You are on page 1of 4

LAYAKKAH EVALUASI YANG KITA BERIKAN PADA SISWA DI SETIAP

AKHIR JENJANG PENDIDIKAN?

Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang


atau kelompok dalam usaha memperbaiki maupun mendewasakan manusia
melalui pengajaran tertentu. Yang bisa dilaksanakan dalam pendidikan formal atau
nonformal. Di dalam pendidikan selalu diberikan evaluasi untuk mendapatkan
kadar kemampuan anak didik. Evaluasi tersebut biasanya memiliki isi sama rata
antar anak didik. Khususnya di Indonesia evaluasi terakhir selalu dilaksanakan
secara bersamaan. Namun setiap lembaga memiliki taktik tersendiri untuk
menyambut datangnya evaluasi tersebut. Tetapi sering terpampang dimana warga
yang melaksanakan evaluasi tersebut bersekongkol dan menyembunyikan misteri.
Jika hal ini sering terjadi dan menjadi budaya warga sekolah, maka apa jadinya
pendidikan kita? Entah bagaimana ini bisa terjadi dan apa alasan mereka? Ini
menjadi hal belaka dan setiap pekan beberapa warga sekolah melaksanakannya.

Cara mengevaluasi pelajar di setiap Negara memiliki perbedaan dan


kesamaan tersendiri. Di Indonesia evaluasi pelajar untuk melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi dilaksanakan di akhir tahun dengan berbagai macam mode.
Evaluasi tersebut memiliki nama dan peraturan yang berbeda. Evaluasi tersebut
untuk menganalisa kemampuan dan pagar penentu ke jenjang selanjutnya. Meski
terkadang para pelajar hanya belajar sesuai dengan pagar dan yang lain dibuang
berceceran. Namun evaluasi di jenjang sekolah ini selalu ditanam di Indonesia
sampai tahun ini. Yang memiliki fashion unik dan si pemakainya nampak luar
biasa. Pernak-pernik evaluasi inilah yang memberikan ledakan biaya melanda
Negara. Tidak hanya itu evaluasi ini juga menimbulkan dampak berbahaya kepada
Negara,pelajar, keluarga,warga sekolah , dan sekolah. Namun dimana ada pahit
juga ada manis, ada hitam putihpun datang dan ada kesedihan kebahagiaanpun
menjemput. Evaluasi tersebut memiliki keuntungan besar bagi pihak yang
menjalankannya. Oleh sebab itu kita harus memiliki cara glamour untuk menawan
evaluasi tersebut dengan harga pernak-pernik yang lebih murah. Agar dampak
besar tidak melanda tubuh penerus bangsa dan sekitarnya. Atau menjalankannya
dengan penuh ketulusan dengan karakter asli yang selalu berseri.

Evaluasi tersebut diadakan secara bersamaan di seluruh penjuru sekolah


Indonesia. Terkadang kendala selalu mampir dalam pelaksanaannya. Tetapi di
Indonesia selalu dilaksanakan dengan demokrasi. Yaitu dari sabang sampai
merauke melaksanakannya dari tahun ke tahun. Bisa jadi nenek sampai cucunya
merasakan hal yang sama tetapi cover berbeda. Hal ini selalu dilaksanakan dan
isinya disaring penuh para profesor.

Dengan demikian evaluasi tersebut bertahan karena salah satu alat ukur
yang akurat untuk menentukan kadar kemampuan para pelajar Indonesia. Evaluasi
tersebut hanya berisi pelajaran terpilih dan menyisihkan pelajaran yang lain. Inilah
yang membuat pembelajaran bertahun-tahun lenyap dalam pembunuhan beberapa
hari. Setahun terakhir yang membuat stres,karena menelan beribu soal dengan
cover jaminan 99% LULUS. Evaluasi yang diadakan diakhir tahun dengan
pengumuman meretakkan kesehatan psikis.

Evaluasi tersebut dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, di Indonesia


berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional
dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Seseorang atau anak didik dapat dinyatakan
lulus apabila telah melewati nilai batas yang ditentukan. Evaluasi tersebut
diadakan dari tahun 1965-sekarang dan tertanam di Negara penuh keragaman ini.
Tetapi ada Negara maju tanpa menggelar evaluasi seperti Indonesia. Lihat saja,
Negara Finlandia, Amerika, Jerman, Kanada dan Australia. Rata-rata mereka
mengadakan evaluasi di setiap sekolah dan menciptakan strategi belajar sesuai
keadaan. Evaluasi yang dilaksanakan bukan sebagai penentu tetapi untuk
mengetahui kemana siswa tersebut melanjutkan pendidikan dan selalu
memperhatikan fasilitas pendidikan diseluruh penjuru.

Namun evaluasi di Indonesia berbeda dengan mereka. Indonesia memiliki


sejarah panjang mengenai evaluasi nasional. Setiap beberapa tahun tanggal dan
bulan pelaksanaannya serta nama yang berubah. Jenis evaluasi menurut waktu,
(1965-1971) Ujian Negara, (1972-1979) Ujian Sekolah, (1980-2000) Evaluasi
Belajar Tahap Nasional, (2001-2004) Ujian Akhir Nasional dan (2005-Sekarang)
Ujian Nasional. Di setiap tingkatan pendidikan memiliki perbedaan mata
pelajaran yang diujikan. Pada tingkatan Sekolah Dasar hanya 3 yaitu, bahasa
Indonesia,Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Untuk Sekolah Menengah
Pertama ada 4 mata pelajaran yang sama dengan di SD hanya ditambahkan
Bahasa Inggris. Dan ditingkat Sekolah Menengah Atas ada 6 mata pelajaran
sesuai dengan jurusannya. Perubahan mode dari sejarah di atas mempengaruhi
hasil dari evaluasi tersebut. Setiap tahunnya selalu tergambar grafik naik atau
turunnya kelulusan. Beberapa anak didik merasa tidak rela pengorbanan beberapa
tahun dilahap oleh evaluasi hanya dalam hitungan hari.

Kegelisahan para warga sekolah menggelora datangnya hasil evaluasi


yang memiliki beberapa dampak. Terkadang mereka melakukan politik sakit
dalam menjemput evaluasi tersebut. Seperti sekongkol dengan pengawas ujian,
kembang tujuh rupa melayang dalam ujian,ledakan pembelian bumbu instant, dan
jampe-jampe berkembang. Ketakutan-ketakutan yang melayang di pikiran warga
sekolah sebagai penyebab mereka rela melakukan itu semua untuk menjaga nama
baik warganya. Tidak hanya itu dampak pada Negarapun berkecamuk
seperti,pengeluaran dana yang besar untuk upah para pembuat soal,harga
percetakan,ongkos kirim,upah penjagaan polisi dan kesenjangan pendidikan.
Kesenjangan pendidikan dimana materi yang diterima atau buku yang ditelan oleh
pelajar daerah terpinggirkan memiliki perbedaan. Apalagi klasifikasi kelas yang
beragam,seperti akselerasi,unggulan dan reguler. Tetapi,kemampuan anaklah yang
membedakan.

Dampak yang bermunculan mulai terasa pada anak didik stres menghadapi
hasil evaluasi yang menyatakan tidak lulus. Ada yang sudah diterima di
Universitas tetapi gagal karena tidak lulus evaluasi. Itu hanya salah satu penyebab
anak didik berlomba-lomba mencari bumbu instant yang sudah melekat menjadi
budaya. Toleh kanan atau kiri,tukar soal untuk saling menjawab,buka hp mencari
sms mat kunci yang sesuai paket dan update di e-mail indo kunci dari berbagai
pihak. Mereka terbiasa tidak percaya dengan dirinya sehingga bertindak tidak
jujur. Karakter dasar yang dibiarkan saja akan menjadi kebiasaan.

Dibalik dampak tersebut evaluasi ini memunculkan budaya baru dan


keuntungan. Seperti penjual kunci musiman dari kunci Inggris,tafsir dan
perkantoran. Bimbingan belajar musiman, taubat musiman,bejo musiman dan
belajar musiman. Dengan adanya evaluasi tersebut muncullah kobaran semangat
belajar yang membara, para pelajar memiliki pendirian yang teguh dan menambah
mutu SDM.

Dengan demikian evaluasi mutu pendidikan dipercayakan saja kepada


guru, dan Negara hanya melatih dan mendidik para guru secara merata. Hasil
evaluasi tidak dibandingkan dengan peringkat karena setiap anak memiliki
passion dan keunikan yang berbeda. Sebaiknya tidak memagari batas nilai
kelulusan karena ini membuat beban dan tindak kecurangan.

Oleh karena itu,gunakanlah waktu dengan sebaik mungkin. Dalam


perjalanan pemerataan dan perbaikan pendidikan di Indonesia. Jika tidak ada
pengukur kadar kemampuan pelajar yang lebih akurat,bentuklah karakter dasar
dengan baik sebagai penunjang ke tingkat selanjutnya.

You might also like