You are on page 1of 26

ABORTUS PROVOKATUS CRIMINALIS

I. PENDAHULUAN

Negara-negara di Eropa Barat umumnya mengancam perbuatan pengguguran kandungan

dengan hukuman, kecuali bila atas indikasi medis. Amerika melarang pengguguran kandungan

yang ilegal, yaitu selain yang dilakukan dokter di Rumah Sakit dengan prosedur tertentu.

Sedangkan Jepang membolehkan abortus tanpa pembatasan tertentu. Bahkan di negara-negara

Eropa timur, abortus diperbolehkan bila dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit, tanpa keharusan

membayar biayanya.1

Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

pada tahun 2004 masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu

terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah

dengan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care/ANC) yang memadai. Walaupun proporsi

perempuan usia 15-49 tahun yang melakukan ANC minimal 1 kali telah mencapai lebih dari

80%, tetapi menurut SDKI 2004, hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga

kesehatan. Persalinan oleh tenaga kesehatan menurut SDKI 1997, masih sangat rendah, di mana

sebesar 54% persalinan masih ditolong oleh dukun bayi.Namun tidak semua kehamilan

diharapkan kehadirannya.Setiap tahunnya, dari 175 juta kehamilan yang terjadi di dunia terdapat

sekitar 75 juta perempuan yang mengalami kehamilantak diinginkan. Banyak hal yang

menyebabkan seorang perempuan tidak menginginkan kehamilannya, antara lain karena

perkosaan, kehamilan yang terlanjur datang pada saat yang belum diharapkan, janin dalam

kandungan menderita cacat berat, kehamilan di luar nikah, gagal KB, dan sebagainya.2

Estimasi nasional menyatakan setiap tahun terjadi dua juta kasus aborsi di Indonesia. Ini

artinya terdapat 43 kasus aborsi per seratus kelahiran hidup (menurut hasil sensus penduduk

1
tahun 2000), dan bila terdapat 53.783.717 perempuan usia 15-49 tahun artinya terdapat 37 kasus

aborsi pertahun perseribu wanita usia 15-49 tahun (berdasarkan crude birth rate sebesar 23

perseribu kelahiran hidup). Sebuah studi yang dilakukan di beberapa fasilitas kesehatan di

Indonesia, mengestimasikan 25-60% kejadian aborsi adalah adalah aborsi disegaja atau aborsi

provocatus kriminalis. Perkiraan tersebut cukup tinggi bila dibandingkan negara-negara lain di

Asia di mana dalam skala regional terjadi sekitar 29 aborsi pada setiap 1.000 perempuan usia

reproduktif.2,3

Banyak aborsi yang dilakukan di Indonesia adalah tidak aman.Aborsi yang tidak aman

dapat membahayakan kesehatan dan nyawa perempuan yang melakukannya.Derajat keamanan

tergantung dari prosedur dan metode serta keahlian penyedia layanan aborsi.Diestimasikan

bahwa dukun bersalin melakukan 4/5 dari aborsi yang terjadi sehingga secara umum, hampir

separuh dari perempuan mencari pelayanan aborsi dari dukun bersalin, dukun tradisional, atau

ahli pijat. Sementara itu, jumlah dari upaya pengguguran kandungan yang dilakukan sendiri,

tidak diketahui.2,3

Aborsi tidak aman dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi tidak terduga dan

kematian.WHO mengestimasikan bahwa sekitar 14% angka kematian ibu di Asia Tenggara

terjadi akibat aborsi tidak aman.Di Indonesia, menurut data WHO tahun 2004, 15 50% dari

kematian maternal terjadi akibat aborsi tidak aman.Diduga insiden komplikasi-komplikasi dari

aborsi tidak aman jauh lebih tinggi dari angka kejadian kematian. Dalam hal ini, belum tersedia

data di Indonesia, namun untuk Asia Tenggara diperkirakan sekitar 3 dari 1.000 perempuan usia

15-44 tahun dirawat akibat komplikasi terkait aborsi setiap tahunnya.2,3

2
II. DEFINISI DAN KLASIFIKASI ABORTUS

Abortus (aborsi, abortion) adalah berhentinya kehamilan sebelum janin mampu hidup di

luar kandungan ( viable ) atau sebelum usia kehamilan 20 minggu atau berat janin kurang dari

500 gram .Atau sebelum usia kehamilan kurang dari 28 minggu atau berat janin kurang sari 1000

gram. Namun pada KUHP yang mengatur hukum mengenai abortus, hanya disebutkan gugur

atau mati kandungan, sehingga dalam hukum tidak terdapat batasan umur kehamilan dan berat

fetus.1,4

Secara umum abortus dapat dibagi atas 2 macam, yaitu, Abortus spontan merupakan 10-

12% dari semua kasus abortus dan Abortus buatan (provocation), merupakan 80% dari semua

kasus abortus. Abortus provokatus dibagi menjadi 2 ,yaitu abortus provocatus medisinalis

(terapeutik) dan abortus.1,4

a. Abortus spontan1,4

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanik

ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah.

Penyebab abortus spontan:

a. Kelainan uterus

b. Kelainan ovarium

c. Penyakit sistemik ibu

d. Hormonal

e. Rhesus faktor

Kelainan kelainan tersebut diatas tidak mejamin tidak terjadinya suatu abortus provokatus

kriminalis. Saat terjadinya abortus paling sering terjadi pada kehamilan kurang lebih 12 minggu

pertama

3
b. Abortus Provokatus (induksi)1,4

Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan

cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi

dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28

minggu,atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberap kasus bayi

dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Pembagian abortus provokatus sebagai

berikut :

1. Abortus Provokatus Medicinalis/Therapeutik

Yaitu penghentian kehamilan dengan tujuan agar kesehatan ibu dan nyawanya dapat

diselamatkan. Abortus yang dilakukan atas dasar pengobatan (indikasi medis), biasanya baru

dikerjakan bila kehamilan mengganggu kesehatan atau membahayakan nyawa si ibu. Di banyak

negara, induksi (terapetik) aborsi kini dianggap legal.5 Keadaan yang sebenarnya bervariasi

akan tetapi tujuan melegalkan abortus ini adalah :

Memungkinkan semua wanita, tidak menghiraukan status sosial dan ekonomi, mendapatkan

abortus yang dilakukan tenaga kesehatan profesional yang terlatih di dalam lingkungan

higiene yang baik, setelah konseling.

Mengurangi frekuensi abortus illegal yang dilakukan dalam lingkungan yang tidak

higienis, yang sering disertai angka morbiditas dan mortalitas tinggi.1,4

Abortus provokatus medisinalis dapat melakukan tanpa ada sanksi hukum. Menurut

pengertiannya, abortus legal yakni pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan

cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang dengan alasan yang mendasar adalah untuk

menyelamatkan nyawa atau menyembuhkan ibu. Indikasi dalam keadaan apa saja abortus legal

ini dapat dilakukan mempunyai rentang panjang, yaitu dari indikasi yang sempit (absolut,

4
terbatas hanya untuk menyelamatkan jiwa ibu) sampai luas (cukup hanya atas permintaan),

tergantung dari kebijaksanaan masing-masing negara.1,4

Syarat-syaratnya melakukan abortus provokatus medisinalis :1,4

a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk

melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan)

sesuai dengan tanggung jawab profesi.

b. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).

c. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.

d. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang

ditunjuk oleh pemerintah.

e. Prosedur tidak dirahasiakan.

f. Dokumen medik harus lengkap

2. Abortus provokatus kriminalis

Abortus provokatus kriminalis adalah abortus yang sengaja dilakukan tanpa adanya

indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau

obat-obat tertentu.yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya bukan untuk menyelamatkan

nyawa ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten, serta tidak memenuhi syarat dan cara-

cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus ini digolongkan dalam tindak kejahatan

karena mengandung unsur kriminal.1,4

Menurut proses terjadinya abortus dapat dibagi menjadi empat macam tipe,yaitu :1,4

a. Abortus yang terjadi secara spontan atau natural. Hal mana dapat disebabkan karena adanya

kelainan dari mudigah atau fetus maupun adanya penyakit pada ibu. Diperkirakan antara 10-

5
20% dari kehamilan akan berakhir dengan abortus secara spontan, dan secara yuridis tidak

membawa implikasi apa-apa.

b. Abortus yang terjadi akibat kecelakaan. Seorang ibu yang sedang hamil bila mengalami

rudapaksa, khususnya rudapaksa di daerah perut, akan dapat mengalami abortus; yang

biasanya disertai dengan perdarahan yang hebat. Abortus yang demikian kadang-kadang

mempunyai implikasi yuridis, perlu penyidikan akan kejadiannya.

c. Abortus provokatus medicinalis atau abortus terapeutik. Yaitu penghentian kehamilan dengan

tujuan agar kesehatan ibu dan nyawanya dapat diselamatkan. Abortus yang dilakukan atas

dasar pengobatan (indikasi medis), biasanya baru dikerjakan bila kehamilan mengganggu

kesehatan atau membahayakan nyawa si ibu.

d. Abortus provokatus kriminalis yaitu tindakan abortus yang tidak mempunyai alasan medis

yang dapat dipertanggungjawabkan atau tanpa mempunyai arti medis yang bermakna. Jelas

tindakan penguguran kandungan di sini bertujuan yang tidak baik dan melawan hukum.

Tindakan abortus tidak bisa dipertanggungjawabkan secara medis, dan dilakukan hanya untuk

kepentingan si pelaku, walaupun ada kepentingan juga dari ibu yang malu akan

kehamilannya.

III. Dasar Hukum Abortus di Indonesia

Pada umumnya, negara-negara di dunia memiliki undang-undang yang melarang abortus

buatan meskipun pelarangan tersebut tidak bersifat mutlak.7 Di Indonesia, perihal mengenai

abortus diatur dalam.Regulasi tentang pengguguran kandungan yang disengaja

(abortusprovocatus) dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) diatur dalam Bab

6
XIX Pasal 346 sampai dengan Pasal 349, dan digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa.

Berikut adalah isi dari tiap pasal di atas:2,5,6,7

a. Pasal 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh

orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.2,5,6,7

b. Pasal 347

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita

tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut diancam dengan pidana penjara

paling lama lima belas tahun.2,5,6,7

c. Pasal 348

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita

dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam

bulan.2,5,6,7

2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara

paling lama tujuh tahun.

d. Pasal 349

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal

346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan

dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah

dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan

dilakukan.2,5,6,7

7
e. Pasal 283

1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling

banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun

untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan tulisan, gambaran atau benda

yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan

kepada seorang yang belum dewasa, dan yang diketahui atau sepatutnya harus diduga

bahwa umumya belum tujuh belas tahun, jika isi tulisan, gambaran, benda atau alat itu

telah diketahuinya.

2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa membacakan isi tulisan yang melanggar

kesusilaan di muka oranng yang belum dewasa sebagaimana dimaksud dalam ayat yang

lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.

3) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana kurungan paling

lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa

menawarkan, memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau

memperlihatkan, tulis- an, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat

untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum dewasa

sebagaimana dimaksud dalam ayat pertama, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga,

bahwa tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan atau alat itu adalah alat

untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan.2,5,6,7

f. Pasal 299

1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati,

dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya

8
dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana

denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.

2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keu tungan, atau menjadikan perbuatan

tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juruobat,

pidananya dapat ditambah sepertiga

3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencariannya, dapat

dicabut haknya untuk menjalakukan pencarian itu.2,5,6,7

g. Pasal 535

Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukan suatu sarana untuk menggugurkan

kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan sarana atau

pertolongan untuk menggugurkan kandungan, ataupun secara terang-terangan atau dengan

menyiarkan tulisan tanpa diminta, menyatakan bahwa sarana atau pertolongan yang demikian

itu bisa didapat, diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda

paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.2,5,6,7

Sedangkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menggantikan

undang-undang kesehatan sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992, melalui

Pasal 75,76, dan Pasal 77 memberikan penegasan mengenai pengaturan pengguguran kandungan

(abortus provocatus). Berikut ini adalah uraian lengkap mengenai pengaturan aborsi yang

terdapat dalam pasal-pasal tersebut:2,5,6,7

a. Pasal 75

1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:

9
a) indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang

mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau

cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut

hidup di luar kandungan; atau

b) kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban

perkosaan.

3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui

konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan

yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.2,5,6,7

b. Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:

a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,

kecuali dalam hal kedaruratan medis;

b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki

sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;

c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;

d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan

e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

c. Pasal 77

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung

10
jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang -

undangan.2,5,6,7

IV. ABORTUS PROVOKATUS CRIMINALIS

a. Batasan APC

Abortus provocatus criminalis (APC) merupakan suatu tindakan pengguguran kandungan

yang semata-mata untuk tujuan yang tidak baik dan melawan hukum. Abortus provocatus

criminalis merupakan tindakan abortus yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara medis dan

dilakukan hanya untuk kepentingan si pelaku walaupun juga ada kepentingan dari si ibu yang

malu akan kehamilannya. Batasan abortus provocatus criminalis adalah di mana pelaku APC

biasanya.1,4

wanita bersangkutan

Dokter/tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati)

Orang lain yang bukan tenaga medis yang karena suatu alasan tidak menghendaki kehamilan

seorang wanita.

b. Etiologi Abortus

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan

sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :

a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X

b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna

c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alkohol

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun

3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis

11
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester

kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.8,9

c. Cara-cara APC

Terdapat berbagai metode yang digunakan dalam APC yang perlu diketahui karena

berkaitan dengan komplikasi yang terjadi dan manfaat di dalam melakukan penyidikan serta

pemeriksaan mayat untuk menjelaskan adanya hubungan antara tindakan abortus itu sendiri

dengan kematian yang terjadi pada ibu. Metode yang digunakan biasanya sesuai dengan umur

kehamilan, semakin tua usia kehamilan semakin tinggi resikonya.1,4

1. Pada usia kehamilan sampai dengan 4 minggu

- Kerja fisik yang berlebihan

- Mandi air panas

- Melakukan kekerasan pada daerah perut

- Pemberian obat pencahar

- Pemberian obat-obatan dan bahan kimia

- Elektrik shock untuk merangsang rahim

- Menyemprotkan cairan kedalam liang vagina

2. Pada usia kehamilan sampai dengan 8 minggu

- Pemberian obat-obatan yang merangsang otot rahim dan pencahar agar terjadi peningkatan

menstrual flow dan preparat hormonal guna mengganggu keseimbangan hormonal

- Penyuntikan cairan ke dalam rahim agar terjadi separasi dari placenta dan amnion atau

penyuntikan cairan yang mengandung karbol (carbolic acid)

12
- Menyisipkan benda asing ke dalam mulut rahim seperti kateter atau pensil dengan maksud

agar terjadi dilatasi mulut rahim yang dapat berakhir dengan abortus

3. Pada usia kehamilan 12-16 minggu

- Menusuk kandungan

- Melepaskan fetus

- Memasukkan pasta atau cairan sabun

- Dengan instrumen: kuret

Berdasarkan jenisnya, cara melakukan APC terbagi dalam.1,4

i. Dengan obat-obatan

a. Antiprogestin: pil ini menimbulkan abortus dengan mencairkan corpus luteum yang

berfungsi mempertahankan kehamilan. Biasanya digabung dengan prostaglandin.

b. Methotrexate: biasanya digunakan bersama dengan prostaglandin.

c. Prostaglandin: prostaglandin memicu uterus berkontraksi sehingga terjadi ekspulsi isi

uterus.

d. Larutan garam hipertonik: larutan garam hipertonik akan menyebabkan tekanan dalam

uterus meningkat sehingga uterus berkontraksi dan mengeluarkan janin.

e. Oksitosin: oksitosin memicu kontraksi otot-otot uterus.

ii. Dengan tindakan medik

a. Kuret: terdapat dua macam kuret yakni kuret tajam dan kuret hisap.

b. Membuka leher rahim dengan laminaria atau kateter

c. Operasi laparotomi

iii. Dengan cara tradisional

13
1. Melakukan kegiatan fisik yang berat/berlebihan seperti meloncat atau mengangkat barang

berat.

2. Memasukkan daun atau batang tanaman tertentu ke dalam Rahim

3. Minum obat-obatan tradisional seperti jamu

4. Melakukan pemijatan pada Rahim.

Khusus untuk obat-obatan, obat abortus yang sering dipakai oleh masyarakat awam dibagi

dalam beberapa golongan, yakni:1,4

1. Emmenogogues: obat yang merangsang atau meningkatkan aliran darah menstruasi (obat

peluruh haid) seperti apiol, minyak pala, oleum rutae.

2. Ecbolics: obat yang merangsang kontraksi uterus seperti derivate ergot, kinina, estrogen

sintetik, dan strychnine. Untuk tujuan abortus, obat-obat tersebut dipergunakan dalam dosis

tinggi.

3. Emetikum: obat yang bekerja pada gastrointestinal untuk menyebabkan muntah seperti asam

tartar. Obat ini akan merangsang kontraksi uterus selain juga merangsang kontraksi pada

lambung dan colon.

4. Purgative: merupakan obat pencahar yang bekerja pada traktus digestivus seperti castor oil,

croton oil, dan magnesium sulfat. Obat tersebut meningkatkan aliran darah di daerah pelvis

sehingga mempengaruhi hasil konsepsi.

5. Obat iritan untuk traktus genitourinarius yang mempengaruhi reflek kontraksi uterus seperti

Tansy oil, turpentine oil, ekstrak cantharidium (dalam dosis besar dapat menyebabkan acute

kidney injury), kalium permanganate (diberikan 120-300 ml per vaginam) yang menyebabkan

inflamasi dan perdarahan karena erosi pembuluh darah.

6. Obat iritan yang bersifat racun

14
a. Iritan inorganic: timah, arsenic, fosfor, merkuri

b. Iritan organic: papaya, nanas muda, bubuk beras dicampur lada hitam, akar Plumago rosea

c. Abortion pill F-6103 yang mengandung diphenylephylene.

d. Pemeriksaan APC

Tujuan Pemeriksaan

Penyidikan kasus kematian terkait dengan abortus dilakukan pada:1,4

1. Kematian mendadak/yang tak diduga pada seorang perempuan sehat dalam masa subur

2. Adanya perdarahan yang keluar dari vagina

3. Kematian seorang wanita di tempat yang tidak seharusnya

4. Adanya barang bukti di sekitar korban yang biasa digunakan untuk melakukan abortus

Tujuan pemeriksaan pada korban abortus provocatus criminalis adalah sebagai berikut:5

1. Untuk menentukan apakah korban benar-benar hamil dan ditentukan usia kehamilannya

(apabila yang digunakan adalah kriteria medis)

2. Untuk menentukan apakah korban benar-benar mengalami pengguguran kandungan atau

aborsi

3. Untuk menentukan cara dan alat yang digunakan dalam proses aborsi sebagai barang bukti

4. Untuk menentukan akibat-akibat yang muncul dari proses aborsi

5. Untuk menentukan sebab akibat antara abortus dan kematian bila korban meninggal dunia

6. Untuk menentukan alasan atau motif untuk melakukan abortus.

Pemeriksaan Korban Hidup

Pemeriksaan korban hidup dapat dilakukan baik pada janin maupun pada ibu yang

meliputi:1,4

a. Pemeriksaan Ibu

15
Tanda-tanda kehamilan: tes kehamilan masih dapat dilakukan beberapa hari sesudah bayi

dikeluarkan dari kandungan di mana serum dan urine wanita akan memberikan hasil positif

hCG sampai sekitar 7-10 hari. Selain itu, dapat pula dijumpai tanda-tanda kehamilan pada

wanita yakni

- Adanya colostrum pada peremasan payudara (sulit ditemukan pada kehamilan muda)

- Striae gravidarum dan nyeri tekan daerah perut (agak sulit dijumpai pada kehamilan

muda)

- Kongesti labia mayor, labia minor, dan serviks (sulit dijumpai pada kehamilan muda)

Tanda partus dan keguguran (tanda penghentian kehamilan): tanda-tanda ini harus dicari

karena terkait dengan cara aborsi.

- Genitalia eksterna dan perineum: luka abrasi, laserasi, memar, dll

- Ostium serviksi: dalam beberapa hari biasanya masih terdilatasi dengan ukuran sesuai

ukuran fetus yang dikeluarkan. Dapat pula ditemukan luka abrasi, laserasi, atau memar

bila dimasukkan suatu peralatan ke uterus.

Golongan darah

Pemeriksaan toksikologi: dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat yang

mengakibatkan abortus.

Pemeriksaan makroskopik dan histopatologi: dapat dilakukan dengan bahan berupa sisa

plasenta atau sisa hasil konsepsi, jaringan luka, peradangan atau bahan-bahan tidak lazim

yang ditemukan di genitalia.

Pemeriksaan DNA

b. Pemeriksaa janin

Usia janin

16
- Rumus Haase di mana usia dapat ditaksir dari ukuran panjang badan (ukuran dari

puncak kepala hingga kaki).

- Lingkar kepala

- Pusat penulangan: ada 2 tempat yang lazim diperiksa yakni telapak kaki (os talus,

calcaneus, dan cuboid) serta lutut (proksimal tibia dan distal femur).

Golongan darah

Pemeriksaan Korban Mati

Temuan pemeriksaan post-mortem tergantung pada cara abortus serta interval waktu antara

tindakan abortus dan kematian. Pemeriksaan korban mati terdiri atas pemeriksaan luar,

pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan tambahan.1,4

a. Pemeriksaan luar

Identifikasi

Kondisi umum jenazah

Tanda kematian

Tanda kehamilan untuk menentukan wanita tersebut dalam keadaan hamil atau tidak.

Untuk itu diperiksa:

- Payudara secara makros maupun mikroskopis

Tanda kekerasan

Tanda persalinan/abortus yakni

- cadaveric spasm, pucat, lebam mayat tidak nampak jelas.

- Tanda-tanda kekerasan lokal: memar, luka, perdarahan per vaginam

- Tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril

- Analisis cairan dalam vagina dan cavum uteri

17
b. Pemeriksaan dalam

Penentuan korban hamil atau tidak

- Ovarium: untuk mencari adanya corpus luteum persisten (mikroskopis)

- Uterus: besar uterus, sisa hasil konsepsi, sel-sel trofoblast dan decidua (mikroskopis)

Pemeriksaan organ secara keseluruhan

- Biasanya akan menemukan organ-organ yang pucat dengan pooling darah di organ

viscera.

- Pada kasus kematian karena perdarahan akan ditemukan bahwa tidak ada darah yang

keluar dari jantung pada saat pemotongan jantung, hepar berwarna kekuningan, limpa

pucat dan berkerut.

Pemeriksaan organ lokal (genitalia interna) akan terlihat tanda-tanda kekerasan yang

tidak wajar di genitalia interna.

- Uterus dan adnexa: terjadi pembengkakan, injury, perforasi, krepitasi, kongesti

- Warna genitalia interna: pucat/kongesti/memar

- Pemeriksaan uterus: dilakukan insisi horizontal 1 cm

- Pada pemeriksaan dalam uterus dapat ditemukan sisa kehamilan, penebalan dinding

uterus, tanda-tanda kuretase endometrium, sisa plasenta (bila evakuasi tidak bersih),

perubahan warna dinding uterus (akibat zat yang dipakai dalam proses abortus), dan sisa

peralatan.

- Ovarium: kedua ovarium harus diperiksa. Ovarium dapat terlihat terkongesti.

c. Pemeriksaan tambahan

Emboli udara: terutama dilakukan pada vena cava inferior dan jantung.

18
Toksikologi: pemeriksaan toksikologi dilakukan dengan bahan berupa darah dari jantung,

cairan dalam cavum uteri dan vagina atau rongga abdomen, urine, dll

Histopatologi dengan bahan berupa sisa konsepsi, plasenta, dan jaringan uterus untuk

mencari sel trofoblast, kerusakan jaringan, dan sel-sel radang.

Golongan darah: merupakan salah satu pemeriksaan dalam proses identifikasi terutama

identifikasi orang tua bayi.

Mikrobiologi: pemeriksaan mikrobiologi perlu dilakukan sebab pada APC dengan unsafe

abortion sering terjadi komplikasi berupa infeksi. Bahan yang digunakan dapat berupa

swab uterus dan jaringan lain yang dimasukkan dalam formalin.

Pemeriksaan juga dilakukan pada janin mati.Untuk membedakan dengan infanticide, pada

janin hasil abortus tidak didapatkan tanda-tanda telah bernafas. Penting juga untuk melihat

adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh bayi, misalnya akibat benda-benda yang dimasukkan

per-vaginam (alat kuret, batang kayu, dll) atau bahan-bahan yang melekat di tubuh bayi.6

Gambar 1. Septik endometritis setelah abortus Gambar 2. InfeksiClostridium perfringen (gas


ilegal. Pendarahan pada cervix menunjukkan dimana gangrene) pada abotus ilegal.11
instrument menembus saluran cervical.11

19
Gambar 3. Autopsy menunjukkan uterus septik pada abortus ilegal.11

V. KOMPLIKASI

Komplikasi medis yang dapat timbul :1,4

1. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi

pada ibu dalam keadaan stres, gelisah dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang

digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu

dingin.

2. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, sisa jaringan

konsepsi, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan,

dapat pula timbul lama setelah tindakan. Tidak seperti pada zaman dahulu, komplikasi ini

kini jarang mendatangkan kematian. Hal ini disebabkan pengertian masyarakat tentang

kesehatan yang telah meningkat.

3. Perforasi uterus ;

4. Luka atau robek pada serviks uteri;

5. Keracunan obat/zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti KMnO4

pekat, AgNO3, K-klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau

kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya

20
Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikologik sangat diperlukan untuk menegakkan

diagnosis.

6. Syok (renjatan) akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat

mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh

pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil.

7. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi

karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam

uterus, sedangkan di saat yang sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka.

Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian, sedangkan jumlah 70-100

ml dilaporkan sudah dapat mematikan dengan segera.

8. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan

waktu.

9. Lain-lain seperti tersengat arus listrik kuat saat melakukan abortus dengan menggunakan

pengaliran listrik lokal.

Komplikasi pada abortus provocatus criminalis sering terjadi akibat cara-cara aborsi yang

tidak aman (unsafe abortion). Yang dimaksud aborsi tidak aman yakni aborsi yang dilakukan

oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan dengan cara yang tidak semestinya sehingga

menimbulkan komplikasi bahkan kematian. Beberapa faktor yang menyebabkan unsafe abortion

adalah tindakan membahayakan, kurangnya pengetahuan, kurangnya fasilitas dan higienisitas,

biaya tinggi, keterlambatan proses aborsi (usia kehamilan sudah terlalu besar), dan kurangnya

pelayanan.1,4,10

Komplikasi yang sering terjadi pada abortus provocatus criminalis akibat unsafe abortion

adalah perdarahan dan infeksi.Perdarahan seringkali menyebabkan korban jatuh dalam kondisi

21
shock, sedangkan infeksi sering berkembang menjadi sepsis dan shock septik.Perdarahan terjadi

akibat trauma jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan konsepsi, bleeding diathesis, dll. Komplikasi

lain berupa keracunan dari bahan yang digunakan dalam aborsi dan injury pada genitalia

eksterna maupun interna yang dapat menyebabkan perforasi uterus. Apabila komplikasi-

komplikasi tersebut dibiarkan atau mengalami keterlambatan penanganan, maka akan

menyebabkan kematian.1,4,10

Penggunaan peralatan yang tidak steril yang dikerjakan oleh tenaga yang tidak terlatih

serta tidak dilakukan tindakan anastesi merupakan faktor penting yang menyebabkan kematian.

Berdasarkan saat terjadinya kematian Simpson membagi kematian pada abortus sebagai

berikut:10

- Kematian yang segera/seketika (immediate deaths) terutama disebabkan oleh emboli udara

dan inhibisi vagal, perdarahan lebih jarang dijumpai bila dibandingkan dengan kedua hal itu.

Inhibisi vagal dapat terjadi oleh karena korban tidak dianastesi serta intervensi instrumen atau

penyuntikan cairan secara tiba-tiba, yang mana cairan tersebut dapat terlalu panas atau terlalu

dingin. Emboli udara terjadi akibat penyemprotan cairan ke dalam uterus yang tercampur

gelembung udara, sedangkan di saat yang sama, vena endometrium dalam keadaan terbuka.

Udara sebanyak 70-100 ml dapat mematikan hanya dalam waktu 10 menit.

- Kematian yang lambat/beberapa saat setelah tindakan abortus (delayed deaths) umumnya

disebabkan kerena terjadi infeksi khususnya Clostridium welchii dan Clostridium tetani,

perforasi uterus dan viscera abdomen, serta emboli lemak akibat penyemprotan lisol.

- Kematian remote (lama sekali setelah tindakan abortus): Jaundice, Renal failure, Bacterial

endocarditis, Pneumonia, emphysema, Meningitis.

22
VI. Laporan Kasus

Laporan kasus diambil dari jurnal laporan kasus oleh W.N.S Perera dan P. Paranitharan

dari Department of Forensic Medicine, Faculty of Medicine, Ragama UniversitySri Lanka dalam

Sri Lanka Journal of Forensic Medicine, Science & Law, bulan Mei 2012.12

Dilaporkan bahwa seorang wanita berusia 39 tahun yang hidup bersama seorang pasangan

lelakinya telah mengalami keterlambatan menstruasi dan dinyatakan positif hamil.Wanita ini

datang ke tempat aborsi. Di tempat tersebut dilakukan aborsi dengan memasukkan sebuah tube

ke dalam vagina dan dilakukan suction oleh pelaku aborsi. Saat wanita tersebut pulang ke

rumah, terjadi perdarahan vagina yang hebat dan tubuhnya menggigil.Hari kedua, wanita

tersebut dibawa ke rumah sakit dengan keluhan demam, nyeri abdomen, perdarahan per-

vaginam, dan tekanan darah rendah.Hari ketiga dilakukan evakuasi sisa konsepsi dan dilakukan

laparotomy karena diduga terjadi perforasi.Namun, pasien mengalami hipotensi persisten,

peningkatan liver enzyme, penurunan fungsi ginjal, gangguan koagulasi, dan bleeding diathesis.

Pada hari keempat, wanita ini meninggal di ICU setelah dilakukan resusitasi.12

Hasil Pemeriksaan

Pada pemeriksaan luar didapatkan korban dalam kondisi pucat, terdapat hemorrhage pada

lokasi pungsi vena, confluent petechial hemorrhage pada tubuh, dan tidak didapatkan injury pada

area genitalia. Bekas insisi pada abdomen intact dan tidak didapatkan tanda-tanda infeksi.12

Pada pemeriksaan dalam didapatkan adanya perdarahan subarachnoid, kongesti paru,

lambung berwarna kehitaman, omentum melunak, liver berupa nutmeg appearance (kuning

pucat), ginjal kemerahan dan membengkak, dan limpa melunak. Uterus membesar, tuba uterine

dan ovarium menunjukkan adanya hemorrhagic patches dengan warna kebiruan. Tercium bau

busuk blood clot pada cavum uteri. Tidak ada tanda perforasi pada dinding uterus.12

23
Dari hasil pemeriksaan sisa konsepsi didapatkan hasil kultur positif berupa Pseudomonas.

Hasil pemeriksaan histologis menunjukkan tanda-tanda kegagalan organ dan material nekrotik

pada sisa jaringan fetus di uterus dan terdapat infiltrasi neutrophil pada myometrium. Penyebab

kematian diduga akibat komplikasi dari aborsi septik.12

(a) (b)
Gambar 4.(a) Blood clot dalam Uterus; (2) Infiltrasi Neutrofil dalam Myometrium

24
DAFTAR PUSTAKA

1 Kedokteran Forensik FK UI. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran

Forensik FK UI, 1997. 159-164.

2 Iswanty, M.Pertanggungjawaban Medis Terhadap Terjadinya Abortus Provokatus

Criminalis (Tinjauan Hukum Kesehatan dan Psikologi Hukum). Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin. ISSN: 2087-2291.Volume 1 Nomor 3, Mei 2012. Hal 399=405.

3 Wilopo. SA. 2005. Kita Selamatkan Remaja dari Aborsi dalam Rangka Pemantapan

Keluarga Berkualitas 2015. Makalah Seminar di Medan, Sumatera Utara 11 April 2005.

4 Idris, Abdul Munim dan Agung Legowo Tjiptomartono. 2008. Penerapan Ilmu

Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta: Sagung Seto.

5 Juita RS, Heryanti RB. Perlindungan Hukum Pidana pada Korban Perkosaan yang

Melakukan Abortus Provocatus (suatu kajian normatif). Fakultas Hukum USM. ISSN

1410-9859. 2010.

6 Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia, Buku II: Kejahatan

7 Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

8 Idris, Abdul Munim. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina Rupa

Aksara

9 W.N.S Perera and P. Paranitharan. 2011. A Maternal Death due to An Illegal Abortion: A

Case Report. Sri Lanka Journal of Forensic Medicine, Science, and Law, 2011(2): 4-6.

Department of Forensic Medicine, Faculty of Medicine, Ragama University.

10 Azhari. 2002. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Seminar

Kelahiran Tidak Diinginkan (Aborsi) dalam Kesejahteraan Reproduksi Remaja. FK

UNSRI

25
11 Shepherd R. Simpsons Forensic Medicine, 2 ed. Arnold, a member of the Hodder

Headline Group .2003. hal 135-40.

12 W.N.S Perera and P. Paranitharan. 2011. A Maternal Death due to An Illegal Abortion: A

Case Report. Sri Lanka Journal of Forensic Medicine, Science, and Law, 2011(2): 4-6.

Department of Forensic Medicine, Faculty of Medicine, Ragama University.

26

You might also like