You are on page 1of 15

Case Report Session

Sindrom Gawat Nafas

Oleh :
H. Rezky JK 0910070100010
Palmi Candra 1110070100074

Preseptor :
Dr. Rahmi Yetti, SpA

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RS AHMAD MOHCTAR BUKITTINGGI
2017

1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

Distress respirasi atau gangguan nafas merupakan masalah yang sering dijumpai
pada hari-hari pertama kehidupan BBL, ditandai dengan takipnea, napas cuping hidung,
retraksi interkostal, sianosia dan apnu. Gangguan nafas yang paling sering ialah TTN (
Transient Tachypnea of the Newborn), RDS ( Respiratory Distress Syndrome) atau PMH
(Penyakit Membran Hialin) dan Displasia bronkopulmonar.

I. Definisi
Gangguan nafas adalah suatu keadaan meningkatnya kerja pernafasan yang
ditandai dengan :
1. Takipnea : frekuensi nafas > 60-80 kali/menit
2. Retraksi : cekungan atau tarikan kulit antara iga (interkostal) dan atau di
bawah sternum (sub sternal) selama inspirasi
3. Nafas cuping hidung : kembang kemois lubang hidung selama inspirasi
4. Merintih atau grunting : terdengar merintih atau menangis selama inspirasi
5. Sianosis : sianosis sentral yaitu warna kebiruan pada bibir (berbeda dengan
biru lebam atau warna membran mukosa). Sianosis sentral tidak pernah normal,
selalu memerlukan perhatian dan tindakan segera. Mungkin mencerminkan
abnormalitas jantung, hematologik atau pernafasan yang harus dilakukan
tindakan segera.
6. Apnu atau henti nafas : harus segera dinilai dan dilakukan tindakan segera
7. Dalam jam-jam pertama setelah lahir, empat gejala distress respirasi (takipnea,
retraksi, nafas cuping hidung dan grunting) kadang juga dijumpai pada BBL
normal tapi tidak berlangsung lama. Gejala ini disebabkan karena perubahan
fisiologik akibat reabsorbsi cairan dalam paru bayi dan masa transisi dari sirkulasi
fetal ke sirkulasi neonatal.

2
8. Bila takipnea, retraksi, cuping hidung dan grunting menetap pada beberapa jam
setelah lahir, ini merupakan indikasi adanya gangguan nafas atau distress respirasi
yang harus dilakukan tindakan segera.

II. Epidemiologi
RDS Sering ditemukan pada bayi prematur. Inseiden berbanding terbalik dengan
usia kehamilan dan berat badan. Artinya semakin muda usia kehamilan ibu, semakin
tinggi kejadian RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua usia kehamilan,
semakin rendah pula kejadian RDS atau sindrome gangguan nafas.
Presentase kejadian menurut usia kehamilan adalah 60-80% terjadi pada bayi
yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara
32-36 minggu dan jarang sekali ditemukan pada bayi cukup bulan (matur). Insidens
pada bayi prematur kulit putih lebih sering daripada bayi prematur kulit hitam dan
lebih sering terjadi pada bayi laki-laki daripada bayi perempuan. Selain itu, kenaikan
frekuensi juga ditemukan pada bayi yang lahir dari ibu menderita gangguan perfusi
darah uterus selama kehamilan, misalnya : Ibu penderita diabetes, hipertensi, seksio
serta perdarahan antepartum.

III. Etiologi dan Faktor Predisposisi


Etiologi :
1. Obstruksi jalan nafas
Obstruksi dpat terjadi di nasal atau nasofaringeal, rongga mulut, leher, laring
2. Trakea
Trakeomalasia, fistula trakeoesofagus, stenosis trakea dan stenosis bronkial
3. Penyebab pulmonal
Aspirasi mekonium, respiratory distress syndrome, Atelektasis, TTN,
Oneumonia
4. Penyebab non pulmonal
Gagal jantung kongestif, asidosis, hipoglikemia, syok, polisitemia, hipotermia.

3
Faktor predisposisi :
- Bayi Kurang Bulan : Paru bayi masih imatur dengan kekurangan surfaktan yang
melapisi rongga alveoli
- Depresi neonatal (Kegawatan neonatal) : aspirasi mekonium, pneumotoraks
- Bayi dari ibu DM : terjadi respirasi distress akibat kelambatan pematangan paru
- Bayi lahir dengan operasi sesar : bayi yang lahir dengan operasi sesar dapat
mengakibatkan keterlambatan absorpsi cairan paru (TTN)
- Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini atau air
ketuban yang berbau busuk dapat terjadi pneumonia bakterialis atau sepsis
- Bayi dengan kulit berwarna seperti mekonium mungkin mengalami aspirasi
mekonium
IV. Klasifikasi Gangguan Nafas
- frekuensi nafas > 60 kali/menit DENGAN
Gangguan Nafas Berat sianosis central DAN tarikan dinding dada atau
merintih saat ekspirasi
- Frekuensi nafas > 90 kali/menit DENGAN
sianosis central ATAU tarikan dinding dada
ATAU merintih saat ekspirasi
- Frekuensi nafas < 30 kali/menit DENGAN atau
TANPA gejala lain dari gangguan nafas
Gangguan Nafas Sedang - frekuensi nafas 60-90 kali/menit DENGAN
tarikan dinding dada ATAU merintih saat
ekspirasi TANPA sianosis sentral
- Frekuensi nafas > 90 kali/ menit TANPA tarikan
dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau
sianosis sentral
Gangguan Nafas Ringan Frekuensi nafas 60-90 kali/menit TANPA tarikan
dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis
sentral
Kelainan Frekuensi nafas 60-90 kali/menit DENGAN sianosis
Jantung Kongenital sentral TANPA tarikan dinding dada atau merintih

4
Evaluasi gawat nafas dengan skor Downes
Pemeriksaan 0 1 2
Frekuensi nafas < 60 kali/menit 60-80 kali/menit > 80 kali/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan O2 walaupun diberi O2
Air entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu

Skor total Diagnosis


1.3 Sesak nafas ringan
4.5 Sesak nafas sedang
6 Sesak nafas berat

V. Patofisiologi

VI. Manifestasi Klinik

5
- Merintih atau grunting tetapi warna kulit masih kemerahan, merupakan gejala
yang menonjol
- Sianosis
- Retraksi
- Tanda obstruksi saluran nafas
- Air ketuban bercampur mekonium atau pewarnaan hijau-kekuningan pada tali
pusat
- Abdomen mengempis (scaphoid abdomen)

VII. Pemeriksaan Penunjang


- Analisa gas darah : hipoksia, asidosis
- Elektrolit : kenaikan kadar serum bikarbonat
- Pemeriksaan jumlah sel darah : polisitemia karena hipoksemia kronik
- Pemeriksaan radiologik atau pencitraan : gambaran retikulo granular yang difus
bilateral atau gambaran air bronchogram dan paru yang tidak berkembang

VIII. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang

IX. Tatalaksana
1. Ventilasi : balon resusitasi dan sungkup, pemberian O2 bila ada indikasi
2. Sirkulasi : Pemberian transfusi darah atau pemberian cairan volume
pengganti darah bila ada tanda hipovolemik atau anemia
3. Koreksi asidosis metabolik
4. Jaga kehangatan suhu bayi berkisar 36,5-36,8oC (suhu aksiler) untuk
mencegah vasokonstriksi perifer
5. Cari penyebab distress respirasi
6. Terapi pemberian surfaktan

6
X. Prognosis
- Tergantung pada latar belakang etiologi gangguan nafas
- Prognosis baik bila gangguan nafas akut dan tidak berhubungan dengan keadaan
Hipoksemia yang lama

BAB II

7
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama bayi : By. ny RF

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku bangsa : Minangkabau

Alamat : bukit tinggi

Umur : 2 hari

ANAMNESIS

Seorang neonatus laki-laki dirawat di Perinatalogi RSUD Dr. M. Ahmad Muchtar

Bukit Tinggi pada tanggal 10 agustus 2017 dengan :

Keluhan utama : bayi sesak nafas 30 menit setelah lahir

RPS :

- NBBLR 2400 gr, PB 48 cm, lahir SC atas bekas sc 1 kali, ibu baik ketuban jernih,

A/S 6/7,

- Bayi merintih setelah lahir

- Sesak nafas sejak 30 menit setelah lahir

- Demam tidak ada

- Muntah tidak ada

- Riwayat tersedak tidak ada

- Vitamin K sudah diberikan

Riwayat kehamilan sekarang : G2 P1 A0 H1

Pemeriksaan antenatal : Dilakukan secara teratur ke Dokter spesialis dan ke bidan.

8
HPHT : lupa , Taksiran partus : tidak bisa ditentukan

Komplikasi kehamilan : Perdarahan pada Usia kehamilan 31 Minggu

Pemeriksaan terakhir waktu hamil : TD 110/80 mmHg, suhu 370C.

Kualitas dan kuantitas makanan selama hamil : kurang cukup.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : sakit berat

Frekuensi jantung :140 x/menit

Frekuensi nafas : 76 x/menit

Suhu : 36,60C

Sianosis : tidak ada

Ikterik : tidak ada

Kepala

UUB : 1 X 1 cm

UUK : x cm

Jejas persalinan : tidak ada

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Telinga: tidak ditemukan kelainan

Hidung : nafas cuping hidung ada

Mulut : sianosis sirkum oral tidak ada

Leher : tidak ditemukan kelainan

Thorak : normochest, simetris, retraksi ada , intercostal,

epigastrium

9
jantung irama teratur, bising tidak ada

suara nafas bronkovesikuler, ronki tidak ada, wheezing tidak ada

Abdomen : permukaan datar, kondisi lemas, hati teraba x , limpa

tidak teraba

Tali pusat : tali pusat segar

Umbilikus : tidak ditemukan kelainan

Genitalia : testis undesensus

Ekstremitas : akral hangat, refill kapiler 2 detik

Kulit : kemerahan, sianosis tidak ada, ikterik tidak ada

Anus : ada

Tulang-tulang : tidak ditemukan kelainan

Reflek neonatal : morro (+), rooting (+), isap (-), pegang (+)

Ukuran :

lingkar kepala : 30 cm

lingkar dada : 28 cm

lingkar perut : 26 cm

simpisis-kaki : 17 cm

panjang lengan : 11 cm

panjang kaki : 16 cm

kepala-simpisis : 31 cm

Diagnosis : - SGN ec susp. HMD


- NBBLR 2400 gram

10
Th/ : - O2 head Box L/menit
- IVFD D 10% 60 cc/ kg/hari
- Cefotaxim 2X12 mg
- Gentamicin 1X10 mg
- Sementara puasa
Rencana: cek laboratorium darah

FOLLOW-UP
Tgl 11 agustus 2017
Muntah tidak ada
Sesak napas ada
Kebiruan tidak ada
HR : 140 cmRR :90x/ menit T:36,2
Thorak :cor dan pulmo dalam batas normal, retraksi dinding dada ada
Mata : tidak anemis dan tidak ikterik
Abdomen : distensi tidak ada, Bu (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik
Tatalaksana
NCPAP
FiO2 40 %
PEEP : 5
Cefotaxim 2 x 120 mg
Gentamicin 1 x 12 mg
IVFD Cogtil 80 cc/kg/hari
Tgl 12 agustus 2017
Muntah tidak ada
Sesak napas ada
Kebiruan tidak ada
HR : 190 cm
RR : 80

11
Suhu : 36
Thorak :cor dan pulmo dalam batas normal, retraksi dinding dada ada
Mata : tidak anemis dan tidak ikterik
Abdomen : distensi tidak ada, Bu (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik
Tatalaksana
NCPAP FiO2 45 %, PEEP 5
Cefotaxin 2 x 120 mg
Gentamicin 1 x 12mg
IVFD cogktil 90 cc/kg/hr
Aminofuchsin 1 gr/kg/hr
Tropic feeding 8x 2cc
Tgl 13 agustus 2017
Muntah tidak ada
Sesak napas ada
Kebiruan tidak ada
HR : 162x/menit
RR : 70x/menit
T: 36,3 C
Thorak :cor dan pulmo dalam batas normal, retraksi dinding dada ada
Mata : tidak anemis dan tidak ikterik
Abdomen : distensi tidak ada, Bu (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik
Tatalaksana
NCPAP: FiO2 25 % PEEP 5
Cefotaxim 2 x 120 mg
Gentamicin 1 x 12 mg
IVFD coctail 100 cc/kg/hr
Aminofuchsin 1 gr /kg/hr

12
ASI tropic feeding 8 x 2 cc

13
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki umur 2 hari dengan diagnosa NBBLR
2400 gr, SGN ec susp. HMD. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan laboratorium.
Dari anamnesis didapatkan keluhan utama bayi sesak sejak 30 menit setelah lahir,
NBBLR 2400 gr, PB 48 cm, lahir SC atas bekas sc 1 kali, ibu baik, ketuban jernih, A/S
6/7, sesak nafas sejak 30 menit yang lalu, demam tidak ada, muntah tidak ada, riwayat
tersedak tidak ada, Vit.K sudah diberikan, mekonium sudah keluar.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan bayi sakit berat, HR 140x/menit, RR
85x/menit, T 36oC, sianosis tidak ada, ikterus tidak ada. UUB 1 X 1 cm, UUK 0,5 X 0,5
cm, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, nafas cuping hidung (+), sianosis
sirkum oral (-), retraksi ada suprasternal,intercostal,epigastrium, jantung irama teratur,
bising (-), suara nafas bronkovesikuler, rh-/-,wh-/-, hepar teraba 1/4-1/4
tajam,kenyal,rata, limpa tidak teraba, tali pusat segar, testis undesensus, ekstremitas akral
hangat perfusi baik, reflek moro (+), isap (-), rooting (+), pegang (+).Hasil laboratorium
didapatkan Hb 13,7 gr/dl, leukosit 11500/mm3.
Pasien diterapi O2 head box 5l/I ,Neo k 1 mg Cefotaxim 2 x 12 mg, Gentamicin
1 x 12 mg, IVFD D 10 % 60 cc/kg/hari.

14
DAFTAR PUSTAKA
- Kosim, M.sholeh. Gangguan nafas pada bayi baru lahir, dalam : Buku Ajar
Neonatologi Edisi Pertama, M.Sholeh Kosim, dkk, editor. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI. 2008: 126-146.
- Kliegman, Robert M. Gangguan saluran pernpasan, dalam : Ilmu Kesehatan Anak
Nelson Edisi 15, Prof.DR.dr.A.Samik Wahab,SpA(K), editor. Jakarta: EGC.
1999:591-599.
- Nelson Waldoe. 1996. Ilmu Kesehatan AnakNelson Volume 1. Jakarta: EGC

15

You might also like