Enna Oa ceeea ern cariemeereias
PENELITIAN/RESEARCH
PENGARUH PERLAKUAN AWAL BAHAN BAKU DAN CARA PROSES TERHADAP
MUTU IKAN BILIH OLAHAN
Influence of Raw Material Pretreatment and Process To Quality of Bilih Fish
Silfia *, Hendri Muchtar *, Marjali ** dan Dindin Syafruddin ***
Balai Riset dan Standardisasi Industri Padang
Komplek LIK Ulu Gadut, PO Box 274 Padang
ABSTRAK
elah dilakukan penelitian proses produksi tethadap ikan billh olahan dalam
rangka peningkatan mutu dengan perlakuan awal ikan bilin serta penggunaan
spiner untuk mengurangi kadar minyak. Analisa dilakukan terhadap kadar air,
kadar lemak, bilangan peroksida, asam lemak bebas, uji organoleptik serta
pengamatan selama penyimpanan. Hasil penelitian diperoieh bahwa ikan bilin segar (A1)
dengan penggunaan spiner (B1) memberikan hasil terbaik dengan hasi! uji organoleptik
berupa warna, rasa, aroma dan tekstur disukai, kadar lemak 10,36%, bilangan peroksida
0,61, asam lemak bebas 1,11% dan kadar air 9,93%. Penyimpanan selama 4 minggu
pada suhu 15° C masin baik.
Kata Kunci : Ikan bilih
ABSTRACT
T had been done a research of production process to bilih fish product in order to
increase the quality by pretreatment of bilih fish and usage of spiner. Analysis of
product consisted of water content, fat, peroxide number, free fatty acid,
organoleptic test and observation during storaging. Result of research obtained that fresh
bilih fish (A1) with usage of spiner (B1) was the best and result of test of organoleptic in
the form of colour, taste and aroma of texture were prefered by panelist content 10,36%,
peroxide number 0,61, free fatty acid 1,11% and water content 9,93%. Storaging during 4
weeks at temperature 15°C was siill in good condition.
Key Words : Bilih fish
a
* Peneliti Baristand Industri Padang
** Penyuluh Perindustrian Baristand Industri Padang
*** Staf Baristand Industri Padang
52PENDAHULUAN
kan bili merupakan jenis ikan
yang spesifik dan endemik dengan
ukuran (8 — 10 cm), produktivitas ikan ini
sangat tinggi dibandingkan dengan ikan
lain (Sumbar Dalam Angka, 2005). Ikan
bili Danau Singkarak (Mystaleucus
padangensis) dengan luas 10.261 Ha
dapat memproduksi 232,30 Ton dan dari
danau Maninjau (Rasbora Argyrotaenia)
dengan_luas 9.750 Ha memproduksi
123,32 Ton ikan bilih.
Saat ini ikan bili telah diolah
menjadi ikan bilih olahan oleh industri
rumah tangga di kedua daerah sentra
kan bilih, namun ken bili olahan
mutunya masih rendah, seperti kadar air
yang tinggi (+ 15%) dan bilangan
peroksida + 16,21. Untuk itu ditakukan
penelitian peningkatan mutu dan keta-
hanan simpan dengan mempertakukan
ikan bilih dan pengurangan minyak.
Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan mutu produk ikan_ bilih
yang sudah diolah agar bisa menjadi
produk bernilai ekonomi tinggi dan dapat
di pasarkan lebih luas lagi.
Manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah memperbaiki mutu
produk ian bin olahan dan
meningkatkan nilai tambah produk ikan
bilih ofahan,
BAHAN DAN METODA
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari ikan bith, minyak
goreng, bumbu, telur dan minyak tanah
untuk pembakaran.
Peralatan yang digunakan antara
lain : kuali, waskom, pisau, peniris,
sendok goreng, spiner, peniris dan
kompor.
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggu-
nakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
GEC cue Ene Griese RUMI er easiest}
secara faktorial dengan variasi perlaku-
an sebagai berikut =
A2= Ikan bilih kukus.
A3= Ikan bilih kering
B2= Tanpa Spiner
Masing-masing perlakuan dilaku-
kan 4 kali ulangan. Hasil analisa dioiah
secara statistik dan dilanjutkan dengan
uji banding nyata jujur (BNJ) pada taraf
nyata 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan
seperti diagram berikut :
ikan bilih
Dibérsinkan
Bumbu
+ telur
Goreng
Ikan bilih olehan/goreng
Kenlas
Gambar 1. Diagram alir penelitian terha-
dap ikan bili h olahan
Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang dilakukan
oleh panelis terhadap ikan bitin olahan
(goreng) meliputi : rasa, aroma, warna
dan tekstur berdasarkan skala numerik
sebagai berikut :
Nilai 5 = sangat suka
45 Suka
3= cukup suka
idak suka
angat tidak sukaAnalisa
Analisa dilakukan tethadap ikan
bilh olahan (goreng) antara lain :
a. Kadar air
b. Kadar lemak
c. Bilangan peroksida
d. Asam lemak bebas
Daya Simpan
Pengamatan daya simpan produk
kan bilh olahan/goreng _ dilakukan
secara visual terhadap rasa, aroma dan
tekstur setiap 1 minggu selama 4 minggu
penyimpanan pada suhu + 15°C.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tkan Bitih
Hasil analisa untuk ikan_ bilih
goreng yang diambil secara acak di
pasar dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisa ikan bilih olahan/
goreng di pasar
Dari Tabel 1 terlihat bahwa ikan
bilih olahan/goreng yang diambil secara
acak di pasaran mempunyai kadar air
berkisar antara 14,21% — 15%.
Menurut Ath Suryati_ (1980)
digolongkan sebagai makanan kering.
Selanjutnya dari analisa __bilangan
peroksida berkisar antara 14,35 — 16,21
Untuk bilangan peroksida maksimum 5
(SNI_ 01-2902-1992) dan asam lemak
bebas 6,12 - 6,75 batasan maksimum
menurut SNI adalah 10.
34
Clara eye
tkan Bilih Olahan (Goreng)
Kadar Air
Hasil_analisa_ statistik - terhadap
kadar air ikan billh olahan (goreng)
berdasarkan variasi perlakuan ikan bilih
dan pengurangan minyak berpengaruh
sangat nyata (Lampiran 1).
Kadar air ikan bilih olahan (goreng)
seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh perlakuan ikan bilih
dan perlakuan pengurangan
minyak terhadap kadar air ikan
bilih olahan/goreng
Angke-angka pada lajur yang sama dan ikuti
oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan
hasil yang berbeda sangat nyata pada taraf
nyata BNJ 5%.
Perlakuan A1B2 (ikan bili segar
dengan perlakuan pengurangan minyak
tanpa spiner) memberikan kadar air
paling tinggi yaitu 9,93% dan berbeda
sangat nyata dengan perlakuan lain.
Hasil analisa kadar air tethadap
ikan bilih olahan (goreng) menunjukkan
rilai rata-rata antara 5,89% - 9,93% lebih
rendah dibandingkan dengan _hasil
analisa kadar air ikan bili olahan
(goreng) yang ada di pasaran 14,21% -
15%, hal ini disebabkan karena minyak
goreng yang digunakan dalam peneltian
tidak berulang sementara _pengrajin
menggunakan minyak yang telah ber-
ulang dan telah mengalami degradasi,
menurut Winarno (1997), mutu_minyak
goreng yang digunakan menurun seiring
dengan turunnya tik asap. Titik asap
suatu minyak goreng tergantung dari
kadar gliserol bebas lemak yang telah
digunakan untuk —menggoreng tikasapnya akan turun, Karena telah terjadi
hidrolisis melekul lemak. Karena itu
untuk menekan terjadinya _hidrolisis,
pemanasan lemak atau minyak
sebaiknya dilakukan pada suhu yang
tidak terlalu tinggi dari seharusnya.
Pada umumnya_ suhu penggorengan
adalah 177 ~ 221°C.
Selanjutnya —Winarno (1997)
menyatakan fungsi minyak goreng
disamping sebagai pengatur panas, juga
menambah rasa gurih, mengurangi
kandungan air yang terdapat dalam
bahan pangan dan menambah_ nifai
kalori.
Minyak goreng yang telah berulang
digunakan menyebabkan tik asap
menurun dan kemampuan — untuk
mengurangi kadar air bahan pangan
berkurang karena telah terjadi hidrolisis
molekul lemak (Winarno, 1997).
Kadar Lemak
Hasil analisa statistik terhadap
kadar lemak ikan bilih olahan (goreng)
berdasarkan variasi perlakuan ikan bilih
dan perlakuan pengurangan _minyak
berpengaruh sangat nyata (Lampiran 1).
Kadar lemak ikan bilih olahan/gorengan
seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh perlakuan ikan bilih
dan minyak terhadap_kadar
femak ikan bilih olahan/goreng
[_Perlakuan_| Rata-rata Kadar Lemak
‘Angka-angka pada lajur yang sama dan ikuti
oleh huruf kecit yang berbeda menunjukkan
hasil yang berbeda Sangat nyata pada taraf
nyata BNJ 5%,
Perlakuan A1B2 (Ikan billh segar)
dengan periakuantanpa_—_spiner
memberikan kadar temak paling tinggi
oe ecuc ht EMC uke ie ker te Magen
yaitu 22,11% dan berbeda sangat nyata
dengan perlakuan lain.
Minyak goreng menurut Ketaren,
1986, dapat digunakan sebagai medium
penggoreng bahan pangan, yang mana
minyak goreng berfungsi sebagai
medium penghantar panas, menambah
rasa gurih, menambah nilai gizi dan
kalori dalam bahan pangan.
Ketaren (1986) _ menyatakan
umumnya sistem menggoreng _bahan
Pangan ada 2 macam, yaitu 1). Gangsa
(pan frying) dan 2). Menggoreng biasa
(deep frying). Ciri khas dari penggoreng-
an sistem gangsa adalah bahan pangan
yang digoteng tidak sampai terendam
dalam minyak atau lemak, lemak yang
dapat digunakan pada sistem ini adalah
minyak kelapa.
Pada proses _penggorengan
dengan sistem deep frying, bahan yang
digoreng terendam dalam minyak dan
suhu minyak dapat mencapai 200 —
2005".
Untuk menggoreng bahan pangan
yang dibungkus dan tidak segera
dikonsumsi misainya keripik kentang,
kaleng dan bahan pangan lainnya ikan
bilh olahan/goreng dibutuhkan lemak
yang bersifat stabil terhadap panas,
misainya minyak kelapa dan minyak
nabati yang dihidrogenasi.
Bilangan Peroksida
Hasil analisa statistik terhadap
bilangan peroksida ikan_bilih olahan
(goreng) menunjukkan variasi periakuan
ikan bill dan perlakuan penggurangan
minyak berpengaruh sangat _nyata
(Lampiran 1). Bilangan peroksida ikan
bilth olahan (goreng) seperti tertihat pada
Tabel 4.
Perlakuan A1B2 (perlakuan kan
bilh segar dengan perlakuan tanpa
spiner) memberikan bilangan perosida
paling tinggi yaitu 1,66 dan berbeda
sangat nyata dengan perlakuan iain.GEST aCe ed
Tabel 4. Pengaruh pertakuan ikan bil
dan pengurangan minyak ter-
hadap bil. Peroksida ikan bilih
olahan/goreng
Angka-angka pada lajur yang sama dan kuti
oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan
hasil yang berbeda sangat nyata pada taraf
nyata BNJ 5%.
Hasil analisa bilangan peroksida
tethadap ikan bili olahan/goreng
menunjukkan hasil. analisa_bilangan
peroksida ikan bilih olahan/goreng yang
ada di pasaran antara 14,35 ~ 15,67, hal
ini disebabkan minyak yang digunakan
dipasaran beruiang.
Nilai bilangan peroksida terendah
ikan dill olahan — (goreng) dan
merupakan hasil terbaik ditunjukkan oleh
perlakuan A1B1 (perlakuan kan bitih
segar dengan perlakuan spiner) yaitu
ost.
Bilangan peroksida_merupakan
nilai_ terpenting menentukan derajat
kerusakan pada minyak, asam lemak
tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada
ikatan rangkapnya sehingga terbentuk
peroksida dan menandakan terjadinya
proses ketengikan.
Terjadinya proses ketengikan akan
menyebabkan penurunan mutu_produk
baik mutu organoleptik maupun mutu gizi
(Syarief, 1993).
Asam Lemak Bebas
Hasi! analisa statistik terha-dap
asam lemak bebas ikan bili olahan/
goreng menunjukkan varias perfakuan
ikan biih dan perlakuan penggurangan
minyak berpengaruh sangat_nyata
(Lampiran 1).
56
Asam lemak bebas ikan ibilih
olahan / goreng seperti terlihat pada
Tabel 5.
Tabet 5. Pengaruh perlakuan ikan bilih
dan perlakuan penggunaan
minyak terhadap asam lemak
bebas ikan bilih olahan/goreng
Rata-rata Asam Lemak
Perlakuan
‘Angka-angka pada lajur yang sama dan iikuti
olen huruf kecil yang berbeda menunjukkan
rasil yang berbeda sangat nyata pada taraf
nyala BNJ 5%.
Perlakuan A1B2 (perlakuan Ikan
bilin segar dengan perlakuan tanpa
spiner) memberikan kadar asam lemak
bebas paling tinggi 2,24 dan berbeda
sangat nyata dengan perlakuan lain.
Hasil analisa asam lemak bebas
ikan bilih olahan (goreng) menunjukkan
nilai ratarata antara 2,24 — 4,11 lebih
kecil dari ikan bilih olahan (goreng) yang
ada di pasaran yaitu antara 6,12 - 6,75.
Nilai asam lemak bebas terendah
ikan bith olahan (goreng) dan merupa-
kan hasil terbaik adalah perlakuan A161
(perlakuan ikan bilin segar dengan peria-
kuan spines) = 4,11.
Menurut ‘Marzt (1976) —faktor
penyebab kenaikan asam lemak bebas
dipicu oleh kadar air dan keaktifan enzim
yang ada dalam bahan — pangan.
Setanjutnya Ketaren, 1986 terbentuknya
asam lemak bebas karena terjadi reaksi
hidrolisa pangan dengan adanya air,
disamping itu hidrolisis dipercepat oleh
adanya enzym yang telah ada dalam
jaringan bahan pangan.Uji Organoleptik
Rasa
Hasil analisa statistik terhadap uj
organoleptik rasa ikan bilh olahan
(goreng) menunjukkan bahwa perlakuan
ikan bili dan perlakuan spiner ber-
pengaruh sangat nyata tethadap rasa
ikan bilih olahan olehan (goreng)
Lampiran 1
Pengaruh perlakuan__ter-hadap
aroma ikan bilin olahan (goreng) seperti
terlihat pada Tabel 6. Nilai rasa ikan bith
olahan (goreng) berkisar antara 4,53 —
2,93 (dari suka — tidak suka).
Tabel 6. Pengaruh periakuan ikan bilih
dan perlakuan penggunaan
minyak terhadap rasa ikan bilih
‘Angko-angka pada lajur yang sama dan ikutt
oleh huruf kecil yang berbeda menunjuk-kan
hasil yang berbeda sangat nyata pada taraf
ayata BNI 5%.
Perlakuan A1B1 (perlakuan Ikan
bili segar dengan perlakuan_spiner)
memberikan nilai rasa tertinggi yaitu 4,53,
dan panelis suka dibandingkan dengan
pertakuan lain.
Menurut John M de Man (1997)
senyawa yang menimbulkan tanggapan
rasa _enak mempunyai atom elektro
negatif seperti oksigen. Atom ini
mempunyai juga proton yang terikat
padanya dengan ikatan kovaien tunggal,
selanjutnya tapak reseptor kuncup rasa
melalui pembentukan ikatan_hidrogen.
ikatan ini menimbulkan rasa enak yang
melekat.
[eis Utne Wer UP CURSE CUBS ert Weegee
Aroma
Hasil analisa statistik terhadap_uji
organoleptik aroma ikan bili olahan
(goreng) menunjukkan bahwa perlakuan
ikan bilih dan perlakuan penggurangan
minyak berpengaruh sangat nyata ter-
hadap aroma ikan bith olahan (goreng)
{Lampiran 1).
Pengaruh perlakuan__terhadap
aroma ikan bilih olahan (goreng) seperti
terlihat pada Tabel 7. Nilai aroma ikan
ih olahan (goreng) berkisar antara 4,2
— 3,13 (suka — cukup suka).
Tabel 7. Pengaruh perlakuan_ ikan bilih
dan periakuan penggunaan
minyak terhadap aroma ikan
billh olahan/goreng
[ Perlakuan | Nilai Aroma
‘Angka-angka pada lajur yang sama dan fikuti
oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan
hasil yang berbeda sangat nyata pada taraf
nyata BNI 5%,
Periakuan A1B1 (perlakuan Ikan
bili segar dengan peria kuan spiner)
memberikan nilai aroma tertinggi dan
panelis suka dibandingkan dengan
perlakuan lain,
Aroma menurut Fachruddin (1988)
merupakan salah satu faktor yang dapat
membangkitkan selera__seseorang,
makanan yang memiliki aroma yang
sedap mengundang orang untuk
menikmatinya atau memakannya.
Warna
Hasil analisa statistik terhadap uji
organoleptik wama ikan bilih olahan
(goreng) menunjukkan bahwa periakuan
ikan bili dan perlakuan penggurangan
minyak berpengaruh sangat nyata terha-
dap warna ikan bili olahan (goreng)
(Lampiran 1).[== sia an
Pengaruh perlakuan “terhadap
wama Ikan billh olahan (goreng) seperti
terlihat pada Tabel 8. Nilai warna ikan
bilih olahan (goreng) berkisarantara 4,13
~ 2,60 (suka — tidak suka).
Tabel 8. Pengaruh perlakuan ikan bilih
dan perlakuan penggunaan
minyak terhadap wama_ ikan
bilih olahan/ goreng
‘Angka-angka pada lajur yang sama dan tikutl
oleh hucuf kecil yang berbeda menunjuk-kan
‘Aasil yang berbeda sangat nyata pada tarat
nyata BNJ 5%.
Perlakuan A161 (perlakuan ikan
bili segar dengan perlakuan pengurang-
an minyak/spiner) memberikan nilai
wama paling tinggi yakni 4,13 dan
panelis suka dibandingkan perlakuan lain.
Menurut Fachruddin (1988) wama
merupakan salah satu komponen yang
sangat penting dalam produk pangan,
karena warna yang menarik akan
memberikan nilai tambah bagi produk
oiahan pangan.
Warna yang baik bagi mutu
pangan adalah warna yang tidak jauh
berbeda dengan wama pangan alami.
Tekstur
Hasil analisa statistik terhadap uji
organoleptik tekstur ikan bilh olahan
(goreng) menunjukkan bahwa periakuan
ikan bilih dan perlakuan penggurangan
minyak berpengaruh sangat nyata ter-
hadap tekstur ikan bilih olahan (goreng)
(Lampiran 1).
Pengaruh perlakuan __terhadap
tekstur ikan bilih olahan (goreng) seperti
terlihat pada Tabel 9. Nilai tekstur_ikan
bilin olahan (goreng) berkisar antara 4,13
— 2,9 (Suka — biasa).
58
PES uier at Syd
Tabel 9. Pengaruh_perlakuan ikan bilih
dan perlakuan_penggunaan
minyak terhadap tekstur ikan
bilih olahan/ gorer
‘Angka-angka pada lajir yang sama dan Tkutt
oleh huruf kecil yang berbeda menunjuk-kan
hasil yang berbeda sangat nyala pada taraf
nyata BNJ 5%.
Perlakuan A1B1 (periakuan ikan
bilih segar dengan perlakuan pengurang-
an minyak/spiner) memberikan _ nilai
tekstur tertinggi yakni 4,13 dan panelis
suka diban-dingkan perlakuan lain.
Tekstur menurut John M de Man
(1997) digolongkan sebagai parameter
sekunder dengan istilah populer mudah
remuk, renyah dan rapuh untuk ciri lain
yang berkaitan dengan air dan lemak
(goreng) pada ikan billh olahan/goreng.
Daya Simpan
Pengamatan daya simpan ikan
bili olahan (goreng) dengan cara visual
terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur
ikan bilih olahan (goreng) pada penyim-
panan 4 minggu. _Hasil_pengamatan
seperti terlihat pada Tabel 10.
Sampai penyimpanan 4 minggu
pada suhu 15°C ikan bilih olahan
(goreng) untuk semua perlakuan masih
baik. Menurut Destrosier (1988)
pendinginan dapat = menghentikan
‘oktivitas mikrobiologis, sehingga makin
rendah suhu bahan pangan berlemak
retensi zat gizi dapat dipertahankan.Tabel 10. Hasil pengamatan daya sim-
pan ikan bilih olahan (goreng)
secara visual
Zzzzzzzzz2zzZ2z\2zz2\2zzz/\2zz2/—
“Zzzz\zzzz\zzzz\zz2z2z\2z222z\2z2z2Z|
ezzzzezz2eezzlzezzizzezezzez|
Zzzzzxzzzzzz\zzzz2\zzzzzzzz|
Keterangan N= Normal
Pengaruh atau hubungan antara
kwalitas produk dengan kondisi penyim-
panan menurut Destrosier (1988)
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
jenis dan kwalitas bahan baku yang
digunakan seperti kadar air, zat besi,
metoda dan ke efektifan, jenis dan
keadaan pengemasan, pengaruh yang
ditimbulkan oleh suhu dan kelembaban
penyimpanan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan —hasil_penelitian
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pertakuan ikan bilih dan pengurang-
an minyak (Spiner) berpengaruh
sangat nyata terhadap kadar air,
kadar lemak, bilangan peroksida dan
asam temak bebas.
aruhi Perlakuan Awal Bahan’ Bakuidan Cara‘Pro:
2. Uji organoleptik perlakuan ikan bilih
dan pengurangan minyak (spiner)
berpengaruh sangat nyata terhadap
rasa, aroma, warna dan tekstur,
3. Pemtuatan ikan bilih olahan/ goreng
dengan perlakuan ikan bilh segar
dan pengurangan minyak (Spiner)
(A1B1) memberikan hail yang
optimal dengan warna, rasa, aroma
dan tekstur disukai oleh panelis,
kadar lemak = 10,36%, bilangan
peroksida = 0,16, asam lemak bebas
= 1.11% dan kadar air = 9,93%
dengan ketahanan daya _simpan
selama 4 minggu masih baik pada
suhu 15°
Saran
Dari hasil penelitian disarankan
pengemasan ikan billh olahan (goreng)
dilakukan secara vakum agar dapat
memperpanjang daya simpan.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Eddy dan Evi Liviawati, 1994,
Pengawetan dan Peng-olahan
Ikan, Yogyakarta, Kanisius.
Akademi Kimia Analis Bogor, 1984,
Kimia Pangan.
Anonimous, 2000, Sumatera Barat
Dalam Angka, Padang.
Destroisier, W. Norman, 1988, Teknologi
Pengawetan Pangan.
Dwi Sutrisniati, ir, Dkk, 1998/1999,
Pengembangan Teknologi
Industri Kecil Pengolahan Produk
Perikanan BBIHP.
Elvina AR, Sudarisman, Teguh, 1996,
Petunjuk Memilih Ikan dan
Daging, Jakarta, Penebar
Swadaya.Desember.
Fachruddin, 1988, Memilih dan Meman-
faalkan Bahan tambahan
Makanan, Penerbit Bharatara
Jakarta,
John M de Man, 1997, Kimia Makanan,
Penerbit ITB Bandung.
Marat, 1976, Snack Food Technology
Wesport AUI Puplishing, Jakarta,
S. Ketaren, 1986, Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan,
Penerbit Univ., Indonesia,
‘Suryati Herman, Atih, 1980, Pengeta-
huan Bahan dan Produk Industri
Kecil_ Pengolahan Pangan,
BBIHP, Bogor.
60
Suwedo, H. Ir,
Pengolahan Hasil
Penerbit Liberty Yogyakarta.
1990, Teknologi
Per-ikanan,
Syarief, Rizal dan Anies trawati, 1993,
Pengetahuan Bahan —_ untuk
Industri Pertanian, PT.
Mediyatama Sarana Perkasa
Jakarta,
Winarno F.G, 1988, Kimia Pangan dan
Gizi, Jakarta, Gramedia.Lampiran 1.
ahan Baku dan Cara Proses'
Rekapitulasi Analisa Sidik Ragam Kadar Air, Kadar Lemak, Bilangan Peroksida,
Asam Lemak Bebas dan Uji Organoleptik Rasa, Aroma, Warna dan Tekstur
Ikan Bilih Goreng
No. | Parameter Keron bl) ouK KT FHitung | F Tanel
A 1 22,4267 | 22,4267 | 45613,0" | 4.4130
B 2 | 150797 7.53083 | 1535.2" | 3.5546
1. |Kadar Air | Interaksi | 2 | 0,57661 | 0.2883 | 586,381" | 3.5546
Sisa 18 | 0.00885 | 0,00049
Total 23 | 38,0918
A 1 | 329,8934 _] 329,8034 | 1131063" | 44130
B 2 | 1501526 | 7.5676 | 25740,44" | 3.5546
2. |Kadar | Interaksi. | 2 81,7889 | 40,8045 | 140209,6 | 3.5546
Lemak | Sisa 48 | 000525 —_| 0,000292
Total 23
A 1 [2672 [25742 257415" | 44730
3. | Bilangan |B 2 | 56,7200 28,36 =| 2836" 35548
Peroksida | Interaksi 2 | 46982 | 2,3491 | 23490,88 | 3,546,
Sisa 18 | 0,0018 4.10%
Total 23 | 63,9941
A 1 [00108 [00108 | 76,6162" | 4.4139
4. | Asam B 2 |49308 | 2.4609 | 17962,04" | 3.5546
Lemak | interaksi_ | |2 | 0.01637 | 0,0081 | 59,1818** | 3.5546,
Bebas | Sisa 18 | 0.0025 | 0,0001
Total 23 | 4.9604
Periakuan 6 | 25833 6,1667 | 98,2143 | 2,981
5. | Rasa Sisa 84 | 13,086 | 0.1556
Total 8o_| 38.9
Perlakuan /5 | 14,456 | 2,89 75,1783" | 2,3231
6. |Aroma | Sisa a4 | 16 0,1905
Total 89 | 30,456
Periakuan |S | 14,22 28444 [9,7042"™ | 2,237
7. | Tekstur | Sisa 84 | 244 0,2905
Total ao | 38
Periakuan [5 [24,089 |40178 | 149517" | 2,3231
8. |Wama | Sisa 84 | 27.062 | 0,32222
Total 89 _| 51.156
61