Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
dengan hukuman, kecuali bila atas indikasi medis. Amerika melarang pengguguran kandungan
yang ilegal, yaitu selain yang dilakukan dokter di Rumah Sakit dengan prosedur tertentu.
Eropa timur, abortus diperbolehkan bila dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit, tanpa keharusan
membayar biayanya.1
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
pada tahun 2004 masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu
terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah
perempuan usia 15-49 tahun yang melakukan ANC minimal 1 kali telah mencapai lebih dari
80%, tetapi menurut SDKI 2004, hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga
kesehatan. Persalinan oleh tenaga kesehatan menurut SDKI 1997, masih sangat rendah, di mana
sebesar 54% persalinan masih ditolong oleh dukun bayi.Namun tidak semua kehamilan
diharapkan kehadirannya.Setiap tahunnya, dari 175 juta kehamilan yang terjadi di dunia terdapat
sekitar 75 juta perempuan yang mengalami kehamilantak diinginkan. Banyak hal yang
perkosaan, kehamilan yang terlanjur datang pada saat yang belum diharapkan, janin dalam
kandungan menderita cacat berat, kehamilan di luar nikah, gagal KB, dan sebagainya.2
Estimasi nasional menyatakan setiap tahun terjadi dua juta kasus aborsi di Indonesia. Ini
artinya terdapat 43 kasus aborsi per seratus kelahiran hidup (menurut hasil sensus penduduk
1
tahun 2000), dan bila terdapat 53.783.717 perempuan usia 15-49 tahun artinya terdapat 37 kasus
aborsi pertahun perseribu wanita usia 15-49 tahun (berdasarkan crude birth rate sebesar 23
perseribu kelahiran hidup). Sebuah studi yang dilakukan di beberapa fasilitas kesehatan di
Indonesia, mengestimasikan 25-60% kejadian aborsi adalah adalah aborsi disegaja atau aborsi
provocatus kriminalis. Perkiraan tersebut cukup tinggi bila dibandingkan negara-negara lain di
Asia di mana dalam skala regional terjadi sekitar 29 aborsi pada setiap 1.000 perempuan usia
reproduktif.2,3
Banyak aborsi yang dilakukan di Indonesia adalah tidak aman.Aborsi yang tidak aman
tergantung dari prosedur dan metode serta keahlian penyedia layanan aborsi.Diestimasikan
bahwa dukun bersalin melakukan 4/5 dari aborsi yang terjadi sehingga secara umum, hampir
separuh dari perempuan mencari pelayanan aborsi dari dukun bersalin, dukun tradisional, atau
ahli pijat. Sementara itu, jumlah dari upaya pengguguran kandungan yang dilakukan sendiri,
tidak diketahui.2,3
kematian.WHO mengestimasikan bahwa sekitar 14% angka kematian ibu di Asia Tenggara
terjadi akibat aborsi tidak aman.Di Indonesia, menurut data WHO tahun 2004, 15 50% dari
kematian maternal terjadi akibat aborsi tidak aman.Diduga insiden komplikasi-komplikasi dari
aborsi tidak aman jauh lebih tinggi dari angka kejadian kematian. Dalam hal ini, belum tersedia
data di Indonesia, namun untuk Asia Tenggara diperkirakan sekitar 3 dari 1.000 perempuan usia
2
II. DEFINISI DAN KLASIFIKASI ABORTUS
Abortus (aborsi, abortion) adalah berhentinya kehamilan sebelum janin mampu hidup di
luar kandungan ( viable ) atau sebelum usia kehamilan 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram .Atau sebelum usia kehamilan kurang dari 28 minggu atau berat janin kurang sari 1000
gram. Namun pada KUHP yang mengatur hukum mengenai abortus, hanya disebutkan gugur
atau mati kandungan, sehingga dalam hukum tidak terdapat batasan umur kehamilan dan berat
fetus.1,4
Secara umum abortus dapat dibagi atas 2 macam, yaitu, Abortus spontan merupakan 10-
12% dari semua kasus abortus dan Abortus buatan (provocation), merupakan 80% dari semua
kasus abortus. Abortus provokatus dibagi menjadi 2 ,yaitu abortus provocatus medisinalis
a. Abortus spontan1,4
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanik
a. Kelainan uterus
b. Kelainan ovarium
d. Hormonal
e. Rhesus faktor
Kelainan kelainan tersebut diatas tidak mejamin tidak terjadinya suatu abortus provokatus
kriminalis. Saat terjadinya abortus paling sering terjadi pada kehamilan kurang lebih 12 minggu
pertama
3
b. Abortus Provokatus (induksi)1,4
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan
cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi
dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28
minggu,atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberap kasus bayi
dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Pembagian abortus provokatus sebagai
berikut :
Yaitu penghentian kehamilan dengan tujuan agar kesehatan ibu dan nyawanya dapat
diselamatkan. Abortus yang dilakukan atas dasar pengobatan (indikasi medis), biasanya baru
dikerjakan bila kehamilan mengganggu kesehatan atau membahayakan nyawa si ibu. Di banyak
negara, induksi (terapetik) aborsi kini dianggap legal.5 Keadaan yang sebenarnya bervariasi
Memungkinkan semua wanita, tidak menghiraukan status sosial dan ekonomi, mendapatkan
abortus yang dilakukan tenaga kesehatan profesional yang terlatih di dalam lingkungan
Mengurangi frekuensi abortus illegal yang dilakukan dalam lingkungan yang tidak
Abortus provokatus medisinalis dapat melakukan tanpa ada sanksi hukum. Menurut
pengertiannya, abortus legal yakni pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan
cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang dengan alasan yang mendasar adalah untuk
menyelamatkan nyawa atau menyembuhkan ibu. Indikasi dalam keadaan apa saja abortus legal
ini dapat dilakukan mempunyai rentang panjang, yaitu dari indikasi yang sempit (absolut,
4
terbatas hanya untuk menyelamatkan jiwa ibu) sampai luas (cukup hanya atas permintaan),
a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
b. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).
c. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
Abortus provokatus kriminalis adalah abortus yang sengaja dilakukan tanpa adanya
indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau
nyawa ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten, serta tidak memenuhi syarat dan cara-
cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus ini digolongkan dalam tindak kejahatan
Menurut proses terjadinya abortus dapat dibagi menjadi empat macam tipe,yaitu :1,4
a. Abortus yang terjadi secara spontan atau natural. Hal mana dapat disebabkan karena adanya
kelainan dari mudigah atau fetus maupun adanya penyakit pada ibu. Diperkirakan antara 10-
5
20% dari kehamilan akan berakhir dengan abortus secara spontan, dan secara yuridis tidak
b. Abortus yang terjadi akibat kecelakaan. Seorang ibu yang sedang hamil bila mengalami
rudapaksa, khususnya rudapaksa di daerah perut, akan dapat mengalami abortus; yang
biasanya disertai dengan perdarahan yang hebat. Abortus yang demikian kadang-kadang
c. Abortus provokatus medicinalis atau abortus terapeutik. Yaitu penghentian kehamilan dengan
tujuan agar kesehatan ibu dan nyawanya dapat diselamatkan. Abortus yang dilakukan atas
dasar pengobatan (indikasi medis), biasanya baru dikerjakan bila kehamilan mengganggu
d. Abortus provokatus kriminalis yaitu tindakan abortus yang tidak mempunyai alasan medis
yang dapat dipertanggungjawabkan atau tanpa mempunyai arti medis yang bermakna. Jelas
tindakan penguguran kandungan di sini bertujuan yang tidak baik dan melawan hukum.
Tindakan abortus tidak bisa dipertanggungjawabkan secara medis, dan dilakukan hanya untuk
kepentingan si pelaku, walaupun ada kepentingan juga dari ibu yang malu akan
kehamilannya.
buatan meskipun pelarangan tersebut tidak bersifat mutlak.7 Di Indonesia, perihal mengenai
(abortusprovocatus) dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) diatur dalam Bab
6
XIX Pasal 346 sampai dengan Pasal 349, dan digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa.
a. Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.2,5,6,7
b. Pasal 347
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut diancam dengan pidana penjara
c. Pasal 348
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam
bulan.2,5,6,7
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara
d. Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal
346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan
dilakukan.2,5,6,7
7
e. Pasal 283
1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling
banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun
untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan tulisan, gambaran atau benda
yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan
kepada seorang yang belum dewasa, dan yang diketahui atau sepatutnya harus diduga
bahwa umumya belum tujuh belas tahun, jika isi tulisan, gambaran, benda atau alat itu
telah diketahuinya.
2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa membacakan isi tulisan yang melanggar
kesusilaan di muka oranng yang belum dewasa sebagaimana dimaksud dalam ayat yang
3) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana kurungan paling
lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa
menawarkan, memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau
memperlihatkan, tulis- an, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat
untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum dewasa
sebagaimana dimaksud dalam ayat pertama, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga,
bahwa tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan atau alat itu adalah alat
f. Pasal 299
1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati,
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya
8
dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana
2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keu tungan, atau menjadikan perbuatan
tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juruobat,
3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencariannya, dapat
g. Pasal 535
kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan sarana atau
menyiarkan tulisan tanpa diminta, menyatakan bahwa sarana atau pertolongan yang demikian
itu bisa didapat, diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda
Pasal 75,76, dan Pasal 77 memberikan penegasan mengenai pengaturan pengguguran kandungan
(abortus provocatus). Berikut ini adalah uraian lengkap mengenai pengaturan aborsi yang
a. Pasal 75
9
a) indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau
cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
b) kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.2,5,6,7
b. Pasal 76
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
c. Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung
10
jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang -
undangan.2,5,6,7
a. Batasan APC
yang semata-mata untuk tujuan yang tidak baik dan melawan hukum. Abortus provocatus
criminalis merupakan tindakan abortus yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara medis dan
dilakukan hanya untuk kepentingan si pelaku walaupun juga ada kepentingan dari si ibu yang
malu akan kehamilannya. Batasan abortus provocatus criminalis adalah di mana pelaku APC
biasanya.1,4
wanita bersangkutan
Orang lain yang bukan tenaga medis yang karena suatu alasan tidak menghendaki kehamilan
seorang wanita.
b. Etiologi Abortus
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
11
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
c. Cara-cara APC
Terdapat berbagai metode yang digunakan dalam APC yang perlu diketahui karena
berkaitan dengan komplikasi yang terjadi dan manfaat di dalam melakukan penyidikan serta
pemeriksaan mayat untuk menjelaskan adanya hubungan antara tindakan abortus itu sendiri
dengan kematian yang terjadi pada ibu. Metode yang digunakan biasanya sesuai dengan umur
- Pemberian obat-obatan yang merangsang otot rahim dan pencahar agar terjadi peningkatan
- Penyuntikan cairan ke dalam rahim agar terjadi separasi dari placenta dan amnion atau
12
- Menyisipkan benda asing ke dalam mulut rahim seperti kateter atau pensil dengan maksud
agar terjadi dilatasi mulut rahim yang dapat berakhir dengan abortus
- Menusuk kandungan
- Melepaskan fetus
i. Dengan obat-obatan
a. Antiprogestin: pil ini menimbulkan abortus dengan mencairkan corpus luteum yang
uterus.
d. Larutan garam hipertonik: larutan garam hipertonik akan menyebabkan tekanan dalam
a. Kuret: terdapat dua macam kuret yakni kuret tajam dan kuret hisap.
c. Operasi laparotomi
13
1. Melakukan kegiatan fisik yang berat/berlebihan seperti meloncat atau mengangkat barang
berat.
Khusus untuk obat-obatan, obat abortus yang sering dipakai oleh masyarakat awam dibagi
1. Emmenogogues: obat yang merangsang atau meningkatkan aliran darah menstruasi (obat
2. Ecbolics: obat yang merangsang kontraksi uterus seperti derivate ergot, kinina, estrogen
sintetik, dan strychnine. Untuk tujuan abortus, obat-obat tersebut dipergunakan dalam dosis
tinggi.
3. Emetikum: obat yang bekerja pada gastrointestinal untuk menyebabkan muntah seperti asam
tartar. Obat ini akan merangsang kontraksi uterus selain juga merangsang kontraksi pada
4. Purgative: merupakan obat pencahar yang bekerja pada traktus digestivus seperti castor oil,
croton oil, dan magnesium sulfat. Obat tersebut meningkatkan aliran darah di daerah pelvis
5. Obat iritan untuk traktus genitourinarius yang mempengaruhi reflek kontraksi uterus seperti
Tansy oil, turpentine oil, ekstrak cantharidium (dalam dosis besar dapat menyebabkan acute
kidney injury), kalium permanganate (diberikan 120-300 ml per vaginam) yang menyebabkan
14
a. Iritan inorganic: timah, arsenic, fosfor, merkuri
b. Iritan organic: papaya, nanas muda, bubuk beras dicampur lada hitam, akar Plumago rosea
d. Pemeriksaan APC
Tujuan Pemeriksaan
1. Kematian mendadak/yang tak diduga pada seorang perempuan sehat dalam masa subur
4. Adanya barang bukti di sekitar korban yang biasa digunakan untuk melakukan abortus
Tujuan pemeriksaan pada korban abortus provocatus criminalis adalah sebagai berikut:5
1. Untuk menentukan apakah korban benar-benar hamil dan ditentukan usia kehamilannya
aborsi
3. Untuk menentukan cara dan alat yang digunakan dalam proses aborsi sebagai barang bukti
5. Untuk menentukan sebab akibat antara abortus dan kematian bila korban meninggal dunia
Pemeriksaan korban hidup dapat dilakukan baik pada janin maupun pada ibu yang
meliputi:1,4
a. Pemeriksaan Ibu
15
Tanda-tanda kehamilan: tes kehamilan masih dapat dilakukan beberapa hari sesudah bayi
dikeluarkan dari kandungan di mana serum dan urine wanita akan memberikan hasil positif
hCG sampai sekitar 7-10 hari. Selain itu, dapat pula dijumpai tanda-tanda kehamilan pada
wanita yakni
- Adanya colostrum pada peremasan payudara (sulit ditemukan pada kehamilan muda)
- Striae gravidarum dan nyeri tekan daerah perut (agak sulit dijumpai pada kehamilan
muda)
- Kongesti labia mayor, labia minor, dan serviks (sulit dijumpai pada kehamilan muda)
Tanda partus dan keguguran (tanda penghentian kehamilan): tanda-tanda ini harus dicari
- Ostium serviksi: dalam beberapa hari biasanya masih terdilatasi dengan ukuran sesuai
ukuran fetus yang dikeluarkan. Dapat pula ditemukan luka abrasi, laserasi, atau memar
Golongan darah
mengakibatkan abortus.
Pemeriksaan makroskopik dan histopatologi: dapat dilakukan dengan bahan berupa sisa
plasenta atau sisa hasil konsepsi, jaringan luka, peradangan atau bahan-bahan tidak lazim
Pemeriksaan DNA
b. Pemeriksaa janin
Usia janin
16
- Rumus Haase di mana usia dapat ditaksir dari ukuran panjang badan (ukuran dari
- Lingkar kepala
- Pusat penulangan: ada 2 tempat yang lazim diperiksa yakni telapak kaki (os talus,
calcaneus, dan cuboid) serta lutut (proksimal tibia dan distal femur).
Golongan darah
Temuan pemeriksaan post-mortem tergantung pada cara abortus serta interval waktu antara
tindakan abortus dan kematian. Pemeriksaan korban mati terdiri atas pemeriksaan luar,
a. Pemeriksaan luar
Identifikasi
Tanda kematian
Tanda kehamilan untuk menentukan wanita tersebut dalam keadaan hamil atau tidak.
Tanda kekerasan
17
b. Pemeriksaan dalam
- Uterus: besar uterus, sisa hasil konsepsi, sel-sel trofoblast dan decidua (mikroskopis)
- Biasanya akan menemukan organ-organ yang pucat dengan pooling darah di organ
viscera.
- Pada kasus kematian karena perdarahan akan ditemukan bahwa tidak ada darah yang
keluar dari jantung pada saat pemotongan jantung, hepar berwarna kekuningan, limpa
Pemeriksaan organ lokal (genitalia interna) akan terlihat tanda-tanda kekerasan yang
- Pada pemeriksaan dalam uterus dapat ditemukan sisa kehamilan, penebalan dinding
uterus, tanda-tanda kuretase endometrium, sisa plasenta (bila evakuasi tidak bersih),
perubahan warna dinding uterus (akibat zat yang dipakai dalam proses abortus), dan sisa
peralatan.
c. Pemeriksaan tambahan
Emboli udara: terutama dilakukan pada vena cava inferior dan jantung.
18
Toksikologi: pemeriksaan toksikologi dilakukan dengan bahan berupa darah dari jantung,
cairan dalam cavum uteri dan vagina atau rongga abdomen, urine, dll
Histopatologi dengan bahan berupa sisa konsepsi, plasenta, dan jaringan uterus untuk
Golongan darah: merupakan salah satu pemeriksaan dalam proses identifikasi terutama
Mikrobiologi: pemeriksaan mikrobiologi perlu dilakukan sebab pada APC dengan unsafe
abortion sering terjadi komplikasi berupa infeksi. Bahan yang digunakan dapat berupa
Pemeriksaan juga dilakukan pada janin mati.Untuk membedakan dengan infanticide, pada
janin hasil abortus tidak didapatkan tanda-tanda telah bernafas. Penting juga untuk melihat
adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh bayi, misalnya akibat benda-benda yang dimasukkan
per-vaginam (alat kuret, batang kayu, dll) atau bahan-bahan yang melekat di tubuh bayi.6
19
Gambar 3. Autopsy menunjukkan uterus septik pada abortus ilegal.11
V. KOMPLIKASI
1. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi
pada ibu dalam keadaan stres, gelisah dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang
digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu
dingin.
2. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, sisa jaringan
konsepsi, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan,
dapat pula timbul lama setelah tindakan. Tidak seperti pada zaman dahulu, komplikasi ini
kini jarang mendatangkan kematian. Hal ini disebabkan pengertian masyarakat tentang
3. Perforasi uterus ;
5. Keracunan obat/zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti KMnO4
pekat, AgNO3, K-klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau
kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya
20
Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikologik sangat diperlukan untuk menegakkan
diagnosis.
6. Syok (renjatan) akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh
7. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi
karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam
uterus, sedangkan di saat yang sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka.
Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian, sedangkan jumlah 70-100
8. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan
waktu.
9. Lain-lain seperti tersengat arus listrik kuat saat melakukan abortus dengan menggunakan
Komplikasi pada abortus provocatus criminalis sering terjadi akibat cara-cara aborsi yang
tidak aman (unsafe abortion). Yang dimaksud aborsi tidak aman yakni aborsi yang dilakukan
oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan dengan cara yang tidak semestinya sehingga
menimbulkan komplikasi bahkan kematian. Beberapa faktor yang menyebabkan unsafe abortion
biaya tinggi, keterlambatan proses aborsi (usia kehamilan sudah terlalu besar), dan kurangnya
pelayanan.1,4,10
Komplikasi yang sering terjadi pada abortus provocatus criminalis akibat unsafe abortion
adalah perdarahan dan infeksi.Perdarahan seringkali menyebabkan korban jatuh dalam kondisi
21
shock, sedangkan infeksi sering berkembang menjadi sepsis dan shock septik.Perdarahan terjadi
akibat trauma jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan konsepsi, bleeding diathesis, dll. Komplikasi
lain berupa keracunan dari bahan yang digunakan dalam aborsi dan injury pada genitalia
eksterna maupun interna yang dapat menyebabkan perforasi uterus. Apabila komplikasi-
menyebabkan kematian.1,4,10
Penggunaan peralatan yang tidak steril yang dikerjakan oleh tenaga yang tidak terlatih
serta tidak dilakukan tindakan anastesi merupakan faktor penting yang menyebabkan kematian.
Berdasarkan saat terjadinya kematian Simpson membagi kematian pada abortus sebagai
berikut:10
- Kematian yang segera/seketika (immediate deaths) terutama disebabkan oleh emboli udara
dan inhibisi vagal, perdarahan lebih jarang dijumpai bila dibandingkan dengan kedua hal itu.
Inhibisi vagal dapat terjadi oleh karena korban tidak dianastesi serta intervensi instrumen atau
penyuntikan cairan secara tiba-tiba, yang mana cairan tersebut dapat terlalu panas atau terlalu
dingin. Emboli udara terjadi akibat penyemprotan cairan ke dalam uterus yang tercampur
gelembung udara, sedangkan di saat yang sama, vena endometrium dalam keadaan terbuka.
- Kematian yang lambat/beberapa saat setelah tindakan abortus (delayed deaths) umumnya
disebabkan kerena terjadi infeksi khususnya Clostridium welchii dan Clostridium tetani,
perforasi uterus dan viscera abdomen, serta emboli lemak akibat penyemprotan lisol.
- Kematian remote (lama sekali setelah tindakan abortus): Jaundice, Renal failure, Bacterial
22
VI. Laporan Kasus
Laporan kasus diambil dari jurnal laporan kasus oleh W.N.S Perera dan P. Paranitharan
dari Department of Forensic Medicine, Faculty of Medicine, Ragama UniversitySri Lanka dalam
Sri Lanka Journal of Forensic Medicine, Science & Law, bulan Mei 2012.12
Dilaporkan bahwa seorang wanita berusia 39 tahun yang hidup bersama seorang pasangan
lelakinya telah mengalami keterlambatan menstruasi dan dinyatakan positif hamil.Wanita ini
datang ke tempat aborsi. Di tempat tersebut dilakukan aborsi dengan memasukkan sebuah tube
ke dalam vagina dan dilakukan suction oleh pelaku aborsi. Saat wanita tersebut pulang ke
rumah, terjadi perdarahan vagina yang hebat dan tubuhnya menggigil.Hari kedua, wanita
tersebut dibawa ke rumah sakit dengan keluhan demam, nyeri abdomen, perdarahan per-
vaginam, dan tekanan darah rendah.Hari ketiga dilakukan evakuasi sisa konsepsi dan dilakukan
peningkatan liver enzyme, penurunan fungsi ginjal, gangguan koagulasi, dan bleeding diathesis.
Pada hari keempat, wanita ini meninggal di ICU setelah dilakukan resusitasi.12
Hasil Pemeriksaan
Pada pemeriksaan luar didapatkan korban dalam kondisi pucat, terdapat hemorrhage pada
lokasi pungsi vena, confluent petechial hemorrhage pada tubuh, dan tidak didapatkan injury pada
area genitalia. Bekas insisi pada abdomen intact dan tidak didapatkan tanda-tanda infeksi.12
lambung berwarna kehitaman, omentum melunak, liver berupa nutmeg appearance (kuning
pucat), ginjal kemerahan dan membengkak, dan limpa melunak. Uterus membesar, tuba uterine
dan ovarium menunjukkan adanya hemorrhagic patches dengan warna kebiruan. Tercium bau
busuk blood clot pada cavum uteri. Tidak ada tanda perforasi pada dinding uterus.12
23
Dari hasil pemeriksaan sisa konsepsi didapatkan hasil kultur positif berupa Pseudomonas.
Hasil pemeriksaan histologis menunjukkan tanda-tanda kegagalan organ dan material nekrotik
pada sisa jaringan fetus di uterus dan terdapat infiltrasi neutrophil pada myometrium. Penyebab
(a) (b)
Gambar 4.(a) Blood clot dalam Uterus; (2) Infiltrasi Neutrofil dalam Myometrium
24
DAFTAR PUSTAKA
3 Wilopo. SA. 2005. Kita Selamatkan Remaja dari Aborsi dalam Rangka Pemantapan
Keluarga Berkualitas 2015. Makalah Seminar di Medan, Sumatera Utara 11 April 2005.
4 Idris, Abdul Munim dan Agung Legowo Tjiptomartono. 2008. Penerapan Ilmu
5 Juita RS, Heryanti RB. Perlindungan Hukum Pidana pada Korban Perkosaan yang
Melakukan Abortus Provocatus (suatu kajian normatif). Fakultas Hukum USM. ISSN
1410-9859. 2010.
8 Idris, Abdul Munim. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina Rupa
Aksara
9 W.N.S Perera and P. Paranitharan. 2011. A Maternal Death due to An Illegal Abortion: A
Case Report. Sri Lanka Journal of Forensic Medicine, Science, and Law, 2011(2): 4-6.
UNSRI
25
11 Shepherd R. Simpsons Forensic Medicine, 2 ed. Arnold, a member of the Hodder
12 W.N.S Perera and P. Paranitharan. 2011. A Maternal Death due to An Illegal Abortion: A
Case Report. Sri Lanka Journal of Forensic Medicine, Science, and Law, 2011(2): 4-6.
26