You are on page 1of 22

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan proses alamiah untuk menjaga

kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika seorang

wanita sudah mengalami pubertas yang ditandai dengan terjadinya

menstruasi (Hani, 2010).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan

spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba (Prawirohardjo,

2010).

Kehamilan adalah sebuah masa yang dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin yang lamanya masa kehamilan normal adalah 280 hari (40

minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, yaitu:

a. Trimester I, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan. (berlangsung dalam

12 minggu)

b. Trimester II, bulan keempat sampai 6 bulan. (minggu ke-13 hingga ke-

27)

c. Trimester III, bulan ketujuh sampai 9 bulan. (minggu ke-28 hingga ke-

40) (syaifuddin, 2009).

4
5

Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak

hari pertama haid terakhir (HPHT), hingga dimulainya persalinan sejati

(Varney, 2007).

2.1.2 Tanda Kehamilan

Perkiraan hamil bisa dilihat melalui tanda subjektif dan tanda

obyektif, antara lain :

a. Tanda kemungkinan hamil

1) Tanda subjektif hamil

a) Terlambat datang bulan (amenore)

b) Merasa mual muntah

c) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)

d) Konstipasi atau obstipasi

e) Pingsan dan mudah lelah

f) Anoreksia (tidak nafsu makan)

Mereka yang sangat menginginkan punya anak, dapat merasakan tanda

subyektif disebut dengan pseudosiesis (hamil palsu).

2) Tanda obyektif hamil

a) Pembesaran dan perubahan konsistensi rahim, dengan

memperhatikan tanda piscacek dan hegar

b) Perubahan warna dan konsistensi serviks

c) Kontraksi Braxton Hicks

d) Terdapat balotement

e) Teraba bagian janin


6

f) Terdapat kemungkinan pengeluaran kolostrum

g) Terdapat hyperpigmentasi kulit.

h) Terdapat kebiruan vagina/ selaput lendir vulva (tanda chadwick)

b. Tanda pasti kehamilan

1) Teraba gerakan janin dalam rahim

2) Terdengar denyut jantung janin (hamil 12 minggu)

3) Pemeriksaan rontgen terdapat kerangka janin

4) Pemeriksaan ultrasonografi:

a) Terdapat kantong kehamilan, usia kehamilan 4 minggu.

b) Terdapat fetal plate, usia kehamilan 4 minggu.

c) Terdapat kerangka janin,usia kehamilan 12 minggu.

d) Terdapat denyut jantung janin, usia kehamilan 6 minggu.

2.1.3 Perubahan Fisiologi Kehamilan

Perubahan fisiologi sebagian sudah terjadi segera setelah fertilisasi

dan terus berlanjut selama kehamilan. Secara fisiologis perubahan-

perubahan yang dapat terjadi selama kehamilan antara lain:

a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

a) Sejak trimester pertama kehamilan uterus akan mengalami

kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai nyeri. Hal

tersebut dinamakan kontraksi Braxton Hicks (Prawirohardjo, 2010).

b) Selama bulan-bulan pertama kehamilan, terjadi peningkatan ukuran

pembuluh darah dan pembuluh limfe uterus. Akibatnya terjadi


7

vaskularisasi, kongesti, dan edema. Ketiga hal ini kemungkinan

besar menyebabkan pelunakan uterus secara keseluruhan dan, bila

dikombinasi dengan hipertrofi kelenjar serviks, menyebabkan

munculnya tanda Chadwick, Goodell, dan Hegar.

c) Seiring pembesaran, bentuk uterus berubah dari bentuk buah pir

sebelum hamil menjadi bentuk seperti bola pada awal kehamilan

dan menjadi kantung yang semakin membesar setelah usia

kehamilan tiga bulan.

d) Uterus dapat membesar pada kisaran waktu yang sedikit berbeda

(variasi satu hingga dua minggu) bagi wanita primigravida dan

multigravida.

2) Serviks, Vagina dan Vulva

a) Tanda Chadwick merupakan warna kebiruan atau keunguan pada

vulva dan mukosa vagina, termasuk lubang vagina pada serviks.

b) Tanda Goodell adalah pelunakan serviks dari yang tadinya sekeras

ujung hidung pada kondisi tidak hamil melunak menjadi seperti

bibir pada kondisi hamil.

c) Tanda Hegar merupakan kondisi istmus menjadi lunak dan mudah

tertekan. Ketiga tanda ini merupakan bukti yang terdapat pada usia

kehamilan sekitar enam minggu (Varney, 2007)

d) Warna merah atau kebiruan atau keunguan pada vulva dan vagina

ini merupakan akibat dari peningkatan pembuluh darah karena

pengaruh estrogen.
8

3) Payudara

a) Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya

menjadi lebih lunak.

b) Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan

vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat.

4) Sistem Sirkulasi Darah Ibu

a) Volume Darah

Semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari

pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah

(hemodilusi), dengan puncaknya pada uk 32 minggu. Serum darah

(volume darah) bertambah sebesar 25 sampai 30% sedangkan sel darah

merah bertambah sekitar 20%.

b) Sel Darah

Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat

mengimbangi, pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertumbuhan sel

darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi

hemodilusi yang disertai anemis fisiologis.Sel darah putih meningkat

dengan mencapai jumlah 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia

fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi, dan dapat mencapai 4

kali dari angka normal.

c) Protein darah

Dalam bentuk albumin dan gamaglobulin dapat menurun pada

triwulan pertama, sedangkan fibrinogen meningkat (Manuaba, 2007)


9

Kebutuhan ibu selama kehamilan ialah 800 mg besi diantaranya

300 mg untuk janin dan 500 mg untuk penambahan eritrosit ibu. Dengan

demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2 3 mg besi/hari. Untuk

mengatasi anemia ini dapat diberikan tablet besi.

b. Sistem Pencernaan

1) Pada bulan pertama kehamilan, terdapat perasaan mual akibat kadar

hormon estrogen yang meningkat.

2) Jarang dijumpai pada bulan pertama gejala muntah. Hanya saja ibu

dengan kehamilan awal akan mengeluh mual di pagi hari. Gejala

tersebut disebut dengan morning sickness.

c. Traktus Urinarius

Pada bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh

uterus yang mulaii membesar sehingga ibu hamil trimester I akan megalami

keluhan sering kencing.

d. Perubahan pada kulit

1) Pada dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,

kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai payudara dan paha

yang disebut dengan strie gravidarum.

2) Akan muncul linea nigra pada garis pertengahan perutnya. Dan

muncul pula dengan ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher

yang disebut chloasma.

3) Perubahan tersebut sebagai akibat dari hasil cadangan melanin pada

daerah epidermal dan dermal yang menyebabkan pastinya belum


10

diketahui. Estrogen dan progesteron diketahui mempunyai peran

dalam melanogenesis dan diduga bisa menjadi faktor pendorongnya

(Prawiroharjo, 2010).

e. Metabolisme

1) Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal yang

fisiologis hal ini disebabkan oleh turunnya osmolaritas dari 10

mOsm/kg yang diinduksi oleh makin rendahnya rasa haus dan sekresi

vasopresin. Fenomena ini mulai terjadi pada awal kehamilan

(Prawirohardjo, 2010).

2) Asam folat dibutuhkan untuk pertumbuhan an pembelahan sel dalam

sintesis DNA RNA. Defisiensi asam folat selama kehamilan akan

menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik dan defisiensi pada

masa prakonsepsi serta awal kehamilan diduga akan menyebabkan

neural tube defect pada janin sehingga para perempuan yang

merencanakan kehamilan dianjurkan mendapat asupan asam folat 0.4

mg/hari sampai usia kehamilan 12 minggu (Prawirohardjo, 2010).

2.2 Konsep Emesis Gravidarum

2.2.1 Pengertian Emesis Gravidarum

Emesis gravidarum keluhan mual muntah ini sering terjadi pada

waktu pagi hari sehingga dikenal dengan morning sickness. Kasus ini

dapat terjadi hampir 50% ibu hamil dan terbanyak terjadi pada umur

kehamilan 6-12 minggu ( Prawirohardjo, 2009 ).


11

Emesis gravidarum adalah keluhan umum yang disampaikan pada

kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormone

pada wanita karena terdapat peningkatan hormone estrogen, progresteron,

dan dikeluarkannya human chorionic gonadotropine plasenta. Hormone-

hormon inilah yang diduga menyebabkan emesis gravidarum (Manuaba,

2010).

2.2.2 Patofisiologi

Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh

perubahan dalam system endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama

disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar HCG ( Human Chorionic

Gonadotrophin ), khususnya karena periode mual muntah gestional yang

paling umum adalah pada 12-16 minggu pertama, yang pada saat itu, HCG

mencapai kadar tertinggi. HCG sama dengan LH (Luteizing Hormone) dan

disekresikan oleh sel trofoblas blastosit. HCG melewati control ovarium di

hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi esterogen dan

progesterone, suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh korionik

plasenta, HCG dapat terdeteksi dalam darah wanita dari sekitar tiga minggu

gestasi (yaitu satu minggu setelah fertilitas), suatu fakta yang menjadi dasar

bagi sebagian besar uji kehamilan (Tiran, 2009).

Mekanisme mual dan muntah merupakan mata rantai panjang yang

dikendalikan oleh keseimbangan antara dopamine, serotin, histamine dan

asetikolin. Ternyata, menurunnya serotonin dalam darah akan meningkatkan

terjadinya mual muntah. Dijelaskan oleh Tiran, 2008. Factor penyebab lain
12

yang mendukung adanya mual muntah pada kehamilan adalah serotonin

yang bekerja pada saluran gastrointestinal dan zona pemicu kemoreseptor,

seperti halnya asetikoin, dopamine, noradrenalin, histamine dan endofrin

terlibat dalam refleks muntah normal.

2.2.3 Penyebab Emesis Gravidarum

Penyebab emesis gravidarum secara pasti belum dapat diketahui.

Ada beberapa pendapat, tentang penyebab emesis gravidarum, antara lain:

1. Penyebab mual dan muntah tampaknya disebabkan oleh hormone

estrogen dan progesterone, walaupun hal ini tidak diketahui dengan pasti

dan HCG juga berperan dalam menimbulkan mual dan muntah

(Prawirohardjo, 2009).

2. Faktor psikologis dapat mempredisposisi beberapa wanita untuk

mengalami mual muntah. Wanita yang mengalami kesulitan dalam

membina hubungan, rentan terhadap masalah dengan distres emosional

menambah ketidaknyamanan fisik.

3. Masalah okupasional dan ekonomi, walaupun berdasarkan hukum

pengusaha seharusnya tidak menggunakan kehamilan wanita sebagai

faktor diskriminasi dalam lapangan kerja.

4. Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh

perubahan hormon-hormon kehamilan, seperti hormon HCG (Human

Chorionic Gonadotropin) yang dihasilkan dalam aliran darah untuk

menjaga persediaan estrogen dan progesterone (Tiran, 2009).


13

Kadar hormone HCG, produksi HCG akan meningkat sekitar hari

ke-70 dan akan menurun selama sisa kehamilan. Kadar yang tinggi dalam

aliran darah dapat menyebabkan mual muntah, hormone ini dapat dideteksi

pada urine melalui test kehamilan (Murni, 2009).

Pola makan calon ibu pada minggu-minggu awal kehamilan, serta

gaya hidupnya juga berpengaruh terhadap terjadinya emesis gravidarum ini.

Studi membuktikan bahwa calon ibu yang makan makanan berprotein tinggi

namun berkarbohidrat dan bervitamin B6 rendah lebih berpeluang menderita

mual berat. Keparahan mual pun berkaitan dengan gaya hidup calon ibu.

Kurang makan, kurang tidur atau istirahat, dan stress dapat memperburuk

rasa mual (Tarigan, 2010).

Selain faktor fisik, faktor emosional juga punya andil yang besar

dalam menyebabkan mual dan muntah pada kehamilan. Para wanita yang

mengalami mual berkepanjangan kelihatannya mendapatkan dukungan lebih

sedikit dari suaminya atau orang tua mereka (Admin, 2009).

2.2.4 Faktor Predisposisi dan Memperburuk Mual Muntah dalam


Kehamilan

1. Fisiologis : endokrin, apparatus vestibular structural

(musculoskeletal) gastrointestinal hepatic bakteriologis

2. Psikospiritual : cemas, stress, rasa takut factor hubungan syok kreasi /

penciptaan pengetahuan tentang kehidupan dan kematian tanggung jawab

kehilangan control.
14

3. Lingkungan : bau populasi pestisida dan bahan pengawet, suara berisik,

terlalu ramai.

4. Sosiokultural : isu financial/okupasional harapan social untuk

penyesuaian gambaran media tentang kehamilan normalitas versusu

medikalisasi tahayul dan mitos.

5. Status gravida

Primigravida menunjukkan kurangnya pengetahuan, informasi dan

komunikasi yang buruk antara wanita dan pemberi asuhannya turut

mempengaruhi persepsi wanita tentang gejala mual muntah. Sedangkan

multigravida dan grandemultigravida sudah mempunyai pengalaman,

informasi dan pengetahuan tentang gejala emesis gravidarum sehingga

mampu mengatasi gejala (Tiar, 2009).

2.2.5 Klasifikasi / pembagian derajat mual

Tiran (2008) menyebutkan derajat mual muntah dibagi mejadi tiga

yaitu ringan, sedang, dan berat. Menurut Liewekkyn-Jones (2001) dalam

Damayanti (2011) terdapat tiga derajat mual muntah yaitu:

1. Ringan

Mual ringan (dan kadang-kadang muntah) dialami oleh 45 %

wanita hamil dan merupakan bentuk yang paling umum. Mual biasanya

terjadi pada pagi hari (morning sickness) tetapi dapat di provokasi oleh

berpergian atau stress emosional setiap saat.Biasanya frekuensi mual dan

muntah 1-3 kali per hari, tidak menganggu aktivitas dan produksi air liur

masih dirasakan normal oleh ibu. Biasanya frekuensi mual muntah 1-2
15

kali sehari. Ibu akan merasakan mual 1 jam sedangkan jumlah yang

dikeluarkan lambung setiap muntah sedikit (kurang dari 1 gelas).

Menurut skala Rhodes Index Nausea, Vomiting and Retching mual

muntah ringan jika berada pada rentang 1-6 (Reni, 2013).

2. Sedang

Mual sedang dialami oleh 5 % wanita hamil atau 10 % dari semua

wanita yang menderita mual. Gejala dapat terjadi setiap waktu, siang

maupun malam hari. Pasien merasa tersiksa dan mungkin mengalami

dehidrasi ringan. Frekuensi mual dan muntah 4-6 kali per hari dan

menggangu aktivitas sehingga sering beristirahat (Damayanti, 2011).

Mual pada derajat sedang ini muncul karena mencium aroma yang

memicu mual, sehingga produksi air liur juga meningkat saat mual

muncul. Frekuensi mual dan atau muntah berkisar 3-4 kali sehari. Setiap

mual terjadi 2-5 jam. Jumlah yang dikeluarkan lambung setiap muntah

sebanyak 1-2 gelas. Mual muntah sedang berada pada rentang 7-12

berdasarkan Rhodes Index Nausea, Vomiting and Retching (Reni, 2013).

3. Berat

Mual bentuk ini tidak umum dialami oleh 1 dalam 1000 wanita

hamil. Mual berlangsung terus-menerus dan sering muntah. Wanita ini

cepat mengalami dehidrasi dan asidoketotik. Ibu merasa eneg pada ulu

hati dan mual muncul 7 kali atau lebih setiap hari sehingga sangat

menganggu aktivitas, membutuhkan banyak waktu untuk beristirahat

(Damayanti, 2011). Mual pada skala berat ini muncul secara tiba-tiba
16

tanpa factor pemicu ( aroma yang tidak disukai). Mual muntah terus-

menerus 5-6 kali setiap hari. Setiap mual terjadi selama 4-5 jam. Jumlah

yang dikeluarkan lambung setiap muntah 2-3 cangkir. Mual muntah berat

berada pada rentang > 12 berdasarkan Rhodes Index Nausea, Vomiting

and Retching (Reni, 2013).

2.2.6 Teknik Pengukuran Intensitas Mual

Skala psikososial merupakan jenis instrument self-report yang

dikombinasi dengan jenis pengukuran wawancara dan kuesioner. Skala

merupakan bagian dari desain penelitian penemuan terhadap pendapat

subjek mengenai hal-hal yang dirasakan ataupun keadaan fisiologis subjek.

Jenis pengukuran visual analog scale digunakan untuk mengukur

pengalaman subjektif, misalnya nyeri, mual dan sesak. Jenis ini dapat diukur

dengan menggunakan suatu garis dimulai dari garis paling awal (paling

ringan) sampai garis paling akhir (paling berat) (Nursalam, 2009).

Mual muntah diukur dengan mengunakan kuisioner mual muntah

(KMM) yang dimodifikasi dari Rhodes index nausea, vomiting and retching

(Rhodes INVR) yang dipopulerkan oleh Rhodes, Rhodes INVR digunakan

sebagai alat untuk mengukur mual muntah yang popular sampai sekarang.

Rhodes INVR menggunakan 5 respon skala likert yaitu 0-4. Kriteria dari

Rhodes INVR dibagi menjadi 3 yaitu :

1. 1-6 : mual muntah ringan

2. 7-12 : mual muntah sedang

3. > 12 : mual muntah berat


17

Pada kuisioner INVR, untuk mengukur skala mual yang dialami ibu

hamil, responden diminta untuk memberikan centang pada skala yang sesuai

dengan pengalaman mual ibu hamil tersebut (Reni, 2013).

Skala Rhodes INVR terdiri dari 8 pertanyaan yang terdiri dari 3

pertanyaan untuk mengukur mual, 3 pertanyaan untuk mengukur muntah

dan 2 pertanyaan untuk mengukur retching, yang diisi oleh responden

dengan 5 respon skala Likert yaitu 0-4 (Syarif, 2009).

Delapan pertanyaan yang terdapat dalam skala Rhodes INVR antara lain

ialah sebagai berikut :

1. Selama 12 jam terakhir, ibu muntah berapa kali

2. Selama 12 jam terakhir, setiap muntah yang ibu alami menggangu

aktivitas ibu

3. Selama 12 jam terakhir, dari mual yang dialami menganggu aktivitas ibu

4. Selama 12 jam terakhir, ibu merasakan mual berapa kali

5. Selama 12 jam terakhir, ibu merasakan mual berapa lama

6. Selama 12 jam terakhir, setiap muntah keluar banyak

7. Selama 12 jam terakhir, mual yang ibu rasakan menggangu aktivitas ibu

atau merasakan stress

Selama 12 jam terakhir, Ibu mengalami dehidrasi atau retching berapa kali
18

2.2.7 Penatalaksanaan

Menurut sumber cara meredakan gejala dan meminimkan efeknya

yaitu :

1. Menurut Hamilton (2009) rekomendasi untuk penatalaksanaan mual

selama kehamilan :

1) Sebelum bangun tidur pada pagi hari, makan sedikit biscuit asin,

segenggam sereal atau sepototong roti bakar.

2) Bangun perlahan, hindari gerakan mendadak.

3) Konsumsi makanan porsi kecil, tetapi sering dan hindari perut

kosong terlalu lama.

4) Lebih dianjurkan minum air selang waktu makan daripada saat

makan.

5) Coba sedikit jus apel, jus anggur atau minuman berkarbonasi saat

mual, selang waktu makan.

6) Hindari makanan yang kasar bentuknya serta gorengan.

7) Konsumsi makanan yang berbumbu sedikit, hindari pemakaian lada,

bawang putih, cabe atau bumbu kuat lain secara berlebihan,

8) Minum teh peppermint atau makan permen peppermint.

9) Minum emetrol 5 ml setiap 15 menit, namun tidak lebih dari 5 dosis.

10) Minum vitamin B6 (piridoksin) 50-100 mg 2 kali sehari.

11) Minum unison 20 mg 2 kali sehari.

12) Minum unison tablet dan vitamin B6 25 mg secara serentak

(Bendictin) 2 kalai sehari.


19

13) Minum akar jahe (Zingiber) sebanyak 800-1000mg 2 kali sehari dan

bila perlu.

14) Gunakan sea-band untuk mengatasi sakit bila bergerak, beri tekanan

pada pergelangan tangan di titik akurat, beri tekanan pada

pergelangan tangan di titik akupresur.

2. Menurut Manuaba (2010) penatalaksanaan emesis gravidarum dengan

menghindari bangun tiba-tiba, sedative, antimesis bitamin B kompleks,

Alinamin F, kalsium, pemeriksaan ANC (USG, laboratorium).

3. Menurut Tiran (2009) anjuran professional kesehatan mengenai mual dan

muntah fisiologis :

1) Mengkonsumsi makanan dalam jumlah sedikit, namun sering untuk

mempertahankan kadar gula darah.

2) Makan biscuit kering atau sepotong roti bakar sebelum bangun tidur

dari tempat tidur di pagi hari.

3) Saran diet konvesional seharusnya disampaikan oleh bidan, seperti

menghindari makanan yang berlemak, pedas atau berbau tajam.

4) Minum minuman yang mengandung susu sebelum beristirahat juga

dianjurkan, tetapi seperti yang diketahui oleh setiap orang yang

mengalami mual, susu sering kali merupakan minuman yang terakhir

kali diinginkan.

5) Buah asam dapat membantu, sementara orang lain mungkin merasa

bahwa buah asam tersebut akan memperburuk kondisi.


20

6) Istirahat dan tidur sangat penting untuk mengurangi dampak

keletihan, bahkan banyak wanita secara spontan melakukan tidur

siang.

4. Terapi pelengkap untuk relaksasi :

Terapi yang dapat diberikan pada ibu hamil yang mengalami mual

muntah :

1) Nutrisional

2) Shiatsu

3) Aromaterapi

4) Refleksologi

5) Masase

6) Yoga, meditasi

7) Pengobatan bunga bach

8) Hipnoterapi

9) Konseling penatalaksanaan stress

10) Obat

(Tiran, 2008)

2.3 Hubungan Status Gravida dan Usia Ibu dengan Emesis Gravidarum

2.3.1 Hubungan Status Gravida dengan Emesis Gravidarum

Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi dengan

hormone estrogen dan chorionic gonadotropin sehingga lebih sering terjadi

emesis gravidarum (Manuaba, 2010). Hal itu disebabkan karena terlalu


21

tingginya hormone estrogen dan korionik gonadotropin yang dikeluarkan

(Rukiyah, 2010).

Primigravida ini menunjukkan kurangnya pengetahuan, informasi

dan komunikasi yang buruk antara wanita dan pemberi asuhannya turut

mempengaruhi persepsi wanita tentang gejala mual muntah. Sedangkan

multigravida dan grandemultigravida sudah mempunyai pengalaman,

informasi dan pengetahuan tentang gejala emesis gravidarum sehingga

mampu mengatasi gejala (Tiar, 2009).

Mariantari, 2014 dalam penelitan dengan judul Hubungan

Dukungan Suami, Usia Ibu dan Gravida terhadap Kejadian Emesis

Gravidarum terdapat hubungan bermakna antara gravida dengan kejadian

emesis gravidarum.

2.3.2 Hubungan Usia Ibu dengan Emesis Gravidarum

Faktor resiko pada kehamilan yang dapat mempengaruhi

optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi adalah usia

pasien kurang dari 19 tahun dan usia lebih dari 35 tahun serta perkawinan

lebih dari 5 tahun. Dari situlah komplikasi-komplikasi kehamilan dapat

timbul. Tetapi hal itu dapat diatasi dengan melakukan pelayanan antenatal

secara dini dengan pemeriksaan berdasarkan kondisi ibu saat itu (Manuaba,

2008).
22

Penggolongan kategori usia:

a. Usia baik untuk kehamilan

Secara fisik dan mental usia yang baik untuk hamil berkisar antara 20-35

tahun. Usia tersebut baik karena alat reproduksi wanita telah berkembang

dan berfungsi secara maksimal, begitu juga faktor kejiwaannya, sehingga

akan mengurangi berbagai resiko ketika hamil, seperti keguguran,

perdarahan, bahkan kematian. Begitu juga pada saat menjalankan proses

persalinan, resikonya juga akan lebih kecil (Gunawan, 2010).

b. Usia kurang baik untuk kehamilan

Wanita dibawah usia 20 tahun dan diatas 35 tahun kurang baik untuk

hamil, karena kehamilan pada usia ini memiliki resiko tinggi seperti

terjadinya keguguran atau kegagalan persalinan, bahkan bisa menyebabkan

kematian (Gunawan, 2010).

Wanita usia dibawah 20 tahun secara fisik dan mental belum siap untuk

hamil. Kondisi fisik mereka masih lemah untuk hamil, walaupn organ

reproduksinya telah berkembang dengan baik. Bertambahnya usia seorang

wanita dapat menimbulkan resiko saat melahirkan. Hal ini terbukti dengan

adanya kasus menurunnya kemampuan melahirkan dengan meningkatnya

usia. Berikut ini adalah gambaran resiko melahirkan sesuai dengan tingkatan

usia:

1) Wanita usia 25 tahun, memiliki risiko melahirkan dengan perbandingan 1

: 1.250
23

2) Wanita menjelang usia 30 tahun perbandingan risiko melahirkannya

menjadi 1 : 952

3) Menjelang usia 35 tahun perbandingan risiko melahirkan menjadi 1 : 378

4) Menjelang usia 40 tahun perbandingan risiko melahirkan yaitu 1 : 106

5) Menjelang usia 45 tahun perbandingan risiko melahirkan yaitu 1 : 30

Wanita yang usianya lebih tua memiliki tingkat risiko komplikasi

melahirkan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih muda. Bagi

wanita yang berusia diatas 35 tahun, selain fisiknya mulai melemah juga

kemungkinan munculnya sebagai risiko gangguan kesehatan seperti darah

tinggi, diabetes, dan berbagai penyakit lain.


24

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau

antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

diteliti (Soekidjo,2012).

Faktor yang mempengaruhi


terjadinya hiperemesis gravidarum:

a.Faktor predisposisi :
1) Primigravida
2) Mola hidatidosa
3) Kehamilan ganda
b. Peningkatan hormon juga
berpengaruh, termasuk juga
antara lain:
1) Riwayat hiperemesis
2) Status nutrisi : Obesitas
3) Faktor psikologis : Emosi dan EMESIS
Stress GRAVIDARUM
4) Faktor Konsentrasi HCG

c.Status gravida
- Primigravida
- Multigravida
d. Faktor usia
1) < 20 tahun dan > 35 tahun
2) 20-35 tahun

Keterangan :

= diteliti
= tidak diteliti
= ada pengaruh

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Status Gravida dan Usia Ibu
dengan Kejadian Emesis Gravidarum Bulan Januari-Agustus 2017 di BPM
Veronika Kota Kediri
25

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan

penelitian. Hipotesis berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian,

artinya hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus dibuktikan

(Notoatmodjo, 2012).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Ada hubungan antara status gravida ibu dengan kejadian

emesis gravidarum.

H1 : Ada hubungan usia ibu dengan kejadian emesis gravidarum.

You might also like