien yaitu jenis mikroorganisme yang non pathogen atau secara potensial bersifat
pathogen yang menempati kulit atau membrane mukosa selama beberapa jam, hari, atau
minggu berasal dari lingkungan, tidak menyebabkan penyakit dan tidak menghidupkan
dirinya sendiri secara permanen dipermukaan.

Anggota flora transien secara umum memiliki makna yang kecil selama flora residen normal tetap
utuh. Namun, apabila flora residen terganggu, mikroorganisme transien dapat berkoloni,
berproliferasi, dan menyebabkan penyakit.

Mikroorganisme yang secara konstan ada dipermukaan tubuh bersifat komensal.


Pertumbuhannya didaerah tertentu tergantung pada faktor-faktor fisiologi yaitu

Temperature
Kelembaban
Adanya zat gizi
Inhibitor tertentu

Tetapi sebenarnya mikroorganisme yang terdapat pada tubuh manusia tak dapat digolongkan
dengan tegas apakah dia komensal atau pathogen bagi manusia tersebut. Flora dalam tubuh
manusia dapat menetap atau transient. Mikroba normal yang menetap tersebut dapat dikatakan
tidak menyebabkan penyakit dan mungkin menguntungkan bila ia berada dilokasi yang semestinya
dan tanpa adanya keadaan abnormal. Mereka dapat menyebabkan penyakit karena keadaan
tertentu berada ditempat yang tidak semestinya atau bila ada factor predisposisi. Sebagai contoh
adalah streptococcus viridians, bakteri yang tersering ditemukan didalam saluran nafas atas, bila
masuk ke aliran darah ekstraksi gigi atau tonsilektomi ( pencabutan gigi ) dapat sampai ke katup
jantung yang abnormal dan mengakibatkan subacute bacterial endocarditis.

Bila daya tahan tubuh hospes menurun , organisme yang dalam keadaan biasa tidak pathogen dapat
menimbulkan penyakit. Keadaan ini dinamakan oportunisme dan organismenya disebut oportunis.

Flora residen didaerah tertentu memainkan peran yang nyata dalam mempertahankan kesehatan
dan fungsi normal. Sebagai contoh anggota flora residen dalam saluran cerna berperan dalam
sintesis vit. K dan membantu absorpsi zat makanan. Pada mukosa dan kulit flora residen mencegah
kolonisasi bakteri pathogen melalui interferensi bakteri. Mekanisme gangguan (interferensi) bakteri
tidak jelas. Mekanisme tersebut meliputi kompetisi terhadap reseptor atau tempat pengikatan pada
sel pejamu, kompetisi mendapatkan zat makanan, saling menghambat oleh hasil metabolic atau
toksik, saling menghambat oleh bahan antibiotic atau bakteriosin, atau mekanisme lain. Supresi flora
normal secara jelas menyebabkan kekosongan local parsial yang cenderung diisi oleh organisme dari
lingkungan atau dari bagian tubuh lain. Organisme tersebut dapat besifat oportunistik dan dapat
menjadi pathogen.

30
Flora bakteri normal

Flora normal kulit

Karena pajanan yang terus menerus dan adanya kontak dengan lingkungan, kulit
sangat mudah mengandung mikroorganisme transien. Namun demikian, terdapat flora
residen yang konstan dan jelas yang mengalami modifikasi di area anatomi berbeda oleh
sekresi, kebiasaan mengenakan pakaian, atau jaraknya yang dekat dari membrane mukosa
(mulut,hidung, area perineal).

Mikroorganisme residen terbanyak dikulit adalah

bacilus difteroid aerob dan anaerob yaitu corynebacterium, propionibacterium


staphylococcus aerob dan anaerob yaitu staphylococcus epidermidis , kadang-
kadang S aureus dan species peptostreptococcus)
streptococcus alfa hemolitik ( streptococcus viridians )
enterococcus (species enterococcus)
Bacillus coliformis gram negative dan asinetobacter.

Diantara factor-faktor yang mungkin penting dalam mengeliminasi mikroorganisme nonresident dari
kulit adalah PH rendah, asam lemak dalam sekresi sebasea, adanya lisozim. Berkeringat banyak,
mencuci maupun mandi tidak dapat mengeliminasi atau memodifikasi flora residen normal secara
signifikan. Jumlah mikroorganisme superficial dapat berkurang dengan menggosok secara kuat
setiap hari menggunakan sabun yang mengandung heksaklorofen atau disinfektan lain tetapi flora
secara cepat dapat timbul lagi dari kelenjar sebasea dan keringat bahkan ketika kontak dengan area
kulit lain atau lingkungan benar-benar ditiadakan. Bakteri anaerob dan aerob sering bergabung
membentuk infeksi sinergetik (gangrene, fasiitis, nekrotikans, selulitis) pada kulit dan jaringan lunak.

Flora normal saluran pernapasan dan mulut

Flora hidung terdiri dari

Corynebacterium
Staphylococcus
Yaitu staphylococcus epidermidis, staphylococcus aureus
Streptococcus yang menonjol

Membrane mukosa mulut dan faring sering steril saat lahir tetapi dapat terkontaminasi saat
melewati jalan lahir. Dalam 4-12 jam setelah lahir, streptococcus viridans dapat ditemukan sebagai
anggota flora residen yang paling menonjol dan tetap demikian seumur hidup. Organisme tersebut
kemungkinan berasal dari saluran pernapasan ibu dan orang yang hadir pada saat persalinan. Pada
awal kehidupan, staphylococcus aerob dan anaerob, diplococcus gram negative (neisseria, moraxella
catarrhalis), difteroid, dan kadang-kadang lactobacillus juga ditambahkan. Mulut kaya
mikroorganisme, staphylococcus epidermidis, staphylococcus aureus, beberapa mikroba berpigmen
dan staphylococcus yang bersifat anaerob ditemukan dipermukaan gigi dan saliva. Ketika gigi mulai
erupsi, spiroketa anaerob , species provotella (terutama P melaninogenica), species fusobacterium,
species rothia gtumbuh dengan sendirinya bersama dengan vibrio anaerob dan Lactobacilus. Species
aktinomices secara normal terdapat dalam jaringan tonsilar dan gingival orang dewasa. Difaring dan
trakea , flora serupa tumbuh sendiri. Sedangkan beberapa bakteri ditemukan dalam bronkus normal.
Organisme yang dominan dalam saluran pernapasan atas, terutama faring adalah neisseria dan

31
streptococcus alfa hemolitik, dan non hemolitik. Staphylococcus, difteroid, pneumococcus juga
ditemukan. Pemusnahan flora normal faring dengan penicillin dosis tinggi dapat menyebabkan over
growth pada bakteri gram negative seperti Escherichia coli, Klebsiella,proteus,pseudomonas atau
jamur.

Bakteri yang mengandung mikroorganisme adalah mulut, nasofaring, tonsil. Sedangkan laring,
bronkus, bronkiolus, alveolus dan sinus hidung biasanya steril.

Flora normal saluran cerna

Saat lahir usus steril, tetapi organisme segera masuk bersama makanan. Pada anak yang mendapat
ASI, usus mengandung banyak streptococcus asam laktat dan Lactobacillus. Organisme aerob dan
anaerob gram positif , nonmotil ini (misalnya species bifidobakterium) menghasilkan asam dari
karbohidrat dan menoleransi PH 5. Pada anak yang minum susu formula, lebih banyak flora
campuran terdapat dalam usus dan lactobacillus lebih sedikit. Seiring berkembangnya pola makan
menuju pola dewasa, flora usus berubah. Diet mempunyai pengaruh yang nyata dalam komposisi
relative flora usus dan feces. Pada orang dewasa normal, esophagus mengandung mikroorganisme
yang masuk bersama saliva dan makanan. Keasaman dilambung menjaga jumlah mikroorganisme
pada angka minimum kecuali jika terjadi obstruksi dipilorus yang menyebabkan proliferasi coccus
dan bacillus gram positif. Seiring pH isi usus menjadi basa, flora residen secara bertahap meningkat.
Dalam usus bagian atas, lactobacillus dan enterococcus yang menonjol, tetapi di ileum bawah dan
sekum , flora seperti yang ada di feces. Bakteri usus penting dalam sisntesis vit. K, konversi pigmen
empedu, absorpsi nutrient dan pemecahan produk, serta antagonis mikroba pathogen.
Mikroorganisme Yang terdapat dikolon adalah clostridium, bacteroids, streptococcus, lactobacillus.
flora feces adalah bakteri anaerob obligat.

Flora normal urogenital

Mikroorganisme dapat ditemukan digenitalia eksterna, uretra anterior dan vagina, sedang dibagian
lain umumnya tidak terdapat mikroorganisme yang menetap. Di orifisium uretra wanita dan pria
yang tidak disirkumsisi sering dijumpai Mycobacterium smegmatis. Dijumpai pula difteroid,
streptococcus non hemolitik dan staphylococcus epidermidis. Khususnya pada wanita terdapat
bacteria doderlein, suatu Lactobacillus anaerob. Flora normal pada vulva wanita amat dipengaruhi
oleh kondisi normalnya. Vulva neonatus steril sampai 24 jam kehidupan. Setelah itu berkembang
organism nono pathogen seperti difteroid, micrococcus dan streptococcus non hemolitik. Setelah 2-
3 hari, estrogen ibu mmenginduksi deposit glikogen diepitel vagina dan meningkat pertumbuhan
lactobacillus. Setelah estrogen menurun, lactobacillus menghilang dan pH menjadi basa. Pada
pubertas Lactobacillus muncul kembali, dan terdapat flora yang terdiri atas difteroid, Lactobacillus,
Micrococcus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus,Faecalis, Streptococcus mikroaerofilik dan
anaerob,Ureaplasma dan yeast.

Haemophilus Vaginalis dan Chlmydia biasanya berhubungan dengan vaginitis simtomatis. Pada
wanita hamil 15 20 % dijumpai streptoccus group B ( Streptoccus agalactica ) ,Flora pada massa
postmenoupouse menyerupai masa prepuberitas.

32
33

You might also like