You are on page 1of 5

INTISARI

KESESUAIAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI INSTALASI


FARMASIRSUD ULIN BANJARMASIN

Lisnawaty Diana1; Ratih Pratiwi Sari2; Noorlaila3

Obat high alert adalah obat-obatan yang memiliki risiko tinggi membahayakan
keselamatan pada pasien jika tidak digunakan secara tepat. Menurut PerMenKes No.58
Tahun 2014 kategori obat high alert dibagi menjadi 3, diantaranya Elektrolit konsentrat
tinggi, LASA ( Look AlikeSounds Alike ) dan Sitostatik. Obat high alert harus disimpan
terpisah dan diberi penandaan khusus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
persentase kesesuaian penyimpanan obat high alert dan persentase kesesuaian penyimpanan
masing-masing obat high alert.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan
pada 25 April - 05 Mei 2016 di Instalasi Farmasi RSUD Ulin Banjarmasin. Populasi dan
sampel dalam penelitian ini adalah seluruh obat high alert yang ada di Instalasi Farmasi
RSUD Ulin Banjarmasin. Teknik sampling yang digunakan adalah Teknik sampling jenuh,
dimana semua populasi dijadikan sebagai sampel. Alat penelitian pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi.
Hasil persentase kesesuaian penyimpanan obat high alert di Instalasi Farmasi RSUD
Ulin Banjarmasin mengenai penyimpanan obat high alert sebanyak 42,62% yang sesuai
dengan SOP RSUD Ulin tentang penyimpanan obat high alert dan untuk persentase
kesesuaian penyimpanan masing-masing obat high alert untuk Elektrolit konsentrat tinggi
sebanyak 80% yang sesuai, LASA (Look Alike Sound Alike) sebanyak 21,16% yang sesuai
dan Sitostatik sebanyak 26,71% yang sesuai dengan SOP RSUD Ulin Banjarmasin tentang
penyimpanan obat high alert.

Kata Kunci: Kesesuaian, Penyimpanan, Obat High Alert, Instalasi Farmasi


1
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
2
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin
2

ABSTRACT

THE SUITABILITY OF HIGH ALERT DRUGS STORAGE AT INSTALLATION OF


PHARMACEUTICAL IN ULIN HOSPITALBANJARMASIN

Diana Lisnawaty1, Ratih Pratiwi Sari2; Noorlaila3

High alert drugs are the drugs that have a high risk of endangering the safety of
patients if not used properly. According to the Regulation of the Minister of Health number
58 year 2014, high-alert drugs are divided into three categories including high
concentrations of electrolytes, LASA (Sounds Alike Look Alike) and cytostatic. High
alert drug should be stored separately and given special notation. Based on the research
conducted, it was found that six drug installations in Ulin hospital Banjarmasin have not
stored the highalert drugs appropriately. The aim of this study was to figure out the
suitability percentage of high alert drugs storage and storage suitability percentage of
each high aler tdrug.
This type of research was descriptive research. The study was conducted on April 25 -
May 5, 2016 at Hospital Pharmacy Installation of Ulin, Banjarmasin. Population and sample
in this study are all high alert drugs in hospital pharmacy installation of Ulin
Banjarmasin. The sampling technique used was saturated sampling technique, where all the
population used as sample. Research tool of collecting data used in this study was
observation sheet.
The first finding of the research shows that the suitability of the high alert drugs
storage in Hospital Pharmacy Installation of Ulin Banjarmasin is as much as 42.62% and it is
in accordance with SOP of Ulin General Hospital. The second finding shows that the
percentage storage suitability of each high alertdrugfor a highly concentrated electrolyte is
as much 80% which is appropriate, LASA (Look Alike Sound Alike) is as much as 21.16%
which is appropriate as well, and cytostatic is as much as 26.71% which is in accordance
with SOP of Ulin Hospital Banjarmasin referring to the high alert drugs storage regulation.

Keywords: Suitability, Storage, High Alert Drugs, Pharmacy Installation


1
Academy of Pharmacy ISFI Banjarmasin
2
Regional General Hospital of Ulin, Banjarmasin
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasikepadapelayananpasien,

penyediaansediaanfarmasi, alatkesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan

terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik, yang bertujuan

untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat. Tuntutan pasien

dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya

perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi

paradigm baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Asuhan

Kefarmasian (pharmaceutical care) (Kementerian Kesehatan, 2014).

Asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) adalah tanggung jawab langsung

Apoteker pada pelayanan yang berhubungan dengan pengobatan pasien dengan tujuan

mencapai hasil yang ditetapkan yaitu memperbaiki kualitas hidup pasien. Asuhan

kefarmasian tidak hanya melibatkan terapi obat tetapi juga keputusan tentang penggunaan

obat pada pasien. Termasuk keputusan untuk menggunakan terapi obat, pertimbangan

pemilihan obat, dosis, rute dan metode pemberian,pemantauan terapi obat serta pemberian

informasi dan konseling pada pasien (American Societharmacist, 1993).

Menurut Permenkes RI no 58 Tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di

Rumah Sakit. Maka Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan obat untuk meningkatkan

keamanan, khususnya obatyang perlu diwaspadai (high-alert medications). Obat High Alert

adalah obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi kesalahan serius

(sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan

1
4

(adverse outcome). Adapun yang termasuk Obat High Alert adalah Elektrolit konsentrat

tinggi, LASA (Look Alike Sound Alike) dan Sitostatik/Obat kanker.

Penanganan untuk obat high alert yang paling efektif adalah dengan cara

mengurangi kesalahan dalam pemberian obat tersebut yaitu denganmeningkatkan proses

penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat

dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Rumah Sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu

kebijakan atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan

data yang ada di Rumah Sakit. Kebijakan atau prosedur juga mengidentifikasi area mana saja

yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau kamar

operasi, serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimanapenyimpanannya di

area tersebut,untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja atau kurang hati-hati.Rumah

Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk meningkatkan keamanan,

Insidenkeselamatanpasienmengenaihigh alertmasihseringterjadi.Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Bayangdkk (2010)menunjukkan bahwa kesalahan dalam pemberian obat

disebabkan oleh prosedur penyimpanan obat yang kurang tepat khususnya untuk obat LASA

(Look Alike Sound Alike) yaitu obat-obatan yang bentuk/rupanya dan

pengucapannya/namanya mirip.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2015) Risiko kejadian

dispensing error secara umum memiliki risiko kejadiantinggi. Hal inidikarenakan

penyimpanan obat dengan nama yang mirip/LASA (Look AlikeSound Alike), beban kerja,

gangguan, interupsi yang diterima ketikamenyiapkan obat, data pasien, dosis obat, dan

frekuensi penggunaan yangtidak lengkap. Selain itu, dalam penelitian Silvia dkk (2011)

disebutkan lebih dari satu kesalahan peresepan, total 1.632 kesalahan, ditemukan dalam obat

yang perlu kewaspadaan tinggi/high alert, maka dari itu sangat penting bagi tenaga
5

kefarmasian untuk mengelola penyimpanan yang sesuai untuk obat-obat high alert agar

meminimalisir kesalahan pada saat pemberian obat high alert.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang pernah terjadi dalam hal pemberian

obatyang salah karena faktor penyimpanan obat yang tidak sesuai. Cara yang paling efektif

untuk menangani permasalahan kesalahan pemberian obat yaitu dengan cara memperbaiki

sistem penyimpanannya. Dengan mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut dan

meningkatkan proses penyimpanan obat-obatan yang perlu diwaspadai/high alertdengan cara

memisahkan obat-obat high alert tersebut dengan obat lain agar tidak terjadi kesalahan saat

pengambilan obat dalam keadaan darurat di Rumah Sakit. Rumah Sakit harus

mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur untuk membuat daftarobat-obat yang perlu

diwaspadai berdasarkan data yang ada di Rumah Sakit. Seperti di Instalasi Gawat Darurat

(IGD) pemberian label sangat penting untuk obat-obat yang high alert untuk mencegah

pemberian yang tidak sesuai/kurang hati-hati (DepartemenKesehatan, 2008).

Rumah Sakit Ulin termasuk Rumah Sakit dengan rujukan terbanyak di Kalimantan

yang meliputi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dan banyak terdapat berbagai

jenis obat-obat high alertdimana dalam hal penyimpanannya obat high alert harus

diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian yang dapat membahayakan

keselamatan pasien dan berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 30 Maret

2016 masih ada penyimpanan obat high alert yang tidak sesuai dengan Standar Operasional

Prosedur (SOP) RSUD Ulin tahun 2014 tentang obat high alert. Dari hasil pengamatan

tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kesesuaian

penyimpananobathigh alert di Instalasi FarmasiRSUD Ulin Banjarmasin.

You might also like