You are on page 1of 16

Case Report Session

HERNIA

Oleh :

Leo Mahardhika Andrian

Preseptor :

dr. Charlie Dicky A, SpB

BAGIAN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2017
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya,
hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan
letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma,
inguinal, umbilikalis, femoralis, dll.4

1.2 Epidemiologi
Hernia ditemukan pada laki-laki sekitar 80-90% dan 10% pada perempuan. 1 Kejadian
hernia yang paling banyak terjadi adalah hernia abdominalis. Hampir 75% dari hernia
abdominalis merupakan hernia ingunalis, terutama hernia inguinalis lateralis.2 Hernia inguinalis
lateralis terjadi sekitar 60%, hernia inguinal medialis terajdi sekitar 15,3%, hernia umbilikalis
terajdi sekitar 9,4%, hernia insisional terjadi sekitar 9,1% dan hernia femoralis terjadi sekitar
3,4%.1 Sebesar 60% hernia terjadi pada sisi kanan, sebesar 20-25% di sisi kiri, dan sebesar 15%
terjadi bilateral.5
1.3 Anatomi

Gambar 1. Lokasi Hernia


Kanalis inguinalis merupakan lintasan oblik yang berada pada dinding abdomen bawah. 6
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan
bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis otot transversa abdominis.4Anulus ini
berbentuk U dan berada 1,25 cm di atas ligamentum inguinal, di tengah antara simfisis pubis dan
spina iliaka anterior suprior.7 Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi
oleh anulus inguninalis eksternus yang merupakan bagian terbuka dari aponeurosis otot oblikus
eksternus abdominis. Anulus ini atapnya adalah aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis
dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. 5 Anulus ini merupakan celah berbentuk segitiga
yang terletak 1,25 cm di atas tuberkulus pubik.
Gambar 2. Anatomi Kanalis Inguinalis

1.4 Klasifikasi
Menurut sifatnya hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk,
hernia ini dapat direposisi saat pasien berbaring bila tidak bisa direposisi kembali ke dalam
rongga perut maka disebut dengan hernia ireponibel yang biasanya disebabkan oleh perlekatan
isi kantong pada peritoneum pada peritoneum kantong hernia, perlekatan ini disebut dengan
hernia akreta. Isi hernia yang terjepit oleh cincin hernia disebut dengan hernia inkarserata atau
straunglata. Pada hernia ini terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.4
Hernia dapat di klasifikasikan menjadi beberapa bagian, berdasarkan :
1. Abdomen :
a. Groin : Hernia Ingunial dan Femoral.
b. Anterior : Umbilikal, Epigastrik dan Spigelian
c. Pelvic : Obtorator dan Perineal
d. Posterior : Hernia Lumbaris
2. Menurut Kausa
a. Hernia kongenital
b. Hernia traumatika
c. Hernia insisional
3. Menurut isi
a. Hernia divertikulum meckel
b. Hernia bagian dari usus
c. Hernia vesika urinaria
d. Hernia omentum
e. Hernia ovarium
f. Hernia usus

1.5 Etiologi dan Patogenesis


Setiap kondisi yang meningkatkan tekanan intra-abdomen, seperti kontraksi otot yang
kuat dapat menyebabkan hernia. Batuk dapat menyebabkan predisposisi pada anak-anak,
ketegangan saat miksi ataupun defekasi dapat memicu hernia pada orang dewasa. 4 Etiologi yang
mendasari terajdinya hernia adalah kelainan kongenital dan didapat. Hernia terajdi karena
kombinasi ke-2 faktor penyebab dan saling mempengaruhi.5

1. Kongenital (Bawaan), kelainan yang sudah ada sejak perkembangan janin, berupa
kelemahan atau defek pada dinding canalis inguinali (cincin kanal).
2. Didapat
a. Umur : kejadian hernia meningkat pada neonatus dan anak-anak, serta orang tua.
b. Jenis kelamin
c. Kegemukan (obesitas) terutama di usia tua. Obesitas dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdomen dan meningkatkan resiko terjadinya sumbatan
aliran darah jika isi hernia adalah lemak.
3. Kelemahan umum, seperti astenia dan penyakit menahun.
4. Peningkatan tekanan intra abdomen
a. Batuk kronis
b. Mengedan terlalu kuat.

Gambar 3 : Patogenesis Hernia

1.6 Manifestasi Klinis


Manifestasi dari hernia yaitu: adanya benjolan di perut, pusar ataupun selakangan,
benjolan bisa hilang atau timbul dan mengecil, timbul bila menangis, mengejan saat defekasi,
mengangkat benda berat dan dapat ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau mual muntah bila
terjadi komplikasi.6 Pada hernia strangulasi, dimana aliran darah ke isi hernia terganggu akan
timbul rasa tegang, bengkak, panas, memerah pada daerah sekitar benjolan, dan tanda-tanda
inflamasi, selain itu perasaan sakit akan bertambah hebat

1.7 Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Uraian lebih
lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan, dimana lokasi dan kemana
penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan kejadiannya, adanya faktor yang
memperberat dan memperingan keluhan, adanya keluhan lain yang berhubungan perlu
ditanyakan dalam diagnosis.6

Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Adanya benjolan atau nyeri. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga benjolan
dapat dilihat.6

b. Palpasi
Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan
dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Untuk menentukan jenis hernianya,
ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, diantaranya:
Silk Glove Sign
Jika dilakukan perabaan pada kantong hernia dengan cara menggesek dua lapis
kantong hernia, maka akan terasa seperti sensasi gesekan dua permukaan sutera.
Tes Visibel
Pasien disuruh untuk mengedan, dan perhatikan benjolan yang keluar.
Finger test
Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri untuk hernia sisi
kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan, jari tersebut digeser
sampai kuku berada diatas spermatic cord dan permukaan volar jari menghadap ke
dinding ventral scrotum. Dengan menyusuri spermatic cord kearah proksimal maka
akan terasa jari tersebut masuk melalui annulus eksternus, dengan demikian dapat
dipastikan selanjutnya akan berada dalam kanalis inguinalis. Bila terdapat hernia
inguinalis lateralis, terasa impuls pada ujung jari, bila hernia inguinalis medialis maka
teraba dorongan pada bagian samping jari. Finger test dilakukan pada saat posisi
pasien berbaring.
c. Auskultasi
Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi
hernia berupa omentum.

d. Perkusi
Jika isi kantung hernia adalah gas, maka akan terdengar bunyi timpani.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis hernia secara spesifik tidak ada.
pemeriksaan USG abdomen dan CT Scan abdomen dapat digunakan, namun kurang spesifik jika
dibandingkan dengan pemeriksaan fisik langsung.

1.8 Tatalaksana
1. Pada fase akut :
a. IVFD maintenens
b. Pasang NGT
c. Pasang kateter
d. Posis tredelenberg (kaki ditinggikan)
e. Kompres es (dingin)
2. Reposisi
3. Operatif
a. Herniotomi
Herniotomi dilakukan dengan memotong kantong hernia sampai ke lehernya.
Kantong dibuka, dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Dilakukan
pada anak dan dewasa karena otot-ototnya masih kuat.6
b. Hernioplasty
Hernio plasty dilakukan dengan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting
dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.
c. Hernioraphy
Hernioraphy merupakan campuran dari herniotomy dan hernioplasty.
Hernioplasty dilakukan dengan menggunakan mesh, alat prostetik yang berfungsi
sebagai barier tahanan dan memperkuat rongga.

1.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya ileus obstruksi, nekrosis usus, peritonitis
(terutama hernia strangulata) dan sepsis.8
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat
tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel, ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu
besar atau terdiri dan omenturn, organ ekstra peritoneal (hernia geser atau hernia akreta). Disini
tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh
cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang
sederhana.
Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter. Jepitan cincin hernia
akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada pemulaan terjadi bendungan vena
sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia.
Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi
transudat berupa serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang
dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga
perut.6

Infeksi luka merupakan masalah yang sering dihadapi. Sebuah infeksi yang lebih dalam
dapat berdampak dalarn kernunculan kembali hernia. Kandung kemih dapat luka dengan cara
saat dasar saluran inguinal dibentuk kembali dan dilakukan untuk hernia pangkal paha. Jika
rnungkin melukai testis, vasdeferens, pembuluh darah atau syaraf illiohypogastrik, illioinguinal
Komplikasi intra operatif meliputi rnelukai atau pembedahan struktur sperma, luka
vaskular mernproduksi pendarahan, mengganasnya sakit atau pengharnbatan syaraf-syaraf, luka
visceral (biasanya perut atau kandung kemih).

1.10 Prognosis
Prognosis penyakit hernia tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari
isi kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit
pasca bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi hernia umumnya dapat
diatasi.9
BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Umur : 51 tahun

Kelamin : laki-laki

Pekerjaan : petani

Status Perkawinan : menikah

Agama : Islam

Alamat : Indrapura

Tanggal Masuk : 22 September 2017

Nomor RM : 205353

Tanggal Pemeriksaan : 27 September 2017

ANAMNESIS

Keluhan Utama:
Benjolan pada lipat paha kiri yang terasa nyeri sejak 2 bulan sebelum masuk rumah
sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang


Benjolan pada lipat paha kiri yang muncul 3 bulan yang lalu. Awalnya benjolan
tersebut berukuran sebesar telur ayam kemudian semakin lama semakin bertambah
besar seukuran telur bebek.
Benjolan ini terasa nyeri sejak 2 bulan yang lalu.
Benjolan ini dapat masuk sendiri ke dalam ketika pasien beristirahat, berbaring, dan
menonjol keluar, membesar, ketika pasien berdiri dan, terutama, ketika mengedan.
Mual (+) muntah (-)
BAK dan BAB biasa.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat hernia pada sisi kanan di daerah lipat paha dan pernah
menonjol dekat dengan pangkal kemaluan pasien. Hernia tersebut telah dioperasi
pada tahun 2016 lalu.
riwayat hipertensi tidak ada
riwayat diaetes mellitus tidak ada

Riwayat Pengobatan

Operasi hernia pada tahun 2016

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama dan/atau riwayat tumor/kanker.

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan dan Kebiasaan


Pasien adalah seorang petani di perkebunan sawit dan memiliki kebiasaan membawa
beban berat dalam kesehariannya ketika bekerja

Riwayat Alergi (makanan, obat bahan tertentu)


Tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik Umum

Keadaan Umum : Sakit sedang

Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)

TekananDarah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

Nafas : 20 kali/menit

Suhu : 36.8 C

Status Internus

Rambut : hitam dan tidak mudah dicabut

Kulit dan kuku : Turgor kulit baik, tidak ada sianosis

Kepala : Normochepal

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Telinga : Tidak ditemukan kelainan

Hidung : Tidak ditemukan kelainan

Tenggorokan : Tidak ditemukan kelainan

Gigi dan mulut : Tidak ditemukan kelainan

Leher : Lihat status lokalis


Dinding dada : Normochest, tidak ada sikatrik atau bekas operasi

Paru :
Inspeksi : Simetris, kiri = kanan
Auskultasi : vesikular +/+ , rhonki -/- wheezing -/-
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor

Jantung:
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-), Gallop (-)
Palpasi : Iktus kordis teraba pada lnea mid clavicula sinistra RIC VI
Perkusi : Batas jantung melebar

Abdomen:
Inspeksi : Distensi (-), terlihat bekas operasi pada kedua sisi lipat paha
kanan dan kiri.
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani

Anus (Colok Dubur)

Tidak dilakukan

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema tidak ada

DIAGNOSIS KERJA
Hernia Inguinalis Lateralis (S) reponibel
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium
Darah Rutin
Hb : 14,1 gr/dl
Leukosit : 10.500/mm3
Trombosit : 287.000 /mm
Hematokrit : 44%

Kesan : dalam batas normal

TATALAKSANA
Diet: makanan biasa tinggi kalori tinggi protein
Operatif: Herniorapi (herniotomi dan hernioplasti)
Medikamentosa:
o Antibiotik: Ceftriaxone 1 g
o Ranitidin 2x1
o Ketoprofen 50mg 2x1

DIAGNOSA:
Hernia Inguinalis Lateralis (S) reponibel post herniorapi

PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanationam : dubia at bonam


BAB III

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki datang ke RSUD M. Zein dengan keluhan benjolan pada lipat paha
kiri yang terasa nyeri. Benjolan tersebut berukuran sebesar ayam pada awalnya (3 bulan yang
lalu) kemudian membesar seukuran telur itik. Benjolan tersebut hilang timbul; masuk ke dalam
ketika pasien beristirahat dan keluar ketika pasien mengedan. Mual ada, muntah tidak ada.
Pasien sebelumnya juga memiliki riwayat hernia pada lipat paha kanan di dekat pangkal
kemaluan dan telah dioperasi pada tahun 2016 lalu. Berdasarkan hal ini dapat dipikirkan bahwa
pasien mengalami hernia inguinalis sinistra reponibel.

Pemeriksaan fisik pada hernia dapat ditemukan adanya benjolan atau nyeri ketika pasien
mengedan. Pada palpasi dapat teraba masa, fluktukasi (+), batas tegas. Beberapa tes yang dapat
dilakukan pada pasien untuk membedakan apakah hernia tersebut lateralis atau medialis adalah
Tes Visibel, Tes Oklusi, Tes Taktil, dan Tes Zieman. Pada Tes Visibel, pada hernia yang
tereposisi, penderita diminta mengedan, pada hernia lateralis akan keluar benjolan dari
kraniolateral ke kaudomedial, keluar lambat (berbentuk lonjong); sedangkan pada hernia
medialis benjolan keluar langsung pada daerah medial (berbentuk bulat). Tes Oklusi dengan Ibu
jari menutup angulus inguinalis, pasien diminta untuk mengedan, jika benjolan tidak keluar maka
itu merupakan hernia lateralis, jika keluar merupakan hernia medialis. Tes Taktil dengan cara jari
telunjuk menyusuri kanalis inguinalis, ambil setebal tebalnya dan pasien diminta untuk
mengedan, jika dirasakan di ujung jari maka merupakan hernia inguinalis, sedangkan jika
dirasakan di samping jari merupakan hernia medialis.

Pada pasien diterapi dengan operasi yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
Herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan. Jika ada pelekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong. Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mayasari I & Arham A. Karakteristik Penderita Hernia Inguinalis yang Dirawat Inap di RSU
Anutapura Palu Tahun 2012. Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Tadulako. 2012.
2. Ara W, Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III (edisi V). Jakarta: Interna
Publishing.2009.
3. Sherman V, Macho JR, Brunicardi FC,. Ingunalis Lateralis. In: Brunicardi FC, Anderson
DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, et al, editors. Schwartzs Principles of
Surgery (edisi 9). New York: McGraw-Hill Companies, 20108. Cook T, Protheroe R,
Handel J. Tetanus: a review of the literature. British Journal of Anaesthesia. 2001;87(3):477-
87.
4. Kingsnorth AN, Giorgobiani G. Bennert DH. Hernias, umbilicus abd abdominal wall. Dalam
(William NS, Bulstrode CJK, OConnel PR, ed) Bailey and Loves: Short Practice of Surgery
ed 25th. 2008. London: Edward Arnold Ltd.
5. Luthfi A, Thalut K. Dinding Perut, Hernia, Retroperitoneum dan Omentum dalam
(Sjamsuhidajat R, Karnadiharja W, Prasetyo TOH, et al) Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. Hal
615-41. 2007. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
6. Ellis H. The Abdomen an Pelvis. Dalam Clinical Anatomi: A revision and applied anatomy
for clinical student, 11th edition. p 51-64. USA: Blackwell Publishing Ltd. 2006
7. Acosta J, Adams CA, Alarcon LH, Anaya DA, Ashley SW, Auerbach PR, et al. Townsend:
Sabiston Textbook of Surgery ed 18th, Chapter 44: Hernias. Elsevier. 2008.
8. Wibisono E, Jeo WS. Hernia dalam Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV Jilid I. Penerbit
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta: 2014
9. Cameron JL. Terapi Bedah Mutakhir edisi IV. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997

You might also like