You are on page 1of 11

Nama : Ashari Fathul Amry

NIM : 1508036019

Kelas : Kimia-5

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UIN WALISONGO SEMARANG
Ujian Tengah Semester GASAL 2017/2018
Mata Kuliah : Ilmu Tauhid
Soal:
1. Jelaskan arti dan makna Tauhid dan Ilmu Tauhid, manfaat mempelajarinya.
2. Jelaskan pengertian iman menurut bahasa dan istilah, apakah iman bisa bertambah atau
berkurang, apa saja yang menjadi penyebab bertambah atau berkurangnya iman.
3. Apa yang saudara ketahui tentang Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid
Asma dan Sifat. Jelaskan dengan dalil naqlinya.
4. Dalam ajaran Islam, dikenal istilah Iman, Islam dan Ihsan. Coba jelaskan pengertian
dan maknanya disertai dalil naqlinya. Jelaskan keterkaitan dari ketiganya.
5. Persoalan Iman adalah Persoalan Pribadi dan tidak ada keterkaitan dengan masalah-
masalah sosial dan Kemanusiaan. Setujukah dengan pernyataan tersebut. Mengapa,
jelaskan pendapat anda dikaitkan dengan cabang-cabang iman.
6. Jelaskan apa saja yang menjadi pembatal iman, disertai dalil naqli.
7. Apa yang dimaksud dengan syirik akbar dan syirik ashghar, jelaskan disertai dalil
naqli.
8. Dari rukun Iman yang enam, Iman kepada Allah adalah yang amat fondamental dan
penting. Jelaskan.
9. Jelaskan hikmah iman kepada hari akhir dalam kehidupan sehari hari.
Jawaban :


1. Tauhid secara bahasa merupakan mashdar (kata dasar) dari fiil (kata kerja) : ( -


)
yang artinya menjadikan sesuatu menjadi satu atau tunggal.

Sedangkan secara istilah, makna tauhid adalah mengesakan Allah Subhanahu wa


Taala dengan apa-apa yang menjadi kekhususan bagiNya baik itu dalam
masalah rububiyyah, uluhiyyah ataupun asma wa sifat.
Sedangkan Ilmu Tauhid sendiri artinya ialah percaya kepada Tuhan Yang Maha
Esa (Meng-Esakan Allah) dan tidak ada sekutunya. Dinamakan ilmu tauhid karena
tujuannya ialah menetapkan ke Esaan Allah dalam zat dan perbuatanNya dalam
menjadikan alam semesta dan hanya Allah- lah yang menjadi tempat tujuan terakhir
alam ini.
Manfaat mempelajari Ilmu Tauhid diantaanya :
a. Tidak menyekutukan Tuhan
Artinya Ilmu tauhid mengajarkan bahwa Allah SWT esa. Esa adalah
satu tunggal dan tidak ada lagi saingan yang dapat menandingi
keEsaa Tuhan. Dalam islam menyekutukan Tuhan termasuk salah
satu dosa besar yang dilakukan oleh seorang hamba yang disebut
dengan syirik. Dan dosa dari menyekutukan Tuhan dengan benda-
benda lainnya adalah neraka. Ilmu tauhid memberitahukan bahwa
sebagai hamba tidak di izinkan untuk menyekutukan Tuhan dengan
hal apapun karena itu termasuk perbuatan yang tercela.
b. Sebagai pedoman hidup
Dalam islam diajarkan bahwa segala hal yan dimiliki di dunia
merupakan anugerah dari Allah bagi sebagian hambanya. Jadi
kesalahan besar jika kita menganggap bahwa apa yang kita dapat
adalah miliki kita seutuhnya. Ilmu tauhid adalah ilmu yang
mengarahkan manusia untuk tetap melakukan perbuatan yang baik
dalam menjalankan perannya sebagai hamba dan juga sebagai
makhluk ciptaan Tuhan.
c. Nasehat untuk diri sendiri
Mengajak seseorang untuk berlaku baik maka otomatis pahalanya
juga akan mengalir pada kita selama menjalankannya karena niat
sebab Allah SW. Dan manfaat dari nasehat untuk diri sendiri ini
merupakan manfaat agung yang terdapat dalam ajaran ilmu tauhid.
d. Mengajarkan kebaikan kepada sesama

2. Iman menurut bahasa berarti percaya. Sedangkan menurut istilah berarti membenarkan
secara dengan hati, lalu diungkapkan dengan kata-kata, dan diapikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

3. Tauhid Rububiyah adalah suatu kepercayaan bahwa yang menciptakan alam dunia
beserta isinya ini hanyalah Allah SWT sendiri tanpa bantuan siapapun. Dunia ini ada
yang menjadikan yaitu Allah SWT. Allah maha kuat tiada kekuatan yang sanggup
menyamai-Nya. Maka timbullah kesadaran bagi makhluk untuk mengagungkan Allah.
Keyakinan inilah yang disebut dengan makna Tauhid rububiyah. Allah SWT berfirman
dalam surat Ibrahim ayat 10 :








Artinya :
Tauhid Uluhiyah merupakan konsekuensi dari tauhid rububiyah yaitu mengiktikadkan
bahwa Allah sendirilah yang berhak disembah dan dituju oleh semua hamba-Nya.
Dengan kata lain tauhid uluhiyah adalah meyakini bahwa tiada tuhan selain Allah
SWT. Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 163 :




Tauhid Asma wa Sifat artinya bahwa kita harus beriman atau percaya terhadap asma-
asma Allah dan sifat-sifat Allah yang telah disebutkan dalam Al Quran dan Al-Hadits
secara utuh tanpa menyamakannya dengan sifat dan nama-nama makhluknya. Hal ini
sesuai dengan apa yang sudah tertera dalam Al Quran surat As-Syura ayat 11 :

4. Hubungan antara Islam, Iman dan Ihsan

Teks Hadits


:
:
:

: :
:
:
Hadits riwayat Abu Hurairah , ia berkata; bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam
pada suatu hari muncul bersama para sahabat, lalu datanglah orang asing yang
kemudian bertanya: Apakah iman itu? Nabi shallallahu alaihi wa sallam
menjawab: Iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
percaya akan bertemu dengan-Nya, beriman kepada rasul-rasul-Nya, dan beriman
kepada hari kebangkitan. Orang asing itu berkata: Apakah Islam itu? Nabi
shallallahu alaihi wa sallam menjawab: Islam adalah kamu beribadah kepada Allah
dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, kamu dirikan shalat, kamu
tunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadhan. itu berkata:
Apakah ihsan itu? Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab: Kamu beribadah
kepada Allah seolah-olah melihat-Nya dan andaipun kamu tidak melihat-Nya
sesungguhnya Dia melihatmu. (shahih al-Bukhariy no. 48)
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan: Di dalam (penggalan) hadits ini
terdapat dalil bahwasanya Iman, Islam dan Ihsan semuanya diberi nama ad din/agama
(Taliq Syarah Arbain hlm. 23). Jadi agama Islam yang kita anut ini mencakup 3
tingkatan; Islam, Iman dan Ihsan.

Defenisi Islam

Secara bahasa, Islam berarti tunduk dan menyerah sepenuhnya kepada Allah Azza wa
Jalla. Adapun secara istilah, disebutkan :



:

Islam adalah patuh dan tunduk kepada Allah dengan cara mentauhidkan, mentaati dan
membebaskan diri dari kemusyrikan dan ahli syirik. [Syarah Tsalatsatil ushul, syaikh
Ibn Utsaimin hlm. 68-69]

Islam adalah agama yang dilandaskan atas lima dasar, yaitu :

) , artinya
1. Mengucapkan dua kalimat syahadat (
: Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan
hanya Allah, dan Aku bersaksi bahwasanya Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam utusan Allah.
2. Menunaikan shalat wajib pada waktunya, dengan memenuhi syarat, rukun dan
memperhatikan adab dan hal-hal yang sunnah.
3. Mengeluarkan zakat.
4. Puasa pada bulan Ramadhan.
5. Haji sekali seumur hidup bagi yang mampu, mempunyai biaya untuk pergi ke
tanah suci dan mampu memenuhi kebutuhan keluarga yang ditinggalkan.

Definisi Iman
Iman adalah at tashdiq, yaitu pengakuan dan pembenaran. Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam mendefinisikan iman dalam hadits ini sebagai keyakinan yang ada
dalam batin. Dan Ahlus Sunnah berkeyakinan, iman adalah perkataan, perbuatan, dan
niat (kehendak hati). Dan sesungguhnya, amal perbuatan termasuk ke dalam nama
iman. [ Qawaid wa fawaid arbain nawawiyah hal 38 ]

Iman dapat bertambah dan berkurang. Allah Subhanahu wa Taala berfirman :


supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah
ada) [al Fath : 4].

Keutamaan orang mukmin juga bertingkat-tingkat. Termasuk di antaranya perkataan


sebagian ulama : Tidaklah Abu Bakar mendahului kalian (dalam tingkatan ini)
dengan banyaknya puasa, tidak juga banyaknya shalat, akan tetapi dia mendahului
kalian dengan sesuatu yang tertanam di dalam hatinya.

Iman juga memiliki rukun-rukun. Siapapun yang meyakini, maka ia akan selamat dan
beruntung. Barangsiapa yang menentangnya, maka ia akan sesat dan merugi. Allah
Subhanahu wa Taala berfirman :








Arinya : Wahai orang-orang mukmin, berimanlah kepada Allah, RasulNya, kitab suci
yang telah diturunkan kepada RasulNya (Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam )
dan kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kufur kepada Allah,
malaikat-malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya dan hari Kiamat, maka
sungguh ia benar-benar tersesat. [an Nisaa` : 136].

Definisi Ihsan

Ihsan adalah ikhlas dan penuh perhatian. Artinya, sepenuhnya ikhlas untuk beribadah
hanya kepada Allah dengan penuh perhatian, sehingga seolah-olah engkau
melihatNya. Jika engkau tidak mampu seperti itu, maka ingatlah bahwa Allah
senantiasa melihatmu dan mengetahui apapun yang ada pada dirimu.

Sabda Rasulullah ketika beliau Shallallahu alaihi wa sallam mendefinisikan kata


ihsan engkau menyembah Allah seolah-olah melihatNya dan seterusnya
mengisyaratkan, bahwa seorang hamba menyembah Allah dalam keadaan seperti itu.
Berarti, ia merasakan kedekatan Allah dan ia berada di depan Allah seolah-olah
melihatNya. Hal ini menimbulkan rasa takut, segan dan mengagungkan Allah, seperti
dalam riwayat Abu Hurairah: Hendaknya engkau takut kepada Allah seolah-olah
engkau melihatNya.

Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini
adalah penjelasan tentang ihsan yaitu seorang manusia menyembah Robbnya dengan
ibadah yang dipenuhi rasa harap dan keinginan, seolah-olah dia melihat-Nya
sehingga diapun sangat ingin sampai kepada-Nya, dan ini adalah derajat ihsan yang
paling sempurna. Tapi bila dia tidak bisa mencapai kondisi semacam ini maka
hendaknya dia berada di derajat kedua yaitu: menyembah kepada Alloh dengan
ibadah yang dipenuhi rasa takut dan cemas dari tertimpa siksa-Nya, oleh karena
itulah Nabi bersabda, Jika kamu tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Dia
melihatmu artinya jika kamu tidak mampu menyembah-Nya seolah-olah kamu
melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu. (Taliq Syarah Arbain hlm. 21).
Jadi tingkatan ihsan ini mencakup perkara lahir maupun batin.

Hubungan Antara Islam dan Iman

Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan : Pembedaan antara islam dan iman. Ini terjadi
apabila kedua-duanya disebutkan secara bersama-sama, maka ketika itu islam
ditafsirkan dengan amalan-amalan anggota badan sedangkan iman ditafsirkan dengan
amalan-amalan hati, akan tetapi bila disebutkan secara mutlak salah satunya (islam
saja atau iman saja) maka sudah mencukupi yang lainnya. Seperti firman Allah
Taala Dan Aku telah ridho islam menjadi agama kalian. ( al-Maidah : 3 ) maka
kata Islam disini sudah mencakup islam dan iman (Taliq syarah Arbain hlm.17).
Bagaimana Menggabungkan Ketiga Istilah Ini?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan yang maknanya, Bila dibandingkan


dengan iman maka Ihsan itu lebih luas cakupannya bila ditinjau dari substansinya dan
lebih khusus daripada iman bila ditinjau dari orang yang sampai pada derajat ihsan.
Sedangkan iman itu lebih luas daripada islam bila ditinjau dari substansinya dan lebih
khusus daripada islam bila ditinjau dari orang yang mencapai derajat iman. Maka di
dalam sikap ihsan sudah terkumpul di dalamnya iman dan islam. Sehingga orang
yang bersikap ihsan itu lebih istimewa dibandingkan orang-orang mumin yang lain,
dan orang yang mumin itu juga lebih istimewa dibandingkan orang-orang muslim
yang lain (At Tauhid li shoffil awwal al aali, Syaikh Sholih Fauzan, hlm. 63)

Muslim, Mumin dan Muhsin

Oleh karena itulah para ulama menyatakan bahwa setiap mumin pasti muslim,
karena orang yang telah merealisasikan iman sehingga iman itu tertanam kuat di
dalam hatinya pasti akan melaksanakan amal-amal islam/amalan lahir. Dan belum
tentu setiap muslim itu pasti mumin, karena bisa jadi imannya sangat lemah
sehingga hatinya tidak meyakini keimanannya dengan sempurna walaupun dia
melakukan amalan-amalan lahir dengan anggota badannya, sehingga statusnya hanya
muslim saja dan tidak tergolong mumin dengan iman yang sempurna. Sebagaimana
Alloh Taala telah berfirman, Orang-orang Arab Badui itu mengatakan Kami telah
beriman. Katakanlah Kalian belumlah beriman tapi hendaklah kalian mengatakan:
Kami telah berislam. (Al Hujuroot: 14). Dengan demikian jelaslah sudah
bahwasanya agama ini memang memiliki tingkatan-tingkatan, dimana satu tingkatan
lebih tinggi daripada yang lainnya. Tingkatan pertama yaitu islam, kemudian
tingkatan yang lebih tinggi dari itu adalah iman, kemudian yang lebih tinggi dari
tingkatan iman adalah ihsan (At Tauhid li shoffil awwal al aali, Syaikh Sholih
Fauzan, hlm. 64)

5. Tidak setuju, karena permasalahan iman tidak selalu hanya pada urusan pribadi
individu,akan tetapi juga pada urusan sosial/masyarakat. Bukankah nabi bersabda
kalau sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Dalam
puluhan cabang iman,cabang iman yang paling rendah adalah menyingkirkan duri di
jalan.

6. Hal yang dapat menjadi pembatal keimanan kita yaitu :


a. Syirik Kepada Allah
Yaitu menjadikan perantara (sekutu) antara si hamba dengan Allah. Si hamba
berdoa kepada para perantara ini, meminta syafa'at, bertawakkal, beristighatsah
kepada mereka, bernazar untuk mereka, dan menyembelih kurban dengan
menyebut nama mereka. Si hamba berkeyakinan segala perbuatannya tersebut
dapat menolak mudharat atau mendatangkan manfaat. Orang yang semacam ini
telah kafir.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surat An Nisa ayat 48 :



Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-
Nya."(An-Nisa: 48)

b. Murtad Dari Islam


Artinya keluar dari Islam kemudian masuk dan memeluk agama Yahudi, Nasrani,
Majusi, Komunisme, Ba'tsi, paham sekuler, Freemasonry, dan faham-faham kufur
lainnya.
Allah SWT berfirman :






Artinya : "Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat)
mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka
sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati
dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di
akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (Al-
Baqarah, 217).
7. Syirik asghar adalah setiap perbuatan kesyirikan yang disebutkan dalam dalil-dalil
syariat, tetapi belum sampai derajat syirik akbar. Dalam arti lainnya syirik asghar
adalah syirik kecil yang akan mengantarkan kepada syirik akbar. Dinamakan syirik
kecil karena perbuatan tersebut belum membatalkan iman, adapun dosanya tetap lebih
besar daripada dosa besar yang lain, semisal membunuh, mencuri, berzina, atau
durhaka kepada orang tua. Allah taala berfirman (An-Nisa: 48) :

Syirik akbar adalah menyekutukan Allah dalam kekhususan-Nya (yaitu


dalam rububiyah, uluhiyah, dan asma wa sifat) yang mengakibatkan batalnya
keislaman pelakunya. Selain membatalkan keimanan syirik akbar juga dapat
memberikan konsekuensi seperti menutupnya pinyu surga bagi yang melakukannya,
terhapusnya semua amalan yang telah dilakukan. Seperti yang diterangkan dalam surat
Az-Zumar ayat 65 yang berbunyi :

8. Iman kepada Allah merupakan asas dan pokok dari keimanan, yakni keyakinan yang
pasti bahwa Allah adalah Rabb dan pemilik segala sesuatu, Dialah satu-satunya
pencipta, pengatur segala sesuatu, dan Dialah satu-satunya yang berhak disembah,
tidak ada sekutu bagi-Nya. Semua sesembahan selain Dia adalah sesembahan yang
batil, dan beribadah kepada selain-Nya adalah kebatilan. Allah Taala berfirman :
(Al-Hajj ayat 62)







Dialah Allah yang disifati dengan sifat yang sempurna dan mulia, tersucikan dari
segala kekurangan dan cacat. Ini merupakan perwujudan tauhid yang tiga, yatu tauhid
rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhdi asma wa shifat. Keimanan kepada Allah
mengandung tiga macam tauhid ini, karena makna iman kepada Allah adalah
keyakinan yang pasti tentang keesaan Allah Taala dalam rububiyah, uluhiyah, dan
seluruh nama dan sifat-Nya. Iman kepada Allah ini mencakup 4 perkara yaitu percaya
terhaadap keberadaan/wujud Allah, percaya terhadap keesaan Allah dalam Rububiyah,
Uluhiyah, dan sifat-sifat, serta nama-nama Allah SWT.
Jika tidak bisa iman terhadap Allah dan tidak bisa mengimani salah satu saja dari 4
perkara diatas maka dia bukan seorang mukmin. Inilah yamg menjadikan Iman
terhadap Allah sangat fundamental dalam diri seorang mukmin.

9. Hikmah iman kepada hari akhir dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
a. Membuat seseorang akan disiplin dan berusaha se-maksimal mungkin untuk
mematuhi ajaran Allah SWT karena dia tahu bahwa tiada satupun amal perbuatan
baik lahir maupun batin yang luput dari pencatatan dan perhitungan kelak setelah
hari akhir (kiamat) di akhirat.
b. Dengan adanya gambaran surga dan neraka dengan segala kenikmatan dan
siksaannya, seseorang akan terdorong dengan selalu melaksanakan kebaikan yang
diperintahkan Allah dan menjauhi/tidak melaksanakan apa yang tidak diperintah
oleh Allah.
c. Dapat mengingatkan orang yang sering lupa karena pengaruh kesenangan dunia.

You might also like