You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal atau bersifat umum. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu
proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini
tanpa dibatasi oleh wilayah. Hampir semua negara di dunia mengalami proses globalisasi
termasuk Indonesia. Salah satu karakteristik dari globalisasi ialah alur lalu lintas manusia
yang semakin deras dan semakin meluas termasuk lalu lintas pekerja migran.
Hampir seluruh negara di dunia telah terkait dengan isu pekerja migran baik itu sebagai
negara asal, negara transit maupun negara tujuan. Di indonesia, Pekerja migran atau Buruh
migran lebih dikenal dengan istilah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar
negeri. Arti umumnya ialah orang yang bermigrasi atau berpindah dari wilayah kelahiran atau
lokasi tinggal yang bersifat tetap untk keperluan bekerja. Berdasarkan data dari Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), total hampir
6,5 juta orang TKI yang tersebar di 142 negara. Berikut tabel jumlah TKI yang bekerja di luar
negeri sejak 2011-2016:
NO TAHUN JUMLAH TKI
(Orang)
1 2011 586.802
2 2012 494.609
3 2013 512.168
4 2014 429.872
5 2015 275.736
6 2016 234.451
Sumber: Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Data tersebut ditambah dengan jumlah TKI yang dikirim pada kuartal pertama tahun
2017 yaitu sejak bulan Januari April 2017 yaitu sebanyak 66.714 orang. Dari data jumlah
TKI yang telah disajikan di atas, Provinsi NTT menjadi salah satu provinsi penyumbang TKI
terbesar. Pada Tahun 2011, NTT mengirimkan 7.478 TKI. Tahun 2012, Jumlah TKI yang
berasal dari NTT sebanyak 8.328 orang. Tahun 2013, Tercatat 5.308 Tenaga kerja indonesia
yang berasal dari NTT. Sedangkan dalam kurun waktu 2014-2016, terjadi penurunan jumlah

1
TKI asal NTT yaitu sebanyak 5.515 Orang pada 2014, 3.307 Orang pada 2015 dan 2.357
Orang pada 2016.
Ada banyak faktor yang mendorong seseorang khususnya yang berasal dari NTT untuk
menjadi tenaga kerja indonesia. Salah satunya yaitu faktor ketimpangan dalam hal ekonomi.
kemiskinan menjadi faktor pendorong yang sangat kuat bagi TKI asal NTT untuk bekerja di
luar negeri. Kemiskinan sendiri dapat disebabkan karena kurangnya lapangan pekerjaan,
rendahnya pengetahuan atau pendidikan masyarakat pada umumnya serta terjadinya
ketimpangan pendapatan di tengah tuntutan kehidupan masyarakat.
Tujuan para TKI untuk bermigrasi dan menjadi pekerja migran diluar negeri tentunya
untuk mencapai kesehjatraan hidup dan mengubah taraf hidup keluarga sehingga para TKI
dianggap sebagai sumber devisa bagi negara karena hasil usaha dan pekerjaan mereka
dikirimkan ke negara asalnya. Akan tetapi karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan,
tidak jarang para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) justru menjadi korban penyiksaan dan
Human Trafficking. Khusus di NTT, sudah banyak terjadi kasus penyiksaan TKI khususnya
tenaga kerja wanita (TKW) di antaranya kasus Nirmala Bonat yang mengalami penyiksaan
pada tahun 2004 silam. Ada juga Mariance Kabu, TKW asal Kab. TTS yang disiksa
majikannya di Malaysia pada tahun 2013. berdasarkan data Balai Pelayanan Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT),
sepanjang tahun 2016 hingga akhir 2017, sudah 40 tenaga kerja Indonesia (TKI) asal NTT
yang meninggal di luar negeri. Selain karena sakit, Sebagian besar penyebab kematian
mereka ialah karena menjadi korban kekerasan.
Sedangkan data korban Human Trafficking, sesuai data Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nusa Tenggara Timur (NTT), dari 6,2 juta TKI di luar negeri terdapat 1,8 juta
TKI yang berstatus ilegal. Dari total itu, jumlah TKI asal NTT sekitar 100 ribu hingga 150
ribu dan diperkirakan 50 persen dari total tersebut berstatus TKI ilegal karena perekrutan
hingga pengiriman dan penempatan dilakukan secara tidak resmi.
Melihat banyaknya kasus kekerasan dan Human Trafficking yang menimpa TKI/TKW
asal NTT, maka makalah ini akan membahas mengenai menghilangkan akar TKI di Nusa
Tenggara Timur (NTT)

2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa saja akar penyebab tingginya jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang
berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT)?
2. Bagaimana cara menghilangkan akar TKI di Nusa Tenggara Timur (NTT)?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami akar penyebab tingginya jumlah Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT)
2. Mengetahui dan memahami cara menghilangkan akar TKI di Nusa Tenggara
Timur (NTT)

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tenaga Kerja Indonesia (TKI)


1. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Menurut Pasal 1 bagian (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, TKI adalah setiap
warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan
kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Sedangkan menurut buku
pedoman pengawasam perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia adalah warga negara Indonesia
baik laki-laki maupun perempuan yang melakukan kegiatan di bidang perekonomian, sosial,
keilmuan, kesenian, dan olahraga profesional serta mengikuti pelatihan kerja di luar negeri
baik di darat, laut maupun udara dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja
yaitu suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara lisan dan atau tertulis baik untuk
waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan
kewajiban para pihak. Dengan adanya perjanjian kerja ini TKI akan lebih terlindungi apabila
nantinya dikemudian hari pihak majikan atau pihak perusahaan tmpat TKI bekerja
wanprestasimaka TKI dapat menentukan sesuai perjanjian kerja yang telah dibuat
sebelumnya.
Sementara itu dalam Pasal 1 Kep.Manakertran RI No Kep 104A/Men/2002 tentang
penempatan TKI keluar negeri disebutkan bahwa TKI adalah baik laki-laki maupun
perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian
kerja melalui prosedur penempatan TKI. Prosedur penempatan TKI ini harus benar-benar
diperhatikan oleh calon TKI yang ingin bekerja ke luar negeri tetapi tidak melalui prosedur
yang benar dan sah maka TKI tersebut nantinya akan menghadapi masalah di negara tempat
ia bekerja karena CTKI tersebut dikatakan TKI ilegal karena datang ke negata tujuan tidak
melalui prosedur penempatan TKI yang benar. Berdasarkan beberapa pengertian TKI
tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan
perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI dengan menerima upah.
2.Pengertian calon TKI
Menurut Pasal 1 yang bagian (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, Calon Tenaga Kerja
Indonesia adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagi pencari kerja

4
yang akan bekerja di luar negeri dan terdaftar di instansi pemerintah kabupaten/kota yang
bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan.
3.Persyaratan Tenaga Kerja Indonesia
Adanya TKI yang bekerja di luar negeri membutuhkan suatu proses perencanaan.
Perencanaan tenaga kerja ialah suatu proses pengumpulan informasi secara reguler dan
analisis situasi untuk masa kini dan masa depan dari permintaan dan penawaran tenaga kerja
termasuk penyajian pilihan pengambilan keputusan, kebijakan dan program aksi sebagai
bagian dari proses perencanan pembangunan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Endang
Sulityaningsih dan Yudo Swasono, 1993:7). Dilihat dari prosesnya perencanaan tenaga kerja
adalah usaha menemukan masalah-masalah ketenagakerjaan yang terjadi pada waktu
sekarang dan mendatang serta usaha untuk merumuskan kebijaksanaa dan program yang
relevan dan konsisten untuk mengatasinya (Suroto, 1986:8).
Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri bahwa setiap calon TKI yang akan
mendaftarkan diri untuk bekerja di luar negeri harus memenuhi prosedur yang telah
ditentukan.
Perekrutan calon TKI oleh pelaksana penempatan TKI dilakukan terhadap calon TKI
yang telah memenuhi persyaratan: a. berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun
kecuali bagi calon TKI yang akan dipekerjakan pada Pengguna perseorangan sekurang-
kurangnya berusia 21 ( dua puluh satu) tahun; b. sehat jasmani dan rohani; c. tidak dalam
keadaan hamil bagi calon tenaga kerja perempuan; dan d. berpendidikan sekurang-kurangnya
lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau yang sederajat. Selain persyaratan
tersebut di atas, menurut Pasal 51 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, calon TKI juga wajib
memiliki dokumen dokumen, yaitu : a. Kartu Tanda Penduduk, Ijazah pendidikan terakhir,
akte kelahiran atau surat keterangan kenal lahir; b. surat keterangan status perkawinan bagi
yang telah menikah melampirkan copy buku nikah; c. surat keterangan izin suami atau istri,
izin orang tua, atau izin wali; d. sertifikat kompetensi kerja; e. surat keterangan sehat
berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan kesehatan dan psikologi; f. paspor yang diterbitkan oleh
Kantor Imigrasi setempat; g. visa kerja; h. perjanjian penempatan kerja; i. perjanjian kerja,
dan j. KTKLN (Kartu Tenaga Kerja Luar Nigeri) adalah kartu identitas bagi TKI yang
memenuhi persyaratan dan prosedur untuk bekerja di luar negeri.Setelah calon TKI
memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka para calon TKI wajib mengikuti serangkaian

5
prosedur sebelum nantinya ditempatkan di luar negeri. Pada masa pra penempatan kegitan
calon TKI meliputi:
B. Institusi yang Berwenang terhadap Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
1. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans)
Sesuai ketentuan Pasal 10 dan Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
pelaksanaan penempatan TKI di luar negeri terdiri dari Pemerintah, Pelaksana Penempatan
TKI swasta dan Perusahaan untuk kepentingan perusahaan sendiri. Pelaksanaan penempatan
TKI dari pemerintah dilaksanakan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Dinsosnakertrans). Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai tugas
melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan
di bidang sosial, tenaga kerja dan transmigrasi serta tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
Adapun fungsi Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) antara
lain:
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang sosial, tenaga kerja dan transmigrasi ;
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang sosial, tenaga
kerja dan transmigrasi ;
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang sosial, tenaga kerja dan transmigrasi ;
4. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas ; dan
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya
2. Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS)
Menurut Pasal 1 bagian (5) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, Pelaksana
Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) adalah badan hukum yang telah memiliki izin tertulis dari
Pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan TKI di luar negeri. Pelaksana
Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) menurut buku pedoman pengawasan Perusahaan Jasa
Tenaga Kerja Indonesia adalah badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas yang
memiliki Surat Ijin Pelaksana Penempatan TKI (SIPPTKI) untuk melaksanakan kegiatan jasa
penempatan tenaga kerja di dalam dan ke luar negeri. Perusahaan yang akan menjadi
pelaksana penempatan TKI swasta wajib mendapat izin tertulis berupa SIPPTKI dari Menteri.
Izin untuk melaksanakan penempatan TKI di luar negeri diberikan untuk jangka waktu
5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang setiap 5 (lima) tahun sekali.
Hak PPTKIS menurut buku pedoman pengawasan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja
Indonesia meliputi:

6
a. Menempatkan tenga kerja di dalam dan di luar negeri.
b. Menyediakan tenaga kerja yang diperlukan pengguna jasa baik di dalam maupun di
luar negeri.
c. Memperoleh informasi pasar kerja dari daerah dan luar negeri.
d. Memperoleh bimbingan dan pembinaan dari Depnaker.
e. Mendapat biaya jasa penempatan dari pengguna jasa di dalam maupun di luar
negeri.
f. Mendapat biaya jasa penempatan yang besarnya sesuai dengan kesepakatan yang
telah mendapat pengesahan dari Kanwil Depnaker setempat.
g. Mengelola Bank data tenaga kerja terampil atau berpengalaman.
Sedangkan Kewajiban PPTKIS antara lain:
a. Melaksanakn penempatan TKI.
b. Memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan ruang lingkup kegiatan.
c. Melaksanakan dan mematuhi petunjuk dari Depnaker.
d. Menyiapkan TKI yang berkualitas dari segi mental, fisik ketrampilan teknis dan
kemampuan berkomunikasi.
e. Melaksanakan promosi dan pemasaran jasa TKI
f. Menyelenggarakan management sistem informasi.
g. Melaporkan setiap penempatan pemberangkatan dan pemulangan TKI kepada
Depnaker secara berkala dan insidental untuk hal yang khusus.
h. Memberikan perlindungan kepada TKI mulai darai pra sampai dengan purna
penempatan, termasuk pengamanan pelaksanaan Perjanjian Kerja (PK) yang
mengikat pengguna jasa TKI.
i. Membuat laporan usaha dalam bentuk laporan semesteran dan laporan tahunan
dengan ketentuan laporan tahunan harus diaudit oleh akuntan publik.
C. Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Pengertian Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Adapun Perlindungan TKI
menurut UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia di Luar Negeri Pasal 1 angka 4 adalah segala upaya untuk melindungi kepentingan
calon TKI/TKI dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja.
Perlindungan TKI di dasarkan kepada UU No No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Berdasarkan Pasal 2 UU No No.
39 Tahun 2004, Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI berasaskan kepada

7
keterpaduan, persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti
diskriminasi, serta anti perdagangan manusia. Adapun tujuan dari perlindungan TKI
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 UU No No. 39 Tahun 2004 adalah sebagai berikut:
a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawai;
b. Menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejak di dalam negari, di negara tujuan,
sampai kembali ke tempat asal di Indonesia;
c. Meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.
Dalam penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri, pemerintah memilki tugas
untuk mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan penempatan dan
perlindungan TKI di luar negeri, dimana dalam melaksanakan tugas tersebut Pemerintah
dapat melimpahkan sebagai wewenangnya dan/atau tugas perbantuan kepada pemerintah
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini dimaksudkan sebagai
tanggungjawab Pemerintah dalam meningkatkan upaya perlindungan bagi TKI di luar negeri.
Sebagai konskuensi dari tanggungjawab tersebut maka sesuai dengan Pasal 7 UU No
No. 39 Tahun 2004 Pemerintah berkewajiban untuk:
a. Menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI/TKI, baik yang bersangkutan berangkat
melalui pelaksana penempatan TKI, maupun yang berangkat secara mandiri;
b. Mengawasipelaksanaan penempatan calon TKI;
c. Membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan calon TKI di luar
negeri;
d. Melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan
TKI secara optimal di negara tujuan; dan
e. Memberikan perlindungan kepada TKI selama masa sebelumnya pemberangkatan,
masa penempatan, dan masa purna penempatan.
Perlindungan negara bagi warganegaranya merupakan hak warganegara yang dijamin
oleh undang-undang. Dalam hal perlindungan terhadap TKI maka hak perlindungan itu
dimulai sejak pra penempatan, masa penempatan, sampai dengan purna penempatan.Di luar
negeri perlindungan terhadap TKI dilaksanakan oleh oleh Perwakilan Pemerintah Negara
Republik Indonesia yang mana perlindungan itu didasarkan kepada peraturan perundang-
undangan serta hukum dan kebiasaan intemasional.
Dalam rangka pemberian perlindungan selama masa penempatan TKI di luar negeri,
Perwakilan Republik Indonesia melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perwakilan
pelaksana penempatan TKI swasta dan TKI yang ditempatkan di luar negeri. Selama masa

8
penempatan tersebut maka disebutkan dalam Pasal 80 UU No No. 39 Tahun 2004
Pemerintah/perwakilan pemerintah juga bertugas untuk:
a. Pemberian bantuan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di negara tujuan serta hukum dan kebiasaan internasional;
b. Pembelaan atas pemenuhan hak-hak sesuai dengan perjanjian kerja dan/atau
peraturan perundang-undangan di negara TKI ditempatkan.

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. Faktor Pendorong dan Faktor Penarik Tenaga Kerja Indonesia (TKI)


yang menjadi faktor pendorong Tenaga Kerja Indonesia (TKI) antara lain:
1. Demografi
Demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia.
Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana
jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta
penuaan. Jumlah penduduk yang padat di daerah tertentu akan menyebabkan
persaingan dalam hal mencari lapangan pekerjaan. Apabila daerah tidak mampu
menampung tenaga kerja akibat kurangnya lapangan pekerjaan maka tingkat
pengangguran akan bertambah. Hal inilah yang mendorong TKI untuk bekerja di
luar negeri
2. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan mobilitas
manusia semakin mudah.
3. Peluang bisnis jasa yang sangat prospektif. Hampir sebagian besar TKI di luar
negeri bekerja di sektor jasa, baik itu sebagai pengasuh, Pembantu Rumah
Tangga, Jasa tenaga perkebunan dan lain-lain. Hal ini disesuaikan dengan
tingkatan pendidikan para TKI yang pada umumnya masih rendah.
Sedangkan faktor penarik Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk bekerja di luar negeri
ialah tingginya permintaan tenaga kerja murah di negara tujuan dan kurs mata uang asing
yang lebih tinggi dari Rupiah.

10
B. Gambaran Data Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri
1. Diagram Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tahun 2011-2016

Sumber: Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia


(BNP2TKI)

2. Tabel Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Formal dan NonFormal tahun
2011-2016
TKI Formal TKI Nonformal
No Tahun Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
1 2011 266.191 45 % 320.611 55 %
2 2012 258.411 52 % 236.198 48 %
3 2013 285.297 56 % 226.871 44 %
4 2014 247.610 58 % 182.262 42 %
5 2015 152.394 55 % 123.342 45 %
6 2016 125.175 53 % 109.275 47 %
Sumber: Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

11
3. Tabel Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berdasarkan jenis kelamin tahun
2011-2016
Pria Wanita
No Tahun Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
1 2011 210.116 36 % 376.686 64 %
2 2012 214.825 43 % 279.784 57 %
3 2013 235.170 46 % 276.998 54 %
4 2014 186.243 43 % 243.629 57 %
5 2015 108.965 40 % 166.771 60 %
6 2016 89.059 38 % 145.392 62 %
Sumber: Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

4. Tabel Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berdasarkan pendidikan tahun


2011-2016
Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pascasarjana 819 440 352 179 31 17
Sarjana 6.349 5.662 6.340 3.956 4.685 1.187
Diploma 24.276 26.572 29.012 17.335 1.594 2.976
SMU 105.37 119.714 124.852 106.830 70.309 69.931
SMP 233.775 195.092 191.542 162.731 108.724 95.945
SD 217.213 147.129 160.097 138.821 90.393 64.395
Total 586.802 494.609 512.168 429.872 275.736 234.451
Sumber: Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

5. Data Kasus Human Trafficking di NTT


Berdasarkan data BNP2TKI yang sekarang telah beranti nama menjadi Balai
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Kupang, Nusa
Tenggara Timur (NTT), sejak periode 2015 hingga Juli 2016, total ada 1.667 orang yang
menjadi korban perdagangan manusia. Sebanyak 16 orang diantaranya adalah anak-anak.
Rumah Perempuan Kupang (RPK), mengungkapkan data yang juga
mencengangkan. Lembaga ini mengungkapkan jumlah kasus perdagangan manusia yang
mereka advokasi sejak tahun 2012 hingga Juli 2015 sebanyak 312 kasus. Rinciannya, tahun
2012 sebanyak 42 kasus dan tahun 2013 sebanyak 15 kasus dengan jumlah korban 122
orang. Kemudian tahun 2014 sebanyak 12 kasus dengan jumlah korban 131 orang dan hingga

12
Juli 2015 terdapat 8 kasus dengan jumlah korban 18 orang. (Data Lengkap secara nasional
dapat dilihat di lampiran)
International Organization for Migration (IOM) menempatkan NTT sebagai
provinsi dengan kasus human trafficking terbanyak di Indonesia pada tahun 2014. Hal yang
sama juga diungkapkan oleh Brigadir Jenderal (Pol) Endang Sunjaya ketika baru pertama kali
diangkat menjadi Kapolda NTT pada tahun 2014. Menurut dia pada saat itu, berdasarkan data
Badan Reserese dan Kriminal (Bareskirim) Mabes Polri, NTT bukan lagi berada pada urutan
keenam untuk jumlah kasus perdagangan manusia, tetapi sudah berada pada urutan pertama
(Victory News: 14 Oktober 2016).
6. TKI Sebagai Penghasil Devisa Negara
Meskipun Tenaga Kerja Indonesia di NTT sering menjadi masalah akibat Human
trafficking, tidak dapat dipungkiri bahwa TKI menjadi salah satu sumber devisa bagi negara.
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
menyebut, remintansi dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tahun 2015 menyumbang devisa
negara hingga USD10,5 miliar atau Rp144,95 triliun (kurs Rp13.805 per USD).
Selain ditujukan untuk mengurangi jumlah pengangguran dalam negeri, TKI juga
dianggap sebagai salah satu sumber pendapatan devisa negara. Maka dari itu sering disebut
pahlawan devisa karena menambah mata uang asing di kas negara karena umumnya TKI
akan mengirimkan sebagian dari penghasilan mereka ke tanah air. Ada yang mengirim untuk
membantu keluarga mereka, ada yang memang mengalokasikan uang tersebut untuk
tabungan mereka ketika kembali lagi ke tanah air.
Ketika TKI mengirimkan uang ke tanah air terjadi sumbanga devisa negara karena para
TKI ini harus "membeli" rupiah dengan menggunakan mata uang asing tersebut. Semakin
banyaknya mata uang asing, yang ditukarkan untuk sejumlah rupiah akan berakibat pada 2
hal yaitu:
1. Bertambahnya simpanan uang asing yang menjadi sumber devisa
2. Kebutuhan terhadap rupiah meningkat,dan sesuai hukum "supply and demand" maka
nilai mata uang rupiah akan menguat dibanding mata uang asing
Semakin banyak TKI menghasilkan upah dan mengirimkannya ke indonesia,semakin
besar juga kontribusi mereka terhadap naiknya devisa negara. semakin besarnya juga
pertumbuhan devisa negara maka berimbas pada tinginya tingkat pertumbuhan ekonomi
indonesia
Dewasa ini jumlah TKI di luar negeri mencapai angka yang terhitung sangat
banyak,yaitu sekitar 6 juta orang yang tersebar diberbagai negara di dunia , sedangkan upah

13
minimal yang mereka dapatkan selama bekerja di luar adalah sebesar 10 juta sampai 20 juta
setahun per orang. Dengan kata lain mereka mampu menghasilkan devisa negara yang masuk
minimal dalam angka kisaran 150 triliun rupiah dalam kurun waktu satu tahun.
Nilai devisa yang dihasilkan TKI ini berada di posisi kedua setelah sektor migas dalam
hal pendapatan devisa negara. Itu pun merupakan kontribusi devisa dari TKI jalur legal.
Selain para TKI yang memang terdaftar atau resmi dan mendapat jaminan dari pemerintah
indonesia, terdapat pula TKI yang pergi mencari nafkah dari jalur illegal entah itu pergi
sendiri dengan visa visit atau melalui agen agen palsu yang memberikan janji manis.
Jika mereka yang menjadi TKI Legal maupun Ilegal dikumulatifkan dengan disertai
pembenahan dan peningkatan penanganan TKI, maka TKI akan menjadi sektor utama
penghasil devisa negara Indonesia.

C. Masalah - Masalah TKI Yang Berasal Dari Nusa Tenggara Timur (NTT)
1. Banyak tenaga kerja asal NTT yang akan berangkat keluar daerah / negeri dengan
menempuh cara cara yang tidak prosedural atau Ilegal sehingga termasuk dalam
ranah Human Trafficking
2. Dokumen Tenaga Kerja yang dipalsukan seperti identitas diri dan ijazah
kependidikan. Hal ini terjadi karena rumit dan mahalnya admininstrasi
kepengurusan dokumen. Selain itu juga karena ulah para calo/oknum perekrut
TKI ilegal yang menghalalkan segala cara asalkan mendapatkan calon TKI.
Sehingga tidak jarang banyak anak anak yang belum termasuk usia tenaga kerja
(di bawah 17 tahun), yang direkrut dan dipalsukan identitasnya.
3. Maraknya kasus penyekapan Calon TKI terutama TKW dipenampungan.
Kemungkinan penyebabnya adalah karena sebagian besar PPTKIS yang
beroperasi di NTT adalah kantor cabang dan kantor pusatnya ada di Luar NTT.
Dampaknya adalah mereka dilatih di BLKLN diluar NTT. Selama proses
perekrutan dari NTT dan selama di penampungan, PPTKIS sudah mengeluarkan
biaya cukup banyak sehingga mereka akan merasa dirugikan jika ada Calon TKI
yang membatalkan keberangkatannya atau lari dari penampungan. Untuk
mengatasi hal tersebut maka penampungan biasanya berpagar tinggi untuk
menghindari Calon TKI melarikan diri.
4. Seringkali terjadi kasus pemindahtanganan TKI dari satu agen ke agen yang lain.
Penyebabnya ialah sebagian besar PPTKIS yang beroperasi di NTT adalah kantor
cabang dan kantor pusatnya ada di Luar NTT. Selama proses pemberangkatan dari

14
Kupang ke Luar NTT, para agen perusahaan pengerah kadang berubah menjadi
seperti calo, sehingga CTKI kadang dipindah tangankan ke perusahaan pengerah
lainnya yang memberikan penawaran pembayaran komisi lebih tinggi.
5. Maraknya kasus kekerasan yang terjadi kepada TKI NTT khusunya TKW selama
mereka bekerja, baik itu kekerasan fisik berupa penyiksaan maupun non fisik
seperti gaji tidak di bayar

D. Akar Masalah Tingginya TKI dari Nusa Tenggara Timur (NTT)


1. Rendahnya Pendidikan atau Pengetahuan
Pendidikan pada dasarnya merupakan penentu kualitas hidup seseorang. semakin
tinggi pendidikannya, semakin besar pula peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Jika seseorang berpendidikan, maka ia akan mampu bersaing dalam hal mendapatkan
pekerjaan. Masalah pendidikan sendiri masih menjadi problem yang belum terselesaikan di
NTT. Minimnya kesempatan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan karena faktor
tingginya biaya pendidikan, dan masih kurangnya lembaga serta sarana pendidikan di daerah
pelosok NTT menyebabkan rata-rata masyarakat NTT berpendidikan rendah.
Ketika masyarakat yang berpendidikan rendah dan tidak memiliki keterampilan di
tawarkan untuk bekerja di luar negeri (menjadi TKI) dengan diimingi upah yang besar, maka
tanpa berpikir panjang tawaran itu akan diterima karena hal itu dianggap sebagai satu-satunya
cara bagi mereka untuk merubah nasib kehidupan mereka dan keluarga.
2. Masalah Ekonomi Masyarakat di antaranya kemiskinan, pengangguran dan
peluang ekonomi yang terbatas
Data Badan Pusat Statistik (BPS) per maret 2017 mengungkapkan jumlah orang
miskin di NTT sebanyak 1,15 juta orang atau sebanyak 21,85 % dari total jumlah penduduk
NTT. Data ini masih menempatkan NTT sebagai daerah dengan tingkat kemiskinan ketiga
tertinggi di Indonesia setelah Papua dan Papua Barat. Hal ini mengakibatkan banyak
masyarakat NTT yang memilih bekerja menjadi TKI/TKW untuk mengubah keadaan hidup
mereka yang miskin. Karena tergolong miskin, mereka tidak mampu menikmati pendidikan
yang layak dan hal ini kemudian akan berdampak pada tingginya pengangguran dan rendah
peluang ekonomi karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan.
3. Masih berlakunya Budaya Okomama dalam proses perekrutan anggota TKI
Okomama merupakan salah satu budaya daerah atau orang timor yang secara
umum diartikan sebagai tempat sirih pinang. Okomama melambangkan tanda penghormatan
kepada tamu yang berkunjung. Biasanya ketika seorang tamu berkunjung ke rumah orang

15
timor maka yang pertama kali dihidangkan bagi tamu tersebut adalah okomama. Dalam
kaitannya dengan akar masalah TKI, banyak oknum calo yang menggunakan budaya
okomama dalam merekrut calon TKI. Untuk membuat sebuah keterikatan, biasanya para calo
memberikan okomama kepada orang tua calon TKI/TKW bahkan kepada Calon TKI/TKW
sendiri jika mereka sudah dewasa. Akan tetapi, isi okomama tersebut bukanlah siri dan
pinang melainkan sejumlah uang sehingga para keluarga maupuan calon TKI/TKW mau
menjadi tenaga kerja untuk membalas budi.
Ada pula metode lain yang digunakan para oknum calo untuk menarik para
TKI/TKW yaitu dengan membayar utang keluarga mereka bahkan memberikan pinjaman
dana sehingga untuk melunasi hutang keluarga, mereka memilih menjadi TKI/TKW sebagai
buruh, Pembantu Rumah Tangga, Pengasuh anak dan lansia dan lain-lain.

E. Peran Pemerintah, Swasta dan Lembaga Agama Dalam menghilangkan Akar


TKI di Nusa Tenggara Timur (NTT)
Pada dasarnya, yang perlu dilakukan untuk menghilangkan akar TKI di NTT yaitu
berupaya sekeras mungkin menghilangkan akar penyebabnya seperti yang diuraikan
di atas yaitu rendahnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat, kemiskinan, dan
tingginya budaya okomama atau budaya balas budi. Untuk meminimalisir bahkan
menghilangkan penyebab tersebut dibutuhkan peran dari pemerintah, pihak swasta
dan lembaga agama.
1. Peran Pemerintah
- Perbaikan ekonomi, memberantas kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja
yang memberikan penghasilan yang layak bagi masyarakat.
- Peningkatan kualitas pendidikan di daerah sehingga program wajib belajar
bahkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat dinikmati oleh semua
lapisan masyarakat
- Perlunya diperbanyak PPTKIS yang berkantor pusat di NTT, Pendirian
BLKLN di NTT dan perlu diperkuat kontrol/ pengawasan tempat
penampungan Calon TKI secara periodik oleh Aparat yang berwenang.
Semakin banyak PPTKIS dan BLKLN yang ada di NTT akan mengurangi
biaya dan mempermudah pengawasan kita terhadap anak anak kita yang
akan berangkat keluar negeri
- Mempermudah pengurusan data diri seperti Kartu Keluarga dan KTP sehingga
menghindari pemalsuan dokumen dan identitas diri para TKI/TKW

16
- Melakukan Pengawasan dan penindakan tegas terhadap oknum calo atau
perekrut TKI ilegal
- Memperkuat kontrol terhadap pintu keluar NTT melalui optimalisasi Tim
ataupun Satgas penanganan Human Trafficking ataupun Tenaga Kerja Non
Prosedural/ilegal.
- Melakukan kerja sama dengan pihak swasta dan lembaga agama dalam hal
sosialisasi tentang prosedur resmi menjadi TKI dankerja sama kontrol dan
pengawasan terhadap kasus Human Trafficking
2. Peran Swasta
- Berinvestasi dengan membuka lapangan pekerjaan di daerah khususnya NTT
sehingga perekonomian masyarakat membaik dan tingkat kemiskinan serta
pengangguran dapat berkurang
- Pembentukan lembaga Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) yang
sesuai standar dan aturan hukum
- Perlunya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli terhadap masalah
TKI di NTT sehingga dapat bekerjasama dengan pemerintah untuk memerangi
kasus ini
3. Peran Lembaga Agama
Lembaga agama dapat mengembangkan jiwa kewirausahaan masyarakat dalam
hal ini jemaat sehingga masyarakat tidak perlu menjadi TKI hanya untuk bertahan
hidup. Selain itu, lembaga agama juga memiliki peran kontrol dan pengawasan
terhadap maraknya kasus Human trafficking.

Bagaimanapun juga, untuk menghilangkan akar TKI di NTT, perlu ada peran dan kerja
sama dari pemerintah, pihak swasta maupun lembaga agama. Akar masalah TKI yaitu
kemiskinan akibat rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia perlu dicabut dan dimusnahkan
dengan perbaikan-perbaikan di bidang ekonomi dan pendidikan.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akar permasalahan TKI di NTT ialah rendahnya pendidikan dan pengetahuan
masyarakat, tingkat kemiskinan dan pengangguran serta budaya okomama yang diterapkan
oleh para perekrut atau calo TKI ilegal. Jumlah TKI ilegal yang tinggi berakibat pada
maraknya kasus Human trafficking dan karena kurangnya keterampilan, sering terjadi kasus
penyiksaan terhadap TKI/TKW asal NTT. Bagaimanapun juga, untuk menghilangkan akar
TKI di NTT, perlu ada peran dan kerja sama dari pemerintah, pihak swasta maupun lembaga
agama. Akar masalah TKI yaitu kemiskinan akibat rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia
perlu dicabut dan dimusnahkan dengan perbaikan-perbaikan di bidang ekonomi dan
pendidikan.

B. Saran
1. Perlu adanya kerjasama semua pihak baik pemerintah, kepolisian, sektor swasta
dan lembaga kerja dalam memerangi akar TKI di NTT
2. Pengawasan pada jalur keluar seperti Bandara dan Pelabuhan Laut untuk
menghindari kasus Human trafficking
3. Bagi para pencari kerja, untuk tidak tergiur dengan tawaran menjadi TKI ilegal.
sebaiknya ikutilah prosedur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah

18
DAFTAR PUSTAKA

Darwin,Muhadjir.2003.Pencegahan Migran dan Seksualitas,Yogyakarta:Center for


Population and Policy Studies Gadjah Mada University
Farhana,2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia. Jakarta:Sinar Grafika
http://bp3akb.jabarprov.go.id/praktek-perdagangan-manusia-danpermasalahannya-ditinjau-
dari-sosiologi-hukum diakses tanggal 22 Oktober 2017
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/2038367/ini-dia-mengapa-tki-disebut
pahlawan-devisa-negara di akses tanggal 25 Oktober 2017
KPPAD Bali Soroti Maraknya KasusHuman Trafficking di NTT,"dalam
https://mikannews.com/2016/10/31/kppad-bali-soroti-maraknyakasus-human-trafficking-
di-ntt/, diakses tanggal 19 Oktober 2017
www.bnp2tki.go.id/penempatan/indeks/statistik/tki/indonesia dimuat pada 11 Oktober 2017

19

You might also like