You are on page 1of 10
Enna Oa ceeea ern cariemeereias PENELITIAN/RESEARCH PENGARUH PERLAKUAN AWAL BAHAN BAKU DAN CARA PROSES TERHADAP MUTU IKAN BILIH OLAHAN Influence of Raw Material Pretreatment and Process To Quality of Bilih Fish Silfia *, Hendri Muchtar *, Marjali ** dan Dindin Syafruddin *** Balai Riset dan Standardisasi Industri Padang Komplek LIK Ulu Gadut, PO Box 274 Padang ABSTRAK elah dilakukan penelitian proses produksi tethadap ikan billh olahan dalam rangka peningkatan mutu dengan perlakuan awal ikan bilin serta penggunaan spiner untuk mengurangi kadar minyak. Analisa dilakukan terhadap kadar air, kadar lemak, bilangan peroksida, asam lemak bebas, uji organoleptik serta pengamatan selama penyimpanan. Hasil penelitian diperoieh bahwa ikan bilin segar (A1) dengan penggunaan spiner (B1) memberikan hasil terbaik dengan hasi! uji organoleptik berupa warna, rasa, aroma dan tekstur disukai, kadar lemak 10,36%, bilangan peroksida 0,61, asam lemak bebas 1,11% dan kadar air 9,93%. Penyimpanan selama 4 minggu pada suhu 15° C masin baik. Kata Kunci : Ikan bilih ABSTRACT T had been done a research of production process to bilih fish product in order to increase the quality by pretreatment of bilih fish and usage of spiner. Analysis of product consisted of water content, fat, peroxide number, free fatty acid, organoleptic test and observation during storaging. Result of research obtained that fresh bilih fish (A1) with usage of spiner (B1) was the best and result of test of organoleptic in the form of colour, taste and aroma of texture were prefered by panelist content 10,36%, peroxide number 0,61, free fatty acid 1,11% and water content 9,93%. Storaging during 4 weeks at temperature 15°C was siill in good condition. Key Words : Bilih fish a * Peneliti Baristand Industri Padang ** Penyuluh Perindustrian Baristand Industri Padang *** Staf Baristand Industri Padang 52 PENDAHULUAN kan bili merupakan jenis ikan yang spesifik dan endemik dengan ukuran (8 — 10 cm), produktivitas ikan ini sangat tinggi dibandingkan dengan ikan lain (Sumbar Dalam Angka, 2005). Ikan bili Danau Singkarak (Mystaleucus padangensis) dengan luas 10.261 Ha dapat memproduksi 232,30 Ton dan dari danau Maninjau (Rasbora Argyrotaenia) dengan_luas 9.750 Ha memproduksi 123,32 Ton ikan bilih. Saat ini ikan bili telah diolah menjadi ikan bilih olahan oleh industri rumah tangga di kedua daerah sentra kan bilih, namun ken bili olahan mutunya masih rendah, seperti kadar air yang tinggi (+ 15%) dan bilangan peroksida + 16,21. Untuk itu ditakukan penelitian peningkatan mutu dan keta- hanan simpan dengan mempertakukan ikan bilih dan pengurangan minyak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu produk ikan_ bilih yang sudah diolah agar bisa menjadi produk bernilai ekonomi tinggi dan dapat di pasarkan lebih luas lagi. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memperbaiki mutu produk ian bin olahan dan meningkatkan nilai tambah produk ikan bilih ofahan, BAHAN DAN METODA Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari ikan bith, minyak goreng, bumbu, telur dan minyak tanah untuk pembakaran. Peralatan yang digunakan antara lain : kuali, waskom, pisau, peniris, sendok goreng, spiner, peniris dan kompor. Metode Penelitian Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggu- nakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) GEC cue Ene Griese RUMI er easiest} secara faktorial dengan variasi perlaku- an sebagai berikut = A2= Ikan bilih kukus. A3= Ikan bilih kering B2= Tanpa Spiner Masing-masing perlakuan dilaku- kan 4 kali ulangan. Hasil analisa dioiah secara statistik dan dilanjutkan dengan uji banding nyata jujur (BNJ) pada taraf nyata 5%. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan seperti diagram berikut : ikan bilih Dibérsinkan Bumbu + telur Goreng Ikan bilih olehan/goreng Kenlas Gambar 1. Diagram alir penelitian terha- dap ikan bili h olahan Uji Organoleptik Uji organoleptik yang dilakukan oleh panelis terhadap ikan bitin olahan (goreng) meliputi : rasa, aroma, warna dan tekstur berdasarkan skala numerik sebagai berikut : Nilai 5 = sangat suka 45 Suka 3= cukup suka idak suka angat tidak suka Analisa Analisa dilakukan tethadap ikan bilh olahan (goreng) antara lain : a. Kadar air b. Kadar lemak c. Bilangan peroksida d. Asam lemak bebas Daya Simpan Pengamatan daya simpan produk kan bilh olahan/goreng _ dilakukan secara visual terhadap rasa, aroma dan tekstur setiap 1 minggu selama 4 minggu penyimpanan pada suhu + 15°C. HASIL DAN PEMBAHASAN Tkan Bitih Hasil analisa untuk ikan_ bilih goreng yang diambil secara acak di pasar dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisa ikan bilih olahan/ goreng di pasar Dari Tabel 1 terlihat bahwa ikan bilih olahan/goreng yang diambil secara acak di pasaran mempunyai kadar air berkisar antara 14,21% — 15%. Menurut Ath Suryati_ (1980) digolongkan sebagai makanan kering. Selanjutnya dari analisa __bilangan peroksida berkisar antara 14,35 — 16,21 Untuk bilangan peroksida maksimum 5 (SNI_ 01-2902-1992) dan asam lemak bebas 6,12 - 6,75 batasan maksimum menurut SNI adalah 10. 34 Clara eye tkan Bilih Olahan (Goreng) Kadar Air Hasil_analisa_ statistik - terhadap kadar air ikan billh olahan (goreng) berdasarkan variasi perlakuan ikan bilih dan pengurangan minyak berpengaruh sangat nyata (Lampiran 1). Kadar air ikan bilih olahan (goreng) seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh perlakuan ikan bilih dan perlakuan pengurangan minyak terhadap kadar air ikan bilih olahan/goreng Angke-angka pada lajur yang sama dan ikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata pada taraf nyata BNJ 5%. Perlakuan A1B2 (ikan bili segar dengan perlakuan pengurangan minyak tanpa spiner) memberikan kadar air paling tinggi yaitu 9,93% dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan lain. Hasil analisa kadar air tethadap ikan bilih olahan (goreng) menunjukkan rilai rata-rata antara 5,89% - 9,93% lebih rendah dibandingkan dengan _hasil analisa kadar air ikan bili olahan (goreng) yang ada di pasaran 14,21% - 15%, hal ini disebabkan karena minyak goreng yang digunakan dalam peneltian tidak berulang sementara _pengrajin menggunakan minyak yang telah ber- ulang dan telah mengalami degradasi, menurut Winarno (1997), mutu_minyak goreng yang digunakan menurun seiring dengan turunnya tik asap. Titik asap suatu minyak goreng tergantung dari kadar gliserol bebas lemak yang telah digunakan untuk —menggoreng tik asapnya akan turun, Karena telah terjadi hidrolisis melekul lemak. Karena itu untuk menekan terjadinya _hidrolisis, pemanasan lemak atau minyak sebaiknya dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi dari seharusnya. Pada umumnya_ suhu penggorengan adalah 177 ~ 221°C. Selanjutnya —Winarno (1997) menyatakan fungsi minyak goreng disamping sebagai pengatur panas, juga menambah rasa gurih, mengurangi kandungan air yang terdapat dalam bahan pangan dan menambah_ nifai kalori. Minyak goreng yang telah berulang digunakan menyebabkan tik asap menurun dan kemampuan — untuk mengurangi kadar air bahan pangan berkurang karena telah terjadi hidrolisis molekul lemak (Winarno, 1997). Kadar Lemak Hasil analisa statistik terhadap kadar lemak ikan bilih olahan (goreng) berdasarkan variasi perlakuan ikan bilih dan perlakuan pengurangan _minyak berpengaruh sangat nyata (Lampiran 1). Kadar lemak ikan bilih olahan/gorengan seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh perlakuan ikan bilih dan minyak terhadap_kadar femak ikan bilih olahan/goreng [_Perlakuan_| Rata-rata Kadar Lemak ‘Angka-angka pada lajur yang sama dan ikuti oleh huruf kecit yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda Sangat nyata pada taraf nyata BNJ 5%, Perlakuan A1B2 (Ikan billh segar) dengan periakuantanpa_—_spiner memberikan kadar temak paling tinggi oe ecuc ht EMC uke ie ker te Magen yaitu 22,11% dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan lain. Minyak goreng menurut Ketaren, 1986, dapat digunakan sebagai medium penggoreng bahan pangan, yang mana minyak goreng berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam bahan pangan. Ketaren (1986) _ menyatakan umumnya sistem menggoreng _bahan Pangan ada 2 macam, yaitu 1). Gangsa (pan frying) dan 2). Menggoreng biasa (deep frying). Ciri khas dari penggoreng- an sistem gangsa adalah bahan pangan yang digoteng tidak sampai terendam dalam minyak atau lemak, lemak yang dapat digunakan pada sistem ini adalah minyak kelapa. Pada proses _penggorengan dengan sistem deep frying, bahan yang digoreng terendam dalam minyak dan suhu minyak dapat mencapai 200 — 2005". Untuk menggoreng bahan pangan yang dibungkus dan tidak segera dikonsumsi misainya keripik kentang, kaleng dan bahan pangan lainnya ikan bilh olahan/goreng dibutuhkan lemak yang bersifat stabil terhadap panas, misainya minyak kelapa dan minyak nabati yang dihidrogenasi. Bilangan Peroksida Hasil analisa statistik terhadap bilangan peroksida ikan_bilih olahan (goreng) menunjukkan variasi periakuan ikan bill dan perlakuan penggurangan minyak berpengaruh sangat _nyata (Lampiran 1). Bilangan peroksida ikan bilth olahan (goreng) seperti tertihat pada Tabel 4. Perlakuan A1B2 (perlakuan kan bilh segar dengan perlakuan tanpa spiner) memberikan bilangan perosida paling tinggi yaitu 1,66 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan iain. GEST aCe ed Tabel 4. Pengaruh pertakuan ikan bil dan pengurangan minyak ter- hadap bil. Peroksida ikan bilih olahan/goreng Angka-angka pada lajur yang sama dan kuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata pada taraf nyata BNJ 5%. Hasil analisa bilangan peroksida tethadap ikan bili olahan/goreng menunjukkan hasil. analisa_bilangan peroksida ikan bilih olahan/goreng yang ada di pasaran antara 14,35 ~ 15,67, hal ini disebabkan minyak yang digunakan dipasaran beruiang. Nilai bilangan peroksida terendah ikan dill olahan — (goreng) dan merupakan hasil terbaik ditunjukkan oleh perlakuan A1B1 (perlakuan kan bitih segar dengan perlakuan spiner) yaitu ost. Bilangan peroksida_merupakan nilai_ terpenting menentukan derajat kerusakan pada minyak, asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga terbentuk peroksida dan menandakan terjadinya proses ketengikan. Terjadinya proses ketengikan akan menyebabkan penurunan mutu_produk baik mutu organoleptik maupun mutu gizi (Syarief, 1993). Asam Lemak Bebas Hasi! analisa statistik terha-dap asam lemak bebas ikan bili olahan/ goreng menunjukkan varias perfakuan ikan biih dan perlakuan penggurangan minyak berpengaruh sangat_nyata (Lampiran 1). 56 Asam lemak bebas ikan ibilih olahan / goreng seperti terlihat pada Tabel 5. Tabet 5. Pengaruh perlakuan ikan bilih dan perlakuan penggunaan minyak terhadap asam lemak bebas ikan bilih olahan/goreng Rata-rata Asam Lemak Perlakuan ‘Angka-angka pada lajur yang sama dan iikuti olen huruf kecil yang berbeda menunjukkan rasil yang berbeda sangat nyata pada taraf nyala BNJ 5%. Perlakuan A1B2 (perlakuan Ikan bilin segar dengan perlakuan tanpa spiner) memberikan kadar asam lemak bebas paling tinggi 2,24 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan lain. Hasil analisa asam lemak bebas ikan bilih olahan (goreng) menunjukkan nilai ratarata antara 2,24 — 4,11 lebih kecil dari ikan bilih olahan (goreng) yang ada di pasaran yaitu antara 6,12 - 6,75. Nilai asam lemak bebas terendah ikan bith olahan (goreng) dan merupa- kan hasil terbaik adalah perlakuan A161 (perlakuan ikan bilin segar dengan peria- kuan spines) = 4,11. Menurut ‘Marzt (1976) —faktor penyebab kenaikan asam lemak bebas dipicu oleh kadar air dan keaktifan enzim yang ada dalam bahan — pangan. Setanjutnya Ketaren, 1986 terbentuknya asam lemak bebas karena terjadi reaksi hidrolisa pangan dengan adanya air, disamping itu hidrolisis dipercepat oleh adanya enzym yang telah ada dalam jaringan bahan pangan. Uji Organoleptik Rasa Hasil analisa statistik terhadap uj organoleptik rasa ikan bilh olahan (goreng) menunjukkan bahwa perlakuan ikan bili dan perlakuan spiner ber- pengaruh sangat nyata tethadap rasa ikan bilih olahan olehan (goreng) Lampiran 1 Pengaruh perlakuan__ter-hadap aroma ikan bilin olahan (goreng) seperti terlihat pada Tabel 6. Nilai rasa ikan bith olahan (goreng) berkisar antara 4,53 — 2,93 (dari suka — tidak suka). Tabel 6. Pengaruh periakuan ikan bilih dan perlakuan penggunaan minyak terhadap rasa ikan bilih ‘Angko-angka pada lajur yang sama dan ikutt oleh huruf kecil yang berbeda menunjuk-kan hasil yang berbeda sangat nyata pada taraf ayata BNI 5%. Perlakuan A1B1 (perlakuan Ikan bili segar dengan perlakuan_spiner) memberikan nilai rasa tertinggi yaitu 4,53, dan panelis suka dibandingkan dengan pertakuan lain. Menurut John M de Man (1997) senyawa yang menimbulkan tanggapan rasa _enak mempunyai atom elektro negatif seperti oksigen. Atom ini mempunyai juga proton yang terikat padanya dengan ikatan kovaien tunggal, selanjutnya tapak reseptor kuncup rasa melalui pembentukan ikatan_hidrogen. ikatan ini menimbulkan rasa enak yang melekat. [eis Utne Wer UP CURSE CUBS ert Weegee Aroma Hasil analisa statistik terhadap_uji organoleptik aroma ikan bili olahan (goreng) menunjukkan bahwa perlakuan ikan bilih dan perlakuan penggurangan minyak berpengaruh sangat nyata ter- hadap aroma ikan bith olahan (goreng) {Lampiran 1). Pengaruh perlakuan__terhadap aroma ikan bilih olahan (goreng) seperti terlihat pada Tabel 7. Nilai aroma ikan ih olahan (goreng) berkisar antara 4,2 — 3,13 (suka — cukup suka). Tabel 7. Pengaruh perlakuan_ ikan bilih dan periakuan penggunaan minyak terhadap aroma ikan billh olahan/goreng [ Perlakuan | Nilai Aroma ‘Angka-angka pada lajur yang sama dan fikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata pada taraf nyata BNI 5%, Periakuan A1B1 (perlakuan Ikan bili segar dengan peria kuan spiner) memberikan nilai aroma tertinggi dan panelis suka dibandingkan dengan perlakuan lain, Aroma menurut Fachruddin (1988) merupakan salah satu faktor yang dapat membangkitkan selera__seseorang, makanan yang memiliki aroma yang sedap mengundang orang untuk menikmatinya atau memakannya. Warna Hasil analisa statistik terhadap uji organoleptik wama ikan bilih olahan (goreng) menunjukkan bahwa periakuan ikan bili dan perlakuan penggurangan minyak berpengaruh sangat nyata terha- dap warna ikan bili olahan (goreng) (Lampiran 1). [== sia an Pengaruh perlakuan “terhadap wama Ikan billh olahan (goreng) seperti terlihat pada Tabel 8. Nilai warna ikan bilih olahan (goreng) berkisarantara 4,13 ~ 2,60 (suka — tidak suka). Tabel 8. Pengaruh perlakuan ikan bilih dan perlakuan penggunaan minyak terhadap wama_ ikan bilih olahan/ goreng ‘Angka-angka pada lajur yang sama dan tikutl oleh hucuf kecil yang berbeda menunjuk-kan ‘Aasil yang berbeda sangat nyata pada tarat nyata BNJ 5%. Perlakuan A161 (perlakuan ikan bili segar dengan perlakuan pengurang- an minyak/spiner) memberikan nilai wama paling tinggi yakni 4,13 dan panelis suka dibandingkan perlakuan lain. Menurut Fachruddin (1988) wama merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam produk pangan, karena warna yang menarik akan memberikan nilai tambah bagi produk oiahan pangan. Warna yang baik bagi mutu pangan adalah warna yang tidak jauh berbeda dengan wama pangan alami. Tekstur Hasil analisa statistik terhadap uji organoleptik tekstur ikan bilh olahan (goreng) menunjukkan bahwa periakuan ikan bilih dan perlakuan penggurangan minyak berpengaruh sangat nyata ter- hadap tekstur ikan bilih olahan (goreng) (Lampiran 1). Pengaruh perlakuan __terhadap tekstur ikan bilih olahan (goreng) seperti terlihat pada Tabel 9. Nilai tekstur_ikan bilin olahan (goreng) berkisar antara 4,13 — 2,9 (Suka — biasa). 58 PES uier at Syd Tabel 9. Pengaruh_perlakuan ikan bilih dan perlakuan_penggunaan minyak terhadap tekstur ikan bilih olahan/ gorer ‘Angka-angka pada lajir yang sama dan Tkutt oleh huruf kecil yang berbeda menunjuk-kan hasil yang berbeda sangat nyala pada taraf nyata BNJ 5%. Perlakuan A1B1 (periakuan ikan bilih segar dengan perlakuan pengurang- an minyak/spiner) memberikan _ nilai tekstur tertinggi yakni 4,13 dan panelis suka diban-dingkan perlakuan lain. Tekstur menurut John M de Man (1997) digolongkan sebagai parameter sekunder dengan istilah populer mudah remuk, renyah dan rapuh untuk ciri lain yang berkaitan dengan air dan lemak (goreng) pada ikan billh olahan/goreng. Daya Simpan Pengamatan daya simpan ikan bili olahan (goreng) dengan cara visual terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur ikan bilih olahan (goreng) pada penyim- panan 4 minggu. _Hasil_pengamatan seperti terlihat pada Tabel 10. Sampai penyimpanan 4 minggu pada suhu 15°C ikan bilih olahan (goreng) untuk semua perlakuan masih baik. Menurut Destrosier (1988) pendinginan dapat = menghentikan ‘oktivitas mikrobiologis, sehingga makin rendah suhu bahan pangan berlemak retensi zat gizi dapat dipertahankan. Tabel 10. Hasil pengamatan daya sim- pan ikan bilih olahan (goreng) secara visual Zzzzzzzzz2zzZ2z\2zz2\2zzz/\2zz2/— “Zzzz\zzzz\zzzz\zz2z2z\2z222z\2z2z2Z| ezzzzezz2eezzlzezzizzezezzez| Zzzzzxzzzzzz\zzzz2\zzzzzzzz| Keterangan N= Normal Pengaruh atau hubungan antara kwalitas produk dengan kondisi penyim- panan menurut Destrosier (1988) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis dan kwalitas bahan baku yang digunakan seperti kadar air, zat besi, metoda dan ke efektifan, jenis dan keadaan pengemasan, pengaruh yang ditimbulkan oleh suhu dan kelembaban penyimpanan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan —hasil_penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pertakuan ikan bilih dan pengurang- an minyak (Spiner) berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar lemak, bilangan peroksida dan asam temak bebas. aruhi Perlakuan Awal Bahan’ Bakuidan Cara‘Pro: 2. Uji organoleptik perlakuan ikan bilih dan pengurangan minyak (spiner) berpengaruh sangat nyata terhadap rasa, aroma, warna dan tekstur, 3. Pemtuatan ikan bilih olahan/ goreng dengan perlakuan ikan bilh segar dan pengurangan minyak (Spiner) (A1B1) memberikan hail yang optimal dengan warna, rasa, aroma dan tekstur disukai oleh panelis, kadar lemak = 10,36%, bilangan peroksida = 0,16, asam lemak bebas = 1.11% dan kadar air = 9,93% dengan ketahanan daya _simpan selama 4 minggu masih baik pada suhu 15° Saran Dari hasil penelitian disarankan pengemasan ikan billh olahan (goreng) dilakukan secara vakum agar dapat memperpanjang daya simpan. DAFTAR PUSTAKA Afrianto, Eddy dan Evi Liviawati, 1994, Pengawetan dan Peng-olahan Ikan, Yogyakarta, Kanisius. Akademi Kimia Analis Bogor, 1984, Kimia Pangan. Anonimous, 2000, Sumatera Barat Dalam Angka, Padang. Destroisier, W. Norman, 1988, Teknologi Pengawetan Pangan. Dwi Sutrisniati, ir, Dkk, 1998/1999, Pengembangan Teknologi Industri Kecil Pengolahan Produk Perikanan BBIHP. Elvina AR, Sudarisman, Teguh, 1996, Petunjuk Memilih Ikan dan Daging, Jakarta, Penebar Swadaya. Desember. Fachruddin, 1988, Memilih dan Meman- faalkan Bahan tambahan Makanan, Penerbit Bharatara Jakarta, John M de Man, 1997, Kimia Makanan, Penerbit ITB Bandung. Marat, 1976, Snack Food Technology Wesport AUI Puplishing, Jakarta, S. Ketaren, 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Penerbit Univ., Indonesia, ‘Suryati Herman, Atih, 1980, Pengeta- huan Bahan dan Produk Industri Kecil_ Pengolahan Pangan, BBIHP, Bogor. 60 Suwedo, H. Ir, Pengolahan Hasil Penerbit Liberty Yogyakarta. 1990, Teknologi Per-ikanan, Syarief, Rizal dan Anies trawati, 1993, Pengetahuan Bahan —_ untuk Industri Pertanian, PT. Mediyatama Sarana Perkasa Jakarta, Winarno F.G, 1988, Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta, Gramedia. Lampiran 1. ahan Baku dan Cara Proses' Rekapitulasi Analisa Sidik Ragam Kadar Air, Kadar Lemak, Bilangan Peroksida, Asam Lemak Bebas dan Uji Organoleptik Rasa, Aroma, Warna dan Tekstur Ikan Bilih Goreng No. | Parameter Keron bl) ouK KT FHitung | F Tanel A 1 22,4267 | 22,4267 | 45613,0" | 4.4130 B 2 | 150797 7.53083 | 1535.2" | 3.5546 1. |Kadar Air | Interaksi | 2 | 0,57661 | 0.2883 | 586,381" | 3.5546 Sisa 18 | 0.00885 | 0,00049 Total 23 | 38,0918 A 1 | 329,8934 _] 329,8034 | 1131063" | 44130 B 2 | 1501526 | 7.5676 | 25740,44" | 3.5546 2. |Kadar | Interaksi. | 2 81,7889 | 40,8045 | 140209,6 | 3.5546 Lemak | Sisa 48 | 000525 —_| 0,000292 Total 23 A 1 [2672 [25742 257415" | 44730 3. | Bilangan |B 2 | 56,7200 28,36 =| 2836" 35548 Peroksida | Interaksi 2 | 46982 | 2,3491 | 23490,88 | 3,546, Sisa 18 | 0,0018 4.10% Total 23 | 63,9941 A 1 [00108 [00108 | 76,6162" | 4.4139 4. | Asam B 2 |49308 | 2.4609 | 17962,04" | 3.5546 Lemak | interaksi_ | |2 | 0.01637 | 0,0081 | 59,1818** | 3.5546, Bebas | Sisa 18 | 0.0025 | 0,0001 Total 23 | 4.9604 Periakuan 6 | 25833 6,1667 | 98,2143 | 2,981 5. | Rasa Sisa 84 | 13,086 | 0.1556 Total 8o_| 38.9 Perlakuan /5 | 14,456 | 2,89 75,1783" | 2,3231 6. |Aroma | Sisa a4 | 16 0,1905 Total 89 | 30,456 Periakuan |S | 14,22 28444 [9,7042"™ | 2,237 7. | Tekstur | Sisa 84 | 244 0,2905 Total ao | 38 Periakuan [5 [24,089 |40178 | 149517" | 2,3231 8. |Wama | Sisa 84 | 27.062 | 0,32222 Total 89 _| 51.156 61

You might also like