Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Komposisi Kandungan
Kadar Air 6,3 g/100ml
Protein 27,5 g/100ml
Lemak 0,15 g/100ml
Kafein 3,4% b/b
Amino acid
Polysaccharides
Total polifenol 19,18% b/b
Total Katekin 12,95% b/b
Asam Galat 0,09% b/b
Theaflavin -
2. The oolong
Teh Oolong adalah teh hasil semioksidasi enzimatis alias tidak
bersentuhan lama dengan udara saat diolah. Teh Oolong terletak diantara teh
hijau dan teh hitam. Fermentasi terjadi namun hanya sebagian (30-70%).
Hasilnya, warna teh menjadi cokelat kemerahan. Teh Oolong mengalami
beberapa tahapan proses, yaitu pemetikan, pelayuan, pengeringan, penggulungan.
Proses pelayuan dilakukan selama 90 menit dengan menjemur daun the dibawah
terik matahari kemudian didalam ruangan selama 4-8 jam untuk dilakukan proses
pelayuan kembali, pada proses pengeringan dilakukan dengan panning system, dan
proses penggulungan dilakukan dengan system top roller selama 5-12 menit untuk
memecah sel daun sehingga mengeluarkan rasa sepat, pada tahap penggulungan
daun the oolong tidak di gulung sampai hancur seperti halnya the hitam (Sujayanto,
2008).
3. The Hitam
Teh hitam didapat dari hasil penggilingan yang menyebabkan daun
terluka dan mengeluarkan getah. Getah itu bersentuhan dengan udara sehingga
menghasilkan senyawa tea flavin dan tearubugin. Artinya, daun teh mengalami
perubahan kimiawi sempurna sehingga semua kandungan katekin terfermentasi
menjadi tea flavin dan tearubugin (Sujayanto, 2008).
2.1.2 Natrium Bikarbonat
Natrium bikarbonat adalah senyawa kimia dengan rumus NaHCO3. Dalam
penyebutannya kerap disingkatmenjadi bicnat. Senyawa ini termasuk kelompok
garam dan telah digunakan sejak lama. Senyawa ini disebut juga baking soda ( soda
kue) Sodium bikarbonat, natrium hidrogen karbonat, dan lain-lain. Senyawa ini
merupakan kristal yang sering terdapat dalam bentuk serbuk kristal berwarna putih
yang memiliki rasa asin, mudah larut air, dan tidak higroskopis. Natrium bikarbonat
pada RH di atas 85% akan cepat menyerap air di lingkungannya sehingga
menyebabkan dekomposisi dan hilangnya karbondioksida. Natrium bikarbonat
selain dapat dipakai sebagai salah satu bahan gas forming yang menghasilkan
karbondioksida, senyawa ini juga dapat dipakai sebagai pengisi tablet effervescent
(Juita, 2008). Natrium bikarbonat merupakan alkali natrium yang paling lemah,
mempunyai pH 8,3 dalam larutan air dalam konsentrasi 0,85%. Zat ini
menghasilkan kira-kira 52% karbondioksida (Siregar dan Wikarsa, 2010).
2.1.3 Asam Sitrat
Asam sitrat atau C6H8O7 merupakan asam organic lemah yang umum
digunakan sebagai asam makanan dan harganya relatif murah. Asam ini memiliki
kelarutan yang tinggi, mempunyai kekuatan asam yang tinggi dan tersedia dalam
bentuk granular, anhidrat dan bentuk monohidrat Asam sitrat bersifat higroskopis
sehingga harus dijaga dari masuknya udara terutama bila disimpan dalam ruang
dengan kelembaban udara yang tinggi (Wilisa, 2009). Asam sitrat mudah larut
dalam air, alkohol dan ethanol. Asam sitrat tidak berbau dan terasa asam.
Penggunaan dari asam sitrat ini cukup luas di dunia industri, misalnya digunakan
sebagai bahan tambahan dalam industri makanan, juga digunakan sebagai pelarut
aspirin dan bahan pengisi multi vitamin dalam industri farmasi
2.2 SNI the
Tabel. 1 Sesifikasi persyaratan mutu the
No. Jenis Uji Satuan Spesifikasi
1. Kadar Air (maks) % b/b 8.000
2. Kadar ekstrak dalam air (min) % b/b 32
3. Kadar abu total (min maks) % b/b 4-8
4. Kadar abu larut dalam air dari % b/b 45
abu total (min)
5. Kadar serat kasar (maks) % b/b 3,0
6. Besi (Fe) ppm -
7. Timbal (Pb) ppm -
8. Seng (Zn) (maks) ppm 2,0
9. Tembaga (Cu) (maks) ppm 150
10. Timah (Sn) (maks) ppm 40
11. Raksa (Hg) (maks) ppm 40
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1995).
2.3 Kristalisasi
Kristalisasi dari larutan sangat penting dalam industri karena banyaknya
ragam bahan yang diperlukan dalam bentuk kristal. Kristalisasi adalah proses
separasi dimana suatu solute terkristalkan dari larutan multikomponennya sehingga
bila dilakukan dengan benar akan dapat diperoleh kristal yang realtif murni. Oleh
karena itu, kristalisasi merupakan salah satu metode yang praktis untuk
mendapatkan bahan kimia murni dalam kondisi yang sangat memenuhi syarat untuk
pemasaran. Dalam kristalisasi suatu larutan, solute akan terkristalkan sehingga
terbentuk campuran dua fasa yang disebut magma, fasa cair yang disebut mother
liquor atau larutan induk dan fasa padat kristalin.
2.4 The Instan
Teh instan merupakan hasil olahan teh yang bertujuan untuk
menyederhanakan proses pembuatan seduhan teh. Selain itu, pembuatan
bentuk ini juga dapat meningkatkan nilai teh mutu rendah yang dihasilkan
dari proses pembuatan teh hitam yang tidak mungkin diekspor dan merupakan
hasil sampingan yang murah di pasaran lokal (Ciptadi & Nasution 1979 diacu
dalam Sharief 2006). Di Indonesia, teh instan belum banyak diproduksi
sedangkan pangsa pasar dan peluang cukup besar, baik teh hitam maupun teh
hijau. Menurut Rohdiana (2006) proses pembuatan teh instan dibagi menjadi
tiga tahap, yaitu ekstraksi, pengeringan dan granulasi. Sebelum proses ekstraksi,
teh diperkecil ukuran partikelnya terlebih dahulu untuk memperoleh hasil
ekstraksi yang optimal
2.5 The Effervescent
Serbuk effervescent adalah serbuk yang mengandung unsur obat dalam
campuran yang kering, biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat,dan
asam tartrat, yang jika ditambah dengan air maka asam dan basanya bereaksi
membebaskan karbondioksida sehingga menghasilkan gelembung gas yang
menimbulkan efesmenyegarkan di sediaan serbuk effervescent. Pembuatan sediaan
effervescent, biasanya dibuat dalm bentuk granul atau partikel kasar (Ansel, 1989).
Dalam pembuatan sediaan effervescent biasanya ditambahkan dua jenis
asam yaitu asam sitrat dan asam tartrat, jika hanya digunakan asam sitrat
saja maka menghasilkan campuran yang lengket dan granul akan sulit
terbentuk dan jika hanya ditambahkan asam tartrat saja maka granul yang
dihasilkan akan mudah rapuh (Ansel, 1989).
DAPUS
Heong, C. S., Kaur, Bhupinder, Huda, N., Karim, A. A., Fazilah, A.,
2011, Effect of Fermentation on the Composition of Centella asiatica Teas,
American Journal of Food and Technology, 6 (7), 581-593