Professional Documents
Culture Documents
TEH SEDUH
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 :
Deny Eko Prasetyo 151710301007
Fakhriyah Karimah K. 151710301013
Luluk Sinta Devi 151710301033
Aisha Marta Jihan 151710301039
Nanda Putra Yudhistira 151710301043
2017
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 PLAN
2.1.1 Identifikasi produk Teh Seduh
Teh merupakan salah satu produk minuman terpopuler yang banyak
dikomsumsi oleh masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia dikarenakan teh
mempunyai rasa dan aroma yang khas. Identifikasai produk Teh Murni Naga adalah
sebagai berikut:
1. Kemasan terbuat dari bahan kertas yang dapat menyebabkan kurangnya
keamanan produk teh kering apabila berada pada suhu lembab terutama
tidak kedap air
2. Desain pada kemasan kurang modernisasi untuk masa sekarang
3. Tidak terdapat sertifikasi halal pada kemasan
4. Tidak terdapat kode terdaftar dari BPOM
5. Tata letak tulisan dan gambar pada kemasan kurang teratur serta terlalu
banyak jenis font
6. Tidak ada cara pemakaian
7. Tidak ada exp
8. Tidak ada kandungan gizi
9. Tulisan komposisi kurang jelas
2.2 DO
2.2.1 Definisi Teh
Teh (Camellia sinensis) sebagai bahan minuman yang dibuat dari pucuk
muda daun teh yang telah mengalami proses pengolahan tertentu seperti pelayuan,
penggilingan, oksidasi, enzimatis, dan pengeringan. Teh dikelompokkan
berdasarkan cara pengolahannya yang dilakukan dengan cara oksidasi, yaitu teh
hijau, teh oolong, dan teh hitam, ketiganya berasal dari daun teh yang sama, namun
karena cara pengolahannya berbeda, maka memiliki komposisi kimia dan rasa yang
berbeda ((Rohdiana, 2009). Manfaat yang dihasilkan dari minuman teh yaitu
memberi rasa segar, dapat memulihkan kesehatan badan dan terbukti tidak
menimbulkan dampak negatif, hal tersebut berasal dari kandungan senyawa kimia
yang terdapat dalam daun teh.
Komposisi susunan kimia dalam daun teh sangat bervariasi bergantung pada
beberapa factor yaitu : jenis klon, variasi musim dan kondisi tanah, perlakuan kultur
teknis, umur daun, dan banyaknya sinar matahari yang diterima. Kandungan
senyawa kimia pada daun teh serta perubahan-perubahan yang terjadi pada senyawa
kimia selama pengolahan harus diketahui oleh pelaku industri teh sehingga dapat
menghasilkan produk dengan citarasa dan aroma yang baik tanpa menghilangkan
khasiat yang terdapat didalamnya. Adapun komposisi kimia daun teh dapat
digolongkan dalam 4 kelompok besar, yaitu golongan fenol, bukan fenol, golongan
aromatis, dan enzim. Keempat kelompok tersebut bersama-sama mendukung
terjadinya sifat baik pada teh, apabila pengendaliannya selama pengolahan dapat
dilakukan dengan baik dan cepat.
Kandungan daun teh
1. Golongan Fenol
Golongan fenol yang terdapat dalam daun teh adalah :
Katekin
Katekin adalah senyawa metabolit sekunder yang secara alami
dihasilkan oleh tumbuhan dan termasuk dalam golongan flavonoid.
Senyawa ini memiliki aktivitas antioksidan berkat gugus fenol yang
dimilikinya. Kandungan total katekin pada daun the segar berkisar 13,5
31% dari seluruh berat kering daun. Senyawa katekin merupakan senyawa
yang paling penting pada daun teh, selain berfungsi sebagai antioksidan
juga berperan dalam menentukan sifat produk teh seperti rasa, warna dan
aroma. Senyawa katekin dalam reaksinya dengan kafein, protein, peptide,
ion tembaga dan siklodekstrin membentuk beberapa senyawa kompleks
yang berhubungan dengan rasa dan aroma
Flavanol
Struktur molekul senyawa flavanol hamper sama dengan katekin
tetapi berbeda pada tingkatan oksidasi dari inti difenilpropan primernya.
Flavanol merupakan satu diantara sekian banyak antioksidan alami yang
terdapat dalam tanaman pangan dan mempunyai kemampuan mengikat
logam. Flavanol pada daun teh meliputi senyawa kaemferol, kuarsetin, dan
mirisetin dengan kandungan 3-4% dari berat kering.
2. Golongan Bukan Fenol
Karbohidrat
Daun teh mengandung karbohidrat meliputi sukrosa, glukosa, dan
fruktosa. Keseluruhan karbohidrat yang terkandung dalam the sebesar 3-
5% dari berat kering daun. Peranan karbohidrat dalam pengolahan the
yaitu dapat bereaksi dengan asam-asam amino dan katekin, yang pada
suhu tinggi akan membentuk senyawa aldehid yang menimbulkan aroma
seperti aroma caramel, bunga, buah, madu, dan sebagainya.
Pektin
Pektin terdiri dari pectin dan asam pektat dengan kandungan antara
4,9-7,6% dari berat kering daun.dalam proses pengolahan pectin akan
terurai menjadi asam pektat dan metil alcohol yang sebagian akan
menguap ke udara, tetapi sebagianya lagi bereaksi dengan asam-asam
organik menjadi ester yang berperan dalam menyusun aroma. Asam pektat
dalam kondisi asam akan membentuk gel yang berfungsi mempertahankan
bentuk gulungan daun setelah digiling, selanjutnya gel akan membentuk
lapisan di permukaan daun teh untuk mengendalikan proses oksidasi. Pada
proses pengeringan lapisan gel akan mongering membentuk lapisan
mengkilat yang sering disebut bloom dari teh.
Alkaloid
Sifat menyegarkan seduhan the berasal dari senyawa alkaloid yang
dikandungnya, dengan kisaran 3-4% dari berat kering daun teh. Alkaloid
utama dalam daun the adalah kafein, theo bromin, dan theofolin. Senyawa
kafein tidak mengalami proses penguraian saat pengolahan, tetapi akan
bereaksi dengan katekin membetuk senyawa yang menentukan nilai
kesegaran (briskness) dari seduhan the.
Protein dan asam-asam amino
Kandungan protein dalam daun the sangat berperan dalam
pembentukan aroma, perubahan utama setelah proses pelayuan adalah
pengurangan protein menjadi asam-asam amino . asam amino bersama
karbohidrat dan katekin akan membentuk senyawa aromatis asam amino
yang berupa senyawa hidrokarbon, alcohol, aldehid, keton, dan ester.
Asam amino yang berperan dalam pembentukan senyawa aromatis adalah
alanine, fenil alanine, valin, leusin, dan isoleusin. Akndungan protein dan
asam amino pada daun the berkisar antara 1,4-5% dari berat kering daun.
Klorofil dan zat warna lain
Kandungan zat warna dalam daun the sebesar 0,019% dari berat
kering daun. Sebagian zat warna karatenoid akan teroksidasi menjadi
substansi mudah menguap yang terdiri dari aldehid dan keton tak jenuh
yang berperan dalam aroma seduhan. Sedangkan sebagian lagi karotenoid
berperan dalam memberikan warna kuning jingga.
Asam Organik
Kandungan asam organic sebesar 0,5-2% dari berat kering daun,
jenis asam organic yang terkandung dalam daun the adalah asam malat,
asam sitrat, asam suksinat, dan asam oksalat yang akan bereaksi dengan
metil alcohol sehingga membentuk senyawa ester yang memiliki aroma
yang enak.
Resin
Resin merupakan senyawa polimer rantai karbon, dengan
kandungan sebesar 3% dari berat kering. Resin berperan dalam
membentuk bau, aroma the, dan meningkatkan daya tahan daun the
terhadap embun beku (frost).
Vitamin-vitamin
Pada daun the terkandung beberapa jenis vitamin antara lain vitamin
A, B1, B2, B3, B5, C, E, dan K
Mineral
Kandungan mineral pada daun the berkisar antara 4-5% dari berat
kering daun. Jenis mineral yang terkandung dalam daun the adalah K, Na,
Mg, Ca, F, Zn, Mn, Cu, dan Se.
3. Senyawa Aromatis
Aroma merupakan salah satu sifat yang penting sebagai penentu kualitas the,
dimana aroma sangan erat hubungannya dengan substansi aromatis yang
terkandung dalam daun the. Substansi aromatis pembentuk aroma the merupakan
senyawa volatile (mudah menguap) yang terkandung secara alamiah maupun hasil
reaksi biokimia pada proses pengolahan. Senyawa aromatis yang secara almiah
sudah ada pada daun the adalah linalool, oksida, pfhenuetanol, geraniol, benzyl
alcohol, metil salisilat, n-heksanal dan cis-3-heksenol.
4. Enzim
Enzim yang terkandung dalam daun the diantaranya adalh in-vertase, amylase,
-glukosidase, oksimetilase, protease, dan peroksidase yang berperan sebagai
biokatalisator pada setiap reaksi kimia di dalam tanaman. Selain itu juga terdapat
enzim polifenol oksidase yang berperan pada proses oksidase katekin. Dalam
keadaan normal enzim polifenol oksidase tersimpan dalam kloroplast, adapun
senyawa katekin berada dalam vakuola, sehingga dalam keadaan tidak ada
perusakan sel, kedua bahan tersebut tidak dapat saling bereaksi.
Enzim lain yang terkandung dalam daun the menentukan sifat spesifik jenis-
jenis the, seperti the hitam yang memiliki kandungan pektase dan klorofillase yang
masing-masing aktif dalam reaksi perubahan pectin dan klorofil.
B. Pelaksanaan Pengolahan
Pengolahan pucuk daun teh merupakan proses mengubah komposisi kimia
pucuk daun teh segar menjadi hasil olahan yang dapat memunculkan sifat-sifat yang
dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa dan aroma. Tujuan ini dapat
dicapai dengan bahan mentah dan cara pengolahan yang baik yaitu sesuai dengan
kondisi yang dipersyaratkan dan didukung oleh kondisi peralatan dan mesin yang
baik. Pengolahan teh pada prinsipnya adalah memperlakukan bahan dasar berupa
pucuk teh segar melalui tahapan proses pelayuan, penggilingan, fermentasi
(oksidasi enzimatis), pengeringan, dan sortasi kering. Tujuan dari proses tersebut
ialah mengubah kondisi fisik dan komposisi kimia pucuk teh segar secara terkendali
sehingga diperoleh hasil olahan berupa bubuk teh kering yang memiliki sifat-sifat
yang dikehendaki seperti kenampakan bubuk, warna air seduhan, aroma serta warna
ampas seduhannya.
1. Proses Pelayuan
Pelayuan merupakan proses tahap awal dari rangkaian tahap pengolahan teh
hitam. Pelayuan menggunakan aliran udara segar yang dialirkan melalui bagian
bawah palung dengan tujuan untuk :
a. Menurunkan kandungan air bebas sampai kadar air tertentu.
b. Membuat daun menjadi lemas, tidak mudah patah dan mudah digulung.
c. Mengurangi jumlah air yang harus diuapkan dalam proses pengeringan.
d. Memberi kesempatan terjadinya perubahan senyawa kimia dalam daun.
Perubahan kimia berlangsung setelah pucuk dipetik di kebun sampai proses
pelayuan.
Dalam proses pelayuan ini terdapat 3 kegiatan, yaitu pembeberan, pelayuan itu
sendiri dan turun layu.
a. Pembeberan
Pembeberan berfungsi untuk meratakan pucuk segar di palung pelayu agar
ketebalannya merata. Penguapan air dipengaruhi oleh ketebalan dan kerataan
beberan. Pembeberan pucuk dilakukan dari ujung yang berlawanan arah dengan fan,
agar udara segar tertahan oleh pucuk yang telah dibeberkan di ujung Whitering
Trough. Kemudian dilakukan pengkiraban dengan hamburan. Pengkiraban
merupakan pembalikan pucuk. Pembalikan ini bertujuan untuk memindahkan
posisi pucuk yang semula di atas dipindahkan ke bagian bawah sehingga pelayuan
berlangsung sempurna, selain itu untuk memisahkan pucuk yang masih lengket.
Udara segar yang digunakan dialirkan dengan menggunakan fan. Fungsi udara
segar adalah untuk mempercepat proses pelayuan dan menghilangkan air di
permukaan daun. Setelah pembeberan, dilakukan analisa pucuk dan analisa petikan.
Syarat untuk analisa pucuk 65% dan analisa petik 70%.
b. Pelayuan
Pelayuan pada dasarnya menurunkan kadar air pucuk sampai 68-76 % untuk
proses CTC. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pelayuan adalah 12 28 jam.
Apabila waktu pelayuan melebihi batas waktu tersebut maka pucuk akan terlalu
gosong. Untuk mendapatkan hasil layu yang baik, perlu dilakukan pembalikan
pucuk 2 3 kali. Dan apabila pucuk terlalu kering, fan dihentikan dan pintu
Whitering Trough dibuka sehingga kuantitas udara yang mengenai pucuk
berkurang. Prosentase layu di pabrik Kertamanah adalah berkisar 90 %. Pelayuan
dihentikan jika :
Pucuk layu sudah berwarna kekuningan.
Jika pucuk layu digenggam akan membentuk gumpalan, jika dilepas akan
mengembang secara perlahan.
b. Menggiling pucuk teh agar cairan sel keluar semaksimal mungkin sehingga
terjadi kontak dengan oksigen, enzim dan substrat sehingga terjadi oksidasi
enzimatis.
c. Mengoptimalkan terbentuknya inner quality.
4. Pengeringan
Pengeringan merupakan proses pengaliran udara panas pada bubuk hasil fermentasi
sehingga diperoleh bubuk yang kering. Menurut Sultoni Arifin (1994), pengeringan
pada pengolahan teh hitam memiliki tujuan yaitu :
Menghentikan proses oksidasi enzimatis.
Menjaga sifat-sifat spesifik teh pada saat teh mencapai kualitas optimum.
5. Sortasi Kering
Sortasi kering pada dasarnya merupakan upaya untuk memperoleh produk teh
hitam yang seragam dan baik ukurannya, bentuknya maupun beratnya, disamping
teh tersebut harus bersih dari kotoran, tulang, atau serat-serat daun. Dengan dasar
tersebut maka pelaksanaan sortasi kering meliputi : memotong/mengecilkan ukuran,
mengayak, membersihkan dari kotoran, dan menghembus teh untuk mendapatkan
berat partikel yang seragam. Menurut Sultoni Arifin (1994), sortasi kering
bertujuan untuk mendapatkan ukuran dan warna partikel teh yang seragam sesuai
dengan standar yang diinginkan oleh konsumen, meliputi:
Memisahkan teh kering menjadi beberapa grade yang sesuai dengan standar
perdagangan teh.
Membersihkan teh kering dari partikel-partikel lainnya seperti serat, tangkai,
batu, partikel kayu dan sebagainya
Menyeragamkan bentuk, ukuran, dan warna pada masing-masing grade.
6. Penyimpanan Sementara
Setelah bubuk teh selesai dilakukan sortasi kering, bubuk teh dipisahkan
berdasarkan mutunya. Kemudian disimpan di peti miring atau Tea Bin (untuk teh
mutu I). Penyimpanan sementara ini dilakukan untuk menjaga kadar air teh agar
tetap rendah selama teh belum dikemas sehingga kualitas teh tetap terjaga. Tea Bin
dapat melindungi bubuk teh dari suhu dan kelembaban yang tidak sesuai dan dapat
melindungi bubuk teh dari kontaminasi mikrobia atau kotoran fisik lainnya.
Penyimpanan sementara di peti miring atau Tea Bin dengan menggunakan
conveyor sesuai dengan gradenya. Tea Bin berbentuk tabung yang bagian
bawahnya berbentuk kerucut yang merupakan corong pengeluaran bubuk teh yang
akan dikemas.
Ruang untuk penyimpanan sementara menjadi satu dengan ruangan sortasi kering.
Di ruangan ini suhu udara adalah 24 C (tdb) dan 21 C (twb). Sedangkan
kelembaban udara di ruangan ini adalah 80 %.
1. Diagram alir kualitatif (kondisis proses)
2.3 CHECK DAN ACTION
Pada pembahasan DO diawal, kelompok ini lebih menfokuskan pada desain
kemasan dikarenakan yang perlu lebih diperbaiki adalah standart dari kemasan
tersebut. Disini bahan kemasan yang ingin kita gunakan yaitu:
1. Kemasan primer.
Kemasan primer yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng
susu, botol minuman, dll). Untuk kemasan primer disini digunakaanya plastik.
Plastik merupakan senyawa polimer tinggi yang dicetak dalam lembaran-lembaran
yang mempunyai ketebalan yang berbeda-beda. Dengan kemasan plastik dapat
menjaga kualitas produk agar kandungan yang ada didalam teh tidak rusak. Bahan
utama pembuat plastik adalah resin, baik alami (dammar, oleoresin, terpentin)
maupun sintetik (polietilena, polipropilena, poli vinil chlorida). Untuk
memperbaiki sifat plastik dapat ditambah bahan lain seperti filler, plasticizer,
lubricant, anti oksidan, zat warna, dan sebagainya. Plastik mudah didapat dan
sangat fleksibel penggunaannya. Selain untuk mengemas langsung bahan makanan,
sering juga digunakan sebagai pelapis kertas. Plastik sering digunakan dalam
industri pengemasan karena memeliki kelebihan-kelebihan, yaitu :
Melindungi isi dengan baik, unsur proteksi merupakan fungsi pengemasan.
Ringan (biaya transportasi lebih murah).
Tidak mudah pecah sehingga mengurangi faktor resiko dan kerugian selama
penyimpanan dan transportasi.
Bisa diberikan warna untuk memenuhi selera.
Bisa dibuat berbagai macam bentuk.
Bisa diprinting.
Memiliki daya tahan terhadap karatan, keadaan cuaca dan berbagai jenis bahan
kimia.
Plastik secara umum mempunyai sifat ;
Sifat tembus pandang (clarity) yang baik.
Stiffnes : kekakuan dinyatakan dalam psi/100, ASTM 0790.
Permeabel terhadap gas.
Mar resisteance Ketahanan terhadap segala bentuk benturan, gesekan, dll.
Warpage : dapat dilengkungkan/dibengkokan, berhubungan dengan sifat
mengerut dalam cetakan.
Impact Strength : berhubungan dengan ketahanan terhadap benturan.
Tear Strength : berhubungan dengan ketahanan terhadap sobekan.
2. Kemasan Sekunder.
Kemasan sekunder yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok
kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak
kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus dan sebagainya. Untuk kemasan
primer disini digunakaanya kertas perkamen. Kertas Perkamen merupakan salah
satu jenis kertas yang tembus pandang (transparan). Walaupun tembus pandang,
kertas perkamen mempunyai tekstur yang lebih kasar dibandingkan kertas glasin
dan kertas minyak. Selain itu kertas perkamen memiliki permukaan yang licin dan
mempunyai sifat pewarnaan yang sangat baik sekali. Biasanya kertas perkamen
digunakan sebagai kemasan mentega, keju dalam bentuk bungkusan dan dapat
digunakan sebagai label. Kertas jenis ini dibuat dengan proses sulfuric acid serta
proses pengelantangan (bleaching). Karena melalui dua proses pembuatan tersebut,
kertas perkamen mempunyai sifat yang tahan dalam keadaan basah, tahan terhadap
lemak dan cahaya matahari.
Pada industri bahan pangan, kertas perkamen ini biasanya digunakan untuk
mengemas produk. Penggunaan kertas perkamen ini dikarenakan keunggulannya
yang lebih baik dibandingkan kertas lainnya. Biasanya kertas perkamen digunakan
dalam industri pembuatan mentega, margarine, biskuit berkadar lemak tinggi, keju,
ikan baik basah maupun kering, daging (segar, kering atau sudah diasap), teh dan
kopi. Sifat-sifat kertas perkamen yang lebih unggul dibandingkan kertas lainnya
yakni tahan terhadap lemak. Kertas perkamen juga mempunyai daya tahan yang
sangat bagus dengan air, walaupun itu adalah air mendidih. Selain itu
permukaannya bebas serat, tidak berbau dan tidak berasa, serta tidak mempunyai
daya hambat yang baik terhadap gas, terkecuali dilapisi bahan tertentu
Dari kemasan primer dan kemasan sekunder yang diperbaiki, ada hal lain
sebagai penunjang dari kemasan tersebut yaitu kode prosuksi, nama produsen,
sertifikasi halal, komposisi, kode BPOM dan P-IRT, Netto, kandungan gizi dll,
dengan desain letak yang teratur yang tidak terlihat penuh namun menarik.
Kemasan yang modern sangat memiliki keuntungan yang besar di jaman sekarang
karena konsumen sangat memperhatikan penampilan dari produk teh yang igin
dibeli, selain dari kualitas produk. Untuk desain yang diperbaiki sudah
mencantumkan kode prosuksi, nama produsen, sertifikasi halal, komposisi, kode
BPOM dan P-IRT, Netto, kandungan gizi dll, dengan desain letak yang teratur yang
tidak terlihat penuh namun menarik. Penggunaan warna yang selaras sebagai latar
warna desai kemasan tersebut juga menujang kualitas produk. Desain terbaru yaitu
seperti gambar berikut
- Desain luar kemasan
- Desain Pembungkus
Desain pembaharuan kemasan Teh sudah sesuai dengan syarat kemasan
pembungkus. Karena desain mengacu pada literatur menurut Cenadi (2000)
menyatakan kemasan dapat didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan
memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan suatu produk. Kemasan meliputi
tiga hal, yaitu merek, kemasan itu sendiri dan label. Ada tiga alasan utama untuk
melakukan pembungkusan, yaitu:
1. Kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan. Kemasan melindungi
produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen. Produk-produk yang
dikemas biasanya lebih bersih, menarik dan tahan terhadap kerusakan yang
disebabkan oleh cuaca.
2. Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran. Melalui kemasan
identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah
pertukaran oleh produk pesaing. Kemasan merupakan satu-satunya cara
perusahaan membedakan produknya.
3. Kemasan merupakan suatu cara untuk meningkatkan laba perusahaan.Oleh
karena itu perusahaan harus membuat kemasan semenarik mungkin. Dengan
kemasan yang sangat menarik diharapkan dapat memikat dan menarik
perhatian konsumen. Selain itu, kemasan juga dapat mangurangi kemungkinan
kerusakan barang dan kemudahan dalam pengiriman.(Hair et al.,melalui Oscar
2010).
Marianne Rosner Klimchuk dan Sandra A. Krasovec (2006) menyatakan
desain kemasan adalah bisnis kreatif yang mengkaitkan bentuk, struktur,material,
warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar
produk dapat dipasarkan. Desain kemasan berlaku untuk membungkus, melindungi,
mengirim, mengelarkan, menyimpan, mengidentifikasi, dan membedakan sebuah
produk dipasar. Dalam hal ini kemasan memiliki peranan penting dalam
menentukan tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Berdasarkan
hasil identifikasi masalah, kemasan produk teh yang diamati akan diperbaiki baik
dari segi desain kemasannya. Hal ini dilakukan karena pada kemasan produk
tersebut desain kemasan belum sesuai dengan standar kemasan yang telah
ditentukan. Dari perbandingan tersebut pembuatan kemasan teh yang baru sudah
sesuai dan aman, serta bisa diterima dimasyarakat dan memiliki nilai jual yang
lebih tinggi.
F. Information Technology
Tugas Divisi Teknologi Informasi antara lain:
a. Menilai inovasi teknologi baru dengan melakukan perbandingan
(benchmarking), ujicoba dan analisis untuk mendapatkan teknologi yang sesuai
dengan proses bisnis perusahaan
b. Menganalisis sistem dan teknologi yang ada di perusahaan dengan cara
outsourcing agar dapat mengetahui sistem dan teknologi yang aplikatif
c. Membuat usulan dan saran-saran penyesuaian program dan strategi dibidang
Sistem dan Teknologi Informasi yang dipandang perlu dengan cara
menyampaikan hasil evaluasi dalam rangka pencapaian tujuan jangka panjang
d. Merencanakan manajemen sistem informasi dengan membuat strategi,
metodologi sistem informasi agar dapat diaplikasikan
e. Menyelenggarakan layanan kerja kolaboratif berupa forum diskusi
bermoderator sebagai sarana knowledge sharing secara virtual dengan bantuan
TI
f. Mengelola penerapan teknologi baru menggunakan prinsip-prinsip manajemen
perubahan dengan cara sosialisasi yang terencana untuk meminimalkan
resistensi pengguna.
Sealing Laminating
Selain mengalami reject terdapat olahan yang tidak dapat digunakan lagi
yaitu sampah yang terjatuh di lantai. Produk ini terjatuh di lantai karena terjadi error
pada mesin. Sampah yang dihasilkan saat proses pengemasan akan ditimbang dan
dicatat setiap satu jam sekali oleh petugas QC. Selain sampah yang terjatuh di lantai
juga terdapat sampah setting dan sortir. Sampah setting merupakan sampah berupa
etiket dan sampah sortir merupakan sampah olahan. Pada kasus ini, sampah olahan
yang termasuk adalah reject operator dan reject QC.
Uji Rimbang
Pengujian Rimbang merupakan salah satu pengujian untuk kemasan yang
digunakan untuk melihat tingkat kebocorannya. Pada proses pengujian ini biasanya
dilakukan dengan mengambil 6 buah sachet untuk dirimbang. Pertama, rentengan
disobek menjadi sachet kemudian sachet tersebut dimasukkan ke dalam air dan
dilipat menjadi 2 bagian. Apabila timbul gelembung udara pada air
mengindikasikan adanya kebocoran pada sachet. Untuk produk yang ditemukan
adanya kebocoran maka dilakukan proses pengulangan pengujian namun jika tidak
ditemukan kebocoran maka mesin dapat beroperasi kembali. Proses pengendalian
mutu etiket harus selalu diperhatikan karena etiket ini selalu berkaitan dengan umur
simpan produk. Apabila ditemukan adanya kerusakan pada etiket maka adanya
kemungkinan tercemarnya produk menjadi lebih besar. Kondisi yang lembab
karena masuknya kontaminan pada produk sangat disukai oleh mikroorganisme
sehingga mikroorganisme dapat tumbuh dan dapat mengkontaminasi produk
(Herschdoerfer, 1987).
Uji Timbang
Selain uji rimbang, dilakukan pula uji timbang. Uji timbang ini merupakan
suatu pengujian berat pada kemasan. Produk minuman yang memiliki berat tidak
sesuai akan ditolak. Operator bertugas untuk mengecek berat timbangan dari
produk yang dihasilkan. Produk minuman serbuk yang diterima memiliki berat
antara 89-93 gram untuk setiap 1 renteng (10 sachet). Produk yang memiliki berat
yang tidak sesuai akan ditolak dan operator harus melakukan pengaturan untuk
mesin yang digunakan.
Proses pengawasan mutu yang digunakan untuk kemasan sekunder yaitu
dilakukannya pengecekan hasil printing pada kemasan serta seal dan zipp lock yang
berfungsi sebagai pengunci kemasan. Jika terdapat kecacatan pada bagian printing,
sealing, maupun pengunci zipp lock maka kemasan akan di reject untuk proses
kembali.
DAFTAR PUSTAKA