You are on page 1of 8

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.

1 (2007) p: 23-30

PENAMBATAN NITROGEN DAN PENGHASILAN INDOL ASAM


ASETAT OLEH ISOLAT-ISOLAT AZOTOBACTER PADA PH RENDAH
DAN ALUMINIUM TINGGI

Fajar Isminarni*, Sri Wedhastri*, Jaka Widada*, Benito Heru Purwanto**

*Laboratorium Mikrobiologi Tanah dan Lingkungan, Fakultas Pertanian UGM


** Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian UGM

Intisari

Pengelolaan tanah masam untuk kepentingan pertanian mengalami kendala ganda


(multiple constrains), yaitu kemasaman tinggi dan kekahatan unsur hara penting bagi tanaman
seperti N, P, Na, dan atau Mg. pH tanah yang masam berpengaruh nyata terhadap kelarutan dari
nutrisi tanaman dan mikroorganisme. Pada pH rendah aluminium (Al) menjadi sangat larut dan
toksisitas Al merupakan hambatan utama pertumbuhan pada tanah mineral masam.
Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi isolat Azotobacter yang tahan terhadap pH
rendah dan kadar aluminium tinggi, dan kemudian menguji kemampuan isolat Azotobacter terpilih
dalam penambatan nitrogen serta penghasilan zat pengatur tumbuh.
Dalam penelitian ini digunakan 20 isolat Azotobacter yang diisolasi dari tanah masam Jawa
Barat. Dalam pengujian ketahanan Azotobacter terhadap pH rendah dan aluminium tinggi
digunakan medium Burk’s dengan pH 4 dan 5 serta konsentrasi AlCl3 dari 0 ppb sampai 500 ppb
dengan interval 50. Kemampuan penambatan nitrogen dilakukan dengan metode Acetylene
Reduction Analysis (ARA), sedangkan kemampuan dalam menghasikan indol asam asetat (IAA)
ditentukan dengan metode spektrofotometri. Untuk mengetahui karakteritik Azotobacter
ditentukan dengan pengujian biokimia.
Dari penelitian diperoleh 3 isolat Azotobacter yang memiliki ketahanan terhadap pH
medium 4 dan 5 dengan konsentrasi AlCl3 tertinggi 500 ppb yaitu isolat Azotobacter sp. 26a, 28a,
dan 1a. Isolat Azotobacter sp. 26a memiliki kemampuan menambat nitrogen pada medium pH 5
dengan konsentrasi AlCl3 tertinggi 500 ppb sebesar 75,758 mg/g berat kering sel. Isolat
Azotobacter sp. 26a juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan IAA pada medium larutan hara
pH 5 dengan konsentrasi AlCl3 tertinggi 250 ppb sebesar 168,046 ppm/g berat kering sel. Hasil
pengujian morfologi dan biokimia menunjukkan bahwa isolat 26a memiliki kemiripan yang tinggi
dengan Azotobacter chroococum.

Kata kunci : Penambatan nitrogen, Indol Asam Asetat, Azotobacter, pH, Aluminium

Abstract

Agricultural Podzolic acid soil management has multiple constrains, there are high acidity
and plant nutrition deficiency of N, P, Na, and Mg. Soil acidity has negative impacts to the plant
nutrition solubility and the microorganisms. Aluminium (Al) has been very soluble in soil at low pH
and its toxicity has become the major constrain for plant growth in the mineral acid soil.
The aim of this research were to select isolates of Azotobacter resistant at low pH and high
concentration of aluminium, examine the ability of the isolates to fix nitrogen and produce hormone
for supporting plant growth.
Twenty isolates of Azotobacter, isolated from west Java Podzolic acid soil were used to this
research. This ability to stand low pH and high concentration of aluminium was tested using Burk’s
medium at pH 4 and 5 with 0-500 ppb of AlCl3 (interval 50). The nitrogen fixing activity was
measured by using Acetilen Reduction Analysis (ARA), meanwhile the presence of Indole Acetic
Acid detected by spectrophotometry method. Biochemical assay were also used to identify the
isolates.
The result showed that 3 isolates of Azotobacter were resistant at medium in pH 4 and 5
with 500 ppb of AlCl3, they were 26a, 28a, and 1a. The ability of 26a to fixed nitrogen in Burk’s pH 5
with 500 ppb AlCl3 was 75,756 mg/g of dry weight cell. The IAA produced by 26a in the same
medium was 168,046 ppm/g of dry weight cell. The result of biochemical assay showed that 26a
had high similarity with Azotobacter chroococcum.

Key Words : Nitrogen Fixation, Indole Acetic Acid, Azotobacter, pH, Aluminium
24 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.1 (2007)

PENDAHULUAN atau setelah mikroorganisme itu mati


Tanah masam mempunyai karakteritik (Andayaningsih, 2000). Apabila keunggulan
pH yang rendah yaitu pada tanah masam kuat bakteri ini dapat dimanfaatkan dengan efisien,
(5,5-4,5) sampai pada tanah yang ekstrim maka harapannya dapat digunakan untuk
masam (< 4,5), kemampuan tukar kation rendah mengurangi penggunaan pupuk N tanpa
dan kejenuhan basa rendah (Shen et al., 2006). mengganggu target produksi tinggi.
Reaksi tanah yang masam itu disebabkan oleh Azotobacter sangat sensitif pada
curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan alkalinitas, asiditas (Mishustin dan Shilnikova,
basa-basa mudah tercuci (Anonim, 1991). 1971), dan optimum pada pH 7-8 (Sutedjo et al.,
Penggelolaan tanah masam untuk 1991). Ion Aluminium bersifat toksik untuk
kepentingan pertanian mengalami kendala ganda Azotobacter. Hal ini merupakan hambatan utama
(multiple constrains), yaitu kemasaman tinggi bagi keberadaan Azotobacter yang berasal dari
dan kekahatan unsur hara penting bagi tanaman tanah podsolik (Mishustin dan Shilnikova, 1971).
seperti N, P, Na, dan atau Mg (Radjagukguk, Azotobacter yang diisolasi dari tanah
1983). pH tanah yang masam berpengaruh masam Jawa Barat mempunyai kemampuan
nyata terhadap kelarutan dari nutrisi tanaman dalam penambatan nitrogen yang unggul (>400
dan mikroorganisme (Sparks, 1995). pH rendah mg/g b.k sel). Selain itu isolat Azotobacter juga
menyebabkan terlepasnya Al3+ kedalam larutan mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh,
tanah (Ma et al., 2006). seperti Indol Asam Asetat (IAA) (Wedhastri,
Peningkatan produktivitas tanah masam 1999). Sifat inilah yang menjelaskan pengaruh
terutama dilakukan melalui pengapuran, menguntungkan Azotobacter sehubungan
pemilihan varietas yang dapat beradaptasi, dan dengan peran IAA dalam meningkatkan
pemupukan (Razie dan Syaifuddin, 2005). perkembangan dan pembelahan sel tanaman.
Penelitian menunjukkan bahwa pengapuran IAA merangsang perkembangan akar dan
selain biayanya tinggi juga menimbulkan dampak memperbanyak bulu-bulu akar tanaman padi
negatif bagi tanah dan tanaman (Radjagukguk, (Razie dan Anas, 2005), dengan demikian
1983). Varietas tanaman yang diadaptasikan pengambilan unsur hara melalui akar meningkat
pada tanah masam membutuhkan pupuk N dan efektifitas pemupukan dapat dilakukan.
dalam jumlah yang besar, namun pemberian Berdasarkan hal-hal tersebut diatas,
pupuk buatan yang biasa dilakukan petani penelitian ini bertujuan menyeleksi 20 isolat
cenderung tidak efisien karena sebagian besar Azotobacter sp. dari tanah masam Jawa Barat
nitrogen akan hilang melalui proses pencucian. yang tahan terhadap pH rendah dan konsentrasi
Penggunaan pupuk dengan dosis tinggi aluminium tinggi. Dari hasil seleksi ini diharapkan
menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi. akan mendapatkan Azotobacter efektif yang
Sehingga tindakan yang bijak dibutuhkan agar dapat dikembangkan sebagai pupuk hayati.
dapat mengefisienkan dan meminimalkan Fiksasi N dari udara dapat ditingkatkan
penggunaan pupuk buatan. khususnya untuk memenuhi kebutuhan unsur N
Usaha penghematan dan pengurangan tanaman pada tanah-tanah mineral masam
pupuk buatan diperlukan adanya suatu penelitian sehingga dapat meningkatkan hasil panen
tentang pemanfaatan sumber hayati yang tanaman yang dibudidayakan.
berpotensi sebagai pupuk hayati untuk
mengganti pupuk buatan. Penambatan N2 BAHAN DAN METODE
atmosfer oleh mikroorganisme dapat membantu Dua puluh isolat Azotobacter koleksi
ketersediaan unsur N bagi tanaman dan dapat Laboratorium Mikrobiologi tanah dan lingkungan
mengefisienkan penggunaan N yang berasal dari diperbanyak pada medium agar miring Ashby.
pupuk buatan. Pemanfaatan mikroorganisme Isolat disimpan pada suhu kamar sebagai stok
penambat N2 ini akan mengurangi biaya produksi kultur.
(Razie dan Syaifuddin, 2005). Seleksi Azotobacter dilakukan dengan
Azotobacter adalah spesies rizobakteri menumbuhkan dua puluh isolat Azotobacter
yang telah dikenal sebagai agen biologis pada medium Burk’s cair yang diperkaya dengan
pemfiksasi dinitrogen, diazotrof, yang mengubah AlCl3 dengan konsentrasi 0 ppb, 25 ppb, 75 ppb,
dinitrogen menjadi amonium melalui reduksi dan 100 ppb. Medium diatur pada pH 4 dan 5
elektron dan protonasi gas dinitrogen (Hindersah menggunakan buffer asetat. Kerapatan sel awal
dan Simarmata, 2004). Molekul nitrogen udara sebesar 106 sel/ml pada saat isolat mencapai
diubah menjadi nitrogen sel secara bebas. fase logaritmik. Laju pertumbuhan setiap isolat
Nitrogen yang terikat pada struktur tubuhnya diamati tiap 24 jam berdasarkan kekeruhannya
dilepas dalam bentuk organik sebagai sekresi dengan menggunakan spektrofotometer.
Isminarni. Penambatan Nitrogen 25

Lima isolat yang mempunyai OD (optical Isolat terpilih diidentifikasi berdasarkan


density) tinggi diuji kembali pada medium Burk’s sifat morfologi dan biokimia dengan acuan
cair yang diperkaya dengan AlCl3 150 ppb-500 Bergey’s Mannual of Determinative Bacteriology.
ppb (interval 50) dan pengaturan pH medium 4 Uji tersebut meliputi uji morfologi koloni yaitu
dan 5. bentuk koloni, tepi dan elevasi, uji morfologi sel
Analisis kemampuan penambatan meliputi sifat Gram dan bentuk sel dan uji
nitrogen oleh isolat-isolat Azotobacter dilakukan biokimia yaitu uji kemampuan mereduksi nitrat
dengan metode Acetilen Reduction Analysis dan uji katalase. Uji biokimia lebih lanjut
(ARA) (Turner and Gibson, 1980; Barbosa et al., dilakukan dengan acuan pada Azotobacteraceae:
2002). Gas etilen yang terbentuk diukur dengan The Taxonomy and Ecology of Aerobic Nitrogen
Gas Chromatography. Standar dibuat dengan Fixing Bacteria. Pengujian ini berdasarkan
etilen murni 1, 2, 3, 4, 5 ppm. Analisis kemampuan tumbuhnya pada medium benzoat
pembentukan indol asam asetat secara kualitatif dan medium pati.
dilakukan dengan metode Ehrlich (Joetono, et
al., 1973). Kemudian isolat-isolat Azotobacter HASIL DAN PEMBAHASAN
yang positif terhadap uji Ehrlich dilakukan uji Seleksi Pada Medium Cair
pembentukan indol asam asetat secara Seleksi pertama menunjukkan bahwa
kuantitatif dengan metode Spectrofotometry isolat 26a, 28a,1a, 25a, dan 20 merupakan 5
(Torres-Rubio, 2000). Kandungan IAA sampel isolat yang memiliki laju pertumbuhan lebih
dianalisa dengan menggunakan tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan
spektrofotometer pada panjang gelombang 530 isolat yang lain. Tabel 1 nilai OD dari ke-5 isolat
nm dengan pewarna Salkowiski reagen. Standar Azotobacter yang memiliki pertumbuhan terbaik.
IAA dibuat dengan kristal IAA dengan
konsentrasi 5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 100 ppm

Tabel 1. Nilai OD setelah 3 hari 5 isolat Azotobacter yang memiliki pertumbuhan terbaik
Isolat 26a Isolat 1a Isolat 20 Isolat 28a Isolat 25a
pH 4 dan AlCl3 0 ppb 0.0585 0.0230 0.0200 0.0460 0.0275
pH 4 dan AlCl3 25 ppb 0.0510 0.0275 0.0200 0.0460 0.0265
pH 4 dan AlCl3 50 ppb 0.0430 0.0220 0.0220 0.0470 0.0255
pH 4 dan AlCl3 75 ppb 0.0480 0.0200 0.0240 0.0440 0.0270
pH 4 dan AlCl3 100 ppb 0.0425 0.0110 0.0220 0.0435 0.0235
pH 5 dan AlCl3 0 ppb 0.0625 0.0260 0.0295 0.1440 0.0390
pH 5 dan AlCl3 25 ppb 0.0530 0.0250 0.0275 0.1485 0.0300
pH 5 dan AlCl3 50 ppb 0.0480 0.0235 0.0280 0.1485 0.0290
pH 5 dan AlCl3 75 ppb 0.0485 0.0200 0.0255 0.1480 0.0375
pH 5 dan AlCl3 100 ppb 0.0470 0.0210 0.0285 0.1500 0.0325
Kontrol (pH 7, AlCl3 0 ppb) 1.5650 0.0615 0.0840 0.1366 0.0780

Tabel 2. Nilai OD setelah 3 hari 3 isolat Azotobacter yang memiliki pertumbuhan terbaik
Isolat 26a Isolat 28a Isolat 1a
pH 4 dan AlCl3 150 ppb 0.0280 0.0247 0.0223
pH 4 dan AlCl3 200 ppb 0.0263 0.0283 0.0293
pH 4 dan AlCl3 250 ppb 0.0287 0.0273 0.0273
pH 4 dan AlCl3 300 ppb 0.0233 0.0277 0.0333
pH 4 dan AlCl3 350 ppb 0.0313 0.0190 0.0263
pH 4 dan AlCl3 400 ppb 0.0270 0.0193 0.0270
pH 4 dan AlCl3 450 ppb 0.0283 0.0203 0.0217
pH 4 dan AlCl3 500 ppb 0.0290 0.0203 0.0247
pH 5 dan AlCl3 150 ppb 0.0313 0.0300 0.0250
pH 5 dan AlCl3 200 ppb 0.0290 0.0320 0.0243
pH 5 dan AlCl3 250 ppb 0.0240 0.0297 0.0227
pH 5 dan AlCl3 300 ppb 0.0270 0.0350 0.0217
pH 5 dan AlCl3 350 ppb 0.0280 0.0157 0.0183
pH 5 dan AlCl3 400 ppb 0.0233 0.0180 0.0180
pH 5 dan AlCl3 450 ppb 0.0287 0.0207 0.0167
pH 5 dan AlCl3 500 ppb 0.0203 0.0167 0.0147
26 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.1 (2007)

Dari 5 isolat tersebut didapatkan bahwa Modifikasi Manitol cair dengan pH 7 dan
isolat 26a, 28a, dan 1a merupakan isolat yang konsentrasi AlCl3 0 ppb) didapatkan bahwa isolat
lebih tanah pada pH 4 dan 5 dengan konsentrasi 26a mampu menambat nitrogen sebesar 227,653
AlCl3 mulai dari 150 ppb sampai 500 ppb. Nilai mg/g berat kering sel, sedang isolat 28a dan 1a
OD setelah 3 hari pengamatan dari 3 isolat tidak terdeteksi kemampuan penambatan
terpilih ditampilkan pada Tabel 2. nitrogennya. Pada pH 4 kemampuan
Kemampuan suatu isolat Azotobacter penambatan nitrogen oleh isolat 26a tidak
untuk bertahan dan beradaptasi dengan terdeteksi, tetapi pada medium pH 5 dengan
lingkungan yang asam diduga dipengaruhi oleh konsentrasi AlCl3 0 ppb kemampuan
adanya ekstra polisakarida (EPS) yang dihasilkan penambatan nitrogen diperoleh sebesar 193,240
oleh bakteri tersebut. EPS berperan penting pada N2 (mg/g berat kering sel).
ketahanan sel yang hidup pada pH rendah. Penambatan nitrogen oleh Azotobacter
Selain itu EPS juga berpengaruh pada ketahanan sangat berkaitan dengan suatu sistem enzim
terhadap toksisitas aluminium. Komponen EPS yang dinamakan azotase. Aktivitas enzim salah
mengandung gugus karboksil yang bebas, satunya dipengaruhi oleh pH (Sutedjo, 1991).
sehingga mampu melakukan pengikatan atau Enzim dapat bekerja optimum pada pH netral.
khelasi terhadap kation termasuk Al3+ yang Pada pH masam aktivitas enzim sangat menurun
biasanya terdapat dalam kondisi masam bahkan tidak dapat bekerja. Pada kondisi
(Cunningham dan Munns, 1984). medium pH 5 nitrogenase dari isolat 26a masih
dapat beraktivitas mereduksi asetilen, yang
Penambatan Nitrogen dengan Metode ditambahkan pada kultur Azotobacter, menjadi
Acetilen Reduction Analysis (ARA) etilen. Sedang pada medium pH 4 nitrogenase
Tiga isolat Azotobacter terpilih dari sudah tidak mampu mereduksi asetilen menjadi
seleksi ketahanan isolat terhadap pH 4 dan 5 etilen. pH menjadi faktor pembatas pada
dengan kadar aluminium 0 ppb-500 ppb diuji perkembangan Azotobacter (Sutedjo et al.,
kemampuan penambatan nitogennya secara 1991). Pada pH yang rendah Azotobacter masih
kuantitatif dengan menggunakan metode ARA. dapat juga tumbuh tetapi tidak aktif.
Pada perlakuan kontrol (medium Biphasik

0.07

0.06

0.05
OD(550nm)

0.04

0.03

0.02

0.01

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
AlCl3 (ppb)

Gambar 1. Kurva pertumbuhan isolat 26a berumur 3 hari pada medium Burk’s dengan pH 5 dan
konsentrasi AlCl3 0 ppb-500 ppb.

Pola pertumbuhan yang ditunjukkan jumlah N2 yang dapat diubah oleh sejumlah sel
pada gambar 1 ternyata mempunyai pola yang Azotobacter. Secara umum semakin tinggi kadar
sama dengan aktivitas nitrogenase oleh isolat Al menyebabkan pertumbuhan sel semakin
26a (Gambar 2) pada berbagai konsentrasi AlCl3 menurun, sehingga menyebabkan penurunan
yang diberikan pada medium. Pola pertumbuhan jumlah N2 yang dapat diubah oleh sel
maupun aktifitas nitrosenase dapat diamati pada Azotobacter.
garis bantu pada masing-masing gambar. Hal ini
dapat diduga bahwa Al tidak menghambat
aktivitas nitrogenase tetapi menghambat
pertumbuhan sel sehingga berpengaruh pada
Isminarni. Penambatan Nitrogen 27

Penghasilan Indol Asam Asetat (IAA) indol lebih kecil, ditunjukkan dengan
(A) Pengujian IAA secara kualitatif terbentuknya cincin berwarna merah tipis di
Dari hasil uji pembentukan indol 3 isolat permukaan medium. Secara berurutan
terpilih, diperoleh bahwa isolat 26a merupakan kemampuan penghasilan senyawa indol dari
isolat yang lebih unggul jika dibanding dengan 2 yang paling tinggi ke yang paling rendah yaitu
isolat yang lain. Hal ini terlihat dari ketebalan 26a, 1a, dan paling rendah isolat 28a karena
cincin warna merah yang dibentuk oleh ketiga hanya membentuk cincin yang tipis.
isolat tersebut. Isolat 1a dan 28a menghasilkan

250
N (mg/g berat kering sel)

200

150

100

50

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
AlCl3 (ppb)

Gambar 2. Konsentrasi nitrogen yang dihasilkan oleh isolat Azotobacter sp. 26a pada medium Bifasik
Modifikasi Manitol Cair dengan pH 5 dan konsentrasi AlCl3 dari 0 ppb-500 ppb

(B) Pengujian IAA secara Kuantitatif oleh konsentrasi Al yang berbeda pada Gambar
Isolat 1a dan isolat 28a yang mempunyai 3. Dari hasil ini diduga bahwa Al selain
kemampuan pembentukan indol kecil secara menghambat pertumbuhan sel juga
kualitatif ternyata tidak terdeteksi menghambat produksi IAA. Isolat 26a hanya
kemampuannya dalam menghasilkan IAA pada mampu memproduksi IAA sampai konsentrasi
kontrol (medium Burk’s pH 7 dan AlCl3 0 ppb). AlCl3 250 ppb saja. Selain itu dapat dilihat bahwa
Sedang isolat 26a yang memiliki kemampuan semakin tinggi konsentrasi AlCl3 maka semakin
menghasilkan indol secara kualitatif relatif lebih kecil produksi IAA yang dihasilkan.
besar ternyata mampu menghasilkan IAA secara
kualitatif pada medium Burks pH 7 dan Karakterisasi Isolat Azotobacter
konsentrasi AlCl3 0 ppb sebesar 872.050 ppm/g Berdasarkan uji morfologi didapatkan
berat kering sel. bahwa isolat 26a mempunyai sifat gram negatif,
Berdasarkan analisis kuantitatif ternyata bentuk sel oval, bentuk koloni sirkular, elevasi
pH merupakan faktor yang berpengaruh pada konveks, mempunyai pigmen cokelat. Hasil uji
produksi IAA oleh isolat 26a. Pada pH 4 produksi biokimia menunjukkan bahwa isolat 26a mampu
IAA oleh isolat 26a tidak terdeteksi sedang pada mereduksi nitat dan menunjukkan sifat katalase
pH 5 dengan konsentrasi AlCl3 0 ppb isolat 26a positif. Isolat 26a tidak mampu tumbuh pada
masih mampu memproduksi IAA sebesar medium benzoat. Pengujian pada medium pati
762,164 ppm/g berat kering sel. Semua proses menunjukkan bahwa isolat 26a mampu tumbuh
fisiologis pada makhluk hidup terkait dengan pada medium. Pati digunakan oleh isolat 26a
sistem enzim, diduga pada kasus ini pH dapat sebagai sumbur karbon sehingga isolat 26a
menurunkan aktivitas enzim yang berperan mampu tumbuh dengan baik. Dari hasil uji
dalam produksi IAA. Semakin rendah pH aktivitas morfologi koloni dan biokimia menurut Bergey’s
enzim pemproduksi IAA semakin menurun. Mannual of Determinative Bacteriology dan
Gambar 3 menunjukkan produksi IAA Thompson, J. P. and V. D. B. Skerman dalam
dipengaruhi oleh konsentrasi Al yang terlarut Azotobacteraceae: The Taxonomy and Ecology
dalam medium. Terdapat perbedaan antara pola of Aerobic Nitrogen Fixing Bacteria, isolat 26a
pertumbuhan bakteri pada Gambar 1 dengan mempunyai kemiripan yang tinggi dengan
pola penerunan produksi IAA yang disebabkan Azotobacter chroococcum.
28 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.1 (2007)

800

700
IAA (ppm/g berat kering sel)
600

500

400

300

200

100

0
0 50 100 150 200 250 300
AlCl3 (ppb)

Gambar 3. Konsentrasi IAA yang dihasilkan oleh isolat Azotobacter sp. 26a pada medium Burk’s
dengan pH 5 dan AlCl3 0 ppb-250 ppb

Dari hasil seliksi 20 isolat Azotobacter Anonim. 1991. Kimia Tanah. Dirjen Pendidikan
didapatkan bahwa isolat 26a, 28a, dan 1a Tinggi. Depdikbud. Jakarta.
memiliki ketahanan terhadap pH 4 dan 5 dan
Barbosa, H.R., M.A. Moretti, D.S. Thuler, E.F.P.
kadar Al tinggi 500 ppb. Isolat 26a merupakan
Augusto. 2002. Nitrogenase activity of
isolat unggul dalam menambat nitrogen dan
Beijerinnckia derxii is preserved under
dalam menghasilkan IAA. Penambatan N isolat
adverse conditions for its growth. Braz J
26a hanya didapatkan pada pH 5 dengan
Microbiol. 33
konsentrasi AlCl3 tertinggi mencapai 500 ppb
yaitu sebesar 75,758 mg/g berat kering sel. Cunningham, S. D. and D.N. Munns. 1984. Effect
Penghasilan IAA isolat 26a didapat pada pH 5 of Rhizobial extracellular polysaccharide
dengan konsentrasi AlCl3 tertinggi 250 ppb yaitu on pH and aluminium toxicity. Soil Sci.
sebesar 168,046 ppm/g berat kering sel. Soc. Am. J. 48:1276-1279
Aktivitas nitrogenase tidak dipengaruhi oleh
Diakses tanggal 18 Maret 2006
kelarutan aluminium dalam medium sedang
penghasilan IAA dipengaruhi oleh kelarutan Ehnman, A. 1977. The Van Urk-Salkowski
aluminium dalam medium. Dari hasil uji reagent-A sensitive and spesific
morfologi koloni dan biokimia menurut Bergey’s chromogenic reagent for silica gel thin
Mannual of Determinative Bacteriology dan layer chromatographic detection and
Thompson, J. P. and V. D. B. Skerman dalam identification of indole derivatives.
Azotobacteraceae: The Taxonomy and Ecology Journal of Chromatography. 132: 267-
of Aerobic Nitrogen Fixing Bacteria, isolat 26a 276.
mirip dengan ciri morfologi dan biokimia dari
Emtiazi, G., Z. Ethemadifar and M. H. Habibi.
Azotobacter chroococcum.
2004. Production of extra-cellular
polymer in Azotobacter and biosorption
DAFTAR PUSTAKA
of metal by exopolymer. Afr. J.
Ahmad, F., I. Ahmad, M. S. Khan. 2005. Indole Biotechnol. 3:330-333.
acetic acid production by the indigenous
Flis, S.E., A.R. Glenn, and M.J. Dilworth. 1993.
isolates of Azotobacter and fluorescent
The interaction between aluminium and
Pseudomonas in the presence and
root nodule bacteria. Soil Biol. Biochem.
absence of tryptophan. Turk J Biol. 29:
25:403-417.
29-34
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, dan S.G.
Amy, C. 2000. Azotobacter.
Nugroho. 1986. Dasar-Dasar Ilmu
Andayaningsih, P.
2000. Pengaruh takaran Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
molase terhadap perkembangan
Hindersah, R. dan T. Simarmata. 2004. Potensi
Azotobacter indigenus podsolik merah
rhizobacteri Azotobacter dalam
kuning asal subang pada media gambut.
meningkatkan kesehatan tanah. Jurnal
Jurnal Bionatura. 2: 66-74.
Natura Indonesia. 5:127-133.
Isminarni. Penambatan Nitrogen 29

Holt, J.G., N.R. Krieg, P.H.A. Sneath, J.T. Staley, leaves but not in seeds. Plant and Soil.
S.T. Williams. 1994. Bergey’s Manual of 284:265–271
Determinative Bacteriology. Ninth
Sparks, D.L. 1995. Enveronmental Soil
Edition. The Williams and Wilkins
Chemistry. Academic press. United State
Company. United State of America.
of America.
Joetono, J. Soedarsono, S. Hartadi, S. Kabirun,
Subba Rao, N.S. 1979. Recent Advances in
S. Darmosuwito dan Soesanto. 1973.
Biological Nitrogen Fixation. Oxford and
Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum
IBH Publishing Co. New Delhi, Bombay.
untuk Perguruan Tinggi. Gadjah Mada
Calcuta.
University Press. Yogyakarta.
Subba Rao, N.S. 1982. Biofertilizer in Agriculture.
Lambers, H., F.S. Chapin, and T.L. Pons. 2000.
Oxford and IBH Publishing Co. New
Plant Physioligical Ecologi. Springer. New
Delhi, Bombay. Calcuta.
York.
Subba Rao, N.S. 1994. Mikroorganisme Tanah
Ma, H., G. Bai & Wei. Lu. 2006. Quantitative trait
dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi
loci for aluminum resistance in wheat
Kedua. Universitas Indonesia Press.
cultivar Chinese Spring. Plant and Soil.
Jakarta.
283:239–249.
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhadi. 1997.
Mishustin, E.N. dan N.K. Shilnikova. 1971. The
Prosedur Analisis untuk Bahan Makaman
Biological Fixation of Atmospheric
dan Pertanian. Edisi Keempat. Liberty.
Nitrogen by Free-Living Bacteria.
Yogyakarta.
MacMillan. London.
Sutedjo, M.M., A. G. Kartasapoetra, S.
Radjagukguk, B. 1983. Masalah pengapuran
Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi
tanah mineral masam di Indonesia.
Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.
Seminar masalah pengapuran tanah
mineral masam di Indonesia oleh alumni Tejera, N., C. Lluch, Mart´ınez-Toledo, and. J.
Fak Pertanian UGM. Yogyakarta. Gonz´alez-L´opez. 2005. Isolation and
characterization of Azotobacter and
Razie, F dan I. Anas. 2005. Potensi Azotobacter
Azospirillum strains from the sugarcane
spp. (dari lahan pasang surut Kalimantan
rhizosphere. Plant and Soil. 270: 223–
Selatan) dalam menghasilkan indole
232.
acetic acid (IAA). Jurnal Tanah dan
Lingkungan. 7:35-39. Thompson, J. P. and V. D. B. Skerman. 1979.
Azotobacteraceae: The Taxonomy and
Razie, F. dan Syaifuddin. 2005. Potensi
Ecology of Aerobic Nitrogen Fixing
Azotobacter spp. dari persawahan lahan
Bacteria. Academic Press. New York.
pasang surut Kalimantan
Selatan:kemampuannya menambat Torres-Rubio, M. G., Sandra A. V. C. Jaime B. C.
nitrogen dan memasok N untuk and M. N. Patricia. 2000. Isolation of
pertumbuhan padi IR64. Agroscientiae. enterobacteria, Azotobacter sp. and
12:106-133 Pseudomonas sp., producers of indole-3-
acetic acid and siderophores, from
Salisbury, F. B. dan W. R. Ross. 1992. Fisiologi
Colombian Rice rhizosphere. Revista
Tumbuhan. Jilid 3. ITB Bandung.
Latino Americana de Microbiologia.
Bandung.
42:171-176.
Sambrook, J., E. F. Fritsch, and T. Maniatis.
Turner, G. I. and Gibson. 1980. Measurement of
1989. Molecular Cloning A Laboratory
Nitrogen Fixation by Indirect Means. In:
Manual. 2rd Ed. Coldspring Harbor
Method for Evaluating Biological Nitrogen
Laboratory Press. New York.
Fixation. F. J. Bergersen (Ed.). John
Setijono, S. 1982. Lime estimation of Indonesian Wiley and Sons, Inc. New York.
acid mineral soils and its significance to
Wedhastri, S. 1999. Isolasi dan seleksi
crop production. Doctoral Disertation
Azotobacter spp. penghasil faktor
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
tumbuh dan penambat nitrogen dari
Shen, R.F., R. F. Chen, J.F. Ma. 2006. tanah masam.Laporan Penelitian
Buckwheat accumulates aluminum in Fakultas Pertanian Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
30 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.1 (2007)

Wedhastri, S.
2002. Isolasi dan seleksi Arbuskular. Departemen Pendidikan dan
Azotobacter spp. penghasil faktor Kebudayaan. Yogyakarta.
tumbuh dan penambat nitrogen dari
Wood, M. 1995. A. Mechanism of aluminium
tanah masam. Jurnal Ilmu Tanah dan
toxicity to soil bacteria and possible
Lingkungan. 3:45-51.
ecological implication. Plant and Soil.
Widada, J. Dan S. Wedhastri. 1998. 87:63-69.
Pengembangan Inokulan Jamur Mikorisa
Yutono. 1987. Bioteknologi Pupuk Hayati. Pusat
Arbuskular Tanah Masam: 3.
Antar Universitas Bioteknologi.
Penggunaan Rhizobacteria Dalam
Yogyakarta.
Produksi Inokulan Jamur Mikorisa

You might also like