You are on page 1of 94

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Bayi (AKB) atau (Mortalitas) digunakan untuk

menggambarkan pola penyakit yang terjadi di masyarakat. Kegunaan dari

mengetahui angka kematian ini adalah sebagai indikator yang digunakan

untuk mengukuran derajat kesehatan, melihat status kesehatan penduduk,

keberhasilan pelayanan kesehatan dan upaya pengobatan yang dilakukan,

sementara itu yang dimaksud dengan Angka Kematian Bayi adalah kematian

yang terjadi sesaat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu

tahun jadi, angka kematian bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi

berusia dibawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu

sedangkan, Angka Kesakitan bayi (Morbiditas) adalah perbandingan antara

jumlah penduduk karena penyakit tertentu dengan jumlah penduduk pada

pertengahan tahun, dinyatakan dalam per 100 penduduk, digunakan sebagai

indikator untuk menggambarkan pola penyakit tertentu yang terjadi di

masyarakat (Maryunani, 2010).

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat

badannya saat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi

(Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) masih merupakan masalah di seluruh

dunia, karena menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian

pada masa neonatal. Prevalensi BBLR masih cukup tinggi terutama di


negara-negara dengan sosio-ekonomi rendah. Secara statistik di seluruh dunia

15,5% dari seluruh kelahiran adalah BBLR ( Pudjiadi dkk, 2009).

Angka kejadian BBLR di Indonesia terdapat 10,2% bayi berat lahir

rendah kurang dari 2500 gram. Persentase BBLR pada perempuan (11,2%)

lebih tinggi dari pada laki-laki (9,2%) (RISKESDAS, 2013).

AKB yang terjadi pada umur dibawah satu bulan yang disebabkan

oleh gangguan perinatal sebesar 57% pada tahun 2002-2003. Neonatus

dengan BBLR berisiko terjadi AKB 6,5 kali lebih besar dibandingkan

neonatus dengan berat badan lahir normal (BBLN). Selain itu, BBLR dapat

berakibat jangka panjang seperti gangguan pertumbuhan fisik, gangguan

mental dan kecenderungan memiliki penampilan intelektual yang lebih

rendah dari pada bayi BBLN (Labir dkk, 2013).

Antenatal care adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan

obsetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian

kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo, 2010).

Antenatal care dimaksudkan juga sebagai pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilannya dan

dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan dalam standar

pelayanan. Tenaga kesehatan yang dimaksud diatas adalah dokter spesialis

kebidanan dan kandungan, dokter umum, bidan dan perawat (RISKESDAS,

2013).

Hasil penelitian di beberapa negara berkembang, menunjukkan ada

hubungan antara pemeriksaan selama hamil dengan BBLR, Namun hasil

2
penelitian masih belum konsisten. Penelitian menunjukkan bahwa kejadian

ibu melahirkan anak BBLR menurun bila ibu melakukan kunjungan antenatal

dengan frekuensi yang cukup pada masa kehamilannya. Akan tetapi hasil

penelitian Moller, dkk 1989. menunjukkan hasil sebaliknya, bahwa tidak ada

hubungan antara kunjungan antenatal dengan berat badan lahir bayi. Hasil

penelitian lainnya yang dilakukan Tavie dan Lartey, 2008. Menunjukkan

bahwa ibu hamil yang menerima ANC 3 kali sebelum melahirkan mempunyai

kesempatan sebesar 3,2 kali lebih besar (95% CI: 1,9-5,2) melahirkan anak

dengan berat badan normal dibandingkan dengan ibu hamil yang menerima

ANC kurang dari 3 kali. (Ernawati dkk, 2010).

Pada tahun 2016 di kota Kendari, terdapat 126 kasus BBLR, yang

tersebar dibeberapa kecamatan di kota kendari, BBLR tertingi terdapat di

kecamatan Puuwatu jumlah BBLR sebanyak 45 kasus (Dinkes Kota Kendari,

2016).

Pada tahun 2016 jumlah kunjungan Antenatal care di Puskesmas

Puuwatu cukup banyak, yaitu 735 orang ibu hamil. Dan jumlah ibu yang

melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah di puskesmas puuwatu sebanyak 20

orang. (Data Sekunder Buku KIA Puskesmas Puuwatu tahun 2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarakan uraian dari latar belakang masalah diatas maka dapat dibuat

rumusan masalah Apakah Ada Hubungan Kunjungan Antenatal care ibu

hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Puskesmas

Puuwatu Periode Tahun 2016?

3
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan kunjungan antenatal care ibu hamil dengan kejadian bayi berat

lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Puuwatu di Kota Kendari Periode

tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui jumlah ibu yang mendapatkan pelayanan antenatal

care di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Periode tahun 2016.

b. Untuk mengetahui angka kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di

Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Periode tahun 2016.

c. Untuk mengetahui pengaruh hubungan kunjungan antenatal care ibu

hamil dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Puskesmas

Puuwatu Kota Kendari Periode tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan

dan memperluas wawasan mahasiswa khususnya Program Studi

Pendidikan Dokter di Kota Kendari di Universitas Halu Oleo tentang

pentingnya kunjungan antenatal care.

2. Bagi tempat penelitian

Diharapkan dapat menjadi bahan informasi tentang pentingnya

kunjungan Antenatal care sebagai pencegahan awal terjadinya kejadian

4
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), sehingga kejadian BBLR dapat

diantisipasi dimasa yang akan datang.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menjadi bahan pengembangan penelitian dengan

memperluas variabel yang akan diteliti, menerapkan metode penelitian

yang berbeda serta melaksanakan penelitian di tempat yang berbeda.

4. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah dan

sumber informasi untuk melakukan penelitian lain yang terkait dengan

kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat badan bayi lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam

waktu 1 jam pertama setelah lahir. Pengukuran ini dilakukan ditempat yang

memiliki fasilitas (Rumah Sakit, Puskesmas, dan Polindes), sedang bayi yang

lahir di rumah waktu pengukuran berat badan dapat dilakukan dalam waktu 24

jam (Kosim dkk, 2014).

Prevalensi Bayi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia

dan lebih sering terjadi di Negara-negara berkembang atau sosial ekonomi

rendah. Secara statistik menujukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara

berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibandingkan pada

bayi dengan berat lahir dari 2.500 gram (Rahmi dkk, 2013).

Sebelum tahun 1961, berdasarkan berat badan saja, dianggap bayi

premature jika berat badannya kurang dari 2.500 gram atau berdasarkan umur

kehamilan, kurang dari 37 minggu. Ternyata tidak semua bayi dengan berat

badan lahir rendah, bermasalah sebagai prematur, tetapi terdapat beberapa

kriteria sebagai berikut:

1. Prematur murni: bayi yang lahir dengan usia kehamilan < 37 minggu

dengan berat badan lahir sesuai dengan usia kehamilan tersebut (<

2500gr).

2. Kecil Masa Kehamilan (KMK): bayi yang berat badan lahirnya kurang

dari perpersentil ke 10 dari berat yang harusnya dicapai menurut umur

6
kehamilannya. Ini disebabkan oleh gangguan tumbuh kembang pada

masa intrauterin atau dikenal dengan istilah Pertumbuhn Janin

Terhambat (PJT).

3. Kombinasi keduanya: bayi yang lahir belum cukup bulan atau prematur

(< 37 mgg) dan kecil untuk masa kehamilan (BKB/KMK) (Manuaba,

2007).

Manifestasi BBLR Proverawati dan Cahyo, 2010. Secara umum,

gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut:

Berat kurang dari 2.500 gram, panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada

kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang

dari 37 minggu, kepala lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo

banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, pernapasan tak terakur dapat

terjadi apnea, eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi lurus, kepala

tidak mampu tegak, pernapasan 40 50 kali / menit, nadi 100 140 kali /

menit.

1. Klasifikasi BBLR menurut berat lahir (Kosim dkk, 2014) :

Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir

< 2500 gram tanpa memandang masa gestasi, bayi berat lahir normal

adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir 2500-4000 gram,

bayi berat lahir lebih adalah Bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir

>4000 gram.

2. Klasifikasi menurut harapan hidupnya (Proverawati dan Cahyo, 2010):

7
Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram, bayi berat

lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gram, bayi berat lahir

amat sangat rendah (BBLASR) berat lahir < 1000 gram.

3. Klasifikasi Menurut masa gestasi atau usia kehamilan (Kosim dkk, 2014)

Bayi kurang bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi

<37 minggu (<259 hari), bayi cukup bulan adalah bayi yang dilahirkan

dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259-293 hari), bayi lebih bulan

adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi >42 minggu (294 hari),

bayi kecil untuk masa kehamilan disebut juga small for gestational age

(SGA), bayi yang dilahirkan dengan berat lahir (<10 persentil) menurut

kurva lubcenco, bayi besar untuk masa kehamilan disebut juga large for

gestational age (LGA) bayi yang dilahirkan dengan berat lahir >10

perpersentil menurut kurva lubcenhco.

Berat badan lahir yang digambarkan pada kurva pertumbuhan berat badan

terhadap usia gestasi membantu kita dalam menentukan kelompok-kelompok

bayi. Bayi dengan berat badan lahir antara persentil 10 dan persentil 90 adalah

bayi normal sesuai masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir lebih dari

persentil 90 adalah bayi besar untuk masa kehamilan dan bayi dengan berat

badan lahir lebih dari persentil 10 adalah kecil untuk masa kehamilan. Kecil

untuk masa kehamilan juga mencakup dismatur. (Hull D & Johnson DI, 2008).

Menurut WHO bayi prematur atau bayi kurang bulan adalah bayi yang

lahir hidup sebelum 37 minggu usia kehamilan dihitung dari hari pertama haid

terakhir (HPHT). The American Academy of Pediatric mengambil batasan 38

8
minggu untuk menyebut prematur. Prematur juga sering dipakai untuk

menunjukan imatur. Akhir-akhir ini, bayi dengan berat lahir kurang dari 750

gram dimasukkan dalam golongan neonatus imatur. Menurut riwayatnya, bayi

prematur ialah bayi dengan berat lahir lahir 2500 gram atau kurang. Masa kini

bayi dengan berat 2500 gram atau kurang disebut bayi berat lahir rendah, oleh

karena bayi ini mungkin mempunyai umur kehamilan yang pendek (prematur)

atau beratnya tidak sesuai dengan masa gestasinya (Kecil untuk Masa

Kehamilan = KMK), atau keduanya (Miranti, 2013).

Kurva Lubchenco sampai saat sekarang ini masih digunakan oleh setiap

praktisi dalam merawat bayi baru lahir. Kurva Lubchenco adalah kurva

pertumbuhan yang disajikan dalam bentuk kurva. Definisi tentang bayi

prematur adalah setiap bayi baru lahir dengan berat lahir < 2500 gram. Definisi

ini direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics dan World Health

Assembly. Dokter spesialis anak dihadapkan pada masalah hubungan antara

usia kehamilan dan pertumbuhan janin. Dengan kurva lubchenco diharapkan

dapat menunjukkan hubungan pertumbuhan janin dan usia kehamilan. Dari

kurva lubchenco dimungkinkan definisi yang lebih tepat lahir prematur dan

adopsi luas dari istilah kecil untuk usia kehamilan, besar untuk usia kehamilan,

pertumbuhan janin terhambat (PJT). Hal ini juga membentuk dasar untuk

memeriksa bayi dengan berat badan lahir lebih besar dari nilai persentil lebih

90% atau berat badan lahir kurang dari persentil 10%, sehingga dapat

diprediksi masalah medis yang mungkin terjadi. (Wahyuni, 2011).

9
Gambar 1. Kurva Lunchenco

Bayi berat lahir rendah menurut Proverawati dan Ismawati, 2010, memiliki

masalah yaitu:

1. Masalah jangka pendek

a. Gangguan metabolik

1. Hipotermia

Terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem

pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang.

2. Hipoglikemia

Gula darah berfungsi sebagai makanan di otak dan membawa

oksigen ke otak. Jika asupan glukosa ini kurang, akibatnya sel-sel

syaraf otak akan mati dan mempengaruhi kecerdasan bayi kelak.

BBLR membutuhakn ASI sesegera mungkin setelah lahir dan

minum sangat sering (setiap 2 jam) pada minggu pertama

10
3. Hiperglikemia

Hiperglikemia sering merupakan masalah pada bayi yang sangat

prematur yang mendapat cairan glukosa berlebihan secara

intravena tetapi mungkin juga terjadi pada bayi BBLR lainnya.

4. Masalah pemberian ASI

Masalah pemberian ASI pada BBLR, terjadi karena ukuran tubuh

bayi yang kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan

tidak dapat menghisap. Bayi berat lahir rendah sering

mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI

dalam jumlah yang lebih sedikit tetapi sering, BBLR dengan

kehamilan kurang dari 35 minggu dan berat lahir kurang dari

2000 gram umumnya bisa langsung menetek.

b. Gangguan imunitas

1. Gangguan imunologik

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya

kadar Ig G, maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif belum

sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi

terhadap infeksi belum baik. Karena sistem kekebalan tubuh bayi

BBLR belum matang. Bayi juga dapat terkena infeksi saat di

jalan lahir atau tertular infeksi ibu melalui plasenta.

2. Kejang saat lahir

Biasanya bayi akan dipantau dalam 1x24 jam untuk dicari

penyebabnya, misalnya apakah karena infeksi sebelum lahir

11
(prenatal), perdarahan intrakranial, atau karena vitamin B6 yang

di konsumsi ibu dijaga jalan nafasnya dan bila perlu diberikan

obat anti kejang, contohnya diazepam.

3. Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi)

Ikterus adalah perubahan kulit menjadi warna kuning, selaput

lendir dan berbagai jaringan oleh zat warna empedu. Ikterus

dibagi menjadi 2 (dua) yaitu, ikterus patologis dan ikterus

fisiologis.

c. Gangguan Pernapasan

1. Sindroma gangguan pernapasan

Sindroma gangguan pernapasan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :

kelainan medik, Hand, food, and mouth disease (HFMD),

sindroma aspirasi mekonium, pneumonia atau kasus bedah

choana atresia, fistula, trachea oesophagus, empisema lobaris

kongenital.

2. Asfiksia

BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak

pada proses adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga mengalami

asfiksia lahir. Bayi berat lahir rendah membutuhkan kecepatan

dan keterampilan resusitasi.

12
3. Apneu periodik (henti nafas)

Apneu periodik kerap terjadi pada BBLR karena prematuritas,

organ paru-paru dan saraf yang belum sempurna mengakibatkan

bayi kadang kadang henti nafas.

4. Paru belum berkembang

Sehingga menyebabkan bayi sesak nafas (asfiksia), BBLR

membutuhkan kecepatan dan keterampilan resusitasi.

5. Retrolental fibroplasia

Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh

gangguan oksigen yang berlebihan.

d. Gangguan sistem peredaran darah

1. Masalah perdarahan

Perdarah pada neonatus mungkin dapat disebabkan karena

kekurangan faktor pembekuan darah dan faktor pembekuan darah

abnormal atau menurun, gangguan trombosit, misalnya

trombositopeni, trombositopati dan gangguan pembuluh darah.

2. Anemia

Anemia fisiologik pada BBLR disebabkan oleh supresi

eritropoesis pasca lahir, persediaan zat besi janin yang sedikit

serta bertambah besarnya volume darah sebagai akibat

pertumbuhan yang relatif lebih cepat.

13
3. Ganguan jantung

Gagal jantung dibagi dua yaitu: Patent Ductus Arteriosus dan

Defek septum ventrikel.

4. Gangguan pada otak

Gangguan pada otak antara lain : intraventiculer hemorhage,

periventrikuler leukomalacia (PVL).

5. BBLR dengan ikterus

Perubahan warna kuning pada kulit, membran mukosa, sklera dan

organ lain yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin.

6. Kejang

Suatu kondisi apabila ditemukan adanya faktor tremor yang

disertai adanya penurunan kesadaran, terjadi gerakan yang tidak

terkendali pada mulut, mata, atau anggota gerak yang lain atau

terjadi mulut yang mencucu, terjadi kekakuan seluruh tubuh tanpa

adanya rangsangan.

7. Hipoglikemia

Adalah kondisi ketidaknormalan kadar gula darah bayi yang

rendah dan dibawah normal.

e. Gangguan cairan dan elektrolit

Gangguan eliminasi, distensi abdomen, gangguan pencernaan,

gangguan elektrolit.

14
2. Masalah jangka panjang pada BBLR

a. Masalah Psikis

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan

berat lahir rendah (BBLR) antara lain adalah sebgai berikut:

Gangguan perkembangan dan pertumbuhan, gangguan bicara dan

komunikasi, gangguan neurologi dan kognisi, gangguan belajar/

masalah pendidikan, gangguan atensi dan hiperaktif.

b. Masalah Fisik

Penyakit paru kronis, gangguan penglihatan (retinopati) dan

pendengaran, kelainan bawaan (kelainan kongenital).

Adapun penyebab meningkatnya risiko kelainan bawaan karena

beberapa faktor yaitu: faktor teratogenik, faktor gizi, faktor fisik pada

rahim, faktor genetik dan kromosom.

c. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR)

Nita (2012), penatalaksanaan prematuritas murni sangat penting

diperhatikan karena mengingat belum sempurnanya alat alat tubuh

yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian

diri dengan lingkungan hidup di luar uterus, sehubungan dengan hal

tersebut, maka diperlukan pengaturan suhu lingkungan, pemberian

makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah

kekurangan vitamin dan zat besi, sedangkan penatalaksanaan bayi

dismaturitas adalah sebagai berikut :

15
Pemeriksaan perkembangan dan pertumbuhan janin intrauterine

serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan

pemeriksaan ultrasonografi.

Pemeriksaan kadar gula darah (true glukosa) dengan dextrosik

atau laboratorium kalau hipoglikemia harus diatasi, Pemeriksaan

hematokrit dan mengobati hiperviskositas, bayi membutuhkan banyak

kalori dibandingkan dengan bayi SMK, melakukan tracheal-washing

pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium, Sebaiknya

setiap jam dihitung frekuensi pernapasan dan bila frekuensi lebih dari

60x/menit dibuat foto thorax.

Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR menurut

Colti Sistiarani (2008) adalah :

1). Faktor Ibu

a). Sosioekonomi dan demografi

Sosioekonomi meliputi status sosial ekonomi yang rendah,

perkawinan, tingkat pendidikan yang rendah. Budaya meliputi

ras/suku. Faktor demografi meliputi umur ibu sewaktu hamil.

Prognosa kehamilan sangat ditentukan oleh usia seseorang. Umur yang

terlalu muda atau kurang dari 17 tahun dan umur yang terlalu lanjut

lebih dari 34 tahun merupakan kehamilan risiko hal ini disebabkan

belum matangnya organ reproduksi untuk hamil (endometrium belum

sempurna) sedangkan pada umur diatas 35 tahun endometrium yang

kurang subur serta memperbesar kemungkinan untuk menderita

16
kelainan kongenital, sehingga dapat berakibat terhadap kesehatan ibu

maupun perkembangan dan pertumbuhan janin dan berisiko untuk

mengalami kelahiran prematur. Angka kejadian prematuritas tertinggi

ialah pada usia kurang dari 20 tahun. Kejadian terendah terjadi pada

usia 26-35 tahun.

Ras yaitu bayi yang lahir dari ras kulit hitam dua kali lebih besar

kemungkinannya mengalami BBLR dibandingkan ras kulit putih, hal

ini disebabkan karena pada kelompok ras kulit hitam yang mayoritas

orang miskin sehingga asupan gizi selama hamil kurang karena

pendapatannya tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi yang seharusnya

didapatkan selama hamil.

Faktor sosial ekonomi, budaya berhubungan dengan tingkat

pendidikan, pekerjaan ibu, ekonomi keluarga. Pendidikan secara tidak

langsung akan mempengaruhi hasil suatu kehamilan khususnya

terhadap kejadian BBLR. Hal ini dikaitkan dengan pengetahuan ibu

dalam memelihara kondisi kehamilan serta upaya mendapatkan

pelayanan dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan.

Ekonomi keluarga dapat menunjukkan gambaran kemampuan

keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi ibu selama hamil yang

berperan dalam pertumbuhan janin. Keadaan sosial ekonomi sangat

berperan terhadap timbulnya prematuritas, kejadian tertinggi terdapat

pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan keadaan gizi

dan pemeriksaan kehamilan yang kurang baik.

17
Pekerjaan fisik banyak dihubungkan dengan peranan seorang ibu

yang mempunyai pekerjaan tambahan diluar pekerjaan rumah tangga

dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga. Beratnya pekerjaan

ibu selama kehamilan dapat menimbulkan terjadinya prematuritas

karena ibu tidak dapat beristirahat dan hal tersebut dapat

mempengaruhi janin yang sedang dikandung.

Kejadian prematuritas juga terjadi pada bayi yang lahir dari

perkawinan yang tidak sah lebih besar dibandingkan dengan bayi yang

lahir dari perkawinan yang sah. Hal ini karena hamil diluar nikah

masih merupakan sesuatu yang belum dapat diterima masyarakat,

karena dianggap sebagai anak haram atau hasil perzinahan. Wanita

yang hamil diluar nikah akan menghadapi masalah psikologis yaitu

takut, rendah diri terhadap kehamilannya sehingga cenderung untuk

menghilangkan dengan cara menggugurkan kandungan. Oleh sebab itu

layanan antenatal bahkan tidak pernah dilakukan.

b). Risiko medis ibu sebelum hamil dan gangguan, penyakit selama

hamil.

Risiko medis ibu sebelum hamil antara lain paritas, bila berat

badan kurang dari 40 kg dan tinggi badan ibu kurang dari 145 cm,

cacat bawaan pernah melahirkan BBLR, abortus spontan dan faktor

genetik. Paritas adalah jumlah anak yang dikandung dan dilahirkan

oleh ibu. Paritas primipara yaitu wanita yang pernah melahirkan bayi

dengan berat janin di atas 2500 gram pada umur kehamilan 37 sampai

18
42 minggu. Mereka mempunyai risiko 1,32 kali lebih besar untuk

terjadi BBLR. Paritas yang berisiko melahirkan BBLR adalah paritas

nol yaitu bila ibu pertama kali hamil dan paritas lebih dari empat. Hal

ini dapat berpengaruh pada kehamilan berikutnya karena kondisi

rahim ibu belum pulih untuk hamil kembali.

Jarak kehamilan juga merupakan faktor risiko medis ibu sebelum

hamil yang mempengaruhi kejadian BBLR. Semakin kecil jarak antara

dua kelahiran semakin besar risiko melahirkan BBLR. Kejadian

tersebut disebabkan oleh komplikasi perdarahan antepartum, partus

prematur dan anemia berat.

Dari suatu studi prospektif didapatkan bahwa interval persalinan

menunjukkan hubungan bermakna dengan kejadian BBLR. Jarak

kehamilan yang sangat pendek dan jarak sangat panjang menjadi

faktor risiko terjadinya ibu melahirkan BBLR. Faktor risiko ibu hamil

hubungannya dengan BBLR didapatkan risiko relatif 1,32 pada

primipara dan risiko relatif 1,48 pada ibu dengan interval kehamilan

lebih dari 6 tahun.

BBLR terjadi apabila ibu mengalami gangguan/komplikasi selama

kehamilan seperti hiperemesis gravidum yaitu komplikasi mual dan

muntah pada hamil muda bila terjadi secara terus menerus dapat

menyebabkan dehidrasi dan cadangan karbohidrat dan lemak habis

terpakai untuk keperluan energi, perasaan mual ini disebabkan oleh

meningkatnya kadar estrogen. Hiperemesis yang terus menerus dapat

19
menyebabkan kekurangan asupan makanan dapat mempengaruhi

perkembangan janin.

BBLR juga terjadi apabila ibu menderita pre-eklampsia dan

eklampsia. Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda

hipertensi, edema, dan proteineuria yang timbul karena kehamilan.

Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil dalam

persalinan/nifas yang ditandai dengan kejang dan koma, kondisi

tersebut dapat mempengaruhi plasenta dan uterus karena aliran darah

ke plasenta menurun sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta. Pada

hipertensi yang agak lama dapat mempengaruhi perkembangan janin,

sehingga mudah terjadi partus prematur.

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya

perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, diabetes mellitus

dan penyakit infeksi menjadi salah satu penyebab BBLR karena janin

tumbuh lambat atau memperpendek usia kehamilan ibu.

Penyakit infeksi akut antara lain disebabkan oleh masuknya

mikroorganisme patogen dalam tubuh kemudian dapat menyebabkan

timbulnya tanda-tanda atau gejala penyakit. Mikroorganisme penyebab

infeksi dapat berupa bakteri, protozoa, jamur, dan virus (rubella,

toksoplasma). Hal tersebut dapat menyebabkan kelainan dan penularan

kongenital pada bayi sehingga bayi yang dilahirkan prematur.

Pathogenesis kejadian BBLR juga diakibatkan oleh penyakit TB

paru, malaria,penyakit non infeksi seperti jantung, asma dan kurang

20
kalori protein (KKP) karena status gizi yang buruk. Penyakit-penyakit

tersebut dapat menganggu proses fisiologis metabolisme dan

pertukaran gas pada janin berakibat terjadinya partus prematur

sehingga berisiko BBLR.

Anemia pada ibu hamil adalah suatu keadaan yang menunjukkan

kadar hemoglobin di dalam darah lebih rendah dari nilai normal yaitu

11g/100 ml. Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk

meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah

merah janin dan plasenta. Pengaruh anemia terhadap kehamilan yaitu

dapat terjadi abortus, persalinan prematur, perdarahan antepartum.

c). Lingkungan dan perilaku

Perilaku ibu yang suka merokok maupun terkena pajanan asap

rokok, serta konsumsi alkohol dan obat-obatan berisiko untuk

melahirkan bayi BBLR. Menurut penelitian angka insiden BBLR dari

ibu yang merokok dua kali lebih besar dari ibu yang tidak merokok.

Penggunaan obat juga menyebabkan sejumlah efek yang merusak pada

janin termasuk pertumbuhannya dan dapat menyebabkan cacat

kongenital. Radiasi dan paparan zat-zat racun juga berpengaruh,

kondisi tersebut dikhawatirkan terjadi mutasi gen sehingga dapat

menimbulkan kelainan kongenital pada janin.

Lingkungan juga mempengaruhi untuk menjadi risiko untuk

melahirkan BBLR. Faktor lingkungan yaitu bila ibu bertempat tinggal

didataran tinggi seperti pegunungan. Hal tersebut menyebabkan

21
rendahnya kadar oksigen sehingga suplai oksigen terhadap janin

menjadi terganggu. Ibu yang tempat tinggalnya didataran tinggi

berisiko untuk mengalami hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia

neonatorum. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap janin oleh

karena gangguan oksigenisasi/kadar oksigen udara lebih rendah dan

dapat menyebabkan lahirnya bayi BBLR.

d). Karakteristik pelayanan antenatal

Jenis pelayanan kesehatan yang harus dilakukan oleh ibu hamil

adalah pemeriksaan kehamilan/pelayanan antenatal. Pelayanan

antenatal harus dilakukan, sehingga kondisi ibu dan janin dapat

dikontrol dengan baik. Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan

kehamilan yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan

yang ditemukan. Tujuannya adalah untuk menjaga ibu hamil dapat

melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan

selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.

Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

terlatih dan terdidik dalam bidang kebidanan, yaitu pembantu bidan,

bidan, dokter dan perawat yang sudah dilatih. Jumlah kunjungan

perawatan kehamilan berkaitan dengan kejadian BBLR. Pengaruh

pelayanan antenatal selama kehamilan terhadap kejadian BBLR

meliputi faktor-faktor sebagai berikut yaitu : kunjungan pertama

pelayanan antenatal, jumlah kunjungan pelayanan antenatal, serta

kualitas pelayanan antenatal.

22
Kunjungan pertama pemeriksaan antenatal dilakukan segera

setelah diketahui terlambat haid, sehingga diharaapkan dapat

menetapkan data dasar yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim dan kesehatan ibu sampai

persalinan. Ibu hamil juga dianjurkan untuk melakukan pengawasan

antenatal sebanyak 4 kali yaitu, pada setiap trimester terakhir sebanyak

2 kali. Kualitas pelayanan Antenatal care meliputi sifat/struktur dan

jenis pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Dalam hal ini

pelayanan antenatal yang kontinu/kadang-kadangserta layanan

antennal yang ditujukan pada segmen kehamilan berisiko.

e). Faktor risiko lain yang berkembang seperti stress, faktor fisik dan

psikososial

Kondisi kejiwaan ibu juga sangat berpengaruh pada janin. Oleh

sebab itu keadaan mental ibu selama kehamilan juga harus dijaga dan

diperhatikan, antara lain dengan cara memberikan motivasi kepada ibu

selama pemeriksaan kehamilan. Dukungan psikologis dan perhatian

akan berdampak terhadap pola kehidupan sosial pada wanita hamil,

sehingga wanita hamil merasa nyaman dan dapat menjaga emosional

selama kehamilannya. Gangguan emosional dapat mengganggu

kesehatan ibu dan janin yang dikandung serta menghambat asuhan

neonatal pascapersalinan

2). Faktor janin

23
Hamil dengan hidramnion yaitu keadaan dimana banyaknya air

ketuban melebihi 2000 cc, pada keadaan normal banyaknya air

ketuban dapat mencapai 1000 cc untuk kemudian menurun lagi

setelah minggu ke 38 sehingga hanya tinggal beberapa ratus cc saja.

Hidraamnion dianggap sebagai kehamilan seriko tinggi karena dapat

membahayakan ibu dan anak, pada hidraamnion menyebabkan uterus

renggang sehingga dapat menyebabkan partus prematur. Kondisi ini

biasanya terjadi pada kehamilan ganda.

Hamil ganda/kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau

lebih. Berat badan janin pada kehamilan tunggal pada umur

kehamilan yang sama. Berat badan bayi yang umumnya baru lahir

pada kehamilan tunggal. Pada kehamilan kembar cenderung untuk

terjadinya partus prematur.

Keadaan lain yang mungkin terjadinya BBLR yaitu cacat bawaan

akibat kelainan kromosom (sindroma down, turner) serta cacat bawaan

karena infeksi intrauterine ( menyebabkan gangguan pada bayi dalam

bentuk fetal dismaturity) sehingga janin lahir dengan berat badan yang

lebih kecil atau mati dalam kandungan, BBLR dapat terjadi akibat

ketuban pecah dini yaitu keluarnya cairan jernih dari vagina pada

kehamilan lebih dari 20 minggu sebelum proses persalinan

berlangsung. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi janin. Bila usia

kehamilan belum cukup bulan, namun ketuban sudah pecah sebelum

24
waktunya maka hal tersebut dapat mengakibatkan kelahiran prematur

sehingga bayi yang dilahirkan berisiko untuk BBLR.

3). Kualitas Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada ibu selama masa kehamilan sesuai dengan standar pelayan

antenatal yang mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan

kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi tertentu serta

indikasi dasar dan khusus. Selain itu aspek yang lain yaitu penyuluhan,

komunikasi informasi dan edukasi (KIE), motivasi ibu hamil dan

rujukan.

Tujuan antenatal care adalah memantau kemajuan kehamilan

untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi,

meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial

ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau

komplikasi yang mungkin selama kehamilan, termasuk riwayat

penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan

persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar

masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif,

mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal serta optimalisasi

kembalinya kesehatan reproduksi ibu secara wajar. Keuntungan

layanan antenatal sangat besar karena dapat mengetahui risiko dan

25
komplikasi sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan

rujukan kerumah sakit. Layanan antenatal dilakukan sehingga dapat

dilakukan pengawasan yang lebih intensif, pengobatan agar risiko

dapat dikendalikan, serta melakukan rujukan untuk mendapat tindakan

yang adekuat.

Pelayanan yang dilakukan secara rutin juga merupakan upaya

untuk melakukan deteksi dini kehamilan berisiko sehingga dapat

dengan segera dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi dan

merencanakan serta memperbaiki kehamilan tersebut. Kelengkapan

antenatal terdiri dari jumlah kunjungan antenatal dan kualitas

pelayanan antenatal.

Pelayanan antenatal mempunyai pengaruh yang baik terhadap

pertumbuhan janin atau waktu mengandung, baik dengan diagnosis

maupun dengan perawatan berkala terhadap adanya komplikasi

kehamilan. Pertama kali ibu hamil melakukan pelayanan antenatal

merupakan saat yang sangat penting, karena berbagai faktor risiko bisa

diketahui seawal mungkin dan dapat segera dikurangi atau

dihilangkan.

Pelayan antenatal mempunyai pengaruh yang baik terhadap

pertumbuhan janin atau lama waktu mengandung, baik dengan

diagnosis maupun dengan perawatan berkala terhadap adanya

komplikasi kehamilan. Pertama kali ibu hamil melakukan pelayanan

antenatal merupakan saat yang sangat penting, karena berbagai faktor

26
risiko bisa diketahui seawal mungkin dan dapat segera dikurangi atau

dihilangkan.

Pelayan antenatal mempunyai pengaruh yang baik terhadap

pertumbuhan janin atau lama waktu mengandung, baik dengan

diagnosis maupun dengan perawatan berkala terhadap adanya

komplikasi kehamilan. Pertama kali ibu hamil melakukan pelayanan

antenatal merupakan saat yang sangat penting, karena berbagai faktor

risiko bisa diketahui seawal mungkin dan dapat segera dikurangi atau

dihilangkan.

Kualitas pelayanan kesehatan sebenamya merujuk pada

penampilan (performance) dari pelayanan kesehatan. Secara umum

disebutkan bahwa makin sempurna penampilan pelayanan kesehatan,

makin sempuma pula mutunya. Penampilan merupakan keluaran dari

suatu pelayanan kesehatan. Baik atau tidaknya keluaran dipengaruhi

oleh proses, masukan dan lingkungan. Risiko bisa diketahui seawal

mungkin dan dapat segera dikurangi atau dihilangkan. Hal ini dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Standar/unsur masukan

Standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur masukan

yang perlu disediakan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan

kesehatan yang bermutu, meliputi tenaga, dana dan sarana/prasarana.

Tenaga dalam pelayanan antenatal yaitu tenaga kesehatan professional

seperti bidan atau dokter spesialis kandungan dalam melakukan

27
pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal hanya dapat diberikan oleh

tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun

bayi.

Dana yaitu kemampuan pasien untuk mengakses sarana yankes

dengan menggunakan dana pribadi maupun asuransi kesehatan yang

disediakan oleh pemerintah. Tanpa adanya dana/ biaya sulit untuk ibu

hamil dalam menjangkau pelayanan kesehatan.

Sarana yaitu fasilitas untuk penatalaksanaan antenatal (tensimeter,

alat ukur tinggi badan, alat ukur berat badan, stetoskop, stetoskop

janin, alat pemeriksaan Hb, alat pemeriksaan protein urine, KMS ibu

hamil/buku KIA, register kohort ibu, kartu ibu, pita centimeter, tablet

Fe, asam folat, vaksin TT, meteran LILA). Tenaga, dana dan

sarana/fasilitas tersebut, seluruhnya harus sesuai standar pelayanan

antenatal yang telah ditetapkan.

2. Standar/Unsur lingkungan

Standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur

lingkungan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan

kesehatan yang bermutu. Unsur lingkungan antara lain garis-garis

besar kebijakan, pola organisasi serta sistem manajemen yang harus

dipatuhi oleh setiap pelaksana pelayanan kesehatan.

Kebijakan meliputi kebijakan program pelayanan antenatal sesuai

standar yang ditetapkan, dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan

dengan ketentuan sebagai berikut: minimal 1kali pada trimester

28
pertama, minimal 1 kali pada trimester kedua, dan minimal 2 kali pada

trimester ketiga. Kebijakan teknis diantaranya mengupayakan

kehamilan yang sehat, melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan

penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan, persiapan

persalinan yang aman, perencanaan antisipatif dan persiapan dini

untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi. Standar pelayanan

tersebut ditentukan untuk menjamin mutu pelayanan khususnya dalam

memberi kesempatan yang cukup dalam menangani kasus risiko tinggi

yang ditemukan. Baik atau tidaknya pelayanan antenatal bukan dilihat

dari kuantitasnya, namun dilihat dari kualitasnya.

Organisasi dan manajemen yaitu tempat penyelenggaraan

pelayanan kesehatan untuk dapat melakukan kegiatan pelayanan

antenatal (puskesmas, bidan swasta, klinik, rumah sakit).

3. Penyelenggaraan pelayanan antenatal

Penyelenggaraan pelayanan antenatal harus sesuai dengan tujuan

asuhan antenatal yang telah ditetapkan. Program Buku Kesehatan lbu

dan Anak (KIA) didukung SK Menkes No. 248/Menkes/SK/111/2004

yang mengesahkan buku KIA secara nasional sebagai satu - satunya

sistem pencatatan kesehatan ibu hamil da anak balita. lbu yang

melakukan layanan antenatal diberikan buku KIA untuk dapat

dilakukan pencatatan mengenai kondisi kesehatan, selain itu buku

KIA berfungsi sebagai sarana edukasi dan komunikasi bagi ibu.

29
Standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang

harus dilakukan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang

bermutu baik atau tidaknya pelayanan kesehatan yang sangat

ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan standar proses, maka

haruslah dapat diupayakan tersusunnya standar proses tersebut.

Unsur proses meliputi tindakan medis meliputi anamnesis,

diantaranya yaitu mendapatkan gambaran tentang riwayat kehamilan

(usia ibu, hari pertama haid terakhir). Riwayat obstetrik lalu jumlah

kehamilan, jumlah persalinan, jumlah anak, jumlah aborsi, pendarahan,

hipertensi pada kehamilan lalu), riwayat penyakit ibu (jantung,

diabetes melitus, tuberkulosis, pernah operasi, malaria, asma,

ginjal,infeksi). Riwayat sosial ekonomi (status perkawinan, respon ibu

terhadap kehamilan, pekerjaan, pendidikan, pembuat keputusan dalam

keluarga).

Unsur proses juga meliputi pemeriksaan fisik umum (tekanan

darah, nadi, berat badan, tinggi badan). pemeriksaan luar (tinggi

fundus uteri, palpasi untuk melakukan letak janin, pemeriksaan detak

jantung janin), pemeriksaan dalam (pemeriksaan vulva/perineum,

pemeriksaan spekulum). Tes laboratorium (darah dan urin,tes terhadap

penyakit menular seksual). Selain itu juga perlunya konseling dan

promosi kesehatan selama kehamilan untuk dapat meningkatkan

motivasi ibu hamil agar dapat menjalani kehamilan dan persiapan

persalinan dengan baik dan lancar.

30
Pemantauan kemajuan kehamilan dilakukan pada setiap kunjungan

antenatal (pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan,

pengukuran tinggi badan, pengukuran tinggi fundus uteri, memantau

gerakan janin) ; mendiagnosa kehamilan untuk mengetahui ada

tidaknya komplikasi serta penanganannya) dan non medis (konseling

perawatan kehamilan dan persiapan rujukan) pemeriksaan, diagnosis

pemantauan serta penanganan harus dilakukan sesuai standar.

Kualitas pelayanan antenatal dapat diukur antara lain dari jenis

pemeriksaan yang dilakukan pada saat kunjungan, serta intervensi

gizi bagi ibu hamil. Ruang lingkup dalam pembahasan kualitas

pelayanan antenatal yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah

persiapan persalinan yaitu mengenai tempat melakukan persalinan,

transportasi, penolong persalinan, biaya serta donor darah. Kualitas

pelayanan antenatal selanjutnya adalah mengenai informasi tentang

perilaku sehat, termasuk kepemilikan buku KIA. Ibu yang memiliki

buku KIA lebih banyak yang melakukan layanan antenatal ke bidan

atau perawat disbanding ibu yang tidak memiliki buku KIA. Secara

umum lebih banyak ibu yang Memiliki buku KIA menerima layanan

antenatal dibanding dengan ibu yang tidak memiliki buku KIA. Buku

KIA dapat menjadi sarana yang efektif untuk memberikan

pengetahuan yang baik bagi ibu. Fungsi buk KIA yang lain adalah

sebagai pencatatan medis ibu, sehingga berbagai permasalahan selama

kehamilan, imunisasi, dan status gizi dapat terekam dengan baik dan

31
dapat digunakan sebagai alat pemantau menuju persalinan. Frekuensi

kontak dengan petugas serta status kesehatan kehamilan juga

merupakan ruang lingkup kualitas pelayanan antenatal.

Keberhasilan dalam pelayanan antenatal yaitu melakukan proses

promosi kesehatan seeara kontinu danmencegah dengan cara

penanganan komplikasi/penyakit yang mempengaruhi kehamilan

secara dini. Promosi kesehatan sebelum kehamilan juga harus

dilakukan, misalnya konseling gizi sebelum kehamilan. Wanita

sebelum hamil dan trimester pertama kehamilan disarankan untuk

mengkonsumsi asam folat. Folat diperlukan untuk perkembangan

janin dan dapat mencegah kegagalan perkembangan otak dan saraf

spinal.

The American College of Obstetricians and Gynecologists

menggambarkan 4 fungsi pelayanan antenatal bagi ibu selama

kehamilan yaitu penilaian risiko kehamilan, pengawasan yang

dilakukan secara terus menerus, promosi kesehatan, dukungan

psikososial kepada ibu hamil. Tujuan penilaian risiko kehamilan

adalah untuk mendeteksi risiko kehamilan yang dapat mempengaruhi

kehamilan ibu dan berat bayi yang dilahirkan, selain itu penilaian

risiko kehamilan digunakan sebagai pertimbangan untuk memberikan

pelayanan medis yang cocok untuk mencegah komplikasi akibat

kehamilan yang dapat mempengaruhi ibu dan janin.

32
Penilaian risiko kehamilan umumnya dilakukan pada kunjungan

pertama pada pemeriksaan kehamilan, penilaian dilakukan dengan

mengidentifikasi berbagai sebab dan pengaruh demografi ibu, status

kesehatan reproduksi ibu, faktor lingkungan dan perilaku ibu. Hal

tersebut akan dapat diketahui dan digunakan sebagai dasar dalam

penentuan faktor risiko kehamilan, sehingga risiko kehamilan yang

berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan bayi dapat diantisipasi sedini

mungkin.

Pemantauan yang dilakukan secara terus menerus bertujuan untuk

memantau kondisi kehamilan demi keselamatan ibu dan bayi. Tujuan

dari pemantauan adalah identifikasi untuk mendeteksi penyimpangan

seperti gangguan/komplikasi serta penyakit yang diderita, selanjutny

diarahkan untuk mendapatkan perawatan yang sesuai agar tidak

mengganggu proses kehamilan.

Promosi kesehatan antara lain kelengkapan informasi mengenai

dampak kehamilan dan perubahan fisik yang dialami oleh ibu hamil,

memberikan nasehat agar ibu dapat menjaga perilaku selama hamil

demi kesehatan ibu dan bayi. Hal tersebut yaitu memberikan informasi

nutrisi ibu hamil berkaitan dengan penambahan berat badan dan

masukan gizi ibu hamil, anjuran mengikuti senam hamil untuk

membantu kelancaran proses persalinan. Selain itu juga ibu hamil

diberi dukungan psikologis selama hamil dan persiapan persalinan.

Perawatan payudara yaitu dengan memijat dan menarik puting susu

33
agar menonjol. Hal tersebut mempermudah ibu dalam menyusui

serta mempersiapkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif setelah

melahirkan. Kejadian BBLR berkaitan dengan kurangnya kualitas

pelayanan antenatal. Ibu yang menerima pelayanan kesehatan secara

dini dan berkelanjutan dan lengkap akandapat memiliki hasil akhir

kehamilan yang lebih baik dibandingkan ibu yang tidak menerimanya.

Pelayanan antenatal yang lengkap meliputi jenis, fungsi dan tujuan

pelayanan antenatal. Ibu yang tidak menerima pelayanan antenatal

mempunyai kemungkinan risiko untuk melahirkan BBLR

dibandingkan dengan ibu yang menerima pelayanan antenatal.

The Institute of Medicine's Committee to Study the Prevention of

Low Birth Weight menyimpulkan bahwa lebih baik melakukan

pelayanan antenatal daripada tidak sarna sekali. Pelayanan antenatal

seawall mungkin lebih baik dari pada pelayanan antenatal yang

dilakukan pada akhir kehamilan. Pelayanan antenatal yang dilakukan

lebih sering lebih baik dari pada pelayanan antenatal yang jarang

dilakukan.

Ketidakcukupan pelayanan antenatal sering dilakukan terlebih

pada faktor psikososial dan kesulitan sosial ekonomi yang mungkin

saja mempengaruhi kondisi medis ibu hamil. Kurangnya pencegahan

dan penanganan sedini mungkin memperparah masalah yang timbul.

Ibu hamil yang menerima saran dalam pelayanan antenatal oleh tenaga

kesehatan adalah sangat penting dalam pencegahan kejadian BBLR.

34
Namun hal tersebut khususnya untuk penilaian risiko dan promosi

kesehatan tidak rutin dilakukan selama ini.

Usaha untuk memperbesar pelayanan antenatal agar lebih efektif

dapat dilakukan dengan tidak melupakan promosi kesehatan dan

penilaian risiko yang bepengaruh terhadap kejadian BBLR. Hal

tersebut dapat meningkatkan kualitas pelayanan antenatal sehingga

kejadian BBLR dapat dicegah melalui pelayanan antenatal yang

berkualitas

B. Antenatal care

Antenatal care adalah program kesehatan yang paling umum dalam dunia

pengobatan modern, tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi

perempuan yang memiliki risiko kehamilan, mencegah komplikasi,

memberikan pengobatan kondisi patologi yang terjadi dan memberikan

pendidikan kesehatan pada para ibu (Coria-Soto dkk, 1996).

Pada umumnya kehamilan berkembang normal dan menghasilkan

kelahiran bayi yang sehat, cukup bulan melalui jalan lahir, namun kadang-

kadang tidak sesuai dengan harapan. Oleh karena itu pelayanan antenatal

care merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu

hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal (Kuswanti,

2014).

Manfaat antenatal care yaitu memfasilitasi hasil yang sehat dan positif

bagi ibu hamil maupun bayinya dengan alasan menegakkan hubungan

kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam

35
jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan. (

Ritonga, 2013).

Tujuan utama antenatal care adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat

dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan yang

mengancam jiwa, mempersiapkan komplikasi-komplikasi yang dapat

mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran, dan memberikan pendidikan.

Antenatal care penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan

normal selama kehamilan. (Marmi, 2011).

Tujuan umum antenatal care adalah untuk memantau kemajuan

kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin,

meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu

dan bayi, mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal, mempromosikan dan

menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi,

kebersian diri, dan proses kelahiran bayi, mendeteksi dan menatalaksanakan

komplikasi medis, bedah, atau obsteri selama kehamilan, mengembangkan

persiapan persalinan serta persiapan menghadapi komplikasi,

mengembangkan persiapan ibu menyusui dengan sukses, menjalankan nifas

normal dan merawat anak secara fisik, psikologi dan sosial.

Tujuan khusus antenatal care adalah mengenalkan dan menangani sedini

mungkin penyulit-penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan

nifas, mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan,

36
persalinan, dan nifas, menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan

perinatal.

Antenatal care terfokus pada setiap wanita hamil, melahirkan atau nifas

mengalami risiko komplikasi yang serius dan mengancam jiwanya. Meskipun

pertimbangan risiko ini bisa digunakan oleh individu-individu bidan, perawat

dan dokter untuk menyusun advis pengobatan. Kadang kala wanita hamil

yang berisiko rendah sering terabaikan sehingga mengembangkan komplikasi

dan banyak yang lainnya yang memiliki risiko tinggi malah melahirkan tanpa

masalah sama sekali. (Elisabeth, 2015).

Jadwal kunjungan antenatal care yang dianjurkan oleh DEPKES RI

adalah minimal sebanyak 4 kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan

anak, setiap kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan

singkatan dari kunjungan. Kunjungan pertama atau K1 dilakukan pada saat

trimester pertama, K2 pada saat trimester 2, dan K3 dan K4 dilakukan pada

usia kehamilan memasuki trimester ketiga. Hingga usia kehamilan 28

minggu, kunjungan antenatal care dilakukan setiap empat minggu. Untuk

usia kehamilan 28-36 minggu, kunjungan untuk antenal care dilakukan setiap

dua minggu. Pada usia kehamilan 36 minggu atau lebih, kunjungan antenatal

care dilakukan setiap minggu sekali. Selama melakukan kunjungan antenatal

care, ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait

dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan deteksi dini berbagai

kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan

yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan.

37
Kunjungan pertama antenatal care ini harus dilakukan sedini mungkin

setelah diagnosis kehamilan ditegakkan. Tujuan dari kunjungan pertama ini

adalah untuk melihat status kesehatan dari ibu dan janin, estimasi usia

kehamilan, dan untuk perencanaan kunjungan antenatal care berikutnya.

Seperti yang telah disebutkan di atas, kunjungan antenatal care minimal

dilakukan sebanyak 4 kali menurut anjuran DEPKES RI, dimana kunjungan

kedua dilakukan pada trimester kedua dan kunjungan ketiga maupun keempat

dilakukan pada trimester ketiga. Pada kunjungan selanjutnya, pemeriksaan

yang tetap dilakukan adalah kenaikan berat badan ibu, tekanan darah,

pemeriksaan Leopold, dan pemeriksaan denyut jantung janin. Hasil dari

pemeriksaan selanjutnya dikaji ulang dan dibandingkan dengan hasil

pemeriksaan sebelumnya (Ramadian, 2015).

Menurut Kementerian Kesehatan RI, 2010 pelayanan antenatal adalah

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama

masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal

yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan

antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan

kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi

umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan).

Penerapan ANC terdiri atas:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

2. Ukur tekanan darah.

3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).

38
4. Ukur tinggi fundus uteri.

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan.

7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

8. Test laboratorium (rutin dan khusus).

9. Tatalaksana kasus

10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan

39
C. Kerangka Teori

Berdasarkan kajian teori diatas dapat dirumuskan kerangka teori penelitian

sebagai berikut:

1. Faktor ibu 2. Kualitas dan Kuantitas 3. Lingkungan Dan


Pelayanan Antenatal Perilaku Ibu
a. Demografi Ibu
b. Umur (>20, <34) a. Unsur masukan (Tenaga, a. Merokok, terkena paparan
c. Ras (kulit hitam) dana dan sarana) asap rokok
d. Status sosial ekonomi rendah b. Unsur lingkungan b. Konsumsi minuman
e. Status perkawinan (tidak (kebijakan program, tempat beralkohol dan obat-
menikah) Yankes, program buku KIA obatan
f. Tingkat pendidikan yang c. Pemeriksaan ANC teratur c. Faktor lingkungan
rendah minimal 4 kali selama hamil

BBLR

4. Risiko kesehatan 6. Faktor Janin


Reproduksi Ibu 5. Faktor plasenta
a. Paritas (0 atau lebih dari 4) a. Kelainan janin
b. Status gizi (KEP). a. besar dan berat plasenta b. Faktor etnik dan ras
c. Jarak kehamilan b. Tempat melekat plasenta c. Kelainan kongenital yang
d. Infeksi (Bakteri dan virus) c. Tempat insersi tali pusar berat
e. Pre-eklampsia, eklampsia d. Hidraamnion
f. Riwayat keguguran / aborsi e. Kehamilan ganda
g. Pernah melahirkan BBLR
h. Anemia, hypotensi
i. Cacingan
j. Penyakit atau gangguan

40
D. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dari penelitian ini sebagai berikut :

- Umur (>20, <34)


- Paritas
- Status sosial ekonomi rendah
- Status perkawinan (tidak
menikah)
- Tingkat pendidikan yang rendah
- Melahirkan di fasilitas kesehatan

ANC BBLR

- Infeksi akut (bakteri, protozoa,


jamur, virus).
- Non infeksi (jantung, hipertensi
asma, kurang gizi, diabetes
mellitus).
- Pre-eklampsia, eklampsia
- Anemia, hypotensi
- cacingan
- Kelainan kongenital yang berat
- Kehamilan ganda

Keterangan:

: Variabel bebas yang diteliti

: Variabel terikat yang diteliti

: Variabel antara

: Variabel kendali

41
Hipotesis Penelitian

H0 : Tidak Ada Hubungan Antara Kunjungan Antenatal care Ibu Hamil

terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di

Puskesmas Puuwatu Periode Tahun 2016.

Ha : Ada Hubungan antara Kunjungan Antenatal care Ibu Hamil

Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di

Puskesmas Puuwatu Periode Tahun 2016

42
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat observasi analitik dimana peneliti hanya dapat

mengukur fenomena saja tanpa melakukan intervensi, dengan pendekatan

cross-sectional study yang merupakan bentuk studi observasional (non-

eksperimental) yang paling sering dilakukan. Cross-sectional study mencakup

semua jenis penelitian yang pengukuran variabel variabelnya dilakukan

hanya satu kali pada satu saat. Studi seperti ini dapat hanya bersifat deskriptif,

ia juga dapat merupakan studi analitik, atau studi korelasi, dengan kata lain

penelitian yang pengukurannya hanya dilakukan satu kali. (Sastroasmoro dan

Ismail, 2011).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Puuwatu.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan februari 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai

karakteristik tertentu (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua ibu yang riwayat persalinannya tercatat dalam

43
buku rekam medik, dan telah melahirkan populasi sebesar 462 orang ibu

hamil, Puskesmas Puuwatu Periode Januari sampai Desember tahun 2016.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian dari (subset) populasi yang dipilih

dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya

(sastroasmoro dan Ismail, 2011).

Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random

sampling yaitu kita hitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam populasi

terjangkau yang akan dipilih subyeknya sebagai sampel penelitian. Setiap

subyek diberi bernomor, dan dipilih sebagian dari mereka dengan bantuan

tabel angka random. (Sastroasmoro dan Ismail, 2011).

Untuk menghitung besarnya sampel yang dibutuhkan digunakan rumus

sebagai berikut: (Riyanto, 2011):


2
(1/2) (1 )
= 2
2 + (1/2) (1 )

Ket :

n = besar sampel

N = besar populasi 462

(1/2) = nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung =1,96

= 0,05

= proporsi kejadian, jika tidak diketahui dianjurkan = 0,5

= besar penyimpangan (absolut) yang bisa diterima = 0,1

44
Jadi, besar sampel sebagai berikut

462. 1,962 . 0,5(1 0,5)


=
462. 0,12 + 1,962 . 0,5(1 0,5)

= 79,511

= 80

D. Teknik Pengumpulan Data

Setelah usulan penelitian disetujui, dilakukan pengumpulan data

responden diambil dari rekam medis Puskesmas Perumnas dan Puskesmas

Puuwatu Periode Januari Desember tahun 2016.

1. Data yang diperoleh merupakan data sekunder berdasarkan pada data

rekam medik pasien. Dalam hal ini data rekam medik yang digunakan

adalah data rekam medik dari ibu yang melakukan pemeriksaan

antenatal care di Puskesmas Puuwatu periode Januari Desember

tahun 2016.

2. Pengumpulan identitas dan nomor registrasi ibu hamil pasien diperoleh

dari ruang KIA di Puskesmas Puuwatu periode Januari Desember

tahun 2016.

3. Pengumpulan data mengenai status pasien diperoleh dari catatan rekam

medik pasien di ruang rekam medik.

4. Mencatat nama, umur ibu serta kunjungan antenatal care dari catatan

rekam medik berdasarkan nomor registrasi.

45
5. Mencatat data sesuai dengan tujuan penelitian di dalam lembar kerja

penelitian.

6. Mengumpulkan data yang diperlukan menggunakan kuesioner dan

memberikan lembar informed consent yang dibagikan oleh peneliti

kepada responden.

7. Setelah data terkumpul, dilanjutkan dengan tabulasi dari data yang

diperoleh.

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Berat Badan Lahir Rendah

a. Definisi operasional

Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram tanpa

memandang masa gestasi (Kosim dkk, 2014)

b. Kriteria objektif

1. BBLR tidak terjadi : Jika bayi yang dilahirkan dengan berat

lahir 2500-4000 gram (Kosim dkk, 2014).

2. BBLR terjadi : Jika bayi baru lahir yang berat badan

lahirnya < 2500 gram (Kligman, 2010).

Cara mengukur : Melihat status kehidupan bayi dari rekam medis.

Skala pengukuran : Nominal (kelahiran bayi dengan berat badan lahir

rendah dan kelahiran bayi dengan berat badan normal.

2. Antenatal care

a. Definisi operasional

46
Pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada

pertumbuhan dan perkembangan janin dan rahim dengan pengukuran

Tinggi Fundus Uteri, lingkar perut dan berat badan ibu (Sarminah,

2010).

b. Kriteria objektif

Antenatal care teratur, minimal melakukan 4 kali pemeriksaan

selama kehamilan, 1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali

pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga. (Sinaga dkk,

2009).

1. Teratur : K1, K2, K3, K4 terpenuhi

2. Tidak teratur : Jika salah satu K tidak terpenuhi

F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria inklusi

1. Semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan dan

telah melahirkan di Puskesmas Puuwatu dari tanggal 1 januari

2016 sampai dengan 31 desember 2016 di kota kendari.

2. Ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan yang lain.

b. Kriteria eksklusi

1. Ibu dengan penyakit Infeksi akut (bakteri, protozoa, jamur, virus),

non infeksi (jantung, hipertensi, asma, kurang gizi, diabetes

mellitus), pre-eklampsia, eklampsia, Anemia, hypotensi, cacingan,

47
Kelainan kongenital yang berat, kehamilan ganda selama masa

kehamilan.

2. Bayi berat lahir lebih yaitu beratnya > 4000 gram

48
G. Alur Penelitian

Gambar 4. Alur penelitian

Membawa surat ijin penelitian di Puskesmas


Puuwatu

Pengambilan data ibu yang telah melakukan


pemeriksaan ANC
Di Puskesmas Puuwatu

Pengambilan sampel dengan menggunakan


simple ramdom sampling

Ibu dengan kunjungan Ibu dengan antenatal


antenatal care lengkap care tidak lengkap

Data rekam medik Data rekam medik

Analisis bayi
Analisis bayi

Analisis status

Kriteria Eksklusi

Pengumpulan Data (Pengisian


Kuesioner)

Pengolahan dan analisis data

Hasil penelitian

Kesimpulan

49
H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

a. Pemeriksaan data (editing)

Data yang didapat diperiksa kelengkapannya.

b. Pengkodean data (coding)

Apabila semua data telah terkumpul dan selesai di edit di lapangan,

kemudian akan dilakukan pengkodean data berdasarkan buku kode

yang telah disusun sebelumnya dan telah dipindahkan ke format

aplikasi program SPSS di komputer.

c. Pemindahan data kekomputer (entering)

Data selanjutnya diinput ke dalam lembar kerja SPSS untuk

masing-masing variabel. ukuran input data berdasarkan nomor

responden dalam kuesioner.

d. Pembersihan data

Cleaning dilakukan pada semua lembar kerja untuk

membersihkan kesalahan yang mungkin terjadi selama proses input

data. Proses ini dilakukan melalui analisis frekuensi pada semua

variabel. Data missing dibersihkan dengan menginput data yang benar.

50
2. Analisis Data

Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel yang dianalisis secara

a. Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel dependen dan

independen untuk memperoleh gambaran karakteristik sampel

menggunakan tabel distribusi frekuensi.

b. Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara

setiap variabel independen yang diteliti dengan variabel dependen.

Analisis bivariat akan dilakukan dengan menggunakan uji chi-square

(X2). Uji chi square hanya dapat digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya hubungan dua variabel.

Uji chi square dirumuskan oleh :

n m (Oij Eij ) 2

2

i 1 j 1 Eij

Dimana:

Ho ditolak jika 2 > 2 tabel atau - value <

Ho diterima jika 2 2 tabel atau value

51
Tabel 1. Chi-square 2 x 2 Analisis data penelitian cross sectional

BBLR
ANTENATAL
Tidak Terjadi Jumlah
CARE
terjadi

Teratur A B a+b

Tidak teratur
C D c+d

Total a+c b+d T

Keterangan:

a : Jumlah kontrol dengan risiko tidak terjadi

b : Jumlah kasus dengan risiko tidak terjadi

c : Jumlah kontrol dengan risiko terjadi

d : Jumlah kasus dengan risiko terjadi

a+b : Jumlah kontrol dan kasus dengan risiko tidak terjadi

c+d : Jumlah kontrol dan kasus dengan risiko terjadi

a+c : Jumlah faktor risiko terjadi dan tidak terjadi dengan kontrol

b+d : Jumlah faktor risiko teratur dan tidak teratur dengan kasus

T : Total keseluruhan

52
I. Etika Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross-sectional yang

tidak dilakukan perlakuan terhadap subjek penelitian, sehingga tidak ada

kemungkinan risiko yang dapat membahayakan / merugikan subjek penelitian.

Namun, untuk memperhatikan etika profesional dalam penelitian, maka yang

harus dipertimbangkan adalah menyangkut privasi subjek penelitian yang

meliputi identitas yang diperoleh dari subjek penelitian akan dijaga

kerahasiaannya.

53
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Puuwatu berlokasi di jalan Prof.M.Yamin No.64 Kel. Puuwatu

Kec. Puuwatu Kota Kendari Sulawesi Tenggara, Puskesmas Puuwatu pertama

kali didirikan pada tahun 1983 dengan status sebagai puskesmas pembantu,

kemudian pada tahun 1986 Puskesmas Puuwatu berubah menjadi puskesmas

induk untuk wilayah Kecamatan Puuwatu. Pada tahun 2005 Puskesmas

Puuwatu berubah dan beralih tipe dari Puskesmas induk menjadi Puskesmas

Plus sampai sekarang.

1. Wilayah kerja Puskesmas Puuwatu

Wilayah kerja puskesmas puuwatu memiliki luas sebesar 2156 km2, yang

meliputi enam kelurahan yaitu:

a) Kelurahan Puuwatu dengan luas 25,6 persen.

b) Kelurahan Watulondo merupakan kelurahan yang paling luas atau 27,80

persen dari luas kecamatan puuwatu.

c) Kelurahan Tobuuha dengan luas 7,43 persen.

d) Kelurahan Punggolaka dengan luas 11,23 persen.

54
e) Kelurahan Lalodati dengan luas 13,69 persen

f) Kelurahan Abeli Dalam dengan luas 14,24 persen.

Secara administratif, letak geografis wilayah kerja Puskesmas Puuwatu

berbatasan dengan:

a) Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Wawombalata, Kecamatan

Mandonga.

b) Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Lepo-Lepo, Kecamatan

Baruga.

c) Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Mandonga, Kecamatan

Mandonga.

d) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Abeli Sawa, Kecamatan Sampara,

Kabupaten Konawe. (BPS Kota Kendari, 2016).

2. Status dan kedudukan

Status dan kedudukan Puskesmas Puuwatu Kota Kendari adalah sebagai

puskesmas yang melayani rawat jalan dan rawat inap. Puskesmas ini

merupakan inti pelayanan kesehatan di lingkungan pemerintah Kota

Kendari yang berada di bawah naungan Dinas Kesehatan Kota Kendari

bertanggung jawab kepada Walikota Kendari.

3. Sarana

Sarana yang tersedia di Puskesmas Puuwatu : Ruangan kepala puskesmas,

Kamar kartu, Pojok gizi, Poli KIA, Ruangan Administrasi, Poli gigi, Ruangan

Promkes, Ruangan apotik, Gudang Obat, Laboratorium, UGD, Ruang

Perawatan Kamar bersalin, Instalasi gizi.

55
B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian digambarkan secara berurutan yaitu dengan analisis

univariat dan bivariat. Analisis univariat meliputi distribusi frekuensi

responden berdasarkan distribusi kunjungan ANC. Analisis bivariat

digunakan untuk mengetahui hubungan antara kunjungan ANC pada ibu

hamil dengan kejadian BBLR di Puskesmas Puuwatu dengan

menggunakan uji chi - square.

1. Analisis Univariat

a. Distribusi Berdasarkan Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini ada beberapa faktor yang tidak diteliti tetapi

dapat mempengaruhi kejadian BBLR secara tidak langsung seperti

usia ibu, usia ibu dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:

usia yang kurang dari 20 tahun, usia 20-35 tahun dan usia yang

lebih dari 35 tahun.

56
Tabel.2 Karakteristik populasi berdasarkan umur, tingkat pendidikan, pekerjaan

dan paritas.

Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)

Usia

<20 7 8,75

20-35 56 70

>35 17 21,25

Pendidikan Terakhir

SD 1 1,25

SMP 20 25

SMA 40 50

Perguruan Tinggi 19 23,75

Pekerjaan Responden

IRT 57 71,5

PNS/Honorer 13 16,25

dll. 10 12,5

Paritas

Nullipara 29 36,25

Primipara 21 26,25

Multipara 27 33,75

Grandemultipara 3 3,75

Total 80 100

57
Distribusi usia ibu hamil yang kurang dari 20 tahun sebanyak 7

orang (8,755) adalah jumlah yang paling sedikit, kemudian usia 20 sampai

35 tahun sebanyak 56 orang (70%) dan usia lebih dari 35 tahun sebanyak

17 orang (21,25%), pendidkan terakhir ibu hamil yaitu jumlah ibu yang

bersekolah sampai tingkat SMA adalah 40 orang (50%), SMP 20 orang (

25%), dan SD 1 orang (1,25%) yang merupakan jumlah yang paling

sedikit, dan ibu yang sempat melanjutkan pendidikan sampai ke tingkat

perguruan tinggi sebanyak 19 orang (23,75%). Ibu hamil yang tidak

memiliki pekerjaan atau ibu rumah tangga berjumlah 57 orang (71,25%),

PNS sebanyak 13 orang (16,25%), dan pekerjaan yang lain sebanyak 10

orang (12,5%) adalah jumlah yang paling sedikit. Kemudian ibu hamil

yang belum pernah melahirkan sama sekali (nullipara) sebanyak 29 orang

(36,25%), primipara sebanyak 21 orang (26,25%), multipara sebanyak 27

orang ( 33,75%) dan grandemultipara yang jumlahnya sangat sedikit yaitu

3 orang (3,75%).

Responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang

melakukan kunjungan ANC. Distribusi kunjungan ANC di kelompokkan

menjadi dua kelompok. Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah responden

yang terbanyak yaitu ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC secara

teratur, berjumlah 69 orang (86,3%). Sedangkan yang paling sedikit adalah

ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC tidak teratur, berjumlah 11

orang (13,7%).

58
Tabel 3. Distribusi berdasarkan karakteristik responden

Kunjungan ANC Jumlah Persentase

Teratur 69 86,3%

Tidak teratur 11 13,7%

Jumlah 80 100,0%

Sumber: Data Primer, 2016

Dari data diatas dapat di simpulkan bahwa ibu yang melakukan

kunjungan ANC teratur lebih mendominasi dibandingkan ibu yang

melakukan kunjungan ANC tidak teratur.

b. Distribusi Berdasarkan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di

Puskemas Puuwatu.

Analisis secara deskriptif pada variabel dilakukan untuk mengetahui

sebaran frekuensi responden berdasarkan variabel terikat yaitu kejadian

bayi berat lahir rendah.

Tabel 4. Distribusi berdasarkan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Puskesmas

Puuwatu

Kejadian Jumlah Persentase

BBLR 10 12,5%

Tidak BBLR 70 87,5%

Jumlah 80 100%

Sumber: Data Primer, 2016

59
Tabel 4. menunukkan bahwa dari 80 ibu hamil terdapat 10 (12,5)

ibu yang melahirkan bayi dengan status BBLR, dan 70 (87,5%)

melahirkan bayi dengan status bayi berat lahir normal. Yang bermakna

bahwa jumlah bayi yang tidak BBLR lebih didominasi dibandingkan

jumlah bayi yang BBLR.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Kunjungan ANC Ibu Hamil Dengan Kejadian BBLR Di

Puskesmas Puuwatu.

Hasil penelitian dengan analisis bivariat disusun menggunakan

tabel kongesti 2 x 2 yaitu banyaknya kolom mewakili kunjungan

ANC dan baris mewakili kejadian BBLR

Tabel 5. Hubungan Kunjungan ANC Ibu Hamil Dengan Kejadian BBLR Di

Puskesmas Puuwatu.

Kejadian Nilai
Total P
Kunjungan
ANC BBLR Tidak BBLR
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Teratur 0 0,0% 69 86,3% 86,3%
Tidak Teratur 10 12,5% 1 1,2% 13,7% 0,000
Jumlah 10 12,5% 70 87,5% 100,0%

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 80 responden ibu hamil, jumlah ibu

hamil yang melakukan kunjungan ANC teratur sebanyak 69 orang (86,3%),

dan jumlah ibu hamil yang melakukan ANC tidak teratur sebanyak 11 orang

(13,7%), dimana terdapat jumlah kelahiran bayi dengan berat badan lahir

60
normal sebanyak 70 orang (87,5%), dan terdapat 10 orang (12,5%) yang

melahirkan bayi dengan BBLR. Dari tabel diatas juga, jumlah ibu hamil yang

melakukan kunjungan ANC lengkap sebanyak 69 orang (86,3%), dengan

banyaknya kelahiran bayi berat lahir normal sebanyak 70 orang (87,5%), dan

ibu yang melakukan kunjungan ANC tidak teratur sebanyak 11 orang (13,7%),

dengan 10 orang (12,5%) kelahiran BBLR, dan terdapat 1 orang (1,2%) ibu

yang melakukan ANC tidak teratur dan melahirkan bayi berat lahir normal,

dapat disimpulkan bahwa jumlah ibu yang melakukan kunjungan ANC

lengkap lebih banyak yang melahirkan bayi dengan status berat badan lahir

normal, dan ibu yang melakukan kunjungan ANC tidak teratur lebih sedikit

dan semua bayi yang dilahirkan adalah bayi dengan status BBLR. Hubungan

antara variabel bebas dan variable terikat dianalisis menggunakan uji chi-

square.

Berdasarkan tabel di atas diperoleh P-Value = 0,000 < (0,05) sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kunjungan ANC dengan

kejadian BBLR. Hal ini menginterpretasikan bahwa kunjungan ANC yang

teratur akan mengurangi kejadian BBLR.

61
C. Pembahasan

Dalam penelitian ini ada banyak faktor yang bisa menyebabkan kejadian

BBLR secara langsung yaitu status kesehatan ibu hamil contohnya ibu hamil yang

memiliki penyakit hipertensi pada kehamilan, penyakit infeksi, status gizi yang

kurang, anemia pada kehamilan, kehamilan ganda.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik 30 mmHg dan diastolik

lebih dari 15 mmHg atau tekanan darah lebih dari 140/90 (Bensons and

Pernolls, 2009), hipertensi dalam kehamilan perlu penanganan khusus karena

menurunkan aliran darah ke plasenta, yang akan mempengaruhi persediaan

oksigen dan nutrisi pada bayi. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan bayi dan

meningkatkan risiko saat kelahiran.

Penyakit infeksi pada ibu saat hamil dapat terjadi 2 kemungkinan pertama bisa

memperburuk penyakit tersebut sehingga lebih berbahaya pada ibu hamil, kedua

dapat mempengaruhi kehamilan itu sendiri, seperti; abortus, persalinan kurang

bulan, atau mempengaruhi bayi dan jalannya persalinan, pada umumnya penyakit

infeksi yang akut lebih berat pada ibu hamil, apalagi jika persalinan terjadi, karena

saat persalinan di butuhkan tenaga yang kuat dan juga kehilangan banyak darah,

sehingga mengakibatkan daya tahan tubuh ibu berkurang (Martaadisoebratael,

2012).

Status gizi pada ibu hamil perlu dilihat dari berbagai aspek, selain akses

terhadap keamanan pangan dan terhadap pelayanan kesehatan yang setinggi-

tingginya merupakan hak asasi dasar setiap orang, status gizi ibu juga mempunyai

62
dampak sosial dan ekonomi. Status gizi tidak hanya memberikan dampak negatif

terhadap status kesehatan dan risiko kematian dirinya, tetapi juga terhadap

kelangsungan hidup dan perkembangan janin yang dikandungnya dan lebih jauh

terhadap pertumbuhan janin tersebut sampai usia dewasa secara spesifik,

penyebab kurang energi kronis (KEK) adalah akibat dari ketidak seimbangan

antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi. Kurang

energi kronis (KEK) yang dinilai dengan LILA berpengaruh terhadap BBLR.

KEK berdampak negatif terhadap ibu hamil dan janin yang dikandungnya berupa

peningkatan risiko kematian ibu saat melahirkan dan BBLR (Syafiq et al, 2010).

Rendahnya status gizi, selain meningkatkan risiko terhadap ibu hamil, juga

menjadi salah satu penyebab bayi berat lahir rendah ( BAPPENAS, 2010).

Anemia pada ibu hamil, anemia pada kehamilan dapat terjadi karena adanya

peningkatan plasma yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan kadar

hemoglobin. Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan terjadi karena

adanya perubahan terhadap sirkulasi tubuh ibu yang semakin meningkat untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi plasenta dan pertumbuhan payudara. Pada ibu yang

mengalami anemia, kadar 2,3 - DPG dalam eritrosit meningkat sehingga afinitas

Hb terhadap oksigen menurun. Hal inilah yang dapat menyebabkan oksigen yang

diikat oleh hemoglobin menjadi berkurang sehingga dapat terjadi hipoksia pada

jaringan yang nantinya juga akan menghambat pertumbuhan janin. Pada

umumnya anemia dapatt disebabkan karena kurangnya nutrisi pada ibu (

malnutrisi), kurangnya asupan zat besi yang terkandung didalam makanan yang

63
dikonsumsi, penyerapan yang kurang ( malabsorbsi), perdarahan yang banyak

serta penyakit kronik yang diderita ibu. Anemia yang paling sering adalah anemia

defisiensi besi yang disebabkan oleh kekurang zat besi. Besi merupakan mineral

mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh yaitu sekitar 3-5 gram. Zat besi

memiliki beberapa fungsi didalam tubuh yaitu sebagai alat angkut oksigen dari

paru-paru ke jaringan tubuh, alat pengangkut elektron di dalam sel, dan

merupakan bagian terpadu dari berbagai reaksi enzim di dalam jaringan. Pada ibu

yang mengalami anemia defisiensi besi ini dapat menimbulkan gangguan atau

hambatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya

baik dari sel tubuh maupun sel otak ( Putri, 2013).

Kehamilan ganda/ kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih

yang ada didalam kandungan selam proses kehamilan, wanita dengan kehamilan

kembar memerlukan perhatian dan pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang

memuaskan bagi ibu dan janin ( Wiknjosastro, 2007). Dalam masa kehamilan

pertumbuhan janin perlu diperhatikan karena berat badan satu janin kehamilan

kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan dari janin tunggal, berat badan masing-

masing janin dari kehamilan kembar tidak sama umumnya berselisih antara 50-

100 gram, karena pembagian sirkulasi darah tidak sama, maka yang satu kurang

bertumbuh dari yang lainnya (Rustam, 2012).

Sarana untuk memonitoring dan mencegah penyakit-penyakit pada kehamilan

yang dapat menyebabkan kelahiran bayi berat lahir rendah adalah dengan

antenatal care, umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya

64
10-12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi

patologis. Kehamilan patologis tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan

dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap. Deteksi dini

gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk

mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamat

ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta sebaiknya juga

dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk

mencegah gangguan yang berat terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun

bayi yang dikandung (Prawirohardjo, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa berat badan bayi paling

banyak pada bayi dengan berat badan normal antara 2500 - 4000 sebesar 87,5%,

kemudian diikuti BBLR dengan berat antara 1500 - < 2500 sebesar 12,5%. Hasil

penelitian ini juga menunjukkan sebagian besar responden melakukan kunjungan

ANC secara teratur (86,2%), sedangkan sebagian kecil lainnya melakukan

kunjungan ANC tidak teratur (13,8%). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

hubungan kunjungan ANC ibu hamil dengan kejadian BBLR di Puskesmas

Puuwatu. Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan ANC

di wilayah kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari periode tahun 2016.

Responden berjumlah 80 orang yang dipilih menggunakan teknik simple random

sampling. Analisis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dilakukan

dengan uji chi-square, didampatkan P-Value = 0,000 < (0,05) sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara keteraturan antenatal care dengan

65
kejadian BBLR. Hal ini menginterpretasikan bahwa keteraturan antenatal care

akan mengurangi kejadian BBLR.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sistiarani (2008) yaitu

salah satu faktor penyebab BBLR adalah frekuensi dan pelayanan ANC yang

kurang baik. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Fatimah (2015) yaitu, ibu

yang melahirkan bayi BBLR lebih sedikit melakukan ANC yang lengkap

dibandingkan ibu yang melahirkan dengan BBLN, hal ini dikarenakan masih

adanya beberapa ibu hamil yang belum mengerti pentingnya memeriksakan

kehamilannya secara teratur, bahkan mereka berpendapat bahwa memeriksakan

kehamilan di Puskesmas atau di tempat pelayanan kesehatan yang lain

membuang buang waktu, tenaga dan uang, sehingga mereka hanya memeriksakan

kehamilannya jika perlu. Ketidakteraturan dalam melakukan ANC merupakan

salah satu faktor penyebab terjadinya BBLR diantara faktor-faktor yang lain yang

berhubungan namun tidak secara langsung dan tidak diteliti seperti umur, tingkat

sosial ekonomi yang rendah, pekerjaan, tingkat pendidikan ibu, dan paritas.

D. Keterbatasan Penelitian

Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah jumlah responden yang

terbatas sehingga belum efisien dengan hasil yang didapatkan dan adanya

faktor-faktor lain yang tidak diteliti, peneliti juga mengalami keterbatasan

dalam pengumpulan data beberapa responden ibu hamil yang telah

melahirkan bayi pada tahun 2016 yang akan diteliti karena telah pindah ke

kota lain.

66
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Responden yang melakukan kunjungan ANC secara teratur sebanyak

(86,3%), sedangkan responden yang melakukan kunjungan ANC tidak

teratur sebanyak (13,7%).

2. Responden yang melahirkan bayi dengan BBLN sebanyak (87,5%)

sedangkan responden yang melahirkan bayi BBLR sebanyak (12,5%).

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara kunjungan ANC ibu hamil

dengan kejadia BBLR di Puskesmas Puuwatu.

B. Saran

1. Ibu hamil sebaiknya memeriksakan dirinya segera, setelah mengetahui

kehamilannya dan diharapkan bisa memeriksakan kehamilannya

secara teratur sesuai dengan anjuran yang berlaku yaitu minimal 4 kali

selama kehamilan.

2. Pemangku kebijakan setempat membuat kebijakan atau aturan yang

paling tepat sehingga petugas kesehatan bisa lebih aktif dalam

memberikan edukasi atau pemahaman tentang manfaat kunjungan

ANC teratur guna memonitoring keadaan ibu dan janin yang

dikandungnya selama masa kehamilan, dan menerapkan standar

pelayanan ANC, yaitu 10T sehingga didapatkan hasil lahiran yang

terbaik bagi ibu dan bayinya.

67
3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini

dengan mencari faktor-faktor yang lain yang berhubungan dengan

kejadian BBLR serta menggunakan metode penelitian dan analisa

yang lebih baik.

68
LAMPIRAN 1. Riwayat Hidup penulis

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis bernama lengkap Andi Sugiarti A, dilahirkan di

Pomalaa pada tanggal 5 januari 1992, penulis merupakan

anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Aco

Akbar Majid Pattalolo, S.Pd.Mat, M.Pd dan Ibu Andi

Hudaya S.Pd. Saudara laki-laki penulis bernama Andi

Setiadi A dan Andi Habibi A, S.Hut.

Penulis memulai pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak Toari pada

Tahun 1997 selama satu tahun. Penulis melanjutkan jenjang pendidikan sekolah

dasar di SDN Toari (1998-1999), Kemudian Penulis berpindah ke SDN 2 Wua-

Wua (1999-2000), kembali lagi ke SDN Toari (2000-2001), setelah itu berpindah

ke SDN Lalombaa (2001-2002), hingga menyelesaikan pendidikan sekolah dasar

di SDN 9 Lamokato (2002-2004). Penulis melanjutkan sekolah menengah

pertama di SMP Negeri 1 Kolaka (2004-2005), berpindah dan menyelesaikan

pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Kolaka (2005-2007),

setalah itu melanjutkan pendidikan di sekolah menengah atas di SMA Negeri 1

Kolaka (2007-2010).

Penulis masuk ke Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Halu Oleo (UHO)

pada tahun 2010. Untuk menyelesaikan studi di FK UHO, penulis melakukan

penelitian dengan judul Hubungan Kunjungan Antenatal care Ibu Hamil Dengan

69
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari

Periode Tahun 2016 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

kedokteran.

70
Lampiran 2. Lembar Penjelasan sebagai Subjek Penelitian

Lembar Penjelasan sebagai Subjek Penelitian

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Saya Andi Sugiarti A, Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Halu

Oleo yang akan melakukan penelitian berjudul Hubungan Kunjungan Antenatal

care Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Puskesmas

Puuwatu Kota Kendari Periode Tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara kunjungan Antenatal care ibu hamil dengan

Kejadian BBLR.

Peneliti pengajak ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini

membutuhkan 80 subjek, yaitu ibu yang melakukan kunjungan ANC di

Puskesmas Puuwatu dan telah melahirkan bayinya pada tahun 2016 dan

memenuhi kriteria serta bersedia menjadi subjek penelitian dengan mengisi

kuesioner. Penelitian ini hanya membutuhkan waktu 5-10 menit.

A. Kesukarelaan Untuk Ikut Penelitian

Ibu bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan.

Bila ibu sudah memutuskan untuk ikut, ibu juga bebas untuk

mengundurkan diri/berubah pikiran.

B. Prosedur penelitian

Apabila ibu bersedia berpartisipasidalam penelitian ini, ibu diminta

menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua.

71
C. Kewajiban subyek penelitian

Sebagai subyek penelitian ibuberkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk

penelitian seperti yang tertulis diatas. Bila ada yang belum jelas ibu bias

bertanya lebih lanjut kepada peneliti

D. Risiko dan efek samping dan penangannya

Prosedur ini tidak memiliki efek samping dan dilakukan dalam waktu yang

sangat singkat

E. Manfaat

Ibu dapat memperoleh Informasi tentang ada tidaknya hubungan kunjungan

kehamilan (ANC) dengan kejadian BBLR.

F. Kerahasiaan

Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan

dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti.

G. Pembiayaan

Semua biaya yang terkait dengan penelitian akan ditanggung oleh peneliti

72
Lampiran 3. Informed consent

Hubungan Kunjungan Antenatal care Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR) Di Puskesmas Puuwatu Periode Tahun 2016

Lembar Persetujuan Sebagai Responden Penelitian

Saya yang bertanda tangan d ibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

No telepon :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap dari peneliti tentang

penelitian yang akan di lakukan, serta memahaminya, maka penuh dengan

kesadaran dan tanpa paksaan. Saya menyatakan tidak keberatan untuk ikut serta

dalam penelitian dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Kendari, Februari 2017

Yang membuat pernyataan

(.)

Responden

73
Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Kode Responden :

A. Indentitas Responden

1. Nama : .

2. Umur : .

3. Pendidikan : ..

4. Pekerjaan : 1. Bekerja

2. Tidak Bekerja

B. Paritas (Jumlah Anak)

1. Berapa jumlah anak yang sudah Ibu lahirkan : orang

C. Jarak Antar Kelahiran

1. Berapa lama jarak kelahiran Ibu dengan kelahiran sebelumnya : .. tahun

D. Penyakit yang diderita

1. Apakah Ibu menderita suatu penyakit pada saat hamil?

a. Ya

b. Tidak

Kalau ya, penyakit apa? ..

74
2. Apakah penyakit tersebut sampai mengganggu kehamilan ibu?

a. Ya

b. Tidak

Kalau ya, Sebutkan?

E. Kehamilan masa lalu

1. Bagaimana keadaan kehamilan sebelumnya yang Ibu alami?

a. Normal

b. Tidak Normal

2. Jika tidak normal, apa masalah keadaan kehamilan sebelumnya?

F. Dukungan suami

1. Apakah suami anda mau mengantarkan dalam memeriksakan kehamilan?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah suami anda mau memberikan biaya untuk memeriksakan kehamilan?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah suami anda memberikan dukungan moral untuk memeriksakan

kehamilan?

a. Ya

b. Tidak

75
4. Apakah suami dnda memberikan dukungan emosional untuk memeriksakan

kehamilan?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah suami anda memberikan penuh perhatian berupa kerjasama yang

positif untuk memeriksakan kehamilan?

a. Ya

b. Tidak

Pertanyaan Tahu TidakTahu

1. Pemeriksaan kehamilan (ANC)


adalah pemeriksaan ibu hamil baik
fisik dan mental serta
menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan

2. Dalam masa kehamilan ibu harus


memeriksakan kehamilan paling
sedikit 4 kali selama hamil

3. Memeriksakan kehamilan dapat


mengenal secara dini adanya
komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil

4. Memeriksakan kehamilan dapat


memantau kemajuan kehamilan
untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang janin.

76
5. Tujuan ANC adalah untuk menjaga
agar ibu hamil dapat melalui masa
kehamilannya, persalinan dan nifas
dengan baik dan selamat, serta
menghasilkan bayi yang sehat

6. Pada saat kehamilan perlu


pemberian obat-obatan, imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) dan tablet
besi (fe)

7. Pemeriksaan pertama kali yang


ideal yaitu sedini mungkin ketika
haid terlambat satu bulan

8. Dengan pemeriksaan kehamilan


dapat meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan fisik,
maternal dan sosial ibu dan bayi.

9. Memeriksakan kehamilan dapat


mempersiapkan persalinan cukup
bulan, melahirkan dengan selamat
ibu maupun bayinya

10. Memeriksakan kehamilan dapat


mempesiapkan ibu agar masa nifas
berjalan normal

H. Pemanfaatan Antenatal Care (ANC)

1. Apakah selama kehamilan terakhir ibu datang ke pelayanan kesehatan untuk

pemeriksaan kehamilan?

2. Jika ya, berapa kali ibu datang memeriksakan kehamilan sampai melahirkan ?

a. 1 kali

b. 2 kali

c. 3 kali

77
d. 4 kali

e. ..

3. Pada umur kehamilan 0-3 bulan, berapa kali ibu melakukan periksa hamil?

a. Tidak pernah

b. 1 kali

c. 2 kali

d. 3 kali

e. 4 kali

f. .

4. Pada umur kehamilan 4-6 bulan, berapa kali ibu melakukan periksa hamil?

a. Tidak pernah

b. 1 kali

c. 2 kali

d. 3 kali

e. 4 kali

f.

5. Pada umur kehamilan 7-9 bulan, berapa kali ibu melakukan periksa hamil?

a. Tidak pernah

b. 1 kali

c. 2 kali

d. 3 kali

e. 4 kali

f. ....

78
LAMPIRAN 5. Master Tabel

K.UNJUNGAN BBLR/

NO NAMA UMUR ALAMAT P.T PEKERJAAN GRAVID ANC BBL T/TDK.T T.BBLR

1 H.AS 17 ABELI DALAM SMA IRT G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 2600 T TIDAK BBLR

2 N.A 19 POHARA SMA WIRASWASTA G1P0A0H0 K1,K3 2200 TDK.T BBLR

3 SRY 27 SAMPARA SMP IRT G2P1A0H1 K1,K2,K3,K4 3500 T TIDAK BBLR

4 HRMN 28 MANDONGA SMA IRT G2P1A0H1 K1,K2,K3,K4 2900 T TIDAK BBLR

5 HSTN 39 POHARA SMP HONORER G4P3A0H3 K1,K3 2150 TDK.T BBLR

6 YSNT 31 POHARA SMA HONORER G2P1A0H1 K1,K2,K3,K4 2800 T TIDAK BBLR

7 JYN 29 SAMPARA SMP IRT G2P1A0H1 K1,K2,K3,K4 2800 T TIDAK BBLR

8 NSRWT 26 ABELI SAWAH SMA WIRASWASTA G2P1A0H1 K1,K2,K3,K4 3700 T TIDAK BBLR

9 WN 33 TABANGGELE SMP IRT G3P1A1H1 K1,K2,K3,K4 2600 T TIDAK BBLR

10 I.B 37 MANDONGA S1 PNS G3P2A0H2 K1,K2,K3,K4 3100 T TIDAK BBLR

11 MLAN 41 MANDONGA SMP IRT G3P1A1H1 K1,K2,K3,K4 2750 T TIDAK BBLR

12 W.F 29 SAWERIGADING D3 IRT G1P0AOH0 K1,K2,K3,K4 3300 T TIDAK BBLR

13 LN 32 MANDONGA SMA IRT G4P2A1H2 K1,K2,K3,K4 2700 T TIDAK BBLR

79
14 S.N 27 WATULUNDO SMP IRT G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 3600 T TIDAK BBLR

15 S.G 23 MANDONGA SMP IRT G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 2800 T TIDAK BBLR

16 MSNWT 38 SAMPARA S1 PNS G2P1A0H1 K2,K3 2300 TDK.T BBLR

17 N.D 23 ABELI DALAM SMA IRT G2P1A0H1 K1,K2,K3,K4 3000 T TIDAK BBLR

18 D.A 23 SAMPARA SMA IRT G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 4000 T TIDAK BBLR

19 MSRWT 39 LEPO-LEPO S2 PNS G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 3100 T TIDAK BBLR

20 RSK 20 MANDONGA SMP IRT G3P1A1H1 K1,K2,K3,K4 2700 T TIDAK BBLR

21 STRN 30 SAMPARA SMK IRT G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 2900 T TIDAK BBLR

22 EC 32 SAMPARA SMA IRT G3P2A0H2 K1,K2,K3,K4 3200 T TIDAK BBLR

23 NREN 31 MANDONGA D3 IRT G2P1A0H1 K1,K2,K3,K4 2700 T TIDAK BBLR

24 MRTAT 27 ABELI SAWAH SMA IRT G3P2A0H2 K1,K2,K3,K4 2850 T TIDAK BBLR

25 W.S 25 LALODATI SMP IRT G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 2700 T TIDAK BBLR

26 MRLN 29 PUNGGOLAKA SMA IRT G3P2A0H2 K1,K2,K3,K4 3400 T TIDAK BBLR

27 V.S 29 PUUWATU SMA IRT G3P2A0H2 K1,K2,K3,K4 3500 T TIDAK BBLR

28 PRAN 32 PUUWATU S1 SWASTA G3P2A0H2 K1,K2,K3,K4 2900 T TIDAK BBLR

29 ANSTSA 22 PUUWATU SMA IRT G2P0A1H0 K1,K2,K3,K4 2500 T TIDAK BBLR

80
30 SNED 42 PUUWATU SMP IRT G5P4A0H4 K1,K2,K3,K4 3400 T TIDAK BBLR

31 FTM 21 PUUWATU SMA IRT G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 2800 T TIDAK BBLR

32 MRANA 33 PUNGGOLAKA SMA IRT G6P5A0H5 K1,K3 2450 TDK.T BBLR

33 HAS 32 PUUWATU SMA IRT G3P2A0H2 K1,K2,K3,K4 2600 T TIDAK BBLR

34 A.N 22 PUUWATU S1 SWASTA G1P010H0 K1,K2,K3,K4 2500 T TIDAK BBLR

35 JS 29 PUUWATU SMP IRT G3P2A0H2 K1,K2,K3,K4 3000 T TIDAK BBLR

36 SSAN 37 PUUWATU D3 HONORER G3P2A0H2 K1,K2,K3,K4 3300 T TIDAK BBLR

37 SLWT 23 PUUWATU SMP WIRASWASTA G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 3700 T TIDAK BBLR

38 RSM 18 PUUWATU SD IRT G2P0A1H0 K1,K2,K3,K4 2900 T TIDAK BBLR

39 RTN 41 PUUWATU SMP IRT G6P5A0H5` K1,K3 2000 TDK.T BBLR

40 NRDY 27 PUUWATU S2 IRT G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 2800 T TIDAK BBLR

41 SNRT 26 DR SUTOMO S1 IRT G3P2A0H2 K1,K2,K3,K4 2800 T TIDAK BBLR

42 YSKRAN 26 PUUWATU S1 WIRASWASTA G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 2700 T TIDAK BBLR

43 A.E 20 PUUWATU SMA IRT G1P0A0H0 K2,K3,K4 2500 TDK.T TIDAK BBLR

44 SRTK 25 LALODATI SMA HONORER G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 3200 T TIDAK BBLR

45 RHMTA 24 PUUWATU SMA IRT G3P2A0H2 K1,K2,K3,K4 3700 T TIDAK BBLR

81
46 RN 34 PUUWATU SMA IRT G6P5A0H5 K1,K2,K3,K4 3500 T TIDAK BBLR

47 NRML 26 PUUWATU S1 HONORER G3P1A1H1 K1,K2,K3,K4 2700 T TIDAK BBLR

48 E.R 29 PUUWATU S1 HONORER G3P1A1H1 K1,K2,K3,K4 2500 T TIDAK BBLR

49 FTRA 36 PUUWATU D3 WIRAUSAHA G4P2A1H2 K1,K2,K3,K4 2600 T TIDAK BBLR

50 SRYN 29 PUUWATU SMA IRT G2P1A0H1 K1,K2,K3,K4 3400 T TIDAK BBLR

51 NRLA 18 PUUWATU SMA IRT G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 3200 T TIDAK BBLR

52 DRMWT 27 PUUWATU SMA IRT G2P1A0H1 K1,K2,K3,K4 3950 T TIDAK BBLR

53 D.S 28 PUUWATU SMA` IRT G3PIA1H1 K1,K2,K3,K4 2550 T TIDAK BBLR

54 DW 41 WATULUNDO SMA IRT G5P4A0H4 K1,K2,K3,K4 2800 T TIDAK BBLR

55 MSNWT 37 WATULUNDO SMP IRT G3P2A0H2 K1,K2,K3,K4 2600 T TIDAK BBLR

56 HRNL 23 WATULUNDO SMK IRT G3P1A1H1 K1,K2,K3,K4 2900 T TIDAK BBLR

57 DWND 24 PUUWATU SMA IRT G1P1A0H0 K1,K2,K3,K4 3300 T TIDAK BBLR

58 RTN 35 PUUWATU SMA IRT G3P2A0H2 K1,K2,K3,K4 2900 T TIDAK BBLR

59 NGSH 18 WATULUNDO SMP IRT G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 2800 T TIDAK BBLR

60 MSN 28 WATULUNDO SMP KARIAWAN G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 2600 T TIDAK BBLR

61 NRHN 36 WATULUNDO SMA IRT G4P2A1H2 K1,K2,K3,K4 3000 T TIDAK BBLR

82
62 WA.A 35 PUUWATU S1 IRT G2P1A0H1 K1,K2,K3,K4 3000 T TIDAK BBLR

63 N.A 17 WATULUNDO SMP IRT G1P0A0H0 K1,K3 2000 TDK.T BBLR

64 D.A 27 WATULUNDO SMA WIRASWASTA G3P2A0H2 K1,K2,K3,K4 3100 T TIDAK BBLR

65 N.S.M 29 WATULUNDO SMA IRT G2P1A0H1 K1,K2,K3,K4 2700 T TIDAK BBLR

66 WD.S.N 37 PUUWATU SMP IRT G5P4A0H4 K2,K3 2300 TDK. T BBLR

67 WD.H 23 PUUWATU SMK IRT G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 2650 T TIDAK BBLR

68 RN 27 PUUWATU SMA IRT G3P2A0H2 K1,K2,K3,K4 3000 T TIDAK BBLR

69 SLTAN 29 PUUWATU D3 HONORER G2P0A1H0 K1,K2,K3,K4 3400 T TIDAK BBLR

70 H.N 16 PUUWATU SMP IRT G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 2800 T TIDAK BBLR

71 JNATN 30 PUUWATU SMA PNS G4P2A1H2 K1,K2,K3,K4 2800 T TIDAK BBLR

72 RSMATN 37 PUUWATU SMA IRT G3P2A0H2 K1,K2,K3,K4 3200 T TIDAK BBLR

73 JML 37 PUUWATU S1 HONORER G2P1A0H1 K1,K2,K3,K4 4000 T TIDAK BBLR

74 RTHYNT 22 LALODATI SMP IRT G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 3400 T TIDAK BBLR

75 S.R 33 PUUWATU SMA IRT G3P2A0H2 K1,K3,K4 2100 TDK.T BBLR

76 WD.N 22 LALODATI SMA IRT G2P1A0H1 K1,K2,K3,K4 3200 T TIDAK BBLR

77 S.S 28 PUUWATU S1 HONORER G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 2700 T TIDAK BBLR

83
78 JMTI 31 PUNGGOLAKA SMA IRT G3P2A0H2 K2,K3 2400 TDK.T BBLR

79 SPRH 37 PUNGGOLAKA SMA IRT G4P3A0H3 K2,K3 2200 TDK.T BBLR

80 ST.S 39 PUNGGOLAKA S1 HONORER G1P0A0H0 K1,K2,K3,K4 3000 T TIDAK BBLR

Keterangan:

1 responden tidak teratur = Tidak BBLR

10 responden tidak teratur = BBLR

69 responden teratur = Tidak BBLR

84
LAMPIRAN 6. Hasil Analisa Statistik

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

Percen

N Percent N t N Percent

Kejadian_BBLR * 80 100,0% 0 ,0% 80 100,0%

KANC

Kejadian_BBLR * KANC Crosstabulation

KANC

tidak

teratur teratur Total

Kejadian_B BBLR Count 0 10 10

BLR % within ,0% 100,0% 100,0%

Kejadian_BBL

% within ,0% 90,9% 12,5%

KANC

% of Total ,0% 12,5% 12,5%

TIDAK Count 69 1 70

85
BBLR % within 98,6% 1,4% 100,0%

Kejadian_BBL

% within 100,0% 9,1% 87,5%

KANC

Chi-Square Tests

BBLR % of Total 86,3% 1,3% 87,5%

Total Count 69 11 80

% within 86,3% 13,8% 100,0%

Kejadian_BBL

% within 100,0% 100,0% 100,0%

KANC

% of Total 86,3% 13,8% 100,0%

86
Asymp.

Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. (1-

Value df sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi- 71,688a 1 ,000

Square

Continuity 63,618 1 ,000

Correctionb

Likelihood Ratio 53,581 1 ,000

Fisher's Exact Test ,000 ,000

Linear-by-Linear 70,792 1 ,000

Association

N of Valid Cases 80

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 1,38.

b. Computed only for a 2x2 table

87
Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,687 ,000

N of Valid Cases 80

88
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Pengambilan data kunjungan ANC dan


data rekam medik responden di ruang
KIA Puskesmas Puuwatu

89
Pengisian Kuesioner oleh responden

Pengisian Kuesioner oleh responden

90
DAFTAR PUSTAKA

Benson, C. Raiph & Pernoll, L. Martin 2009. Buku Saku Obsetri Ginekologi.
Penerbit, EGC Jakarta

Behrman, Richard E & Kliegman, Robert M 2010, Nelson Esensi Pediatri Edisi
4, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Coria-Soto, Irma L, Bobadilla, Jose L & Notzon, F 1996 'The Effectiveness of


Antenatal care in Preventing Intrauterine Growth Retardation and Low Birth
Weight Due to Preterm Delivery' International Journal for Quality in Health
Cart, 13-20.

Dinas Kesehatan Kota Kendari 2014. Profil Kesehatan Kota Kendari.

Ernawati, F, Kartono, D & Puspitasari, Dyah S 2010 'Hubungan Antenatal care


Dengan Berat Badan Lahir Bayi Di Indonesia.' Gizi Indonesia, 23-31.

http://www.fmed.uba.ar/depto/alim_n_sano/Lubchanco%20classification_of_ne
wborns-boysgirls.pdf.

Hull, D & Jonhston, Derek I 2008. Dasar-Dasar Pediatri Edisi 3. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Kanjanasingh, T, MD, Smanchat, B, MD & Prommas, S, MD 2013. 'The


Association between Antenatal care and Low Birth Weight newborn at
Bhumibol Adulyadej Hospital' Royal Thai Air Force Medical Gazette, 9-13.

Kementerian Kesehatan RI, 2008, Health Statistic. Profil Kesehatan Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2010. Pedoman Pemantauan


Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak (PWS-KIA).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2010, Pelayanan Antenatal care.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2013 , Riset Kesehatan Dasar,


Badan Peneliti Dan Pengembangan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Health Statistic. Profil


Kesehatan Indonesia.

Kosim, M Sholeh, Yunanto, A, Dewi, R, Sarosa, Gatot I, & Usman, A 2014.


Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

91
Kuswanti, Ina 2014. Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Labir, I Ketut, Widarsa, T, Suwiyoga, K 2013. 'Anemia Ibu Hamil Trimester I


dan II Meningkatkan Resiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUD
Wangaya Denpasar'. Public Health and Preventive Medicine Archive Volume I,
Nomor 1.

Manuaba 2007. Penuntun Kepanitraan Klinik Obsetri dan Ginekologi. Jakarta:


EGC
Marmi 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.

Martaadisoebrata, Djamhoer, et al. 2012. BungaRampai Obsetri dan Ginekologi


Sosial. Penerbit, Bina Pustaka Sarwono, Jakarta

Maryunani, A 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : Trans


Info Media

Mega, S , Momongan, N & Kawengian, dr Shirley 2013. 'Relationship Between


The Energy Intake, Frequency of Antenatal care and Compliance of Iron
Suplementation with Anemia in Pregnant Women at Work Area Public Health
Center Sario Manado'. Bidang Minat Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi.

Merzalia, N 2012. 'Determinan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di


Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010-
2011'. Fakultas Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas
Depok.

Miranti, L 2012, 'Analisis Faktor-Faktor Resiko Kejadian BBLR di RSU


Bahteramas dan RSU Permata Bunda Tahun '. Fakultas Kedokteran Universitas
Halu Oleo Kendari.

Norma, N & MustikA, D 2013, Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha


Medika,

Nugraheny, Esti 2010, Asuhan Kebidanan Patologi . Yogyakarta: Pustaka


Rihama.

Nugroho, T 201,. Buku Ajar Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta:


Nuha Medika.

92
Prawirohardjo, S 2010, Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo,

Proverawati, A & Cahyo, I 2010, Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika

Pudjiaji, Antonius H, Hegar, B, Handryastuti, S, Idris, Hikmah S, Gandaputra,


Ellen P & Harmoniati, Eva D 2009. Berat Badan Lahir Rendah. Pedoman
Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Rahmi, Arsyad, Dian S, & Rismayanti 2013, 'Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah di RSIA Pertiwi Makassar'.
Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Universitas Hasanuddin Makassar.

Ramadian, N 2010. Hubungan Antara Frekuensi Antenatal care Dengan


Kematian Perinatal. Surakarta.

Ritonga, Fatima Jahra 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil


Dalam Melakukan Antenatal care..

Sari N 2010. 'Karakteristik Ibu Bersalin pada Kejadian Berat Badan Lahir
Rendah di RSUD Kota Bandung'. Program Studi Diploma III Akademi
Kebidanan Medika Obgin Bandung.

Sarminah 2010. 'Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kunjungan Antenatal


care di Provinsi Papua' .Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Sastroasmoro, Sudigdo & Ismael S 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian


Klinis Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto.

Simarmata, O. S 2010.'Hubungan Kualitas Pelayanan Antenatal Terhadap


Kejadian Bayi Berat Badan Rendah di Indonesia (Analisis Data Sekunder Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007'. Depok: Universitas Indonesia.

Sinaga, T, H & Rantono, G 2009. 'Faktor-Faktor yang Memperngaruhi


Kunjungan Antenatal care di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan'.

Sistiarani, C 2008.' Faktor Maternal dan Kualitas Pelayanan Antenatal yang


Berisiko terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Studi pada Ibu
yang Periksa Hamil ke Tenaga Kesehatan dan Melahirkan di RSUD Banyumas
Tahun 2008'. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang.

Statistik Daerah Kecamatan Puuwatu 2016. Badan Pusat Statistik Kota Kendari.

93
Suradi, R 2008. Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Metode
Kanguru. Health Technology Assessment Indonesia.

Walyani, Elisabet S 2014. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.

94

You might also like