Professional Documents
Culture Documents
DEMAM TIFOID
Oleh
I. IDENTITAS
Usia : 7 thn
II. ANAMNESIS
Tanggal / jam :
4
1. Keluhan utama : Demam
menjelang sore dan malam hari. Panas mulai turun pada pagi hari; tidak
menggigil, tidak ada gusi berdarah, tidak ada mimisan, tidak ada kejang.
Selain itu pasien mengeluh nyeri perut bagian ulu hati disertai mual dan
muntah. Frekuensi muntah sering yaitu 2-3 kali dalam sehari, yang di
semenjak demam. Pasien juga mengeluh batuk berdahak sudah sejak 3 hari
tidak ada darah. BAK normal seperti biasa, warna kuning muda, tidak
3
adanyeri saat BAK, anak tidak mengeluh nyeri otot atau pinggang. Belum
BAB selama 3 hari, dan tidak ada riwayat berpergian keluar kota.
bidan
Riwayat natal :
Lingkar kepala : -
Tempat : Rumah
aktif
5. Riwayat perkembangan :
Tiarap : 6 bulan/tahun
Merangkak : 9 bulan/tahun
Duduk : 9 bulan/tahun
Berdiri : 11 bulan/tahun
6
Berjalan : 13 bulan/tahun
6. Riwayat imunisasi
Nama Dasar Ulangan
(umur dalam hari/bulan) (umur dalam bulan)
BCG 1 bulan
Polio 1 bln 2 bln 3 bln 4 bln
Hepatitis B 2 bln 3 bln 4 bln
DPT 2 bln 3 bln 4 bln
Campak 9 bln
7. Makanan :
Anak mendapat ASI sejak lahir sampai 4 bulan, dilanjutkan bubur saring
sampai 9 bulan, berisi sayuran, serta lauk (hati ayam, ikan, dan lain-lain)
yang dihancurkan. Hingga sekarang, kecuali pada saat sakit, anak makan
nasi ditambah lauk, tidak suka sayur, sebanyak 1 piring dan biasanya
habis.
Kesadaran : komposmentis
GCS : 456
2. Pengukuran
Tanda vital:Tensi : -
Suhu : 38.5 OC
Berat badan : 22 kg
Panjang/tinggi badan : -
Lingkar kepala : -
3. Kulit : Warna : Sawo matang
Kelembaban : Cukup
Lain-lain : -
Lain-lain : -
Lain-lain : -
Pupil : Diameter : 3 mm / 3 mm
Simetris : Isokor
Kornea : Jernih
Serumen : Minimal
Lain-lain : -
Gigi : Lengkap
kemerahan
5. Leher :
6. Toraks :
wheezing
b. Jantung :
Lokasi : -
Punctum max : -
Penyebaran : -
7. Abdomen :
Lain-lain : -
Ukuran : -
Lokasi : -
Permukaan : -
Konsistensi : -
8. Ekstremitas :
Hematologi
Sero Imunologi
Tes Widal
S.typhi O :1/640
S.typhi H :1/320
S.parathypi AO :negative
S.parathypi BO :negative
V. RESUME
Nama : An. SA
13
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 7 tahun
Berat badan : 22 kg
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran umum : Tampak sakit sedang
Tensi : - mmHg
Pernapasan : 22 kali/menit
14
Suhu : 38,5 OC
VI. DIAGNOSA
Malaria
VII. PENATALAKSANAAN
- Istirahat total
VIII. EVALUASI
Keadaan Umum, tanda dan gejala, tanda-tanda vital, hasil terapi, komplikasi
IX. PROGNOSIS
X. PENCEGAHAN
FOLLOW UP
PEMBAHASAN
17
Demam tifoid adalah penyakit bakterial yang disebabkan oleh Salmonella
typhi, kuman gram negatif berbentuk batang yang hanya ditemukan pada manusia.7
Salmonella termasuk dalam famili Enterobacteriaceae yang memiliki lebih dari 2300
serotipe. Salmonella typhi merupakan salah satu Salmonellae yang termasuk dalam
jenis gram negatif, memiliki flagel, tidak berkapsul, tidak bersporulasi, termasuk
dalam basil anaerobik fakultatif dalam fermentasi glukosa, mereduksi nitrat menjadi
18
nitrit.8
terdapat di masyarakat dengan higiene dan sanitasi yang kurang baik. Kuman
Salmonella typhi masuk ke tubuh melalui mulut bersama dengan makan atau
mukosa usus dan masuk peredaran darah melalui aliran limfe. Selanjutnya, kuman
menyebar ke seluruh tubuh. Dalam sistem retikuloendotelial (hati, limpa, dll), kuman
Meskipun melalui peredaran darah kuman menyebar ke semua sistem tubuh dan
menimbulkan berbagai gejala, proses utama ialah di ileum terminalis. Bila berat,
seluruh ileum dapat terkena dan mungkin terjadi perforasi atau perdarahan. Kuman
atau bersembunyi pada satu tempat dalam tubuh penderita, dan hal ini dapat
pemeriksaan fisik. Klinis didapatkan adanya demam, lidah tifoid, meteorismus, dan
hepatomegali serta roseola. Diagnosis ini disokong oleh hasil pemeriksaan serologis,
yaitu titer Widal O positif dengan kenaikan titer 4 kali atau pemeriksaan
Pasien sejak 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit didapatkan demam, tidak
mendadak, muncul perlahan, tidak terlalu tinggi, dan pada sore hingga malam hari
demam lebih tinggi dibandingkan pada pagi dan siang hari, dan berangsur-angsur
meningkat setiap harinya. Tipe demam demikian sesuai dengan gejala yang
19
ditimbulkan akibat infeksi Salmonella typhi.10
Selain demam, pasien juga mengalami mual dan muntah, di mana muntah
terjadi dari 1 hingga 2 kali dalam sehari, isi muntahan berupa air dan kadang-kadang
berupa apa yang dimakan, dan menurunnya nafsu makan. Pada demam tifoid, dalam
minggu pertama perjalanan penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit
infeksi akut pada umumnya, yakni demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan
epistaksis. Dan pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat.1
Jika perjalanan penyakit demam tifoid pasien terus dimonitor, maka biasanya
pada minggu kedua didapatkan gejala-gejala yang lebih jelas. Gejala yang timbul
pada minggu kedua berupa demam, bradikardi relarif, lidah yang khas (kotor di
tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus,
gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis, roseolae
maka ada beberapa penyakit infeksi akut lain yang dapat dijadikan sebagai diagnosa
banding, yaitu :
1. Campak
(bercak koplik) yang merupakan tanda patognomonis untuk campak. 2,6 Dari
pasien hanya ditemukan gejala demam, anoreksia dan malaise, tetapi gejala
Pada minggu pertama penyakit ini biasanya tidak ditemukan gejala umum yang
khas, hanya terdapat demam antara 2 hingga 7 hari tanpa adanya manifestasi
perdarahan. Akan tetapi, pada uji tourniquet didapatkan hasil yang positif.2
3. Malaria
Adanya demam yang turun naik atau intermitten disertai dengan menggigil,
malaria.13 Akan tetapi pada pasien ini tidak didapatkan menggigil serta tidak
Penyakit ini memiliki beberapa gejala seperti demam tanpa diketahui sebabnya,
nyeri perut atau pinggang, tidak dapat menahan kencing, polakisuria, disuria,
enuresis, air kemih berbau dan berubah warna.14 Pada pasien ini tidak
21
ditemukan nyeri perut atau pinggang, serta tidak adanya kelainan dalam buang
air kecil.
Agar semua diagnosa banding tersebut di atas dapat disingkirkan, maka perlu
Biakan darah, pemeriksaan darah rutin, dan tes serologis Widal dilakukan guna
darah rutin dan hapusan darah tepi berfungsi untuk mendeteksi adanya kemungkinan
terinfeksi malaria.
Dari keseluruhan diagnosa banding yang ada, diagnosa klinis adalah suspect
demam tifoid. Di mana pada periksaan penunjang berupa biakan darah, pemeriksaan
darah rutin dan tes serologis Widal diharapkan dapat menegakkan diagnosa klinis
pasien ini.
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh Samonella typhi atau
Salmonella paratyphi. Tanda klinis klasik yang muncul pada penderita berupa
demam, malaise, nyeri perut, dan konstipasi. Demam tifoid yang tidak segera
ditangani akan memberat dan mengakibatkan delirium, perdarahan intestinal,
perforasi usus, dan kematian dalam jangka waktu 1 bulan.4
II. EPIDEMIOLOGI
Demam tifoid masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang
yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya
berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan,
sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengolahan
makanan yang masih rendah.
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan
karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang
sangat luas. Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan
terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi
600.000 kasus kematian tiap tahun. Di negara berkembang, kasus demam tifoid
dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 95% merupakan kasus rawat jalan
sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan
rawat inap di rumah sakit. Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di
seluruh propinsi dengan insidensi di daerah pedesaan 358/100.000
penduduk/tahun dan di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/tahun atau
sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun. Umur penderita yang terkena di
Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus.
III. ETIOLOGI
Basil penyebab tifoid adalah Salmonella typhi dan paratyphi dari genus
Salmonella. Basil ini adalah gram negatif, bergerak, tidak berkapsul, tidak
membentuk spora, tetapi memiliki fimbria, bersifat aerob dan anaerob fakultatif.
Ukuran antara 2 4 x 0,6 mikrometer. Suhu optimum untuk tumbuh adalah 37C
dengan pH antara 6 8.1
IV. PATOGENESIS
V. GAMBARAN KLINIS
Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar bisa diberikan terapi
yang tepat dan meminimalkan terjadinya komplikasi. Pengetahuan gambaran klinis
penyakit ini sangat penting untuk membantu mendeteksi secara dini. Walaupun pada
kasus tertentu dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk membantu menegakkan
diagnosis.1
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis
yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimptomatik
hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian.1
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala
serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak
diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisis hanya didapatkan suhu badan
yang meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan terutama pada sore
hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa
demam, bradikardi relatif (peningkatan suhu 1oC tidak diikuti peningkatan denyut
nadi 8 kali permenit), lidah yang berselaput (Kotor ditengah, tepid an ujung merah
serta tremor), Hepatosplenomegally, meteorismus, gangguan mental berupa
somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis. Roseola jarang ditemukan pada
orang Indonesia.1
Tes Widal
Uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman S.typhi.
pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.typhi
dengan antibody yang disebut agglutinin. Antigen yang digunakan pada uji
widal adalah suspense Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah
dilaboratorium. Tujuan uji widal adalah untuk menentukan adanya agluitinin
dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu :
a). agglutinin O (dari tubuh kuman)
b). agglutinin H (flagella kuman)
c). agglutinin Vi (simpai kuman)
Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yang
digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin
besar kemungkinan terinfeksi kuman ini. Pembentukan agglutinin mulai
terjadi pada akhir minggu pertama demam, kemudian meningkat secara cepat
dan mencapai puncak pada minggu keempat dan tetap tinggi selama beberapa
minggu. Pada fase akut mula-mula timbul agglutinin O, kemudian diikuti
dengan agglutinin H. Pada orang yang telah sembuh agglutinin O masih tetap
dijumpai setelah 4-6 bulan, setelah agglutinin H menetap lebih lama antara
9-12 bulan.
Sekurang-kurangnya diperlukan dua bahan serum, yang diperoleh
dengan selang waktu 7-10 hari, untuk membuktikan adanya kenaikan titer
antibody. Serum yang tidak dikenal diencerkan berturut-turut (dua kali lipat)
lalu dites terhadap antigen Salmonella. Hasilnya ditafsirkan sebagai berikut :
1) Titer O yang tinggi atu kenaikan titer O ( 1 : 160) menunjukkan
adanya infeksi aktif.
2) Titer H yang tinggi ( 1 : 160) menunjukkan bahwa penderita itu
pernah divaksinasi atau pernah terkena infeksi.
3) Titer Vi yang tinggi terdapat pada beberapa pembawa bakteri
Kultur darah
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri
S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan
duodenum. Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih
mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit,
sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses.
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan
tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1) Telah mendapat terapi antibiotik. Bila pasien sebelum dilakukan kultur
darah telah mendapat antibiotic, pertumbuhan kuman dalam media biakan
terhambat dan hasil mungkin negatif.
2) Volume darah yang kurang (diperlukan kurang lebih 5 cc darah). Bila
darah yang dibiak terlalu sedikit hasil biakan bisa negatif. Darah yang
diambil sebaiknya secara bedside langsung dimasukkan ke dalam media
cair empedu (oxgall) untuk pertumbuhan kuman
3) Riwayat vaksinasi. Vaksinasi dimasa lampau menimbulkan antibody
dalam darah psien. Antibodi (aglutinin) ini dapat menekan bakteremia
hingga biakan darah dapat negatif.
4) Saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat agglutinin
semakin meningkat.
VII. PENATALAKSANAAN
Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid sebagai
berikut Istirahat dan perawatan, dengan tujuan mencegah komplikasi dan
mempercepat penyembuhan, diet dan terapi penunjang (simtomatik dan suportif)
dengan tujuan mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal,
pemberian antimikroba, dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran
kuman.1,4
a. Istirahat dan perawatan
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit
demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan
gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhannya akan semakin lama.1,3
Dimasa lampau penderita demam tifoid diberi diet bubur saring, kemudian
ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan diet
tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring
tersebut bertujuan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau
jperforasi usus. Hal ini disebabkan karena ada pendapat bahwa usus harus d;
iistirahatkan. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini
yaitu nasi dengan lauk-pauk rendah selulosa (menghindari sementara sayuran yang
berserat) dapat diberikan dengan aman pada pasien dengan demam tifoid.1-3
Pemberian antimikroba
Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid adalah
sebagai berikut:
Sebagai suatu penyakit sistemik maka hampir sama organ utama tubuh dapat
diserang dan berbagai komplikasi serius dapat terjadi. Beberapa komplikasi yang
dapat terjadi pada demam tifoid yaitu:
Komplikasi intestinal :
perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik, pankreatitis
Komplikasi ekstraintestinal
Komplikasi kardiovaskuler : gagal sirkulasi perifer, miokarditis
Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia
Komplikasi paru : pneumonia, empiema, pleuritis
Komplikasi hepatobilier : hepatitis, kolestitis
Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis
Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis
Komplikasi neuropsikiatri / tifoid toksik.1
IX. PROGNOSIS
Prognosis dari demam tifoid adalah berdasarkan dari cepat atau lambatnya
penanganan serta penggunaan antibiotik yang tepat. Bila penyakit berat, pengobatan
terlambat/tidak adekuat atau ada komplikasi berat maka prognosis buruk.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aru WS, Bambang S, Idrus A, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna
Publishing. Edisi 5. Jakarta, 2009. Hal 2797-2805.
2. Aziz R, Sidartawan S, Anna UZ, dkk. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Pusat penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi 2. Jakarta,
2006. Hal 139-141.
3. Islam, Butler, Kabir, Alam. Treatment of Typhoid Fever with Ceftriaxone for 5
Days or Chloramphenicol for 14 Days: a Randomized Clinical Trial.
Antimicrobial Agents and Chemotherapy. Vol. 37. No. 8. Hal 1572-1575.
Bangladesh: 1993.
6. Sulistia GG, Rianto S, Frans D, dkk. Farmakologi dan Terapi. Penerbit Gaya Baru.
Edisi 5. Jakarta, 2007. Hal 238, 524, 643, 864.