Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
biasanya dimulai dari bronkioli terminal dan disebabkan oleh bakteri, yang mana
balita karena saluran pernapasan di dunia adalah sebesar 19-26%. Menurut data
WHO terdapat sekitar 156 juta pertahun kasus baru pneumonia anak diseluruh dunia,
61 juta kasus yang terjadi di regio Asia Tenggara, dan diperkirakan sekitar 3,1 juta
pertahun kasus kematian anak di bawah umur 5 tahun dalam populasi regio negara-
negara Asia Tenggara, 19% diantaranya diakibatkan oleh pneumonia (Ghimire et al.,
2010).
Pada profil Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palu (2011), penyakit pneumonia
termasuk kedalam 10 besar penyakit yang rawat inap di rumah sakit pada tahun 2010
menempati urutan ke-10. Kasus tersebut terdiri atas jumlah kasus laki-laki 9.340
kasus dan perempuan 7.971 kasus pneumonia, 1.351 kasus diantaranya meninggal
dunia yang rawat inap di rumah sakit Indonesia tahun 2010, sedangkan jumlah kasus
2
pada balita menurut provinsi dan kelompok umur tahun 2011 Sulawesi Tengah
(Sulteng) terdapat 8.160 kasus, dengan jumlah kematian balita di Sulawesi Tengah
virus. Demikian juga pemeriksaan radiologis dan laboratorium, biasanya tidak dapat
selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak dan mungkin disertai kejang
karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.1,4
empirik sesuai dengan pola bakteri tersering yaitu Streptococcus Pneumonia dan
3
dan aminoglikosida. Untuk usia > 3 bulan, amoxicillin dipadu dengan kloramfenikol
itu penggunaan antibiotik yang rasional diharapkan dapat memberikan dampak positif
bakteri terhadap antibiotika, sebab infeksi oleh bakteri yang resisten akan
pada seorang anak dengan sepsis yang dirawat inap ruangan catelia bangsal
4
I. Kasus
Identitas Pasien:
Nama : An. A
Keluhan Utama:
Batuk
5
Riwayat penyakit sebelumnya:
- Tidak ada keluhan yang sama sebelumnya
Riwayat makanan
Pasien mendapat ASI ekslusif sampai saat ini. Saat lahir menerima susu
formula namun tidak diteruskan.
Riwayat imunisasi
Imunisasi yang sudah didapatkan ialah Hepatitis B
6
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Komposmentis
Berat Badan : 5 kg
Tinggi Badan : 49 cm
Status Gizi : Gizi Baik (Z score 0 -- +3 SD)
Tanda Vital
Suhu : 37,8C
Denyut Nadi : 160 x/menit
Respirasi : 70 x/menit
Kepala : Normocephal
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, edema palpebra (-)
Leher :
7
Kelenjar tiroid : Pembesaran Kelenjar Tiroid (-)
Thorax
Paru
Jantung
midclavicularis sinistra
Abdomen :
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan (-), tidak ada teraba hepar, lien, atau massa
8
Punggung: deformitas (-)
Resume
Pasien bayi perempuan usia 1 bulan 29 hari yang dialami selama 2 minggu.
Batuk disertai dengan lendir berwarna putih, sesak napas (+) serta pilek.
Batuk diikuti dengan demam selama 1 minggu, demam bersifat naik turun dan
hanya turun dengan pemberian obat penurun panas kemudian naik lagi.
Demam tidak diikuti dengan berkeringat dan menggigil serta tidak ada mimisan.
Kejang (+)
Pasien tidak mengalami BAB encer sejak lama dan tidak ditemukan darah dan
lendir. Buang air kecil lancar dan urin berwarna kuning muda..
Pemeriksaan klinis ditemukan status gizi baik, denyut nadi : 160x/menit
16x/menit, respirasi : 70 x/menit, suhu : 37,8Celcius.
Pemeriksaan fisik ditemukan pernapasan cuping hidung (+), retraksi interkostal
(+) rhonki +/+ basah halus
- Pemeriksaan penunjang:
9
Eritrosit : 3,19 x106/mm3
Hemoglobin : 9,3 g/dL
Hematokrit : 29,7 %
Platelet : 582 x103/mm3
Leukosit : 48.1 x103/mm3.
Diagnosis
Sepsis et causa Bronkopneumonia
Terapi
- IVFD Ringer Laktat 10 tetes/menit
- Injeksi ceftriakson 2x200 mg IV
- Injeksi Gentamisin 2x15 mg/IV
- Nevirapine 2 x 60 mg
- Diazepam supposutoria 5 mg
- Paracetamol 4x sendok makan
- Puyer
Salbutamol 0,5 mg pulveres 3x1
gg 1/8 tab
Jika kejang
- injeksi cibital 2x25 mg
- Dexamethasone 1,5 mg/8jam
- Meropenem 125mg/12 jam
Anjuran pemeriksaan
- Foto thorax
- Kultur dengan teknik bilas lambung
- Widal test
- Pungsi Lumbal
10
FOLLOW UP
12 Juli 2015
S: Febris (+), Batuk (+), kejang (-), Nafsu minum baik
O: KU: Sakit sedang, Kompos Mentis
TTV: N: 125x/menit
R: 64x/menit
S: 37,8
Pemeriksaan Fisik: napas cuping (+), rhonki +/+, retraksi dinding dada +/+
A: Sepsis et causa Bronkopneumonia
P: - IVFD Ringer Laktat 10 tetes/menit
- Injeksi ceftriakson 2x200 mg IV
- Injeksi Gentamisin 2/15 mg/IV Nevirapine 2 x 60 mg
- Diazepam supposutoria 5 mg
- Paracetamol 4x sendok makan
- Puyer
Salbutamol 0,5 mg pulveres 3x1
gg 1/8 tab
Jika kejang
- injeksi cibital 2x25 mg
- Dexamethasone 1,5 mg/8jam
- Meropenem 125mg/12 jam
13 Juli 2015
S: Febris (-), Batuk (+), kejang (-), Nafsu minum baik
O: KU: Sakit sedang, Kompos Mentis
TTV: N: 124 x/menit
R: 54 x/menit
S: 36,2
11
Pemeriksaan Fisik: napas cuping (+), rhonki +/+, retraksi dinding dada -/-
A: Sepsis et causa Bronkopneumonia
P: - IVFD Ringer Laktat 10 tetes/menit
- Injeksi ceftriakson 2x200 mg IV
- Injeksi Gentamisin 2/15 mg/IV Nevirapine 2 x 60 mg
- Diazepam supposutoria 5 mg
- Paracetamol 4x sendok makan
- Puyer
Salbutamol 0,5 mg pulveres 3x1
gg 1/8 tab
Jika kejang
- injeksi cibital 2x25 mg
- Dexamethasone 1,5 mg/8jam
- Meropenem 125mg/12 jam
14 Juli 2015
S: Febris (+), Batuk (+), kejang (-), Nafsu minum baik
O: KU: Sakit sedang, Kompos Mentis
TTV: N: 126x/menit
R: 50x/menit
S: 37,6
Pemeriksaan Fisik: napas cuping (+), rhonki +/+, retraksi dinding dada -/-
A: Sepsis et causa Bronkopneumonia
P: - IVFD Ringer Laktat 10 tetes/menit
- Injeksi ceftriakson 2x200 mg IV
- Injeksi Gentamisin 2/15 mg/IV Nevirapine 2 x 60 mg
- Diazepam supposutoria 5 mg
- Paracetamol 4x sendok makan
- Puyer
12
Salbutamol 0,5 mg pulveres 3x1
gg 1/8 tab
Jika kejang
- injeksi cibital 2x25 mg
- Dexamethasone 1,5 mg/8jam
- Meropenem 125mg/12 jam
13
DISKUSI
BAKTERI BAKTERI
14
VIRUS
cytomegalovirus
Herpes Simpleks
BAKTERI
Chlamydia Trachomatis
BAKTERI
Streptoccous Pneumoniae
Bordetella Pertussis
1 bulan - 3 bulan VIRUS
H.Influenza Tipe B
Adenovirus
S. Aureus
Virus Influenza
Virus Paraiinfluenza
Bakteri Bakteri
Adenovirus Virus
Virus Influenza
Rhinovirus
15
VIRUS
Bakteri
Adenovirus
Chlamydia Pneumoniae
Epstein-Barr
5 Tahun ke atas Mycoplasma Pneumoniae
Rhinovirus
Streptococus Pneumoniae
Parainfluenza Virus
H. Influenza
Influenza Virus
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru.
Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan
mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa
filtrasi rambut hidung, refleks batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan
lanjut berupa sekresi IgA lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit,
komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang
diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu,
atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas
bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian
atas, dan jarang melalui hematogen.2,4
16
menimbulkan kebocoran sehingga cairan dan bahkan sel darah merah masuk ke
alveoli. Dengan demikian alveoli yang terinfeksi secara progresif menjadi terisi
dengan cairan sel-sel dan infeksi menyebar dari alveolus ke alveolus lainnya.7
Gejala klinis yang khas dari pneumonia yaitu: Batuk, demam dan sesak
napas. Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut:3,4,5
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut:
1) Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan
dinding dada
2) Panas badan
3) Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
4) Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
5) Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan
limfosit predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang
predominan)
WHO mengembangkan pedoman klinis untuk memudahkan diagnosis klinis
dan tata laksana pneumonia pada anak. Berdasarkan pneumonia dibedakan
menjadi:7
1. Pneumonia sangat berat, bila dijumpai sesak nafas, nafas cepat, terjadi
sianosis sentral, tidak dapat minum serta kesadaran menurun
2. Pneumonia berat, bila dijumpai sesak, nafas cepat, adanya retraksi
namun tanpa sianosis dan masih dapat minum
3. Pneumonia, bila hanya dijumpai nafas cepat tanpa adanya retraksi.
17
1. Bayi kurang 2 bulan : frekunsi nafas > 60 kali per menit
2. Usia 2 bulan 1 tahun : frekuensi nafas > 50 kali per menit
3. Usia 1 5 tahun : frekuensi nafas > 40 kali per menit
18
1) Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang
atau PaO2 pada analisis gas darah 60 torr.
b. Oksigen harus diberikan oleh semua pasien dengan takipneu,
hipoksemia, hipotensi atau asidosis dengan tujuan untuk
mempertahankan PaO2 8 kPa ( 60 mmHg) atau SaO2 92 %, bantuan
ventilasi harus di pertimbangkan pada tahap awal kepada seseorang
yang hipoksemia meskipun dengan terapi oksigen yang adekuat
(Davidson stanley sir. 2006).
c. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
d. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
e. Anak yang sangat sesak napasnya memerlukan pemberian cairan
intravena dan oksigen. Jenis cairan yang digunakam ialah campuran
glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan
KCl 10 mEq/500 ml botol infus. Banyaknya cairan yang diperlukan
sebaiknya dihitung dengan menggunakan rumus darrow. Karena
ternyata sebagian besar penderita jatuh kedalam asidosis metabolik
akibat kurang makan dan hipoksia , dapat diberikan koreksi dengan
perhitungan kekurangan basa sebanyak 5 mEq.
2) Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak
diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi
reaksi antibioti awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberiaan antibiotik sesuai dengan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinisnya.
d. Jika wheezing atau sesak napas, berikan bronkodilator kerja cepat dan
steroid jika dianggap perlu
19
e. Jika bayi kuat minum, dudkung ibunya untuk memberikan ASI, tapi jika
anaka tidak dapat minum pasang NGT untuk jalur pemberian nutrisisnya
agar tetap terpenuhi.
Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus
dipertimbangkan berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman yang
dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama) menurut kelompok usia11.
Penggunaan antibiok terapi empiris menurut Kemenkes (2011).11
a) Penggunaan antibiotik untuk terapi empiris adalah penggunaan
antibiotik pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri
penyebabnya.
b) Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi empiris adalah eradikasi atau
penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab
infeksi, sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi.
c) Indikasi: ditemukan sindrom klinis yang mengarah pada keterlibatan
bakteri tertentu yang paling sering menjadi penyebab infeksi. Dasar
pemilihan jenis dan dosis antibiotik data epidemiologi dan pola
resistensi bakteri yang tersedia di komunitas atau di rumah sakit
setempat, kondisi klinis pasien, ketersediaan antibiotik, kemampuan
antibiotik untuk menembus ke dalam jaringan/organ yang terinfeksi.
Dan untuk infeksi berat yang diduga disebabkan oleh polimikroba
dapat digunakan antibiotik kombinasi.
d) Rute pemberian antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan pertama
untuk terapi infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat dapat
dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral.
e) Lama pemberian: antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu 48-
72 jam. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data
mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya.
20
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi
berhubung hal ini tidak selalu dapat dikerjakan dan makan waktu lama maka dalam
praktek diberikan pengobatan polifragmasi.
Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur. Untuk bayi di bawah 3
bulan diberikan golongan penisilin dan aminoglikosida. Untuk usia >3 bulan,
ampisilin dipadu dengan kloramfenikol merupakan obat pilihan pertama.
Pada kasus ini pasien diberikan Injeksi ceftriakson 2x200 mg IV, Injeksi
Gentamisin 2x15 mg/IV, Nevirapine 2 x 60 mg, Diazepam supposutoria 5 mg,
Paracetamol 4x sendok makan, dan diberikan puyer salbutamol 0,5 mg dan gliseril
gualakolat tablet 100 mg1/8 tab yang diberikan sebanyak 3 kali 1. Hal ini telah sesuai
denggan teori penatalaksanaan khusus pada bronkopneumonia.
Pemberian sefalosporin generasi ketiga (SG III). Golongan ini umunya kurang
aktif dibandingkan dengan generasi pertama terhadap kokus gram-positif, tetapi jauh
lebih aktif terhadap enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil penisilinase, SG III
tunggal atau dalam kombinasi dengan aminoglikosida merupakan obat pilihan utama
untuk infeksi berat oleh klebsiella, enterobacter, proteus, provedencia, serratia dan
Haemophillus spesies, yang termasuk golongan SG III yaitu sefotaksim dosis dewasa
: 1-2g/6-12 jam dan dosis anak 50-200mg/kg/h dalam 4-6 dosis. Dosis neonatus
100mg/kg/h dalam 2 dosis yang dapat diberikan secara I.V, seftazidim pemberian I.V
dengan dosis dewasa 1-2 g/8-12jam, dosis anak 75-150 mg/kg/h dalam 3 dosis, dosis
neonatus 100-150 mg/kg/h dalam 2-3 dosis, dan seftriakson dengan I.V dosis dewasa
1-4 g/24 jam, dosis anak 50-100 mg/kg/h (80 mg/kgBB/hari) dalam 2 dosis, dosis
neonatus 50 mg/kg/h dengan dosis tunggal. Pada kasus ini seftriakson diberikan 2
21
kali 200 mg, yang mana berat badan pasien 5 kg sehingga. Pemberian dosis obat yang
telah sesuai dengan teori.
22
>38,50C, dosis paracetamol pada anak yaitu 10-15 mg/kgBB/kali, pada anak ini
diberikan paracetamol sirup dengan dosis, 4 kali setengah sendok takar sirup, yang
mana dosis paracetamol syrup yaitu 120 mg/ 5 ml, karna berat badan anak 5 kg,
sehingga dapat diberikan 60 mg atau setengah sendok takar. Sehingga pemberian
paracetamol telah sesuai dengan teori.
Pada pasien juga di dapatkan batuk dan sesak napas sehingga diberikan,
Salbutamol merupakan suatu senyawa yang selektif merangsang reseptor B2
adrenergik terutama pada otot bronkus. Golongan B2 agonis ini merangsang produksi
AMP siklik dengan cara mengaktifkan kerja enzim adenil siklase. Efek utama setelah
pemberian peroral adalah efek bronkodilatasi yang disebabkan terjadinya relaksasi
otot bronkus. Dosis salbutamol 0,05-0,1mg/kgBB setiap 6-8 jam Oral : 1
mg/kgBB/dosis (<1thn), 2 mg/kgBB/dosis (1-4thn) per hari atau per 6-8 jam. Pada
pasien ini diberikan dengan kombinasi obat gliseril guaiakolat disebut juga
Guaifenesin adalah derivatguaiakol yang banyak digunakan sebagai ekspektoran,
Obat batuk ini digunakan untuk batuk yang memiliki ciri berlendir, dahak mudah
23
dikeluarkan dan terasa ringan, dosisnya 10-12 mg/ kgBB/ hari dibagi dalam 3 dosis, pada
pasien ini diberikan salbutamol dengan dosis 0,5 mg sebanyak 3 kali hal ini sudah
sesuai dengan teori, sedangkan pemberian gliseril guaiakolat seharusnya dosisnya
yaitu 16,67 mg sebanyak 3 kali hal ini telah sesuai dengan teori, tetapi karena dalam
sedian tablet 100mg sehingga pembiaran obat gliseril guaiakolatnya diberikan 1/8
tablet.
24
DAFTAR PUSTAKA
2. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak,
Edisi Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Sumarmo, S., Soedarmo, P., Hadinegoro, S. R. 2010. Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
4. Sectish, Theodore C, and Charles G, Prober. Pneumonia. Dalam: Behrman R.E.,
et.al (editor). 2000.Ilmu Kesehatan Anak Nelsons vol. 2 edisi. 15. Jakarta: EGC.
5. FKUI. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
6. IDAI, 2009. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi I.Jakarta :Badan
Penerbit IDAI.
7. Permana, Adhy, dkk.2010.The Disease: Diagnosis & Terapi. Fakultas
8. Alsagaff, Hood, dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Penyakit
Paru dan Saluran Nafas FK UNAIR. Surabaya
9. FK UNHAS.2009. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK UNHAS. Makassar
10. World Health Organization.(2013).Pocket book of Hospital Care for
Children: Guidlines for Management Common Childhood Illness. 2nd ed,.
Edition.Geneva
11. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Data Kesehatan
Indonesia Tahun 2011. KEMENKES RI: Jakarta
25
26