Professional Documents
Culture Documents
Harga N rata-rata =
Daya dukung ultimit pondasi tiang pancang :
Q ult = 380 Nb Ap (kN)
Dimana :
Nb = nilai rata- rata N-SPT pada dasar tiang,
Ab = luas penampang dasar tiang (m2),
N = nilai N-SPT rata- rata,
Ap = luas selimut tiang untuk diameter tiang 0,6 m.
Maka
Q ult = 380 x 36,57 x 0,2826 = 3927,17 kN = 392,71 ton.
Daya dukung tiang pancang yang perlu diperhitungkan meliputi daya dukung vertikal
maupun daya dukung horisontal.
Untuk menentukan daya dukung tiang pancang dapat menggunakan berbagai cara/data
hasil penyelidikan tanah, baik menggunakan data sondir, data N-SPT, maupun Soil
Properties.
Jika perhitungan tiang pancang didasarkan terhadap tahanan ujung (q) dan tahanan selimut
(c), persamaan daya dukung yang diijinkan adalah sebagai berikut :
dimana :
Apabila tiang pancang yang dihitung berdasarkan pada rahanan ujung dan memindahkan
beban yang diterima ke lapisan tanah keras dibawahnya maka rumus yang digunakan untuk
menentukan daya dukung tanah terhadap tiang menjadi :
Kemampuan terhadap kekuatan bahan :
Dimana :
Jika pemancangan tiang sampai tanah keras sulit dilaksanakan karena letaknya sangat
dalam, dapat digunakan tiang pancang yang daya dukungnya berdasarkan peletakan antara
tiang dengan tanah (cleef). Persamaannya menjadi :
Standart Penetration Test (SPT) Menghasilkan suatu nilai N (banyaknya pukulan) pada
kedalaman tertentu. Daya dukung tiang pada tanah pondasi umumnya diperoleh dari
jumlah daya dukung terpusat dan tahanan gesr pada dinding. Besarnya daya dukung yang
diijikan Ra, diperoleh dari pasangan berikut :
Dimana :
n = faktor keamanan
Ru = daya dukung batas pada tanah pondasi (ton)
Rp = daya dukung terousat tiang (ton)
Rp = gaya geser dinding tiang (ton)
Dimana
Perkiraan satuan (unit) daya dukung terpusat qd diperoleh dari hubungan antara L/D dan
qd/N.L adalah panjang ekivalen penetrasi pada lapisan pendukung. D adalah diameter tiang,
N adalah harga rata-rata N pada ujung tiang, yang didasrkan pada persamaan tiang berikut
ini :
Dimana :
Grafik Perhitungan dari Intensitas Daya Dukung Ultimate tanah pondasi pada Ujung Tiang
Berdasarkan soil Properties dapat pula dihitung daya dukung tiang dengan rumus sebagai
berikut :
Dimana :
qu = beban ultimate
W = berat sendiri tiang ds = diameter tiang
le = panjang efektif dinding tiang
= faktor kekuatan geser tanah pada dinding pile = 0,30- 0,50
C = kekuatan geser tanah didasar tiang db = diameter dasar tiang
Cb = kekuatan tanah pada dasar tiang
Nc = bearing capacity factor
D = kedakaman/panjang tiang
Disamping itu perlu pula diperhitungkan adanya kondisi beban eksentris (momen) yang akan
menyebabkan timbulnya momen luar disamping adanya beban terpusat vertikal.
Dimana :
Dimana :
Untuk mengetahui kemampuan tiang pancang terhadap kemampuan bahan tiang dihitung
dahulu penulangan tiang pancang berdasarkan kebutuhan pada waktu pengangkatannya.
Ada 2 cara pengangkatan tiang yaitu :
Gambar Momen pada Tiang Akibat Pengangkatan Mendatar
M1 = q.a
1 = [.q. (L a )] - [(.q.a/ (L a )] MX = R1.x - q.x
Mmax Dmx / dx = 0
R1 q.x = 0
Untuk pengambilan momennya diambil yang terbesar dari 2 cara tersebut untuk
menentukan penulangan tiang pancang. Cara perhitungan penulangan tiang pancang :
Dalam pelaksanaan jarang sekali dijumpai pondasi yang hanya terdiri dari satu tiang saja,
tetapi terdiri dari kelompok tiang. Daya dukung tiang dihitung berdasarkan nilai cleef.
Persamaan- persamaan yang digunakan berdasarkan efisiensi kelompok tiang.
dimana :
Dimana :
Dimana :
Sedangkan menurut Standard Jepang (Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, Ir. Suyono S.)
daya dukung yang diijinkan dirumuskan sebagai berikut :
Dimana :
Kedalaman 0,00 m s/d -0,20 m berupa tanah urugan batu dan sirtu.
Kedalaman -0,20 m s/d -3,00 m lapisan tanah berupa jenis lempung
kelanauan berwarna abu-abu.
Kedalaman -3,00 m s/d -5,00 m lapisan tanah berupa pasir kelanauan
berwarna abu-abu.
Kedalaman selanjutnya berupa lempung berwarna abu-abu.
Dilihat dari lima macam analisa data tanah di atas, maka lapisan tanah keras yang
paling dalam yaitu pada kedalaman -19,60 m berupa tanah lempung kelanauan
berwarna abu-abu.
Pemilihan Jenis Pondasi
Dalam merencanakan suatu struktur bawah dari konstruksi bangunan dapat
digunakan beberapa macam tipe pondasi, pemilihan tipe pondasi didasarkan pada
hal-hal sebagai berikut:
Pemilihan tipe pondasi dalam perencanaan ini tidak terlepas dari hal-hal tersebut di
atas. Dari pertimbangan hasil penyelidikan tanah dari aspek ketinggian gedung dan
beban dari struktur di atasnya, maka jenis pondasi yang digunakan adalah pondasi
tiang pancang dengan penampang bebentuk lingkaran.
Adapun spesifikasi dari tiang pancang tersebut adalah:
Ptiang =
= 75914,733 kg= 75,915 t
Sehingga daya dukung yang menentukan adalah daya dukung berdasrkan data
sondir, Ptiang = 75,915 t ~ 76 t.
Menentukan Jumlah Tiang Pancang
Untuk menentukan jumlah tiang pancang yang dibutuhkan digunakan rumus acuan
sebagai berikut:
atau
syarat jarak tiang ke tepi
Tipe-tipe poer (pile cap) yang digunakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
dimana:
Pmak = Beban maksimum yang diterima oleh tiang pancang (t)
SPv = Jumlah total beban (t)
Mx = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x
My = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y
n = Banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang pancang (pile group)
Xmak = Absis terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang
Ymak = Ordinat terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang
nx = Banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu x
ny = Banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu y
Sx2 = Jumlah kuadrat absis-absis tiang pancang (m2)
Sy2 = Jumlah kuadrat ordinat-ordinat tiang pancang (m2)
Pondasi Tipe 1
Pmak =
= 56,649 t < P1 tiang = 57,590 t
Pondasi Tipe 2
Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 2
SPv = 318,799 t
Mx = 0,096 tm
My = 0,058 tm
Xmak = 125 cm = 1,25 m
Ymak = 62,5 cm = 0,625 m
Sx2 = (1,252) + (1,252)
= 3,125 m2
Sy2 = (0,6252) + (0,6252)
= 0,781 m2
n=6
nx = 3
ny = 2
Pmak =
= 53,179 t < P1 tiang = 54,522 t
Pondasi Tipe 3
Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 3
SPv = 337,106 t
Mx = 0,022 tm
My = 2,062 tm
Xmak = 125 cm = 1,25 m
Ymak = 125 cm = 1,25 m
Sx2 = (1,252) + (1,252)
= 3,125 m2
Sy2 = (1,252) + (1,252)
= 3,125 m2
n=9
nx = 3
ny = 3
Pmak =
= 37,734 t < P1 tiang = 51,453 t
Kontrol Terhadap Geser Pons
4.8.7.1 Pile Cap Tipe 1 dan Tipe 2
Karena kolom tidak tertumpu pada pile, maka P yang diperhitungkan adalah P
kolom.
P = 318,799 t
h = 0,7 m
t=
=
= 87,582 t/m2
= 8,76 kg/cm2 < 10,28 kg/cm2
t < t ijin = (tebal pile cap cukup, sehingga tidak
memerlukan tulangan geser pons).
4.8.7.2 Pile Cap Tipe 3
Karena kolom tertumpu pada pile, maka P yang diperhitungkan adalah P tiang
pancang.
P = 37,734 t
h = 0,7 m
t=
=
= 14,31 t/m2
= 1,431 kg/cm2 < 10,28 kg/cm2
t < t ijin = (tebal pile cap cukup, sehingga tidak
memerlukan tulangan geser pons).
Penulangan Tiang Pancang
Penulangan tiang pancang dihitung berdasarkan kebutuhan pada waktu
pengangkatan tersebut ada dua kondisi, yaitu satu tumpuan dan dua tumpuan.
Kondisi I (Dua Tumpuan)
Didapatkan: a =
= 1,243 m
M1 =
=
= 363,86 kgm
Dmak =
=
= 1413 kg
Kondisi II (Satu Tumpuan)
Maka:
Didapatkan: a =
= 1,75 m
M1 =
=
= 721,219 kgm
D1 =
=
= 831,176 kg
Dari kedua kondisi di atas diambil yang paling menentukan yaitu:
M = 721,219 kgm
D = 1413 kg
kN/m2
Pu = 56,649 T = 566,49 KN
a < ab, dipakai rumus
Vn = N
Vc = N
Periksa vu > fvc:
vu = MPa
vc = MPa
fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50
vu < fvc dipakai tulangan praktis
Digunakan tulangan sengkang 8 200.
kN/m2
kN/m2
kN/m2
kN/m2
Dengan rumus abc didapatkan nilai = 0,00295
Pemeriksaan syarat rasio penulangan (min < < max)
kN/m2
Dengan rumus abc didapatkan nilai = 0,00398
Pemeriksaan syarat rasio penulangan (min < < max)
kN/m2
= = 14,179 t
Untuk perhitungan gaya dalam tie beam lainnya ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 4.42 Gaya Dalam pada Tie Beam
L q
Sloof 0.5*L 1/5*L Momen Gaya Lintang
(m) (kg/m)
Mtump Mlap. Tump. Lap.
(kgm) (kgm) (kg) (kg)
S1 6.7 3.35 1.340 7.054 26.388 13.194 23.631 14.179
S2 5.45 2.725 1.090 7.054 17.460 8.730 19.222 11.533
S2 5.25 2.625 1.050 7.054 16.202 8.101 18.517 11.110
S3 8 4 1.600 7.054 37.621 18.811 28.216 16.930
S4 6 3 1.200 7.054 21.162 10.581 21.162 12.697
S5 3.5 1.75 0.700 7.054 7.201 3.600 12.345 7.407
S5 2.75 1.375 0.550 7.054 4.445 2.223 9.699 5.820
S5 2.5 1.25 0.500 7.054 3.674 1.837 8.818 5.291
Perhitungan Penulangan Tie Beam
Penulangan S1
a) Tulangan Lentur
M tump = 26,388 kgm = 263,88 kNm
M lap = 13,194 kgm = 131,94 kNm
Tinggi sloof (h) = 600 mm
Lebar sloof (b) = 400 mm
Penutup beton (p) = 40 mm
Diameter tulangan (D) = 22 mm
Diameter sengkang () = 10 mm
Tinggi efektif (d) = h p D
= 600 40 10 . 22
= 539 mm
d = p + + D
= 40 + 12 + . 22
= 61 mm
fc = 25 Mpa
fy = 400 Mpa
Tulangan Tumpuan
Mu = 263,88 kNm
kN/m2
kN/m2
Vn = MPa
Vc = MPa
Vs = Vn Vc = 393848,33 179666,67 = 214181,67 N
Periksa vu > fvc:
vu = MPa
vc = MPa
fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50
vu < fvc perlu tulangan geser
Periksa fvs > fvs mak:
fvs = vu fvc = 1,096 0,50 = 0,596 Mpa
fc = 25 MPa fvs maks = 2,00 (Tabel nilai fvs maks, CUR 1 hal 129)
fvs > fvs mak OK
Perencanaan sengkang
mm2
Digunakan tulangan sengkang = 10 mm, luas dua kaki As = 557 mm2
mm
smax = mm
Digunakan tulangan sengkang 10 150.
Vn = MPa
Vc = MPa
Vs = Vn Vc = 236309,00 179666,67 = 56642,33 N
Periksa vu > fvc:
vu = MPa
vc = MPa
fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50
vu < fvc perlu tulangan geser
Periksa fvs > fvs mak:
fvs = vu fvc = 0,658 0,50 = 0,158 Mpa
fc = 25 MPa fvs maks = 2,00 (Tabel nilai fvs maks, CUR 1 hal 129)
fvs > fvs mak OK
Perencanaan sengkang
mm2
Digunakan tulangan sengkang = 10 mm, luas dua kaki As = 157 mm 2
mm
smax = mm
Digunakan tulangan sengkang 10 250.
Qu = (40*Nb*Ap)
dimana ;Qu = Dayadukungbataspondasitiangpancang
Nb = nilai N-SPT rata-rata padaelevasidasartiangpancang
Nb = (N1+N2)/2 ;
N1 = Nilai SPT padakedalaman 3B padaujungtiang kebawah
P = (Qu +Qsi)/3
DARI HASIL KE TIGA PERHITUNGAN DI ATAS NANTI , DAYA DUKUNG IJIN
TIANG PANCANG YANG AKAN DIPERGUNAKAN ADALAH NILAI DAYA DUKUNG
TERKECIL.
CONTOH PERHITUNGAN