Professional Documents
Culture Documents
Tim Penguji
iii
ab
d bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbce
d
d
d e
e
e
Ilmu itu ibarat harta karun, dan kunci untuk menggalinya adalah kesediaan
d
d
d e
e
e
untuk bertanya. Karena itu, bertanya kamu sekalian hal-hal yang tidak
d
d
d e
e
kamu ketahui. Sesungguhnya dalam proses tanya jawab tersebut akan
e
d e
diberikan pahala oleh Allah pada 4 golongan: orang yang bertanya, orang
d
d
d e
e
dfggggggggggggggggggggggggggggggggggghe
yang menjawab, orang yang mendengarkan dan orang yang mencintai
e
mereka. (HR. Abu Naim dari Ali bin Abi Thalib)
iv
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. yang telah mengenalkan kitab-
Nya yang diturunkan, lewat lisan Nabi Muhammad saw. utusan-Nya. Melalui kitab
itu dinyatakan, bahwa Dia adalah Esa dalam Dzat-Nya, tiada sekutu bagi-Nya; Ma-
ha tunggal yang tiada misal bagi-Nya, wahana bergantungnya makhluk yang tiada
tandingan-Nya, Yang Manunggal tiada keraguan bagi-Nya; Maha Dahulu tiada per-
mulaan bagi-Nya, Azali tiada awal bagi-Nya, Maha kekal tiada akhir, Maha Langgeng
tiada pangkal akhir, Maha Pemelihara dan tiada yang melawan-Nya, Maha Abadi tia-
da yang menentang-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah bagi junjungan
kita Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam beserta segenap sahabat dan kelu-
arganya serta para pengikutnya yang setia hingga hari kiamat nanti.
Alhamdulillah, akhirnya setelah melalui perjalanan yang cukup berliku dan
penuh dengan tantangan (hambatan), penulis dengan izin Allah dapat menyelesaikan
karya kecil ini untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
fisika di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia. Penulis merasa bersyukur
kepada Allah atas rahmat-Nya memberikan kesempatan kepada penulis untuk men-
empuh pendidikan di jenjang universitas, khususnya program studi fisika. Setelah be-
berapa waktu kemudian penulis menyadari bahwa melalui ilmu fisika inilah banyak
tanda-tanda kebesaranNya ditampakkan kepada penulis.
Kepada seluruh dosen dan staf di jurusan fisika UGM penulis mengucap-
kan rasa terimakasih atas semua bantuan yang diperoleh penulis dari semenjak awal
penulis mulai kuliah. Kepada Prof. Drs. Muslim Ph.D. dan Mirza Satriawan Ph.D.
penulis ucapkan terimakasih atas teladan yang diberikan dan atas beberapa kesem-
patan tanya jawab yang diberikan. Khusus kepada Dr.rer.nat Muhammad Farchani
Rosyid penulis merasa sangat berterimakasih atas kesempatan pembimbingan yang
v
vi
penulis peroleh. Penulis merasa bersyukur dapat menimba ilmu dari bapak. Semoga
Allah membalas semua amal baik bapak pada penulis.
Kepada uda Rahman dan teteh Yuyum, Arif dan Fajri, Aini serta Zahra, penulis
bersyukur kepada Allah memiliki keluarga ini. Terimakasih atas dukungan dan ban-
tuannya yang sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan kuliah dan khususnya
skripsi ini. Semoga Allah merahmati kita semua.
Adalah kedua orang tua penulis, ayahanda dr. Muslim M dan ibunda Nurha-
yani, yang telah mencurahkan seluruh kasih sayangnya yang takkan mampu penulis
membayarnya meskipun dengan nyawa sekalipun dan memberikan restu sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi sebagai bekal perjalanan selanjutnya. Hanya doa
tulus yang mampu ananda panjatkan pada Allah,
"Ya Allah, kasihilah kedua orang tua ku sebagaimana mereka telah men-
gasihiku semenjak aku dalam rahim. Berikanlah perlindungan-Mu dalam setiap
langkah mereka dan muliakanlah mereka di dunia maupun di akhirat. Amin...".
Kepada Latief Rahmawati yang telah dengan sabar menemani penulis dalam
berbagai macam kondisi dan memberikan cinta tulusnya, penulis merasa bersyukur
dapat bersamamu. Tak akan penulis sia-siakan semua yang telah kita jalani. Semoga
Allah selalu membimbing kita untuk menempuh hidup yang lebih baik.
Kepada teman-teman di kelompok "underground" mathematical physics, ter-
imakasih atas semua bantuan dan dukungannya kepada penulis. Teruslah berseman-
gat, agar bendera mathematical physics yang ditancapkan pak Rosyid di UGM tetap
berkibar.
Kepada pihak-pihak lain yang tidak tersebutkan satu-persatu dalam halaman
ini yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya. Semoga Allah selalu membimbing kita semua.
vii
Akhirnya, karena bahkan untuk disebut gading saja tidak pantas, penulis mem-
ohon maaf atas kekurangan-kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Semoga di balik
kekurangan yang tampak masih ada manfaat bagi kita semua.
M. Ardhi K
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Halaman Motto iv
PRAKATA v
INTISARI xi
ABSTRACT xii
I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
2. Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
3. Ruang Lingkup Kajian (batasan masalah) . . . . . . . . . . . . . . . 3
4. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
5. Tinjauan Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
6. Sistematika Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
7. Metode Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
viii
ix
VI PENUTUP 53
1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
DAFTAR PUSTAKA 57
x
A MANIFOLD LICIN 58
1. Beberapa Definisi awal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58
2. Manifold Topologis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58
3. Manifold Licin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
4. Keparakompakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61
5. Ruang singgung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62
6. Grup Lie dan Aljabar Lie . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66
INTISARI
Oleh :
Telah dilakukan kajian mengenai asas kovariansi umum dan asas kesetaraan yang dit-
injau melalui konsep untingan kerangka orthonormal. Unsur-unsur di dalam ruang to-
tal dari untingan kerangka orthonormal itu diidentikkan dengan kerangka Lorentz. Ide
invariansi difeomorfisme yang biasa diidentikkan dengan asas kovariansi umum da-
pat diungkapkan dalam kebebasan pelabelan ulang kerangka Lorentz asalkan terkait
dengan difeomorfisme itu. Dengan menerapkan postulat geodesik Einstein pada tera
vierbein dalam untingan kerangka Lorentz terbatasi, dapat dirumuskan asas kese-
taraan yang tepat secara fisis maupun matematis.
Kata kunci : asas kovariansi umum, asas kesetaraan, untingan kerangka orthonormal,
relativitas umum
xi
ABSTRACT
By :
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu kenyataan yang luar biasa dalam fisika adalah sangat sedikitnya hukum-
hukum dasar mengenai perilaku alam semesta dibandingkan dengan banyaknya feno-
mena-fenomena fisis yang telah berhasil dijelaskan dengan hukum-hukum dasar itu.
Hukum-hukum itu tertuang dalam berbagai teori fisika. Dua teori terkenal yang
dibangun fisikawan bernama Albert Einstein adalah teori relativitas khusus dan teori
relativitas umum.1 Teori relativitas khusus yang terbit pada tahun 1905 memunculkan
konsep revolusioner mengenai ruang-waktu. Sedangkan teori relativitas umum yang
terbit pada tahun 1916 dimaksudkan untuk memperumum teori relativitas khusus.
Tetapi pada akhirnya ada beberapa fisikawan maupun matematikawan yang berpen-
dapat bahwa teori relativitas umum sama sekali tidak memperumum atau memperluas
teori relativitas khusus. Teori relativitas umum diakui oleh beberapa matematikawan
dan fisikawan sebagai suatu teori yang memiliki sisi keindahan tersendiri. Tentu saja
keindahan itu relatif terhadap masing-masing orang.
Dalam makalahnya, Einstein (1916) meletakkan teori relativitas umum di atas
dua asas, yakni asas kovariansi umum dan asas kesetaraan. Dalam merumuskan
teorinya itu, Einstein menggunakan konsep matematis yang sering disebut sebagai
geometri Riemann yang ia pelajari dari sahabatnya yang bernama Marcel Grossman.
Untuk membenahi pemahamannya mengenai analisis tensor dan geometri diferen-
sial, ia juga melakukan korespondensi dengan Levi-Civita2 dan pada akhir Juni 1915
1
Sebenarnya, lima hari sebelum Einstein mengeluarkan makalahnya yang berisi persamaan medan
gravitasi, David Hilbert telah mengeluarkan sebuah makalah yang juga memuat persamaan medan
gravitasi yang sama.
2
Dibandingkan dengan koleganya yang lain, Einstein merasa bahwa Levi-Civita lebih bersimpati
1
2
2. Perumusan Masalah
Bentuk asas kovariansi umum versi Einstein yang secara langsung melibatkan
sistem koordinat menjadikan kedudukannya sebagai asas perlu dipertanyakan. Untuk
itu perlu dicari bentuk lain dari asas kovariansi umum yang tidak melibatkan konsep
sistem koordinat secara langsung, sehingga kedudukannya sebagai asas lebih tepat.
Karena tidak semua hukum-hukum di teori relativitas khusus dapat dicangkok-
kan ke dalam teori relativitas umum melalui asas kesetaraan versi Einstein, maka per-
lu dicari bentuk lain dari asas kesetaraan yang tepat secara fisis maupun matematis.
Asas yang baru ini harus menegaskan bahwa hanya hukum orde pertama saja di teori
relativitas khusus yang dapat dicangkokkan ke dalam teori relativitas umum melalui
asas kesetaraan itu.
Kajian skripsi ini dibatasi hanya pada penelusuran asas kovariansi umum dan
asas kesetaraan melalui konsep untingan kerangka orthonormal. Kajian ini tidak
membahas mengenai persamaan medan Einstein sehingga tidak pula melibatkan ka-
jian mengenai solusi-solusinya.
4
4. Tujuan Penelitian
2. Merumuskan asas kesetaraan yang tepat secara fisis maupun matematis melalui
untingan kerangka orthonormal.
5. Tinjauan Pustaka
Dalam makalahnya yang berjudul (terjemahan bahasa Inggris) "On The Elec-
trodynamics of Moving Bodies"3 , Einstein memberikan suatu konsep revolusioner
mengenai ruang dan waktu yang terlihat mengganggu logika manusia. Grup trans-
formasi yang membuat persamaan Maxwell invarian, disebut sebagai grup Lorentz
tak-homogen atau grup Poincar, diterjemahkan oleh Einstein (dalam makalah itu) se-
bagai grup transformasi ruang-waktu yang diperoleh dari perubahan kerangka acuan
inersial beserta sekelompok jam yang telah disinkronisasi yang terkait dengan kerang-
ka acuan inersial itu. Konsep revolusioner mengenai ruang-waktu itu tidak dipe-
roleh Einstein dengan mengembangkan konsep matematika baru, melainkan dengan
mengembangkan konsep ruang-waktu "kuno" melalui prosedur operasional. Kon-
sep "kerangka Lorentz" yang ia kembangkan bersama-sama dengan postulatnya me-
ngenai nilai kecepatan cahaya yang tak bergantung pada pemilihan kerangka iner-
sial (Lorentz), merupakan dasar dari teori yang kini dikenal sebagai teori relativitas
khusus (TRK). Karya Einstein ini kemudian mendorong H. Minkowski untuk mem-
buat suatu geometri baru. Karya Minkowski ini tertuang dalam makalahnya yang
berjudul "Space and Time". Geometri itu didasarkan pada metrik tak-definit4 (indefi-
3
Makalah aslinya berjudul "Zur Elektrodynamik bewegter Krper", Annalen der Physik, 17, 1905.
4
Suatu metrik dikatakan tak-definit jika range dari metrik itu dapat bernilai negatif maupun positif.
5
nite) yang kemudian dikenal secara luas dengan nama Ruang Minkowski.
Teori relativitas umum yang diterbitkan (dalam bentuk yang lebih mudah di-
pahami) pada tahun 1916 (Einstein,1916) menegaskan dua hal yang dianggap men-
dasar. Pertama, perlunya merumuskan hukum-hukum fisika dalam bentuk kovarian
umumnya. Kedua, teori relativitas khusus tetap berlaku untuk wilayah ruang-waktu
yang cukup kecil. Kedua hal itu masing-masing tertuang dalam asas kovariansi umum
dan asas kesetaraan.
Menurut (Friedman,1983), Kretschmann adalah orang pertama yang mem-
berikan kritik mengenai asas kovariansi umum pada tahun 1917. Weinberg (1972)
yang menurunkan persamaan medan Einstein melalui asas kesetaraan mendapat kri-
tikan dari Friedman (1983). Friedman mengungkapkan bahwa persamaan medan Ein-
stein, yang memuat kelengkungan, tidak dapat diperoleh dari hukum-hukum dalam
teori relativitas khusus melalui asas kesetaraan. Wald (1984) dan Carroll (1997)
menyadari bahwa asas kesetaraan hanya dapat dipandang sebagai petunjuk atau pen-
dekatan dalam merumuskan persamaan medan Einstein. Prugovecki (1995) dalam
bukunya yang berjudul "Principles of Quantum General Relativity" memuat kajian
mengenai penerapan untingan kerangka dalam teori relativitas umum.
6. Sistematika Penulisan
Skripsi ini ditulis dalam 6 bab, dengan penjelasan bab demi bab adalah sebagai
berikut:
BAB III memaparkan dasar dari teori untingan serat utama (principal fiber bun-
dles), hubungan dan kelengkungan pada untingan serat utama secara umum se-
bagai dasar untuk bab selanjutnya.
7. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian teoritis terhadap
konsep untingan serat utama, dan penerapan untingan kerangka orthonormal untuk
menelusuri asas kovariansi umum dan asas kesetaraan.
BAB II
Teori relativitas umum (TRU) dibangun di atas dua asas, yang masing-masing
dikenal dengan nama asas kovariansi umum (AKU) dan asas kesetaraan (AK).
Asas-asas ini tertuang dalam makalah Einstein yang berjudul "The Foundation of the
General Theory of Relativity" tahun 1916.1
7
8
gan asas khusus relativitas, Einstein berasumsi adanya kaitan serupa antara kovariansi
umum dengan asas umum relativitas (Friedman, 1983). Dari sini muncul suatu kebin-
gungan karena seolah-olah terlihat bahwa kovariansi umum secara unik mengkarak-
teristikkan teori Einstein yang baru (TRU). Asas umum relativitas, yang kini dikenal
luas dengan nama asas kovariansi umum, dinyatakan oleh Einstein (dalam terjemahan
bahasa Inggris) sebagai
adalah obyek geometris kedua yang komponennya relatif terhadap hxi i di h(p) sama
dengan komponen dari relatif terhadap hyj i di p. Suatu sistem persamaan dife-
rensial dikatakan kovarian terhadap transformasi manifold h jika transformasi yang
dilakukan oleh h terhadap obyek-obyek geometris di dalam sistem persamaan difer-
ensial itu tidak membuat sistem persamaan diferensial itu, yang dinyatakan dalam
suatu sistem koordinat, berubah bentuk.
Motivasi yang mendasari Einstein untuk memberikan AKU secara eksplisit
tertuang dalam makalahnya yang sama yang berbunyi
"The laws of physics must be of such a nature that they apply to systems
of reference in any kind of motion."(Einstein,1916)
Dalam kalimat berikutnya setelah pernyataannya ini, Einstein mengatakan bahwa per-
nyataannya ini mendasari perluasan asas relativitas.
2. Asas Kesetaraan
Sebelum dimunculkan AK oleh Einstein, telah ada suatu fakta yang menya-
takan bahwa massa inersia (lembam)4 dan massa gravitasi5 untuk sembarang obyek
sama.6 Mungkin kenyataan inilah yang mengilhami Einstein (1911) untuk mem-
postulatkan bahwa kerangka inersial dalam medan gravitasi homogen setara dengan
kerangka dipercepat (dengan percepatan yang sesuai) dalam ruang tanpa medan grav-
itasi.7 Kemudian pada tahun 1916, sebagai salah satu landasan bagi teori relativitas
4
Massa inersia terkait dengan hambatan (keengganan) yang dialami obyek untuk merubah gerakan.
Massa ini muncul pada hukum kedua Newton dan tak bergantung pada jenis gaya yang terkait (Carrol,
1997).
5
Massa gravitasi merupakan suatu besaran yang terkait dengan gaya gravitasi. Massa gravitasi
dapat disebut sebagai "muatan gravitasi" dari suatu benda (Carrol, 1997).
6
Menurut Carmeli (1982), bukti eksperimen mengenai fakta ini pertama kali diberikan oleh Galileo
pada tahun 1610.
7
Postulatnya ini ia kemukakan dalam makalahnya yang berjudul "On The Influence of Gravita-
tion on The Propagation of Light" pada tahun 1911. Makalah aslinya adalah "ber den Einfluss der
Schwerkraft auf die Ausbreitung des Lichtes," Annalen der Physik,35,1911.
10
umumnya, ia mengungkapkan asas yang terlihat mirip dengan postulat lima tahun
sebelumnya yang menyatakan bahwa TRK tetap berlaku untuk wilayah ruang-waktu
yang cukup kecil. Dalam bentuk aslinya (terjemahan Bahasa Inggris), asas ini berbun-
yi
ang"8 tanpa metrik Lorentzian tidak mempunyai arti fisis apapun. Seandainya medan
gravitasional, yakni fungsi gik , dihilangkan maka "ruang" itu tidak akan berubah men-
jadi ruang Minkowski, bahkan ruang topologis sekalipun.
Ruang-waktu juga diasumsikan bersifat dapat diorientasi waktunya (time-
orientable) dan dapat diorientasi ruangnya (space-orientable).9 Dengan dapat dio-
rientasi waktunya, vektor-vektor bukan bak-ruang pada setiap titik dapat dikelom-
pokkan, secara kontinu, menjadi dua kelas yang dilabeli dengan terarah ke masa
depan (future-directed) dan terarah ke masa lampau (past-directed). Kemudian
dengan dapat diorientasi ruangnya, vektor-vektor bak-ruang anggota suatu basis da-
pat dikelompokkan, secara kontinu, menjadi basis putar-kiri (left-handed bases) dan
basis putar-kanan (right-handed bases). Jika ruang-waktu diasumsikan dapat dio-
rientasi waktunya, maka ruang-waktu itu juga dapat diorientasi ruangnya (Hawking
dan Ellis,1973).10
8
Kata "ruang" disini dibedakan dengan "yang mengisi ruang".
9
Beberapa eksperimen di dunia partikel elementer tidak invarian dibawah pembalikan muatan atau
paritas, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Meskipun demikian, terdapat alasan
teoretis untuk mempercayai bahwa semua interaksi invarian terhadap kombinasi pembalikan muatan,
paritas, dan waktu (teorema CPT) (Hawking dan Ellis,1973).
10
Menurut Hawking dan Ellis (1973), pembuktian pernyataan ini dapat dilakukan dengan menggu-
nakan bukti eksperimen tanpa mengacu pada teorema CPT.
BAB III
KELENGKUNGAN
Definisi 3.1.1 Suatu untingan serat utama (USU) atau principal fiber bundles adalah
(P, P , M, G) yang terdiri dari suatu manifold P (disebut sebagai ruang total), su-
atu grup Lie G (disebut grup struktur), suatu manifold M (disebut sebagai man-
ifold dasar), dan proyeksi P : P M sedemikian rupa sehingga syarat-syarat
(A), (B), dan (C) berikut ini dipenuhi.
12
13
Kemudian dari aksioma (C) terlihat bahwa untuk setiap p P1 (x) terdap-
at pemetaan G P1 (x) yang diberikan oleh g 7 pg. Pemetaan ini merupakan
difeomorfisme menurut aksioma (A), yang bergantung pada p. Dengan demikian se-
mua serat P1 (x) difeomorfis dengan G, tetapi tidak ada identifikasi kanonis antara
P1 (x) dengan G, dan dari sini dapat dikatakan bahwa tidak ada grup struktur alamiah
di P1 (x).
Jika N suatu manifold dan G suatu grup Lie, maka dapat dibangun suatu USU
(N G, N G , N , G) dengan mengatur N G (n, g) = n dan (n, g)g 0 = (n, gg 0 ).
Bentuk ini disebut sebagai USU sederhana yang merupakan hasil kali N dengan G.
Aksioma (C) menyatakan bahwa untuk setiap x M terdapat suatu lingkungan U
dari x sedemikian rupa sehingga USU yang dibatasi pada P : P1 (U ) U dapat
diidentikkan (melalui TU ) dengan USU sederhana hasil kali antara U dan G. Diper-
lukannya syarat pada sU adalah agar TU dapat memenuhi tindakan dari G (yakni,
TU (pg) = TU (p)g).
Definisi 3.1.3 Suatu penampang lokal (local section) dari suatu USU (P, P , M, G)
dengan grup G adalah pemetaan : U P dengan U M himpunan terbuka
sedemikian rupa sehingga P = 1U pemetaan identitas di U (x 7 x).
Teorema 3.1.1 Terdapat korespondensi alamiah antara penampang lokal dan trivi-
alisasi lokal.
2. Hubungan
Secara intuitif, serat di atas suatu titik di ruang dasar "berbentuk penampang"
yang "tegak" di atas titik itu. Hal ini "sesuai" dengan definisi pemetaan proyeksi.
Ruang singgung terhadap serat itu diberi nama subruang vertikal, yang merupakan
subruang singgung terhadap ruang total di atas suatu titik unsur dari serat. Subruang
horizontal didefinisikan sebagai subruang yang sedemikian rupa sehingga jumlahan-
nya dengan subruang vertikal dapat diidentikkan dengan ruang singgung terhadap
ruang total. Aturan untuk menentukan subruang horizontal pada setiap titik di suatu
serat tidak tunggal. Aturan itu bersama dengan syarat kelicinan dalam menentukan
subruang horizontal pada setiap titik dinamai sebagai hubungan (koneksi). Tetapi ada
beberapa cara untuk mendefinisikan hubungan yang ekivalen dengan cara yang baru
saja disebutkan.
Definisi 3.2.1 Suatu hubungan adalah penyematan bagi setiap p P suatu subru-
ang Hp Tp P sedemikian rupa sehingga untuk Vp {X Tp P |P (X) = 0}
diperoleh Tp P = Hp Vp . Di sini diperlukan syarat bahwa Rg (Hp ) = Hpg . Lebih
jauh lagi, diasumsikan bahwa Hp bergantung secara licin pada p, dalam artian bah-
wa terdapat n buah medan vektor (yang didefinisikan pada suatu lingkungan U dari
p) yang membentang Hq pada setiap q U . Vp disebut sebagai subruang vertikal
dari Tp P , sementara Hp disebut sebagai subruang horizontal dari Tp P .
16
Definisi 3.2.2 Andaikan G aljabar Lie dari G. Suatu hubungan adalah forma-1
bernilai-G yang didefinisikan di P sedemikian rupa sehingga sifat (a) dan (b)
berikut dipenuhi.
d
Ap = (p exp(tA)) .
(III.1)
dt t=0
d
L1
gU V (x) (gU V (Yx )) = LgU V (x)1 gU V ((t))
dt
d (III.2)
= gU V (x)1 gU V ((t))
dt
= gU V (x)1 dgU V (Yx )
dengan dgU V adalah diferensial dari fungsi bernilai matriks gU V . Untuk grup matriks,
diperoleh
d d 1
AdA (B) = AdA (Exp(tB)) = (A Exp(tB)A) = A1 BA
(III.3)
dt t=0 dt t=0
(lihat definisi (A.6.6)). Dengan demikian, AdgU V (x)1 U (Yx ) = gU1V (x)U (Yx )gU V (x).
Sebagai konsekuensinya, aturan transformasi dari U ke V dapat dinyatakan sebagai
V = gU1V dgU V + gU1V U gU V .
d d
pg (Rg Ap ) = pg [p(exp tA)g] = pg 1
[pgg (exp tA)g]
dt dt
d
= pg [pg exp(tAdg1 A)] = pg ((Adg1 A)pg )
dt
= Adg1 A = Adg1 (p (Ap )).
Berkat linearitas, maka dapat diperoleh syarat (b) dalam definisi (3.2.2), dan oleh
karenanya merupakan suatu forma-1 hubungan.
d d
V (Y ) = V ((t)) = [U ((t))gU V ((t))]
dt dt
d d
= [U (x)gU V ((t))] + [U ((t))gU V (x)]
dt dt
d
= [V (x)gU V (x)1 gU V ((t))] + RgU V (x) U (Y )
dt
= [L1
gU V (x) gU V (Y )]U (x) + RgU V (x) U (Y ).
Sekarang, dengan memasukkan ungkapan untuk V (Y ) dan menerapkan (a) dan (b)
dalam definisi (3.2.2), diperoleh
V (Y ) = (V Y ) = L1
gU V (x) gU V (Y ) + AdgU V (x) U (Y ).
1
U U 1
(V Y ) = LgU V (x) gU V (Y ) + RgU V (x) U (Y )
V (x)
= L1
gU V (x) gU V (Y ) + AdgU V (x) U (Y ),
1
3. Pengangkatan Horizontal
Lemma 3.3.1 Diberikan suatu medan vektor X di M, terdapat suatu medan vektor
tunggal X di P sedemikian rupa sehingga (X) 0 dan P (Xp ) = XP (p) untuk
semua p P . Kemudian juga dipenuhi, Rg X = X untuk semua g G. Medan X
disebut sebagai pengangkatan horizontal (horizontal lift) dari X.
Bukti. Andaikan U chart yang memuat dan U penampang di atas U . Jika ter-
dapat pengangkatan horizontal , maka kurva dapat dinyatakan sebagai (t) =
U ((t))gU (t), dengan gU (t) = gU ((t)) G. Penampang U dipilih yang memenuhi
U ((0)) = (0), yakni gU (0) = e. Andaikan X vektor singgung terhadap (t) di
(0). Maka X = X vektor singgung terhadap di p0 = (0). Karena X horizon-
tal, maka diperoleh (X) = 0. Sedikit modifikasi pada pers.(III.2) memberikan
dgU (t)
0 = (X) = gU (t)1 (U X)gU (t) + gU (t)1 . (III.4)
dt
dgU (t)
= (U X)gU (t). (III.5)
dt
dgU (t)
= U (X)gU (t) (III.6)
dt
22
Z t
dx
gU ((t)) = P exp U dt
0 dt
Z (t) (III.7)
= P exp U ((t))dx
(0)
Akibat 3.3.1 Andaikan 0 pengangkatan horizontal yang lain dari sedemikian ru-
pa sehingga 0 (0) = (0)g. Maka 0 (t) = (t)g untuk semua t [0, 1].
1
dx ((t))
Z
p1 = U (1)Pexp U dt . (III.9)
0 dt
Rg ()(p0 ) = p1 g dan ()Rg (p0 ) = ()(p0 g) serta kurva (t)g merupakan pen-
gangkatan horizontal melalui p0 g dan p1 g. Dari ketunggalan pengangkatan horizontal
melalui p0 , diperoleh p1 g = ()(p0 g), yakni, Rg ()(p0 ) = ()Rg (p0 ). Karena
persamaan ini berlaku untuk sembarang p0 P1 ((0)), diperoleh
Rg () = ()Rg . (III.10)
d 1 d d
[A , B ]p = t (Bt (p) ) = t (p) exp(sB) exp(tA)1
dt dt ds
d d d d
= p exp(tA)exp(sB) exp(tA)1 = p exp(sAdexp tA B)
dt ds dt ds
d d d d
= p exp s [sAdexp tA B] = p exp(s[A, B]) = [A, B]p .
dt ds dt ds
d 1
[A , X] = (X) = 0.
dt t
BAB IV
ORTHONORMAL
1. Untingan Serat
Untingan serat utama yang didefinisikan pada BAB III merupakan salah satu
macam dari apa yang disebut sebagai untingan serat. Untingan serat (E, E , M, F )
terdiri dari tiga buah manifold E, M, F dan pemetaan surjektif E : E M yang
disebut sebagai proyeksi. Seperti halnya pada definisi USU, E disebut sebagai ru-
ang total, M disebut sebagai ruang dasar sedangkan F sebagai obyek baru dalam
hal ini disebut sebagai serat tipikal. Andaikan {M } adalah himpunan yang berang-
gotakan subhimpunan terbuka dari M, yang dapat meliput M. Untuk setiap M ,
dapat dibentuk M F dan diasumsikan terdapat difeomorfisme
[
: u 7 (x, f ) M F, u E1 (M ) = E1 (x) E. (IV.1)
xM
Pemetaan ini menyematkan koordinat serat (x, f ) pada tiap unsur u yang meru-
pakan anggota serat di atas M dan disebut sebagai trivialisasi lokal. Sebagai kon-
sekuensinya, pembatasan pada setiap serat E1 (x) di atas suatu titik x M
menentukan difeomorfisme antara serat itu dengan F . Dari sini, untuk setiap x
M M , pemetaan
1
: (M M ) F (M M ) F (IV.2)
24
25
g (x) : F F, x M M , (IV.3)
antara serat tipikal F dengan dirinya sendiri. Pemetaan terakhir disebut sebagai
fungsi transisi dari untingan serat (E, E , M, F ).
Kumpulan semua fungsi transisi dari untingan serat memenuhi relasi berikut
ini
g = IdF ,
g (x) = (g )1 , x M M , (IV.4)
Ditinjau himpunan
[ [
TM = Tx M = {X|X Tx M} (IV.5)
xM xM
: X 7 (x0 , x1 , x2 , x3 , X 0 , X 1 , X 2 , X 3 ) O R4 , X Tx M, O R4
(IV.6)
26
[
T M = Tx M, (IV.7)
x M
[
T r,s M = Txr,s M (IV.8)
xM
dapat diberikan struktur manifold dengan cara yang serupa. Obyek yang dinyatakan
sebagai (T M, T M , M, F = R4 ) merupakan untingan serat yang disebut sebagai
untingan singgung. Pada untingan singgung T M, serat tipikalnya dapat dianggap
sama dengan R4 .
Andaikan M merupakan komponen penyusun suatu atlas untuk M, didefin-
isikan pemetaan trivialisasi lokal
: X 7 (x, X 0 ) M R4 , X 0 T1M (M ) T M, X 0 = X 0 0 ,
(IV.10)
dan menganggap 4-tupel koordinat untingan di R4 sebagai matriks kolom, maka ko-
ordinat untingan singgung itu tertransformasi menurut aturan berikut ini
Suatu kerangka linear u pada suatu titik x M adalah suatu basis terurut
Andaikan LM himpunan yang berisi semua kerangka linear u pada semua titik di M
dan andaikan LM pemetaan dari LM menuju M yang memetakan suatu kerangka
linear u di atas x menuju ke x. Grup GL(4, R) bertindak pada LM menurut aturan
berikut
j (ei ) = ij , dx ( ) = , i, j, , = 0, . . . , 3. (IV.15)
Sehingga dari sini, untuk koefisien-koefisien dari suatu kerangka dan coframe, dipenuhi
kaitan berikut ini
Hal ini berarti bahwa LM dan L M terkait erat, sehingga sembarang operasi yang
dilakukan pada suatu kerangka linear dapat dikaitkan dengan suatu operasi yang di-
lakukan pada coframe jodohnya, dan begitu juga sebaliknya.
Tindakan grup GL(4, R) pada L M diberikan oleh
0
u 7 u = ( 00 , . . . , 03 ) = u A, 0i = j Aj i ,
(IV.17)
0
u , u L1 M (x) L M, A =
Aj i
GL(4, R).
: u 7 (x, g) M G, u P1 (M ) P, (IV.18)
29
terdapat suatu kumpulan pemetaan trivialisasi lokal dari (E, E , M, F ) (IV.1) yang
terasosiasi sedemikian rupa sehingga
untuk semua lingkungan M dan M yang saling beririsan, dengan g (x) adalah
anggota grup struktur yang diperoleh dengan cara membatasi pemetaan transisi
1
: (M M ) G (M M ) G, (IV.20)
1
: u 7 (x, ) M GL(4, R), u LM (M ), = ki k GL(4, R).
(IV.21)
Selanjutnya ditinjau trivialisasi lokal lain yang diperoleh dengan cara seru-
pa, dengan menggunakan koefisien ekspansi vektor anggota kerangka linear dalam
chart yang lain,
: u 7 (x, 0 ) M GL(4, R), 0 =
0i
GL(4, R), (IV.22)
1 0
u = (e0 , . . . , e3 ) LM (M ) LM, ei = 0i (x)0 Tx M. (IV.23)
30
Kemudian dengan melihat pada (IV.9), (IV.10) dan (IV.11) dapat disimpulkan
bahwa T M terasosiasi dengan LM. Sesuai dengan definisi untingan yang terasosiasi
di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap USU terasosiasi dengan dirinya sendiri. Ke-
mudian jika dua USU saling terasosiasi, maka keduanya memiliki grup struktur yang
sama. Secara umum, jika dua buah untingan serat terasosiasi dengan USU yang sama,
sehingga oleh karena itu keduanya "berbagi" ruang dasar M dan grup struktur G yang
sama, akan disebut ekivalen jika, untuk sembarang dua buah trivialisasi lokal dan
pada USU, terdapat difeomorfisme (x) dan (x) di antara masing-masing
serat di atas x M M , yang memenuhi kaitan berikut ini (Prugovecki,1995)
0
g (x) = 1
(x) g (x) (x), x M M . (IV.25)
Jika suatu USU (P, P , M, G) memainkan suatu peranan fisis, maka setiap
penampangnya disebut sebagai pemilihan tera. Suatu tera disebut global jika do-
mainnya Ms sama dengan manifold dasar M. Jika tidak maka disebut sebagai tera
lokal. Karena sembarang penampang di (P, P , M, G) membangkitkan trivialisasi
lokal di atas Ms , keberadaan tera global sama artinya dengan hadirnya trivialisasi
global sehingga USU nya dikatakan USU sederhana, dan oleh karena itu begitu juga
dengan semua untingan yang terasosiasi dengannya.
31
5. Untingan Vektor
Dari sini dapat didefinisikan struktur ruang vektor di Fx dengan mendefinisikan, un-
tuk [(x, f1 )], [(x, f2 )] E1 (x) E1 (U V ),
Karena gU V isomorfisme linear, maka definisi ini tidak bergantung pada wakil yang
32
= [(x, gU V (a1 f1 + a2 f2 )]
a : X 7 Xa = a (X) R, X Tu P, (IV.29)
yang terkait dengan basis Ya dan disebut sebagai forma hubungan Cartan (Pru-
33
s : x 7 u P1 (x), x Ms M, (IV.30)
merupakan suatu penampang dari USU (P, P , M, G), yakni kerangka bergerak
dalam bahasanya Cartan jika USU itu terdiri dari kerangka-kerangka, maka push-
forward
X = s X Ts(x) P, X Tx M, (IV.31)
as : X 7 a (s X) R, X T M. (IV.32)
X = X + as (X)Aa;s(x) , X Tx M, x Ms , (IV.33)
antara serat dari USU (P, P , M, G) di atas titik awal dan titik akhir kurva . Operasi
pengangkutan sejajar yang terkait,
00 0 1 0 1 00
E
(x , x ) : E (x ) E (x ), (IV.35)
1
LM
(x00 , x0 ) : {e0i } 7 {e00i } LM (x00 ), {e0i } P1 (x0 ) LM, (IV.36)
dan mendudukkan T M sebagai untingan serat yang terasosiasi dengan LM, secara
eksplisit (IV.35) diberikan oleh
sosiasi (E, E , M, F, G), dapat didefinisikan turunan kovarian untuk sembarang pe-
nampang dari untingan terasosiasi itu sepanjang sembarang vektor X Tx M. Hal
ini dapat dilakukan dengan memilih sembarang kurva yang vektor singgungnya di
titik x diberikan oleh X, dan melakukan parameterisasi sedemikian rupa sehingga
(0) = x dan mengambil limit berikut
1 E
X x = lim (x, x(t))x(t) x , x = x(0) M. (IV.38)
t0 t
Prosedur melimitkan di atas, yang menghasilkan suatu unsur dari serat E1 (x), dise-
but sebagai turunan kovarian dari sepanjang vektor singgung X pada titik x
M. Dalam teori fisika yang menggunakan untingan serat, suatu penampang dari
suatu untingan serat biasa disebut sebagai medan vektor (Prugovecki,1995).
Andaikan X, Y , dan Z medan vektor yang nilainya diberikan di T M, dan
, 0 , dan 00 medan vektor yang nilai-nilainya diberikan di ruang total E yang
terasosiasi dengan LM. Maka dipenuhi
X+Y = X + Y ,
X (0 + 00 ) = X 0 + X 00 ,
(IV.39)
f X = f X ,
X (f ) = f X + X(f ).
dan hal yang sama juga dapat dilakukan pada vektor hasil pengangkutan sejajar di
(IV.38):
E E
(x, x(t))x(t) = x(t);u(t) V ( (x, x(t))u(t)), s : x(t) 7 u(t). (IV.41)
1
lim V ( (x, x(t))u(t))V (u) = as (X)Aa;u V (u),
E
u = u(0), (IV.42)
t0 t
Dari sini, pembangkit-pembangkit itu secara implisit bergantung pada pemilihan pe-
nampang s di (IV.30). Dengan mengkombinasikan (IV.42) dengan (IV.39) dapat
diperoleh rumus (IV.33) dan berlaku
= d + As , (IV.45)
d = dx : X 7 dx (X) = X ,
(IV.46)
s
A = as Aa;s : X 7 as (X)Aa;s .
0 0
As 7 As , s0 : x 7 u0 P1 (x), x Ms , (IV.47)
0
g : x 7 g(x) G, s0 (x) = s(x) g(x), x Ms Ms , (IV.48)
0
yang didefinisikan dalam domain bersama Ms Ms dari dua tera itu. Dari (IV.42) -
38
(IV.46) diperoleh
0
As = U(g1 )dU(g) + U(g1 )As U(g), dU(g) = (U/ga )dga , (IV.49)
yang mengaitkan sembarang dua potensial tera dari suatu hubungan dalam domain
bersamanya. Untuk kumpulan trivialisasi lokal dalam untingan singgung yang meme-
nuhi syarat kompatibilitas (IV.4), dan kumpulan pemilihan tera terkait yang diny-
atakan oleh penampang dari USU, koefisien dari suatu hubungan dapat dibangun den-
gan menempelkan satu dengan yang lainnya potensial tera di (IV.49) dengan bantuan
transfomasi tera (IV.48).
Grup struktur G dalam konteks fisika disebut sebagai "grup tera" dalam USU
(P, P , M, G) oleh beberapa penulis. Tetapi Bleecker (1981) menggunakan istilah
yang sama untuk menyebut suatu subgrup tertentu dari grup semua automorfisme di
USU itu. Disini grup struktur G akan disebut sebagai "grup tera jenis pertama"
sedangkan grup kedua yang disebutkan di atas tadi akan disebut sebagai "grup tera
jenis kedua" (Prugovecki,1995).
8. Hubungan Levi-Civita
pengangkutan sejajar dalam berbagai cara yang mungkin untuk hubungan itu. Hal
ini berarti bahwa setelah reduksi LM menjadi F M(g L ), semua operator untuk pen-
gangkutan sejajar seperti dalam (IV.34) membuat F M(g L ) tetap invarian jika opera-
tor itu dibangkitkan oleh hubungan itu (Prugovecki,1995).
Di lain pihak, pada level fisis murni, kehadiran metrik Lorentzian g L mengan-
tarkan metrisasi kerangka klasik lokal yang diwakili oleh unsur-unsur dari USU LM.
Metrisasi itu secara operasional menghasilkan reduksi LM menjadi F M(g L ) mela-
lui proses seleksi kerangka Lorentz lokal di antara semua kerangka klasik lokal di
atas manifold ruang-waktu M. Dari sini, secara fisis maupun matematis lebih men-
guntungkan untuk merumuskan suatu hubungan yang kompatibel dengan metrik g L
langsung di untingan F M(g L ) (Prugovecki,1995).
Pada tataran fisis, karena manifold Lorentzian (M, g L ) diasumsikan tersam-
bung, dan terorientasi ruang dan waktunya, maka M dapat diliput oleh kerangka
bergerak yang terorientasi putar-kanan untuk sumbu ruangnya dan terorientasi ke
masa depan untuk sumbu waktunya. Karena pengangkutan sejajar fisis terhadap
kerangka Lorentz klasik tidak membalik orientasi sumbu-sumbu keruangan atau arah
perjalanan jam standar, maka F M(g L ) dapat dibatasi lagi menjadi F M0 (g L ) yang
terdiri dari kerangka-kerangka orthonormal {ei |i =, 0, 1, 2, 3} yang vektor e0 -nya
menunjuk ke arah masa depan, dan tripel keruangan {ea |a = 1, 2, 3} semuanya putar-
kanan. Grup struktur F M0 (g L ) adalah subgrup SO0 (3, 1) dari SO(3, 1). SO(3, 1)
terdiri dari matrik real 4 4 tak-singular yang melestarikan metrik Minkowski di
R4 dan memiliki determinan sama dengan satu sehingga merupakan subgrup dari
O(3, 1). Grup SO0 (3, 1) yang biasa disebut sebagai grup Lorentz wajar orthokro-
nus merupakan subgrup terbesar dari SO(3, 1) yang tidak memuat pembalikan ruang
atau pun waktu. Grup ini memainkan peranan sebagai grup tera jenis pertama untuk
USU F M0 (g L ).
40
Aljabar Lie so(3, 1) merupakan ruang vektor berdimensi enam yang dapat
diidentikkan dengan ruang singgung di atas unsur identitas dari SO0 (3, 1). Sekarang
akan ditinjau turunan kovarian untuk hubungan yang kompatibel dengan metrik g L
di M yang dinyatakan dalam basis so(3, 1). Basis itu terdiri dari enam pembangkit
"rotasi" Lorentz untuk masing-masing bidang-(ij). Pers. (IV.28) sekarang berbentuk
1
(X) = ij (X)Y ij , ij = ji , i, j = 0, 1, 2, 3. (IV.51)
2
1
X = X + sij (X)Mij
s , Mji ij
s = Ms , (IV.52)
2
dengan Mij
s merupakan pembangkit infinitesimal dari transformasi Lorentz yang mem-
X Y Y X = [X, Y ] := XY Y X, (IV.54)
1
g(X Y , Z) = [X(g(Y , Z)) + Y (g(X, Z)) Z(g(X, Y ))]
2 (IV.56)
1
+ [g(Z, [X, Y ]) g(X, [Y , Z]) g(Y , [X, Z]).
2
Hasil di atas berimplikasi suatu lemma terkenal yang disebut sebagai lem-
ma fundamental geometri (pseudo-) Riemannian. Lemma ini menyatakan bah-
wa untuk sembarang manifold pseudo-Riemannian (M, g) terdapat suatu hubungan
tunggal pada untingan kerangka linear LM yang bebas torsi dan kompatibel dengan
metrik g di M. Hubungan itu disebut sebagai hubungan Levi-Civita atau hubungan
Riemannian di (M, g) (Prugovecki,1995).
Hasil yang sangat mendasar ini dapat dikonfirmasi ulang dengan memasukkan
42
Kemudian diperoleh
ei ej = k ij ek , ei j = j ik k , (IV.58)
Seperti yang telah disebutkan dalam BAB II, Einstein pernah memberikan
keterangan tambahannya untuk AKU dalam TRU. Ia mengatakan bahwa jika medan
gravitasi yang dinyatakan sebagai fungsi gik dihilangkan, maka ruang yang terjadi
bukan merupakan ruang Minkowski dan bahkan bukan pula merupakan ruang topol-
ogis. Ia juga mengungkapkan bahwa konsep "ruang kosong" yang demikian tidaklah
ada (Prugovecki,1995).
Pernyataan Einstein itu akhirnya membawa J. Stachel pada suatu kesimpulan
bahwa meskipun titik-titik pada manifold secara matematis dikaitkan dengan suatu
sistem koordinat, tetapi secara fisis belum memiliki arti apa-apa sebelum dihadirkan
suatu medan tensor metrik di manifold itu. Titik-titik pada manifold tidak mewakili
suatu peristiwa, melainkan lebih tepat untuk mengatakan bahwa pemetaan dari suatu
43
44
titik pada penampang lokal pada untinganlah yang lebih memiliki signifikansi fisis
(Prugovecki,1995). Petunjuk ini memberikan gambaran bahwa konsep akhir Einstein
mengenai AKU lebih tepat terkait dengan konsep kerangka di atas suatu manifold
daripada konsep sistem koordinat di dalam manifold.
Suatu titik u(x) = {e0 (x), e1 (x), e2 (x), e3 (x)} LM dapat dipandang se-
bagai kerangka lokal yang terdiri dari tiga "tongkat tegar", masing-masing dilabeli
dengan e1 (x), e2 (x), e3 (x), dan sekumpulan "jam standar", dilabeli dengan e0 (x).
Salah satu ujung dari setiap tongkat itu saling disatukan dan di sekitar titik persatu-
an tongkat itulah terdistribusi jam-jam standar. Tetapi seperti yang telah diungkap-
kan Einstein, baik M maupun LM tidak memiliki signifikansi fisis tanpa kehadiran
metrik Lorentzian g L . Metrik Lorentzian sendiri sebenarnya merupakan suatu real-
itas fisis di sekitar kita dan bukan merupakan pilihan yang dapat dipertimbangkan
oleh seorang pengamat terkait dengan suatu kejadian fisis. Dengan hadirnya metrik
Lorentzian itu maka UKL LM dapat direduksi menjadi suatu UKL orthonormal (UK-
LO) F M(g L ) atau sering disebut juga dengan nama untingan kerangka Lorentz den-
gan grup struktur O(3, 1). Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengidentikkan seti-
ap kerangka linear {e0 (x), e1 (x), e2 (x), e3 (x)} dengan komponen e0 (x)-nya meru-
pakan vektor bak-waktu dengan suatu kerangka acuan lokal. Sesuai dengan prosedur
yang diungkapkan Einstein (1916), maka digunakan isyarat cahaya untuk menguji
yang manakah di antara berbagai macam himpunan terurut "tongkat tegar" yang di-
labeli dengan {e1 (x), e2 (x), e3 (x)} yang benar-benar memiliki panjang satu satuan
dan kemudian menguji yang mana sajakah di antara himpunan terurut "tongkat tegar"
dengan panjang satu satuan ini yang saling tegak lurus. Kemudian dengan menggu-
nakan isyarat cahaya juga, harus diuji yang manakah dari himpunan terakhir ini yang
memiliki "jam standar", dilabeli dengan e0 (x) dan terletak di sekitar "tongkat tegar",
yang benar-benar telah sinkron.
45
Jika dilakukan pelabelan ulang terhadap semua kerangka, benda uji, dan medan,
verifikasi fisis ini tidak dapat membedakan di antara berbagai macam pilihan la-
bel matematis {e0 (x), e1 (x), e2 (x), e3 (x)} asalkan pelabelan ulang itu terkait den-
gan suatu difeomorfisme seperti pada (V.1). Kebebasan dalam pelabelan ulang ini
memberikan invariansi difeomorfisme model TRU. Invariansi jenis ini terlihat cukup
serupa dengan kebebasan dalam pemilihan label koordinat, yang mendasari formu-
lasi asli Einstein (1916) mengenai AKU. Sehingga dari sini dapat disimpulkan bahwa
ide fisis yang mendasari pemikiran Einstein mengenai kovariansi umum dilandaskan
pada konsep kerangka (klasik) di atas suatu manifold daripada konsep chart di dalam
manifold (Prugovecki,1995). Kini dapat dinyatakan bentuk lain dari AKU sebagai
berikut
"Hukum-hukum alam yang umum harus dapat dinyatakan secara sama menu-
rut semua kerangka acuan (orthonormal) lokal."
Perumusan AKU di atas tidak menggunakan pernyataan "sistem koordinat"
secara langsung dan telah memanfaatkan kehadiran metrik Lorentzian di alam ini.
Proses mereduksi LM menjadi F M(g L ) dengan memanfaatkan kehadiran
metrik g L sendiri dapat dilakukan secara langsung sebagai berikut. Proyeksi dalam
F M(g L ) diperoleh dari LM dengan cara hanya mengijinkan proyeksi LM untuk
memetakan kerangka-kerangka orthonormal saja dengan e0 merupakan vektor bak-
waktu. Dari sini, sembarang serat F1M (x) dari F M(g L ) hanya terdiri dari kerangka
Lorentz lokal di atas x M. Hal ini berimplikasi bahwa perubahan kerangka,
hanya akan dilakukan oleh matriks yang merupakan anggota grup O(3, 1) yang dise-
but sebagai grup orthogonal semu. Grup ini bersifat melestarikan produk skalar
Minkowski di R4 . Di kalangan fisikawan, grup ini disebut sebagai grup Lorentz.
46
Karena pelestarian produk skalar Minkowski berlaku jika dan hanya jika
i k kl j l = ij , =
i j
O(3, 1), (V.3)
dengan merupakan metrik Minkowski pada teori relativitas khusus. Jelas grup
O(3, 1) merupakan grup struktur dari F M(g L ).
Seperti telah disebutkan pada BAB II, motivasi Einstein memberikan AKU
disandarkan pada pernyataannya yang berikut ini
"The laws of physics must be of such nature that they apply to systems of
reference in any kind of motion " (Einstein,1916).
Kemudian seperti yang telah disebutkan pada BAB I, AKU versi Einstein sebenarnya
secara otomatis telah terpenuhi jika geometri Riemannian diadopsi sebagai kerangka
kerja matematis untuk TRU.
Ide invariansi difeomorfisme memberikan makna yang lebih berarti mengenai
pernyataan Einstein itu yang signifikansi fisisnya muncul secara lebih nyata dari for-
mulasi untingan kerangka Lorentz (Prugovecki,1995). Tetapi cerminan yang paling
jelas mengenai "systems of reference in any kind of motion" dapat ditemukan pada
konsep "kerangka bergerak" dalam UKL atau UKLO, yang diperkenalkan oleh Car-
tan (Prugovecki,1995).
47
v v = 0, v = x , x := dx /d, x . (V.5)
x + x x = 0, x := d2 x /d 2 , = g g( , ), (V.6)
Di lain pihak, jika digunakan suatu tera vierbein, kecepatan-4 harus diekspansikan
terhadap kerangka Lorentz dari F M0 (g L ) yang terkait dengan tera itu agar dapat
diperoleh dari (V.5) sistem persamaan
untuk setiap segmen geodesik yang berada dalam domain bersama kerangka bergerak
holonomik dan non-holonomik yang digunakan dalam (V.7).
Terdapat pilihan parameter affine sehingga persamaan geodesik dapat ber-
bentuk (V.5) bahkan untuk geodesik null atau bak-ruang. Dari sini, menurut postulat
geodesik persamaan ini berlaku juga untuk sinar cahaya. Tetapi dalam kasus ini tidak
ada lagi konsep "waktu sejati" sehingga tidak lagi memiliki makna fisis secara lang-
sung.
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ketika postulat geodesik diterapkan pa-
da kerangka bergerak, maka akan terkait erat dengan rumusan asli Einstein mengenai
AK. Sekarang ditinjau suatu kerangka bergerak yang diterapkan pada kurva licin
di M dan mempunyai implikasi khusus pada koefisien hubungan Levi-Civita. Dalam
hal ini kerangka bergerak yang dimaksud adalah suatu penampang s dari untingan
kerangka linear LM untuk mana koefisien hubungan Levi-Civita i jk di (IV.57)
lenyap di semua titik x yang berada dalam domain Ms dari penampang itu.
Sebagai contoh khusus dari kerangka bergerak itu adalah vierbein yang diterapkan
pada , sehingga dinyatakan sebagai penampang s dari untingan kerangka Lorentz
terbatasi F M0 (g L ) yang berimplikasi i jk = 0 di semua x Ms .
Sekarang ditinjau suatu kasus ketika kerangka bergerak s diterapkan pada
geodesik bak-waktu . Kerangka bergerak yang demikian disebut sebagai kerangka
50
yang berisi kerangka-kerangka yang berada di atas geodesik , semua unsur kerangka
e0 (x) bertepatan dengan vektor singgung terhadap geodesik itu (untuk suatu pemili-
han parameter affin yang cocok) yang merupakan vektor kecepatan-4 dari partikel
yang garis dunia jatuh bebasnya adalah . Jika s orthonormal, maka s disebut seba-
gai kerangka bergerak Lorentz inersial sepanjang .
Sebenarnya jika metrisasi di LM dilakukan seperti cara yang telah dijelaskan
pada subbab sebelumnya, sedemikian rupa sehingga semua kerangka klasik keruan-
gan yang dilabeli oleh tripel {e1 (x), e2 (x), e3 (x)} dengan x Ms dibangun dari
tongkat-tongkat tegar, maka menurut postulat geodesik, bagian yang menandai titik
asal O dari tiap kerangka lokal klasik itu akan mengikuti jika tetap berada dalam
keadaan jatuh bebas. Dari sini, bersamaan dengan berlalunya waktu sejati, kerang-
ka itu akan tetap mempertahankan relasi metriknya satu dengan lainnya dan dapat
diidentikkan dengan unsur himpunan s di (V.8). Semua unsur dari himpunan itu
menampilkan sifat berikut
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Bentuk asas kovariansi umum yang tidak melibatkan sistem koordinat secara
langsung adalah sebagai berikut
" Hukum-hukum alam yang umum harus dapat dinyatakan secara sama oleh
setiap pengamat di semua kerangka acuan (orthonormal) lokal."
"Dalam sembarang kerangka bergerak Lorentz yang inersial untuk suatu geode-
sik bak-waktu , semua hukum fisika non-gravitasional yang dinyatakan dalam
koordinat normal pada tiap titik sepanjang harus sama, hingga suku orde
pertama dalam koordinat itu, dengan bentuk relativitas khususnya yang diny-
atakan dalam koordinat tensor yang terkait dengan kerangka Lorentz masing-
masing."
53
54
2. Saran
Mengingat konsep untingan serat lazimnya dipakai dalam teori tera, maka se-
hubungan dengan digunakannya konsep untingan serat dalam teori relativitas umum
perlu ditinjau hal-hal yang biasa muncul dalam teori tera sebagai bahan kajian lanju-
tan.
DAFTAR PUSTAKA
Anugraha, R., 2005, Pengantar Teori Relativitas dan Kosmologi, Gadjah Mada Uni-
versity Press, Yogyakarta
Bleecker, D., 1981, Gauge Theory and Variational Principles, Addison-Wesley Pub-
lishing Company, Inc., Reading, Massachusets
Carmeli, M., 1977, Group Theory and General Relativity: Representation of Lorentz
Group and Their Application on Gravitational Fields, Mc Graw-Hill Inc, New York
Carmeli, M., 1982, Classical Fields: General Relativity and Gauge Theory, John
Wiley & Sons, Inc., New York
Einstein, A., 1905, Ann. Phys.17, 891, diterjemahkan kedalam bahasa Inggris oleh W.
Perret dan G. B. Jeffrey sebagai "On the Electrodynamics of Moving Bodies", hal
37-65 dalam The Principle of Relativity (Methuen, London, 1923, dicetak ulang
oleh Dover, New York, 1952)
Einstein, A., 1911, Ann. Phys. 35, diterjemahkan kedalam bahasa Inggris oleh W. Per-
ret dan G. B. Jeffrey sebagai "On the Influence of Gravitation on the Propagation
of Light", hal 99-108 dalam The Principle of Relativity (Methuen, London, 1923,
dicetak ulang oleh Dover, New York, 1952)
Einstein, A., 1916, Ann. Phys.49, 769, diterjemahkan kedalam bahasa Inggris oleh
W. Perret dan G. B. Jeffrey sebagai "The Foundation of the General Theory of Rel-
ativity", hal 109-164 dalam The Principle of Relativity (Methuen, London, 1923,
dicetak ulang oleh Dover, New York, 1952)
Einstein, A., 1951, The Meaning of Relativity, Methuen & Co. Ltd., London
55
56
Einstein, A., 1961, Relativity: the Special and the General Theory, edisi kelimabelas,
Crown Publishers-Bonanza Books, New York
Felice, F.D., Clarke, C.J.S., 1995, Relativity on Curved Manifolds, Cambridge Uni-
versity Press, Cambridge
Hawking, S.W., 1988, A Brief History of Time: From The Big Bang to Black Holes,
Bantam Books, Toronto
Hawking, S.W., Ellis, G.F.R., 1997, The Large Scale Structure of Space-Time, Cam-
bridge University Press, Cambridge
Isham, C., 1999, Modern Differential Geometry for Physicist, edisi kedua, World
Scientific Publishing Co. Pte. Ltd., Singapore
Nakahara, M., 1998, Geometry, Topology and Physics, Institute of Physics Publish-
ing, London
Rosyid, M.F., 2002, Diktat Mata Kuliah Matematika Untuk Fisika Teori I, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
Setiawan, S., 1992, Kiprah dan Gelegar Relativitas Einstein, Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta
Silaban, P., 1981, Teori Grup dalam Fisika, Penerbit Angkasa, Bandung
Weinberg, S., 1972, Gravitation and Cosmology: Principles and Applications of The
General Theory of Relativity, John Wiley & Sons, Inc., New York
Wospakrik, H. J., 1987, Berkenalan dengan Teori Kerelatifan Umum, Penerbit ITB,
Bandung
LAMPIRAN A
MANIFOLD LICIN
2. Manifold Topologis
58
59
Sifat Euclidean secara lokal memiliki arti bahwa untuk setiap p M, dapat
ditemukan yang berikut ini:
Suatu homeomorfisme : U U .
Definisi A.2.3 Diberikan sembarang chart (U, ). Himpunan U disebut sebagai do-
main koordinat atau lingkungan koordinat dari tiap titik-titiknya. Pemetaan
disebut pemetaan koordinat. Pemetaan sering ditulis sebagai = (x1 , . . . , xn ).
Kemudian xi : U R disebut fungsi koordinat.
3. Manifold Licin
Tetapi definisi ini akan berarti jika sifat ini tak bergantung pada pemilihan
chart. Untuk menjamin ini, perlu dibatasi pada "chart licin". Kemudian kumpulan
dari semua chart licin ini akan diangkat sebagai struktur baru di M.
Studi tentang manifold licin didasarkan pada kalkulus pemetaan di antara ru-
ang Euclidean. Jika U dan V masing-masing adalah subhimpunan terbuka dari ruang
Euclidean Rn dan Rm , pemetaan F : U V dikatakan licin jika tiap fungsi kompo-
nen dari F memiliki turunan parsial yang kontinu untuk semua orde. Jika F bijektif
dan memiliki pemetaan balikan yang licin, maka F dikatakan difeomorfisme. Suatu
difeomorfisme merupakan homeomorfisme tetapi tidak sebaliknya.
4. Keparakompakan
Teorema A.4.1 Setiap ruang topologi Hausdorff yang kompak secara lokal dan da-
pat dinyatakan sebagai gabungan tercacah dari subhimpunan-subhimpunan kompak
adalah parakompak.
(1) maupun (2) berimplikasi bahwa M adalah parakompak. Konsekuensi lain dari
keparakompakan adalah adanya "partition of unity". Keberadaan "partition of unity"
dapat mengglobalisasi banyak hasil-hasil yang bersifat lokal. Sebagai contoh dapat
dibuktikan bahwa manifold parakompak mengijinkan metrik Riemannian. Kemudian
dengan keberadaan "partition of unity" dapat didefinisikan integrasi di atas manifold
parakompak (Wald, 1984).
5. Ruang singgung
Dari definisi di atas dapat dibuktikan bahwa [Y, Z] = [Z, Y ] dan [Y, [Z, W ]] +
[W, [Y, Z]] + [Z, [W, Y ]] = 0. Kaitan terakhir disebut sebagai identitas Jacobi.
f f f
Jika Y Y dan Z Z, maka dapat dibuktikan bahwa [Y, Z] [Y , Z]. Jika
pemetaan f surjektif, maka persamaan terakhir akan dituliskan juga sebagai f [Y, Z] =
[f Y, f Z].
d 1
(i )x = ((x) + tei ) , (A.2)
dt t=0
dengan ei vektor satuan standar ke-i di Rn . Sembarang Y (M, T M), jika di-
batasi pada U , dapat dinyatakan sebagai Y = ai i dengan ai C (U ).
xj
aj = ai . (A.4)
xi
Medan vektor dapat dianggap sebagai sistem fungsi-fungsi (a1 , . . . , an ), yang didefin-
isikan pada domain koordinat, yang tertransformasi menurut aturan di atas dibawah
perubahan koordinat.
d 1
LY Z = t (Z) (A.5)
dt t=0
(yakni
d 1
(LY Z)x = t (x) (Zt (x) ) Tx M). (A.6)
dt t=0
Definisi A.5.7 Andaikan T p,q (M) = xM T p,q (Tx M). Suatu forma-1 (1-form) di
M adalah fungsi : M T p,q (M) sedemikian rupa sehingga x T 0,1 (Tx M)
dan (untuk sembarang Y (M, T M) fungsi (Y )(x) = x (Yx ) ada di C (M ).
65
Suatu medan tensor berjenis (p, q) di M adalah suatu fungsi S : M T p,q (M)
sedemikian rupa sehingga Sx T p,q (Tx M) dan (untuk sembarang forma-1 1 , . . . , p
dan medan vektor Y1 , . . . , Yq di M) fungsi S(1 , . . . , p , Y1 , . . . , Yq ) diberikan oleh
S(1 , . . . , p , Y1 , . . . , Yq )(x) = (S(1x , . . . , px , Y1x , . . . , Yqx ) ada di C (M). Ru-
ang dari semua medan tensor berjenis (p, q) di M akan dinyatakan dengan T p,q (M).
Definisi A.5.8 Suatu forma-k (k-form) di M adalah medan tensor T 0,k (Tx M)
sedemikian rupa sehingga x k (Tx M). Ruang dari forma-k di M dinyatakan
oleh k (M). Untuk setiap k (M) dan j (M), didefinisikan
i+j (M sebagai ( )x = x x . Jika : U R chart = (x1 , . . . , xn )
(xi C (U )) maka dx1 , . . . , dxn didefinisikan sebagai forma-1 di U tersebut den-
gan dxi (j ) = ji . Sembarang k (M) dapat dituliskan, diatas U , sebagai
1
= i1 ik dxi1 dxik , (A.7)
k!
dengan i1 ik = (i1 , . . . , ik ) C (U ).
1
d = d(i1 ik ) dxi1 dxik
k!
1
= i [i1 ik ]dxi dxi1 dxik .
k!
Dapat dibuktikan bahwa d, seperti yang telah didefinisikan, tak bergantung pada
pemilihan koordinat. Dalam kenyataanya, d dapat didefinisikan (tanpa mengacu pa-
da koordinat) seperti halnya forma-(k +1) sedemikian rupa sehingga X1 , . . . , Xk+1
66
(M, T M) diperoleh
dengan tanda topi dimaksudkan untuk mengabaikan medan vektor yang bertopi terse-
but dalam penjumlahan. Operasi d : k (M k+1 (M) disebut turunan eksterior
(exterior differentiation). Jika i (M) dan j (M), maka (dari definisi
koordinat) dapat diperoleh d( ) = d + (1)i d dan d2 d d = 0.
Konsep mengenai grup Lie tidak diragukan lagi merupakan suatu konsep yang
sangat berguna di fisika teoretis modern. Beberapa fitur penting yang dimiliki oleh
grup Lie dibahas dibawah ini.
Definisi A.6.1 Andaikan G manifold-n dan suatu grup sedemikian rupa sehingga
operasi grup G G G yang diberikan oleh (g1 , g2 ) 7 g1 g2 dan pemetaan G G
yang diberikan oleh g 7 g 1 merupakan pemetaan C . Maka G disebut sebagai
grup Lie.
Sekedar menyebutkan, setiap medan vektor pada suatu manifold kompak meru-
pakan medan vektor yang lengkap (Lee, 2000). Tetapi pada grup Lie, meskipun tidak
kompak, dapat diperoleh kenyataan bahwa untuk setiap medan vektor invarian kiri
terkait secara tunggal dengan kurva (integral). Sehingga jelas untuk setiap medan
vektor invarian kiri bersifat lengkap.
d
B g t (g) (A.8)
dt t=0
Contoh. Andaikan V ruang vektor dengan dim V = m < , dan andaikan GL(V )
grup yang berunsurkan semua pemetaan linear invertibel F : V V . Dengan men-
ganggap GL(V ) sebagai grup matriks-matriks, maka GL(V ) (suatu subhimpunan
2
terbuka di Rm ) merupakan grup Lie (Bleecker, 1981). Andaikan I GL(V ) unsur
identitas, dan TI (GL(V )) dinyatakan sebagai G`(V ). G`(V ) dapat diidentikkan den-
gan ruang vektor yang berisi semua pemetaan linear A : V V melalui relasi yang
berikut ini
d
A (I + tA) . (A.9)
dt t=0
1 2 1 3
Exp(A) = I + A + A + A + . (A.10)
2! 3!
Dapat dibuktikan bahwa penjumlahan itu konvergen (Bleecker, 1981), dan bahwa
Exp((t + s)A) = Exp tAExp sA. Dengan demikian, Exp(A)Exp(A) = I se-
hingga Exp(A) GL(V ). Pemetaan t 7 Exp(tA) merupakan suatu kurva dan
homomorfisme dengan
d
Exp(tA) = A. (A.11)
dt t=0
69
Dari diskusi pada (A.6.4), diperoleh bahwa Exp merupakan pemetaan eksponensial
untuk GL(V ). Di (A.6.1), akan dibuktikan bahwa (untuk A, B G`(V )) [A, B] =
AB BA.
Definisi A.6.5 Suatu subgrup Lie dari suatu grup Lie G merupakan submanifold
(dari G) yang juga merupakan subgrup dari G. Suatu subgrup Lie H dari G juga
merupakan grup Lie. Karena homomorfisme : R H juga merupakan homomor-
fisme kedalam G, maka dapat diperoleh bahwa exp : H H adalah exp : G G
yang dibatasi pada H. Teorema berikutnya berimplikasi bahwa [ , ] di H merupakan
[ , ] di G yang dibatasi pada H.
2
ad(A)(B) = (exp(tA)exp(sB)exp(tA)) = [A, B]. (A.12)
st s,t=0
70
Akibat A.6.1 Jika G sembarang subgrup Lie dari GL(V ), maka operasi kurung di
G G`(V ) diberikan oleh [A, B] = AB BA.
Bukti. Menurut (A.6.5), cukup untuk meninjau kasus ketika G = GL(V ). Dengan
menggunakan (A.6.2), dengan exp = Exp (lihat contoh), diperoleh
2
[A, B] = (Exp(tA)Exp(sB)Exp(tA)) = AB BA.
st s,t=0
chkm cm h m h m h m h m
ij + cjm cki )eh . Dengan demikian m cim cjk + ckm cij + cjm cki = 0 untuk semua
h, i, j, k.
d d
0= (I) = (A(t)A(t) )
dt dt
= A0 (0)A(0) + A(0)A0 (0) = A0 (0) + A0 (0) .
d
B= Exp tB U(n), (A.13)
dt
sehingga U(n) = S. Aljabar Lie SU(n) dari SU (n) merupakan subaljabar dari U(n)
yang memuat matriks-matriks dengan lacak (trace) sama dengan 0 (yakni, SU(n) =
{B U(n)|B = 0}). Hal ini berlaku dari rumus det(Exp B) = etr B , yang valid
untuk sembarang matriks n n. Rumus ini dapat dibuktikan dengan cara sebagai
berikut. Andaikan f (t) = det (Exp tB). Di h = 0, diperoleh
d d
f 0 (t) = f (t + h) = det(Exp tB)det(Exp hB)]
dh dh
d
= det(Exp tB) det(I + hB)
dh
= det(Exp tB)tr B = (tr B)f (r).
Dengan demikian, f (t) = f (0)e(tr B)t = e(tr B)t , dan dengan mengatur t = 1 diper-
oleh hasil yang diinginkan.