You are on page 1of 16

PENGKAJIAN SISTIM PERNAPASAN

(ASSESMENT OF RESPIRATORY SYSTEM)

Oleh : Simon Sani Kleden, Skep, Ns

Bernapas adalah aktivitas yang paling sering dilakukan oleh setiap makhluk selama

hidupnya. Bagaimanapun juga, mudahnya seorang bernapas dan ketidaknyamanan yang timbul

selama bernapas, selalu mempunyai pengaruh terhadap keseluruhan aktivitas seseorang.

Bernapas merupakan suatu aktivitas yang sebenarnya terdiri dari dua proses yang saling

berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Kedua proses tersebut adalah ventilasi dan

respirasi. Ventilasi adalah : proses perpindahan udara dari luar tubuh (Lingkungan) ke alveoli

melalui saluran pernapasan. Saluran pernapasan terdiri dari saluran pernapasan bagian atas dan

saluran pernapasan bagian bawah. Respirasi Juga terdIri dari dua proses yaitu : Pengambilan

oksigen (Inspirasi) dan pengeluaran (ekspirasi) carbondioksida antara tubuh dan lingkungan.

Respirasi hanya terjadi di membran capiler alveolar dimana oksigen (dari lingkungan) dan

karbokdioksida (Sisa metabolisme selular tubuh) dapat dipindahkan dan dikeluarkan dari dalam

tubuh.

Untuk mengefektifikan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan sistim

pernapasan, maka seorang perawat harus mengetahui tentang anatomi fisiologi sistim

pernapasan, tanda dan gejala umum pada gangguan sistim pernapasan sehingga dapat

melakukan pengkajian secara tepat dan benar yang akan mempengaruhi keseluruhan proses

keperawatan.

Pengkajian Sistim Pernafasan (Modul 01) ; Oleh Simon Sani Kleden, Skep, Ns
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTIM PERNAPASAN

ANATOMI SISTIM PERNAPASAN.


Secara anatomi, organ pada sistim pernapasan dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : Organ
yang membentuk saluran pernapasan bagian atas (hidung dan sinus, Pharings, larings dan Trache bagian
atas) dan saluran pernapasan bagian bawah (Trachea bagian bawah, bronchus, brochiolus dan dan unit
pertukaran gas : Bronchiolus repiratorus, ductus alveoli dan alveoli) .
Saluran pernapasan bagian Atas
1. Hidung (Nasal) dan Sinus Paranasal
Struktur dari hidung terdiri lapisan luar (Kulit dan bagian yang menonjol dari wajah), lapisan
tengah (lapisan tulang rawan dan otot otot), lapisan dalam (selaput lendir yang berlipat lipat yaitu
konka nasalis) yang berjumlah 3 buah, yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis media, konka
nasalis superior. Hidung disupport oleh tulang hidung, Nassal proceses dari Maxillaris, dan tulang
rawan yang membentuk dinding dan septum hidung. Hidung terdiri dari dua cavum nasi (Lubang
hidung) yang dibatasi oleh oleh septum.
Nasal merupakan saluran napas yang pertama. Udara masuk ke nasal melewati silia (fibrae) pada
lapisan vestibula dan masuk ke nasofaring. Cibriform plate yang terdapat pada langit langit hidung
merupakan tempat sensori yang menghantarkan rangsangan ke nervus olfaktorius. Terdapat banyak
arteri kecil dan jaringan vena pada membran mukosa. Selain olfaktorius, hidung juga di persarafi
oleh nervus trigeminal.
Dihidung juga terdapat sinus paranasalis yang terdiri dari sinus frontal, sinus ethmoid, sinus
sphenoid dan sinus maksilaris. Sinus ini memproduksi mukus untuk melembabkan jalan napas atas
dan memberikan resonansi selama vokal.

Sinus
Frontalis
Sinus
Ethmoid
Sinus
Sphenoid
Sinus
Maksilaris

Gambar 01. Lokasi Sinus paranasalis


Pengkajian Sistim Pernafasan (Modul 01) ; Oleh Simon Sani Kleden, Skep, Ns
Struktur luar dinding hidung terdiri dari kulit, lapisan tengah (lapisan tulang rawan dan
otot otot), lapisan dalam (selaput lendir yang berlipat lipat yaitu konka nasalis) yang
berjumlah 3 buah, yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis media, konka nasalis superior.
( Lihat Gambar 02)
Fungsi hidung terdiri dari
Bekerja sebagai saluran udara pernapasan
Filter udara pernapasan oleh silia
Menghangatkan dan melembabkan udara pernapasan oleh
mukosa
Membunuh kuman kuman yang masuk oleh leukosit yang
terdapat dalam mukosa hidung

Nervous Alfactory

Konka Nasalis Superior


Konka Nasalis Medialis
Konka Nasalis Inferior

Gambar 02 : Rongga Hidung bagian dalam

Pengkajian Sistim Pernafasan (Modul 01) ; Oleh Simon Sani Kleden, Skep, Ns
Pharing
Panjang pharing 13 cm dan terdiri dari 3 bagian yaitu : nasopharing, oropharing dan
laringopharing. Semua area pharing dipersarafi oleh nervus vasial. Secara langsung
nasopharing berada di samping nasal caviti dan menyabungkan hidung dengan 2 nares
posterior. Tube eustakia berasal dari telinga tengah ke naso pharing. Oropharing terletak
dibagian posterior oral caviti dimana terdapat ovula, palatum molle, dan 2 tonsil.
Laringopharing terdapat diantara laring dan oesophagus serta merupakan akhir dari pharing
dimana terdapat epiglotis yang melindung jalan napas saat menelan makanan.
Secara keseluruhan, fungsi pharing dan bagian bagiannya adalah sebagai berikut:
Filter (silia),
melembabkan dan menghangatkan udara (epitelium skuamosa).
Proteksi terhadap
kuman (tonsil dan adenoid).
Menghubungkan
dengan saraf dan bagian tubuh yang lain.
Laring
Laring ini menghubungkan jalan napas atas ke trakea dan pita suara. (gambar 5).
Laring merupakan saluran atau tube yang kaku dan terbentuk oleh 9 cincin kartilago yang
ditopang oleh muskus dan ligamen ligamen. Juga terdapat epiglotis yang berfungsi
menutup trake saat menelan untuk mencegah aspirasi makanan.
Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain :
Kartilago tiroid (1 buah)
Kartilago ariteanoid (2 buah)
Kartilago krikoid (1 buah)
Kartilago epiglotis (1 buah)
Laring mempunyai lapisan mukosa yang sangat sensitif terhadap stimuli partikel
asing, terdapat 2 cabang nervus vagus pada sebelah dalam laring yang memberikan
gerakan penghantaran rangsangan semua rangsangan dan saraf laringeal superior
mensuplai beberapa gerakan pada semua rangsangan sensorik. Dan stimulasi terakhir dari
saraf ini memulai refleks batuk.
Fungsi laring secara umum adalah
Bertindak sebagai pembentuk suara
Mengahangatkan dan melembabkan udara pernapasan
Pengkajian Sistim Pernafasan (Modul 01) ; Oleh Simon Sani Kleden, Skep, Ns
Mencegah aspirasi oleh epiglotis
Terdapat nervus vagus untuk stimulasi terhadap benda asing
Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 20 cincin yang terdiri dari
tulang / kartilagio seperti huruf C ( C ring) dan didalamnya terdapat epitelium serta
diselingi oleh sel goblet (untuk produksi mukus). Silia berfungsi untuk mendorong benda
benda asing ke arah laring dan pharing yang masuk bersama sama udara pernapasan.
Karina terletak diantara T5 dan merupakan tanda titik dimana trakea dibagi menjadi 2
cabang bronkus.

Nasopharings

Oropharings

Laringopharings

Pengkajian Sistim Pernafasan (Modul 01) ; Oleh Simon Sani Kleden, Skep, Ns
Bronkus
Bronkus dekstra 5 cm lebih pendek dari pada bronkus sinistra dan lebih dekat ke
vertikal tubuh, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dan ramping dan letaknya lebih
horizontal. Di dalam lobus pulmonal dekstra, bronkus terbagi menjadi 3 cabang. Pada lobus
pulmonal sinistra terbagi menjadi 2 cabang. Bronkus akan bercabang cabang lagi menjadi
19 segmen bronkus pulmonari yaitu : lobus kanan 10 segmen dan lobus kiri 9 segmen.
Segmen bronkus ini akan terbagi lagi menjadi subsegmental bronkiolus.
Bronkiolus
Struktur bronkiolus sangat berbeda dengan saluran pernapasan besar. Bronkiolus
tidak mempunyai kartilago dan mukosanya tidak mempunyai sel goblet. Pada akhir
bronkiolus subsegmental akan bersambungan dengan bronkiolus terminalis yang akan
menyalurkan udara ke saluran alveolar. Bronkiolus terminalis mengandung epitelium dan sel
sel darah. Pada kedua paru paru terdapat 35.000 bronkiolus yang lebih lanjut akan
membagi ke dalam unit terminal respiratori yang merupakan tempat terjadinya pertukaran
gas.
Paru-paru
Sirkulasi darah paru berasal dari arteri paru pada ventrikel kanan dan dari aorta
melalui arteri bronchiali.
Unit pertukaran gas.
Terdiri dari respiratori bronchialis/ kantong alveoli ( gelembung hawa ) dan alveoli
(terminal kantung udara) dan memiliki acini. (Gbr ), seperti ainus mempunyai jaringan
arteri dan vena pulmonal. Kantung alveolar terbentuk oleh 5 lapisan membran epithelium
yang terdiri dari 2 tipe cell. Dimana sel-sel ini, mengandung secret surfactan dan
lipoprotein, yang berfungsi untuk menentukan tegangan alveoli sehingga paru akan
mudah memompa.
Pembukaan kecil alveoli disebut pores of khon (pori-pori alveoli). Pores ini
memberikan distribusi udara seluruhnya pada acinus sehingga seluruh alveoli mempunyai
konsentrasi gas yang sama. Dimana proses juga memberikan ventilasi collateral jika
terjadi obstruksi pada jalan napas yang sempit (alveoli).
Aspirasi partikel asing ke paru paru kanan terjadi karena posisi vertikel
melindunginya.

Pengkajian Sistim Pernafasan (Modul 01) ; Oleh Simon Sani Kleden, Skep, Ns
Kapasitas volume paru
Volume paru ditentukan oleh proses spirometrik yang mengukur volume udara
masuk keluar paru. Dibawah ini dicantumkan nilai rata rata volume paru pada orang
dewasa.
1. Tidal volume
Jumlah udara yang diinspirasi dan diekspirasi pada setiap tarikan napas.
Normalnya 500 700 ml.
2. Volume cadangan
inspirasi
Adalah volume udara diatas inspirasi tidal volume yang dapat secara umum dihirup
pada setiap tarikan napas (300 ml).
3. Volume cadangan
ekspirasi
Jumlah udara maksimum yang dapat dihembuskan melebihi ekspirasi normal
(100 ml).
4. Volume residual
Adalah udara yang tetap berada di dalam paru setelah ekshalasi maksimum
(1200 ml).
5. Kapasitas vital
Jumlah udara maksimum pada seseorang yang berpindah pada satu tarikan
napas. Kapasitas ini mencakup volume cadangan inspirasi, tidal volume dan
volume cadangan ekspirasi. Nilainya diukur dengan menyuruh individu melakukan
inspirasi maksimum kemudian menghembuskan sebanyak mungkin udara di
dalam paruny ke alat pengukur (spirometri).
Dalam keadaan normal paru paru dapat menampung udara sebanyak 5 liter. Dalam
keadaan normal jumlah pernapasan :
Orang dewasa : 16 18 x/mnt
Anak anak : 24 x/mnt
Bayi : 30 x/mnt
2. PROSES TERJADINYA RESPIRASI
Terbagi dalam dua bagian yaitu :
1. Inspirasi (menarik napas)
2. Ekpirasi (menghembuskan napas)

Pengkajian Sistim Pernafasan (Modul 01) ; Oleh Simon Sani Kleden, Skep, Ns
Bernapas berarti melakukan inpirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur,
berirama dan terus menerus. Proses bernapas terjadi karena adanya perbedaan tekanan
antara rongga pleura dan paru paru. Refleks bernapas diatur oleh pusat pernapasan yang
terdapat dalam medula oblongata. Oleh karena itu, seseorang dapat menahan, memperlambat
dan mempercepat pernapasannya. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan CO 2
dan kelebihan O2 dalam darah.
Inspirasi
Inspirasi adalah menghirup udara yang mengandung O 2 dari lingkungan ke dalam
paru. Otot otot inspirasi adalah
Diafragma, bila kontraksi membuat tekanan negatif rongga dada dan
meningkatkan dimensi vertikal menyebabkan udara masuk paru paru.
Eksternal interkostal, meningkatkan anterior rusuk, meningkatkan dimensi
anterior posterior toraks, otot otot asesori termasuk scalene, sternokleidomastoid dan
otot trapezius.
Ekspirasi
Ekspirasi adalah menghembuskan udara yang mengandung CO 2 sebagai sisa
metabolisme ke luar tubuh. Otot otot ekspirasi yang bekerja yaitu:
Kontraksi rusuk, menekan kebawah dan ke dalam sehingga meningkatkan diameter
anterior posterior toraks.
Pernapasan abdominal, menekan rusuk ke bawah, menekan diafragma ke atas dan
menurunkan dimensi vertikal rongga dada.
3. FISIOLOGI PERNAPASAN
a. Proses ventilasi
Ventilasi mengacu pada pergerakan udara dari atmosfer masuk dan keluar paru. Ventilasi
berlangsung secara Bulk Flow, dimana perpindahan atau pergerakan gas atau cairan dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah. Faktor yang mempengaruhi ventilasi yaitu :
Tekanan alveolus, bervariasi pada setiap inspirasi dan mendorong
lairan darah. Pada kejadian inspirasi, rongga toraks mengembang dimana normal
ekspansi thoraks tergantung pada kontraksi otot dan kontraksi tulang rusuk.
Pengembangan ini menyebabkan tekanan di dalam alveolus lebih rendah dari pada
tekanan atmosfir sehingga udara masuk ke dalam paru dari atmosfir. Normal
tekanan dalam rongga pleura harus dipertahankan dibawah 760 mmHg dimana
tekanan ini sama dengan tekanan normal atmosfer. Penurunan tekanan sampai 751
mmHg cukup unutk menarik udara masuk ke dalam paru dari atmosfer.

Pengkajian Sistim Pernafasan (Modul 01) ; Oleh Simon Sani Kleden, Skep, Ns
Tegangan permukaan
Alveoli harus dipertahankan pada tegangan permukaan yang tinggi agar terjadi
pertukaran gas. Surfactan yang terdapat diantara membran paru dan udara dalam
kantung udara alveoli dapat menurunkan tegangan permukaan dan menaikan
distribusi gas seluruhnya pada alveoli sehingga paru paru dapat mengembang
dengan mudah. Kegagalan mengatasi tegangan permukaan suatu alveoli dapat
menyebabkan kolaps alveoli.
Lung compliance
Adalah tingkat elastisitas atau ekspansibiliti dari paru dan toraks. Elastisitas sistem
pernapasan mengacu kepada derajat resistensi paru terhadap pengembangan atau
peregangan. Alveoli dan jaringan paru lainnya secara normal menahan regangan
dan kembali mengecil setelah gaya yang menyebabkan pengembangan atau
peregeangan tersebut lenyap. Keadaan seperti empisema dapat menurunkan
elastisitas paru. Lawan dari elastisitas paru yang disebut dengan lung compliance.
Compliance akan berkurang oleh fibrosis, infeksi atau ARDS.
b. Difusi alveolar dan perfusi pulmonal
Pertukaran gas pernapasan meliputi 2 komponen ini.
Difusi alveoli
Didefinisikan sebagai pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi yang tinggi ke
area yang konsentrasinya rendah. Proses ini terjadi pada transfer gas antara alveoli
dan kapiler. Difusi alveoli dapat digambarkan pada variabel :
Total dari alveoli dan membran
kapilari di paru
Ketebalan membran kapiler dan
alveoli
Gradient kapilari - alveoli
dimana terjadi perbedaan tekanan parsial dari gas di bagian lain membran
Koofisien difusi dimana
pengukuran dari kemampuan gas berdifusi tergantung pada sifat dari partikel gas
Kecepatan transfer gas mempengaruhi pertukaran gas dari variabel diatas. Transfer
gas sedikit jika area permukaan dari membran alveoli menurun, jika ketebalan
meningkat atau jika gradient dari kapilari alveoli menurun atau jika konsentrasi dari
salah satu gas O2 menurun.
Area permukaan
Pengkajian Sistim Pernafasan (Modul 01) ; Oleh Simon Sani Kleden, Skep, Ns
Normal permukaan alveoli orang dewasa sekitar 80 mm 2. kapiler pulmonal menutup
85 90 % dari permukaan ini sehingga hanya 70 % area permukaan untuk difusi gas.

Ketebalan membran
Di dalam kapiler alveoli biasanya bagian dari salah satu sel tebal dan semipermiabel.
Membran ini akan menjadi lebih tebal dan kurang permeable jika terjadi fibrotik pada jaringan
paru. Akibatnya pertukaran gas terhambat dan difusi gas berkurang.
Tekanan parsial
Perbedaan tekanan dalam gas pada setiap sisi dari membran pernapasan memberi
efek terjadi difusi. Bila tekanan O 2 meningkat lebih besar dari pada tekanan darah, O 2 berdifusi
ke dalam darah. Normal tekanan O 2 yang dibutuhkan antara alveoli dan darah yang masuk
kekapiler pulmonal 40 mmHg.
Tekanan parsial adalah tekanan dari gas dalam hubungannya dengan kandungan
gas tersebut dalam suatu campuran . Tekanan O 2 (PaO2 ) dalam alveoli 100 mmHg
sedangkan PaO2 dalam pembuluh vena pulmonal dan arteri pulmonal 60 mmHg. Tekanan ini
sama cepatnya walaupun tekanan arteri bisa mencapai 100 mmHg. Berbeda dengan CO 2
dalam pembuluh vena masuk ke kapiler pulmonal dengan tekanan parthial 45 mmHg (Pa Co 2 ),
sedangkan dalm alveoli mempunyai tekanan parthial 40 mmHg. Tekanan parthial ini sering
digunakan dalam diagnostik untuk mengkaji kekurangan dan kelebihan CO 2 pada pasien dengan
penyakit pulmonal.
Koefisiensi Difussi
Konsentrasi gas pada variabel ini tidak sama. Konsentrasi gas dalam efek
pencampuran memberikan kecepatan difussi.Koefesiensi difussi adalah relatif dimana molekul
gas sanggup berdifussi dalam memberikan jumlah pada perbandingan waktu dengan gas yang
lain dalam campuran. Akan terjadi tekanan difussi koefisien dimanan nilai relatif berlawanan
dengan perbandingan gas yang lain. Pada gas respirasi O 2 : 0,1; CO2 : 20,3; Nitrogen : 0,53.
Dapat kita lihat koefisiensi difussi CO 2 mempunyai kapasitas berdifussi 20 jam
dibanding dengan O2 . Arah standar dari pemenuhan kapasitas difussi adalah untuk mengukur
kapasitas difussi CO2 ( DL CO).
Perfussi Pulmonal
Perfussi adalah proses penyebaran udara pernapasan ke arah yamg lebih luas yang
disempurkan oleh sirkulasi paru dimana darah dialirkan ke alveoli sehingga dapat berlangsung
pertukaran O2 dan CO2.

Pengkajian Sistim Pernafasan (Modul 01) ; Oleh Simon Sani Kleden, Skep, Ns
Systen vaskularisasi pulmonal dijalankan dengan volume tinggi dengan sistem
tekanan yang rendah. Hal ini berarti sebagian besar aliran darah yang melewati sirkulasi paru
mempunyai daya tahan kapiler yang sangat rendah. Sirkulasi pulmonal dimulai ketika darah
yang mengambil CO2 dipompa dari ventrikel kanan menuju ke alveoli paru yang bercabang ke 6
juta kapiler alveoli dimana terjadi pertukaran gas setelah darah teroksigenasi, darah di bawa
oleh empat vena pulmonal menuju ke atrium kiri. Tekanan pembuluh paru sangat rendah kira-
kira 1/5 dibandingkan dengan tekanan pembuluh darah sistemik.Normal tekanan arteri pulmonal
yaitu 15 mmHg.
Pada kondisi dibawa normal hanya 25% kapiler pulmonal yang diperfussi secara aktif.
Tiap peningkatan CO, PAP selalu konstan karna dua mekanisme berikut yaitu :
1. Mekanisme pergerakan
( recruitment)
Mekanisme pergerakan ini menurun resisten pembuluh paru untuk mengakomodasi
meningkatnya aliran darah.
2. Mekanisme dilatasi
pembuluh darah
Mekanisme ini secara langsung meningkatkan ukuran kapiler lewat stimulasi sistem saraf
otonom.
Jika salah satu mekanisme ini gagal maka terjadi hypertensi paru
Perbandingan perfussi dan ventilasi
Komposisi gas sebenarnya dapat ditentukan oleh perbandingan perfusi ventilasi ( V:
Q). V/volume (liter) dari gas permenit dan Q adalah volume aliran darah (L/menit). Perbandingan
ideal antara semua alveoli dan kapilari paru akan menghasilkan sebuah perbandingan V dan Q
dari 1,0 dimana pengaruh perfusi gawat pada posisi berdiri,dasar paru mendapat volume darah
saat banyaknya penerimaan aliran darah mencapai puncak. untuk perbandingan normal v/Q 15/
0,8. Tempat kerusakan alveoli, shunting fisiologi, daerah hampa (Defisit Of Blood Flow) adalah
keadaan yang abnormal dalam perbandingan v/Q dan hasil dari kerusakan dalam ventilasi atau
perfusi.
Transportasi gas dari pernapasan .
Saat pernapasan gas berdifusi melewati membran alveoli, jadi harus berpindah ke
dalam jaringan secara urutan untuk dapat menentukan analisa gas darah dalam
mengevaluasi fungsi pernapasan. Satu hal yang perlu diperhatikan yaitu trasnpotasi O 2 dan CO2
.

Pengkajian Sistim Pernafasan (Modul 01) ; Oleh Simon Sani Kleden, Skep, Ns
Oksigen
Oksigen diangkut kedalam darah menggunakan dua cara. Sebagian kecil dilarutkan
dalam plasma darah, tapi banyak oksigen bergabung secara kimiawi dengan haemoglobin dan
menggunakan oksigen cadangan. Oksigen banyak dilarutkan dalam plasma secara langsung
untuk penekanan dari oksigen tepat 0,003 ml dari oksigen dilarutkan dalam 100 ml plasma
darah untuk setiap 1mmHg dari sebagian tekanan. Untuk itu pada PaCo 2 ideal dari 100 mmHg,
hanya 0,3ml dalam 100 ml plasma. Penyediaan suplay oksigen di angkut oleh haemoglobin
secara terus menerus mengisi plasma dengan suplay oksigen, dimana digunakan untuk
memenuhi tuntutan metabolik.
Perbedaan banyaknya oksigen dalam waktu 60 jam adalah trasport haemoglobin rata-
rata pada orang sehat. Ikatan oxi haemoglobin adalah reversible dimana PaO 2 meningkat dalam
kapiler paru, menyebabkan kombinasi oksigen menyatu dengan haemoglobin. Rendahnya Po 2
dalam jaringan kapiler, menyebabkan oksigen mudah dilepaskan dari haemoglobin untuk
berdifusi ke dalam jaringan. Jumlah oksigen yang diangkut oleh haemoglobin dalam darah
tergantung pada konsentrasi haemoglobin. Rata-rata setiap orang mempunyai sekitar 15 gram
% haemoglobin per 100 ml darah dan tiap gram pada haemoglobin mempunyai kapasitas
oksigen maksimal (100% saturasi) pada 1,34 ml oksigen. Jadi haemoglobin15 gram per 100 ml
mempunyai 100 % saturasi pada 20,0 ml / oksigen.Perubahan aktual saturasi sesuai dengan
tekanan parsial, dimana kesesuaian oksihemoglobin ditunjukan pada kurve O 2 yang
membedakan saturasi O2 dengan tekanan O 2 dalam mmHg.Pada lembaran kurve ini dapat
dilihat tiga titik penting ( gambar : 5 ).
1 Gambaran PaO2 darah pada paru paru adalah
100mm Hg, dengan saturasinya 97, 5 %
2 Pada titik tengah dimana PaO2 adalah 50 mmHg,
saturasinya 84 %
3 Normal bercampurnya darah vena ( PVO 2 ) adalah
40 mm Hg dengan saturasi 75 %
Catatan : diantara poin satu dan dua 100 % saturasi yang dirubah setiap 10 mm H g PO 2. Dan
antara poin dua dan tiga, 50 mmHg perubahan dari PO 2 pada 13 % perubahan saturasi.
Pada perubahan kurve refleks O2, darah menurun sebagai akibat terjadinya perubahan PH,
PaCO2 , temperatur tubuh dan 2/ 3 DPG (Diphospatgliserat) menurun.

Pengkajian Sistim Pernafasan (Modul 01) ; Oleh Simon Sani Kleden, Skep, Ns
Karbondioksida
Jumlah CO2 dalam pengangkutan tergantung pada keseimbangan asam basa, CO 2 dalam
darah dibawah dalam 3 bentuk : 7 % dilarutkan dalam plasma 23 % berkombinasi dengan Hb,
dan 70 % kombinasi dengan air dan asam karbonat.
Saat memasuki kapiler, CO2 mengikuti susunan dari reaksi fisik dan kimia
CO2 dilarutkan dalam plasma dan bereaksi
dengan sel darah merah dan air yang mengandung asam karbonat.Reaksi ini adalah
katalisasi pada enzim karbonat anhidrase.
H2CO3 dalam sel darah merah di pisahkan
ke dalam hidrogen (H ) dan bikarbonat (HCO3- ).
-

H+ berkombinasi dengan Hb ( Hgb )


merupakan buffer asam basa dalam sel darah merah yang kuat.
Banyaknya ion HCO3_ berdifusi kedalam
plasma untuk terjadi pertukaran ion kloride ( Cl ).Perubahan ini mungkin terjadi karena
bikarbonat kloride diangkut oleh protein dalam membran sel darah merah yang
memudahkan kedua ion berlawanan secara langsung.
Ikatan longgar CO2 dan Hgb dalam bentuk
carbamino Hb ( HgbCO2 ) reaksi ini dapat kembali dengan cepat sehingga CO 2 mudah
dilepaskan pada alveoli.

Pengkajian Sistim Pernafasan (Modul 01) ; Oleh Simon Sani Kleden, Skep, Ns
Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa adalah perbandingan antara asam karbonit dan bikarbonat. Untuk
fungsi normal, cairan tubuh harus dipertahankan konsentrasi ion hydrogen atau PH, dalam jarak
yang sangat terbatas. Normar PH darah bergantung pada bikarbonat untuk melarutkan CO 2
dengan perbandingan 20 : 1, PH yang masih dalam batas normal 7,35-7,45. PH darah menjadi
sangat asam dikenal dengan acedemia dan PH yang lebih tinggi menyebabkan alkalemia.
Keseimbangan asam basa dipertahankan oleh pernapasan dan fungsi renal. Dan mekanisme
bufer yang mencegah kelebihan atau banyaknya konsentrasi H +
System regulasi respirastori H+ menentukan ko
nsentrasi CO2 . Kelebihan sistem buffer intraseluler mengatur kecepatan dari break down dari
protein dan phospat yang mangatur perubahan H + . Bagaimanapun sistem buffer sangat penting
pada sistem asam bicarbonit dari plasam. Pada buffer asam bikarbonit extraseluler seimbang
dengan sistem intraseluler, PH gas darah arteri memberikan infoermasi adekuat tentang semua
buffer dalam tubuh.
Empat keadaan abnorma yang dapat timbul ketika terjadi gangguan keseimbangan asam basah
yaitu : Asidosis respiratory, alkalosisis respiratory, metabolik respiratory, dan metabolik acidosis.
Dua kelainan pertama yang disebabkan oleh disfungsi ventilasi, dua gangguan terakhir pada
sistem respiratory adalah terjadinya perubahan PH.
Kelainan Asam Basa
Disorder PH Kejadian awal Efek kompensasi
Respiratori Acidosis Pa Co2 HCO3-
Respiratori Alkalosis Pa Co2 HCO3-
Metabolik Acidosis HCO-3 PCO2
Meytabolik Alkalosis HCO-3 HCO-3

Respiratory acidosis
Di sebabkan oleh hypoventilasi alveoladan penyebab kedua adalah cardiopulmonary,
neuromuskular, skeletal atau penyakit obstruktif paru,Infeksi acut atau obat dapat menyebabkan
depresi pernapasan. Pada kompensasi percobaan peningkatan PaCo 2, kelebihan H+ disekresi
lewat urine mengganti ion bikaronat. Peningkatan tingkat plasma bikarbonat membantu
memperbaiki PH darah normal, dengan pertimbangan PaCO 2 mungkinterus menerus meningkat
setelah PH kembali normal.
Respiratory alkalosis
Di sebabkan oleh Hyperventilasi alveolar pada orang yang mengalami anxyeti, cedera otak atau
tumor otak, sepsis gram negatif atau manajemen yang tidak benar pada pasien dengan

Pengkajian Sistim Pernafasan (Modul 01) ; Oleh Simon Sani Kleden, Skep, Ns
menggunakan ventilator.Mekanisme kompensasi yang dilakukan adalah meningkatkan eksresi
renal untuk bikarbonat dan retensi ion hydrogen. Mekanisme tersebut menurun tingkat bikarbonat
darah dan memperbaiki PH normal.
Metabolik Acidosis
Di sebabkan oleh peningkatan asam metabolik atau kelebihan ekskresi bicarbonat dari cairan
tubuh. Peningkatan asam metabolik dapat dihasilkan dari salicilate poisonyng, gagal ginjal,
diabetik ketoacidisis atau gagal sirkulasic yang menambah produksi asam lactic.Apapun
penyebabnya tubuh tetap mendapat ion bikarbonat dari buffer intraseluler, dengan mengambil
tingkat bikarbonat pada plasma. Mekanisme kompensasi yang dilakukan tubuh adalah
meningkatkan ventilasi dan retensi bikarbonat pada renal.
Metabolik Alkalosis
Di sebabkan oleh peningkatan bikarbonat karna kelebihan intake basa ( mungkindapat terjadi
karna terlalu banyak bikarbonat yang diberikan selama resusitasi cardiopulmonal) atau kejilangan
H+ berlebihan melalui muntah atau suntion lambung. Sistem kompensasi respiratory dengan
menurunkan ventilasi yan bertentangan dengan CO 2 dan meningkatkan PaCO2. Ginjal
meningkatkan ekskresi bikarbonat yang bertentangan dengan H +
PROSES ASIDOSIS DAN ALKALOSIS
Asidosis dan Penyebab utama Penahan atau penyangga Pengganti
alkalosis
Asidosis respiratory PCO2 (CO2 + H2O = H2CO3 = H - Paru paru, eliminasi
+ HCO 3) CO2, ginjal, eliminasi H +
, HCO 3 (peningkatan
PCO2 lebih banyak
reabsorbsi HCO 3 )
Asidosis metabolik dasar, Kelebihan reaksi pada Paru paru, eliminasi
keasaman tangan bagian kiri. H + CO2, ginjal pertahankan
tertentu menurun, HCO 3. penurunan HCO 3.
Alkalosis respiratory PCO2 (CO2 + H2O = H2CO3 = H + Ginjal, konserfasi ion H
+ H2CO 3) +
, ekskresi HCO 3 (
gerakan ke sebelah kiri PCO2 sehingga
pada kondisi atau reabsorbsi HCO 3
keadaan yang lebih baik berkurang)
Alkalosis metabolik kaki / dasar Gerakan ke sebelah Paru paru, ventilasi
keasaman kanan pada kondisi / ke PCO2, ginjal
tertentu keadaan yang lain atau mengimbangi H + oleh
banyak ion H + untuk pengeluaran HCO 3
mengimbangi (HCO 3 lebih besar)
peningkatan dasar dari
HCO 3

4. KONTROL SARAF ATAS RESPIRASI


Pengkajian Sistim Pernafasan (Modul 01) ; Oleh Simon Sani Kleden, Skep, Ns
Ventilasi dikontrol oleh pusat pernapasan dibatang otak bagian bawah di daerah
medula dan pons. Di medula, terdapat neuron neuron inspirasi dan ekspirasi yang
melepaskan muatan pada waktu waktu yang berbeda dalam suatu pola kecepatan dan
irama yang telah ditentukan sebelumnya. Neuron neuron respirasi menjalankan respirasi
dengan rangsangan neuron motorik yang mempersarafi diafragma dan otot otot antar iga.
Neuron motorik yang menjalankan respirasi
Neuron motorik utama yang mengontrol pernapasan adalah saraf frenikus. Apabila
diaktifkan oleh neuron neuron inspirasi pusat, maka saraf frenikus menyebabkan dada
mengembang dan udara mulai mengalir dari atmosfir ke dalam paru. Hal ini disebut
inspirasi. Seiring dengan berlanjutnya inspirasi, maka pelepasan oleh muatan neuron
neuron ekspirasi meningkat, sehingga aktivitas neuron motorik berhenti dan terjadi relaksasi
diafragma dan otot otot anatar iga. Daada kembali mengempis dan udara mengalir keluar
paru. Aliran udara yang keluar dari paru adalah ekspirasi.
Kemoreseptor sentral
Kemoreseptor sentral di otak berespon terhadap perubahan konsentrasi ion hidrogen
dalam cairan cerebrospinalis. Ion hidrogen meningkatkan kecepatan pelepsan muatan
kemoreseptor. Sebaliknya penrunan konsentrasi ion hidrogen menurunkan kecepatan
konsentrasi muatan kemoreseptor. Informasi dari kemoreseptor pusat disalurkan ke pusat
pernapasan otak sebagai respon nyata, meningkatkan atau menurunkan kecepatan
pernapasan. Konsentrasi ion hidrigen biasanya mencerminkan konsentrasi CO 2. Dengan
demikian, sewaktu kadar CO 2 meningkat, kadar ion hidrogen meningkat dan kecepatan
pelepasan neuron neuron inspirasi meningkat. Pada kadar CO 2 dan ion hidrogen yang
rendah, kecepatan pelepasan muatan oleh neuron neuron inspirasi berkurang.
Kemoreseptor perifer
Terdapat di arteri karotis dan aorta dan memantau konsentrasi O 2 di dalam darah
arteri. Reseptor reseptor ini disebut badan karotis dan aorta, mengirim impuls mereka ke
pusat pernapasan di medula dan pons terutama untuk meningkatkan ventilasi sewaktu
kadar O2 rendah. Kemoreseptor ini kiurang sensitif dari pada kemoreseptor sentral.

Pengkajian Sistim Pernafasan (Modul 01) ; Oleh Simon Sani Kleden, Skep, Ns

You might also like