PENGEMBANGAN KOMUNITAS KEPERAWATAN PADA TATANAN PESANTREN: PESANTREN
Dosen: Elida Ulfiana .S.Kep.,Ns., M.Kep
OLEH:
Luluk Fauziyah Januarti
NIM.131614153099
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2017 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu komponen dalam mengukur keberhasilan pembangunan bangsa sangat penting bagi kehidupan kita, sehingga harus dipelihara, dilindungi dari berbagai ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Kesehatan juga perlu ditingkatkan dan diperjuangkan oleh semua orang, karena masalah kesehatan bukan hanya persoalan sektor kesehatan semata, akan tetapi menjadi tanggung jawab kita semua. Selain itu, upaya pembangunan kesehatan juga diarahkan guna mencapai tujuan Millennium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs tersebut, kesehatan dapat dikatakan unsur yang dominan, karena dari delapan agenda MDGs, lima diantaranya berkaitan langsung dengan kesehatan. Oleh karena itu, untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan tersebut, Kementerian Kesehatan telah menetapkan Visi Kementerian Kesehatan dalam rangka menunjang percepatan pencapaian yang tertuang dalam Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Adapun Visi Kementerian Kesehatan, adalah Mewujudkan Masyarakat yang Sehat, Mandiri, dan Berkeadilan Untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan, salah satu strategi yang ditempuh adalah meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerja sama nasional dan global. Guna mewujudkan hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah berupaya melakukan berbagai terobosan, antara lain melalui Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif sebagai salah satu wujud pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah bentuk pengembangan dari Desa Siaga yang telah dimulai sejak tahun 2006. Pemberdayaan masyarakat di Pondok Pesantren merupakan upaya fasilitasi, agar warga pondok pesantren mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan upaya pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat sesuai situasi, kondisi dan kebutuhan setempat. Upaya fasilitasi tersebut diharapkan pula dapat mengembangkan kemampuan warga pondok pesantren untuk menjadi perintis/pelaku dan pemimpin yang dapat menggerakkan masyarakat berdasarkan asas kemandirian dan kebersamaan. Wujud pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan atau lazim disebut Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) sangat beraneka ragam, antara lain: Posyandu, Poskesdes, Dana Sehat, Pos Obat Desa (POD), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan Pos Kesehatan Pesantren. Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan Poskestren, lebih diutamakan dalam hal pelayanan promotif (peningkatan kesehatan) dan preventif (pencegahan), tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan), yang dilandasi semangat gotong royong dengan pembinaan oleh Puskesmas setempat. Pondok Pesantren merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan keagamaan yang tumbuh dan berkembang dari oleh dan untuk masyarakat yang berperan penting dalam pengembangan sumber daya manusia, diharapkan para santri dan para pemimpin serta pengelola pondok pesantren, tidak saja mahir dalam aspek pembangunan moral dan spiritual dengan intelektual yang bernuansa agamis, namun dapat pula menjadi penggerak/motor motivator dan inovator dalam pembangunan kesehatan, serta menjadi teladan dalam berperilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat sekitar. Mengingat pondok pesantren telah tumbuh dan berkembang hampir di seluruh daerah, maka diharapkan kegiatan ini dapat menyebar secara merata di seluruh Indonesia. Pada umumnya santri yang belajar di pondok pesantren berusia antara 7-19 tahun, dan di beberapa pondok pesantren lainnya menampung santri berusia dewasa. Poskestren merupakan bagian integral dari UKS, di mana sasaran UKS adalah seluruh warga sekolah mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah lanjutan menengah, yang meliputi sekolah umum, keguruan, Sekolah Luar Biasa (SLB), termasuk pondok pesantren, baik jalur sekolah maupun luar sekolah. Pondok pesantren yang ada di Indonesia berjumlah 27.218 lembaga, terdiri dari 13.446 (49,4 %) pondok pesantren salafi/salafiah (tradisional), 3.064 (11,3 %) pondok pesantren khalafi/khalafiah (modern), dan pondok pesantren terpadu/kombinasi sebanyak 10.708 (39,3 %), dengan jumlah santri sebanyak 3.642.738 orang. Dari jumlah santri tersebut, laki-laki terdiri 1.895.580 (52,0 %) dan perempuan 1.747.158 (48,0% ) (Education Management Information System/EMIS, Kemenag, 2010/2011). Bila ditilik dari sisi kesehatan, pada umumnya kondisi kesehatan di lingkungan pondok pesantren masih memerlukan perhatian dari berbagai pihak terkait, baik dalam aspek akses pelayanan kesehatan, berperilaku sehat maupun aspek kesehatan lingkungannya. Salah satu upaya untuk mendekatkan pelayanan kesehatan bagi warga pondok pesantren adalah menumbuh kembangkan Poskestren. 1.2 Tujuan 1. Mendeskrisikan tentang asuhan keperawatan pada tatanan pondok pesantren 2. Mendeskrispsikan gambaran situasi di pondok pesantren 3. Mendeskripsikan Masalah kesehatan pada pondok pesantren 4. Menganalisis proses keperawatan yang dapat dikembangkan di ponodk pesantren 5. Menjelaskan inovasi yang dapat dikembangkan di tatanan pondok pesantren. BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Definisi 2.1.1 Definisi Keperawatan Komunitas Menurut WHO (1974), komunitas merupakan kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal dan interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Menurut Koentjaraningrat (1990), komunitas merupakan suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah nyata dan yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat serta terikat oleh suatu rasa identitas dalam komunitas. Menurut Wahit (2005), komunitas merupakan sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relatif sama, serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan. Menurut WHO (1974), keperawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga (nurse health family) dan juga meliputi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasikan masalah kesehatannya sendiri, serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan kepada orang lain. Menurut Departemen Kesehatan RI(1986), keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat. Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006). Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010). 2.1.2 Definisi Pesantren Menurut asal katanya pesantren berasal dari kata santri yang mendapat imbuhan awalan pe dan akhiran an yang menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Terkadang pula pesantren dianggap sebagai gabungan dari kata santri (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong) sehingga kata pesantren dapat diartikan tempat pendidikan manusia baik-baik (Zarkasy, 1998: 106). Lebih jelas dan sangat terinci sekali Madjid (1997 : 19-20) mengupas asal usul perkataan santri, ia berpendapat Santri itu berasal dari perkataan sastri sebuah kata dari Sansekerta, yang artinya melek huruf, dikonotasikan dengan kelas literary bagi orang jawa yang disebabkan karena pengetahuan mereka tentang agama melalui kitab-kitab yang bertuliskan dengan bahasa Arab. Kemudian diasumsikan bahwa santri berarti orang yang tahu tentang agama melalui kitab-kitab berbahasa Arab dan atau paling tidak santri bisa membaca al- Qur'an, sehingga membawa kepada sikap lebih serius dalam memandang agama. Juga perkataan santri berasal dari bahasa Jawa cantrik yang berarti orang yang selalu mengikuti guru kemana guru pergi menetap (istilah pewayangan) tentunya dengan tujuan agar dapat belajar darinya mengenai keahlian tertentu. Pesantren juga dikenal dengan tambahan istilah pondok yang dalam arti kata bahasa Indonesia mempunyai arti kamar, gubug, rumah kecil dengan menekankan kesederhanaan bangunan atau pondok juga berasal dari bahasa Arab Fundq yang berarti ruang tidur, wisma, hotel sederhana, atau mengandung arti tempat tinggal yang terbuat dari bambu (Zarkasy, 1998: 105-106). Pesantren atau lebih dikenal dengan istilah pondok pesantren dapat diartikan sebagai tempat atau komplek para santri untuk belajar atau mengaji ilmu pengetahuan agama kepada kiai atau guru ngaji, biasanya komplek itu berbentuk asrama atau kamar-kamar kecil dengan bangunan apa adanya yang menunjukkan kesederhanaannya. 2.1.3 Keperawatan Komunitas di Lingkungan Pesantren Pondok pesantren yang merupakan wadah lembaga pendidikan agama Islam berbasis masyarakat dan sangat potensial untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia memerlukan dukungan program kesehatan. (Wijayanti,2013) Pesantren merupakan tempat untuk mendidik agar santri-santri menjadi orang yang bertaqwa, berakhlak mulia serta memeiliki kecerdasan yang tinggi. Santri-santri yang berada di pondok Pesantren merupakan anak didik yang pada dasarnya sama saja dengan anak didik di pesantren-pesantren umum yang harus berkembang dan merupakan sumber daya yang menjadi generasi penerus pembangunan yang perlu mendapat perthatian khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya. Permasalahan kesehatan yang dihadapi santri-santri tidak beda dengan permasalahan yang dihadapi anak pesantren umum bahkan bagi santri yang mondok akan bertambah lagi dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di pondok yang mereka tempati. Berdasarkan hal tersebut di atas dituntut suatu peran aktif dari masyarakat dalam hal ini adalah Pesantren bekerjasam dengan pihak kesehatan melakukan pembinaan kesehatan bagi santri-santri yang ada sehingga terwujud pola perilaku hidup bersih dan sehat bagi para santri dan masyarakat Pondok Pesantren serta masyarakat lingkungannya. Pemberdayaan masyarakat di Pondok Pesantren merupakan upaya fasilitasi, agar warga pondok pesantren mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan upaya pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat sesuai situasi, kondisi dan kebutuhan setempat. Upaya fasilitasi tersebut diharapkan pula dapat mengembangkan kemampuan warga pondok pesantren untuk menjadi perintis/pelaku dan pemimpin yang dapat menggerakkan masyarakat berdasarkan asas kemandirian dan kebersamaan. Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan Poskestren, lebih diutamakan dalam hal pelayanan promotif (peningkatan esehatan) dan preventif (pencegahan), tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan), yang dilandasi semangat gotong royong dengan pembinaan oleh Puskesmas setempat.
2.2 Gambaran Situasi
Pondok Pesantren merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan keagamaan yang tumbuh dan berkembang dari oleh dan untuk masyarakat yang berperan penting dalam pengembangan sumber daya manusia, diharapkan para santri dan para pemimpin serta pengelola pondok pesantren tidak saja mahir dalam aspek pembangunan moral dan spiritual dengan intelektual yang bernuansa agamis, namun dapat pula menjadi penggerak/motor motivator dan inovator dalam pembangunan kesehatan, serta menjadi teladan dalam berperilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat sekitar. Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang ada di Indonesia yang mempunyai kultur, metode dan jaringan yang unik. Pesantren sebagai tempat pendidikan agama memiliki basis sosial yang jelas karena keberadaannya menyatu dengan masyarakat. Ketika lembaga-lembaga sosial yang lain belum berjalan dengan baik dalam kegiatan sosial, pesantren telah menjadi pusat aktivitas sosial masyarakat. Sebagai lembaga sosial pada umumnya pesantren hidup dari, oleh dan untuk masyarakat. Visi ini menuntut adanya peran dan fungsi pondok pesantren yang sejalan dengan situasi dan kondisi masyarakat, bangsa dan negara yang terus berkembang, Sementara itu, sebagai suatu komunitas pesantren dapat berperan menjadi penggerak bagi upaya kesejahteraan masyarakat mengingat pesantren merupakan kekuatan sosial yang jumlahnya cukup besar. Pondok pesantren pada awalnya berdirinya mempunyai pengertian yang sederhana, yaitu tempat pendidikan santri-santri untuk mempelajari pengetahuan Agama Islam di bawah bimbingan seorang kiai/guru/ustad dengan tujuan untuk menyiapkan para santri sebagai kader dakwah Islamiah, yang menguasai Agama Islam dan siap menyebarkan Agama Islam di berbagai lapisan masyarakat. Sesuai dengan tujuan utamanya, maka materi yang di ajarkan di pondok pesantren pada umumnya terdiri dari materi agama yang digali langsung dari kitab-kitab klasik berbahasa Arab, yang ditulis para ulama yang hidup pada abad pertengahan.Semenjak perang kemerdekaan, terjadi perubahan mendasar dalam sistem pendidikan pondok pesantren. Perubahan tersebuat, diantaranya dengan dikenalnya sistem madrasah dalam proses belajar mengajar, dan mulai diajarkannya materi umum. Dengan demikian pondok pesantren tidak lagi sepenuhnya tergolong pendidikan jalur luar sekolah, tapi masuk jalur sekolah. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, di dalam lingkungan pondok pesantren, selain madrasah, diselenggarakan pula sekolah-sekolah umum, perguruan tinggi dan program pengembangan masyarakat.Masuknya program pengembangan masyarakat, keterampilan, pendidikan umum, termasuk kesehatan, dianggap sebagai pelengkap dari pendidikan di pondok pesantren. Adapun penyelenggaraannya diserahkan sepenuhnya kepada pihak pengelola atau pimpinan pondok pesantren yang bersangkutan, dengan tetap memadukan tiga prinsip utama, yaitu: peningkatan keimanan dengan ibadah, penyebaran ilmu dan ajaran Agama Islam dengan tabligh; memberdayakan potensi warga pondok pesantren dan menerapkan nilai- nilai kemasyarakatan yang baik dengan amal shaleh Dilihat dari sisi kesehatan, pada umumnya pondok pesantren masih memerlukan perhatian dari berbagai pihak yang terkait, baik dalam aspek akses pelayanan kesehatan, perilaku sehat maupun aspek kesehatan lingkungannya. Pesantren sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dianggap masih perlu mendapat perhatian dalam hal higiene dan sanitasi lingkungan. Pondok pesantren dinilai masih kurang memperhatikan kesehatan santri dan lingkungannya. Selain itu pondok pesantren juga masih kurang dalam pemberdayaan kesehatan di kalangan santrinya. Penelitian Herryanto (2004) di Tangerang menunjukkan bahwa pondok pesantren masih rawan dalam hal hygiene dan sanitasi lingkungannya. Penyakit menular yang berbasis lingkungan oan perilaku seperti Tuberkulosis (TBC), lnfeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), diare dan penyakit kulit masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dominan di pondok pesantren. Pemukiman yang padat, lembab, ventilasi kurang,lingkungan yang kotor serta perilaku yang tidak sehat merupakan faktor penularan berbagai penyakit.. 2.3 Masalah-masalah kesehatan di pondok pesantren Kurangnya pemahaman para santri tentang kesehatan di sekitar pondok dapat membuat masalah pada dirinya sendiri. Masalah tersebut antara lain: Berkaitan dengan kesehatan lingkungan 1. Sampah yang berserakan di lingkungan pesantren 2. Lantai asrama jarang dipel 3. Air limbah tidak mengalir kedalam got sehingga menjadi sarang nyamuk 4. Bak mandi jarang di kuras Saluran air mandi tersumbat oleh sampah 5. Kasur tidak dijemur Bekaitan dengan masalah tingkah laku 1. Piring tidak segera dicuci sebelum dan sesudah makan 2. Sisa makanan yg berserakan di asrama 3. Pakaian yang sudah digunakan bergantungan di dalam asrama 4. Santri tidur dilantai, tanpa selimut dan alas tidur 5. Ember sabun, sepatu dan sandal diletakkan sembarangan di dalam asrama. 6. Bantal sering dipakai bersama-sama 7. Menghidangkan makanan tidak ditutup 8. Sesudah BAB tidak cuci tangan dengan sabun dan WC tidak disiram sampai bersih 9. Pakaian basah dijemur di dalam asrama. Berkaitan dengan masalah Gizi 1. Mie dijadikan makanan pokok 2. Menu makanan kurang bervariasi 3. Santri tidak sarapan pagi 4. Mengambil porsi makanan yang tidak sesuai Berkaitan dengan masalah sarana dan prasarana 1. Ruang asrama tidak sesuai dengan jumlah penghuni 2. Kurangnya obat-obat ringan dan P3K 3. Kurangnya tempat menjemur pakaian Masalah lain yang juga berhubungan dengan peran serta Pondok Pesantern guna meningkatkan derajat kesahatan masyarakat Pondok Pesantern adalah tentang kesehatan lingkungan di Pondok Pesantren yang meliputi : 1. Lingkungan dan bangunan pondok Pesantren haruslah dalam keadaan bersih tersedia sarana sanitasi yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan., bangunan yang kukuh. 2. Tata Ruang, sesuai dengan kebutuhan dan perencanaan. 3. Konstruksi bangunan sesuai dengan persyaratan kesehatan. 4. Kamar/ruang cukup untuk dihuni oleh santri dan sesuai dengan ketentuan kesehatan. Keterlibatan Pondok Pesantren dalam hal kesehatan yang lain adalah tersedianya Pos Obat Desa (POD). Pos Obat Desa yang dimaksud adalah suatu tempat dimana masyarakat warga Pondok Pesantren yang sakit dapat dengan mudah memperoleh obat untuk mengobati santri dengan murah dan bermutu. Obat-pbat yang dipakai adalah obat-obat yang diperbolehkan yaitu sesuai dengan letentuan dari pihak kesehatan. Pengelola POD adalah kader yang telah dilatih yang berada di Pondok Pesantren. Agar tidak menjadi masalah yang sangat besar maka para santri harus menerapkan pola hidup sehat di lingkungan pesantren. Pola hidup sehat seperti berikut: a. Hirup Udara Bersih Dapat di mulai dengan membiasakan diri untuk bangun di pagi hari, lalu keluar kamar dan menarik napas pelan-pelan secara mendalam. Udara pagi merupakan udara yang sangat baik bagi tubuh anda, sebab udara pagi biasanya belum tercemar dari berbagai macam polusi yang biasa terjadi di siang hari. Sehingga hal tersebut dapat membantu untuk membersihkan paru-paru dan memberikan udara segar untuk paru-paru anda, anda juga dapat menyerap oksigen yang sehat untuk disalurkan ke otak. Sehingga akan mudah berfikir lebih baik lagi. Selain itu juga perlu menghindari asap rokok, kenalpot, dan juga debu. b. Minum Air Putih Air putih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan minuman apapun. Maka oleh sebab itu banyak dokter untuk menyarankan untuk mengkonsumsi minimal 8 gelas perhari, sebab air putih sangat memiliki manfaat yang baik bagi tubuh, yakni menetralisir racun di dalam tubuh, serta dapat melancarkan metabolisme dalam tubuh sehingga tubuh dapat lebih terasa segar dan sehat. c. Sarapan Yang Sehat Ada baiknya jika anda tidak melewatkan sarapan di pagi hari. Sarapan di pagi hari merupakan kegiatan yang baik untuk dilakukan sebelum melakukan kegiatan diluar rumah, karena tubuh membutuhkan suplai energi pada saat melakukan aktivitas. d. Beraktivitas Seimbang Bekerja keras itu memang sangat baik, namun sebaiknya perlu meluangkan waktu sejenak untuk beristirahat. Tidak dianjurkan anda memforsir diri untuk melakukan aktivitas tanpa istirahat, sebaiknya melakukan istirahat selama 7-8 jam sehari dan melakukan olahraga yang teratur. Tidur terlalu lama pun bukan juga hal yang baik, sebaiknya anda melakukan 2 hal tersebut secara berimbang. e. Hindari Pola Makan Yang Tidak Sehat Pola makan yang tidak sehat tentu berada di dalam kandungan makanan cepat saji, makanan yang memiliki kandungan lemak yang tinggi, serta minuman yang beralkohol dan juga soda. Rokok juga menjadi hal yang buruk bagi kesehatan, sebaiknya menghindari gaya dan pola hidup tidak sehat dengan tidak melakukan tips diatas.
2.4 Proses Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lembaga pendidikan
Berikut 5 tahapan proses keperawatan yang dapat dilaksanakan oleh perawat komunitas : 2.4.1 Pengkajian Berikut yang dapat saudara kaji adalah : 1. Core (Kelompok anak pesantren) : Demografi kelompok anak usia pesantren, (nama anak, umur, jenis kelamin. Ururtan anak, nama orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, suku, alamat). Riwayat kesehatan : riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat imunisasi, riwayat tumbuh kembang, riwayat pesantren : visi misi pesantren, nilai dan keyakinan pesantren dalam kesehtan. pemeriksaan Fisik anak pesantren mulai dari keoala smapai kaki. 2. Pengkajian delapan subsistem a. Lingkungan fisik pesantren : 1. Anak dan pembangunan lingkungan Orang dewasa pada umumnya berpendapat bahwa pembangunan yang cocok bagi dirinya, maka cocok pula bagi anak-anak, sehingga anak dipandang tidak penting untuk didengarkan pendapat dan aspirasinya dalam merencanakan dan menentukan arah pembangunan. Sesungguhnya melalui wadah partisipasi anak, anak dapat diajak bekerjasama dalam mengatasi persoalan-persoalan yang berhubungan dengan (pembangunan) lingkungannya (Adams & Ingham, 1998:51). Pemerintah dapat berkomunikasi dengan mereka, karena mereka mempunyai persepsi, pandangan dan pengalaman mengenai lingkungan kota tempat mereka tinggal, sehingga pemerintah dapat menemukan kebutuhan atau aspirasi mereka. 2. Anak dan lingkungan tempat tinggal Hal yang perlu dilakukan agar anak akrab dengan lingkungan tempat tinggalnya antara lain adalah: 1) Keluarga perlu melakukan penerapan kombinasi pola asuh antara otoriter, bebas dan demokratis secara seimbang dan konsisten, supaya kepercayaan diri anak tinggi. 2) Rumah yang layak huni adalah rumah yang menjamin keamanan, ketenangan dan kenyamanan penghuni. 3. Anak dan lingkungan masyarakat Pada lingkungan masyarakat, diharapkan anak dapat lebih menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat, untuk itu perlu dilakukan adalah: 1) Perlu ada inisiatif dan kemauan keras ketua RT dan RW untuk menjalankan organisasi dengan membentuk kegiatan-kegiatan yang berdampak langsung pada warga, khususnya anak-anak, seperti kerja bakti. 2) Menjaga sanitasi lingkungan, karena berdampak langsung pada kesehatan lingkungan, terutama terhadap anak-anak yang rentan terhadap berbagai resiko yang ditimbulkan oleh lingkungan 4. Anak dan lingkungan pesantren Lingkungan pesantren yang diharapkan anak adalah sebagai berikut: a. Mempunyai ruang WC yang menjadi salah satu fasilitas yang penting di pesantren. b. Desain bangunan pesantren bertingkat perlu dilengkapi ruang bermain bagi anak yang aman dan nyaman di setiap lantai. c. Waktu pesantren pagi dan petang dipertimbangkan untuk diterapkan secara bergantian. d. Perlu menggunakan metode Cara Belajar Siswa Aktif. e. Penyusunan peraturan dan tata tertib pesantren, pimpinan pesantren dan guru perlu mengikutsertakan murid-murid. Contoh pertanyaan :apakah lingkungan fisiknya aman untuk belajar dan bermain? Adakah sumber air bersih? Toilet yang cukup bersih? Bagaimana penghijuan dipesantren? Apakah lingkungan dilembaga pendidikan dekat tempat yang mengancam keselamatan : dekat pusat perbelajaan, bioskop, sungai, tempat pembuangan limbah/ sampah, polusi udara/suara dan jalan raya. b. Pendidikan : Selain program pembangunan fisik, program pendidikan kesehatan tentang hubungan antara air, jamban, perilaku dan kesehatan juga menjadi kegiatan yang penting dalam program kesehatan pesantren. Di antaranya adalah hubungan antara air-kondisi sanitasi dan penyakit; bagaimana sarana sanitasi dapat melindungi kesehatan kita; bagaimana penyakit dapat timbul dari kondisi sanitasi dan perilaku yang buruk; Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun; Pencegahan Penyakit Kecacingan; dan monitoring kualitas air. Materi-materi pembelajaran bagi siswa dilaksanakan secara partisipatif menggunakan metode PHAST. Guru-guru sebagai tenaga pengajar akan di beri pelatihan terlebih dahulu oleh Dinas Kesehatan setempat dan Tim Fasilitator Masyarakat, khususnya TFM bidang kesehatan. Contoh pertanyaan: apakah kurikulum yang ada juga mengajarkan nilai nilai dasar kesehatan? Bagaimana cara guru melatih perilaku hidup bersih dan sehat pada lembaga pesantren c. Keamanan dan transportasi Pemerintah kota agar menyediakan layanan transportasi yang mempertimbangkan kebutuhan anak. Selain itu pemerintah kota dalam membuat kebijakan mengenai transportasi umum, menurut Jill Swart Kruger dan Louise Chawla (Kruger, 2002) perlu: a. Memperkenalkan jarak, jenis dan ukuran transportasi umum. b. Mempertimbangkan pembuatan tiket tunggal untuk semua jenis transportasi umum. c. Mempertimbangkan penggunaan bus khusus pada hari minggu dan libur untuk anak dan keluarganya ke tempat rekreasi. Contoh pertanyaan : anak pesantren menggunakan transportasi jenis apa bila kepesantren? Adakah fasilitas transportasi yang tersedia yang dpat digunkan oleh siswa kebutuhan emergency? Bagaimana cara/ sistem pesantren menlindungi keamanan anak usia pesantren dari bahaya fisik, psikologi maupun sosial? d. Politik dan Pemerintahan adakah kebijakan pememrintah pusat/ daerah/ local yang mendukung pemeliharaan kesehatan anak usia pesantren? Bagaimana penerapannya dipesantren? e. Pelayanan kesehatan : Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan di Indonesia, yakni Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan sejumlah misi, strategi, pokok-pokok program serta program-programnya. Salah satu program yang dimaksud adalah Program Usaha Kesehatan Pesantren. UU No. 23 tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa Usaha Kesehatan Pesantren wajib di selenggarakan di pesantren. Dan Peraturan mentri no.1 tahun 2013 tentang pedoman dan penyelenggaraan pos kesehatan pesantren Pos kesehatan pesantren merupakan salah satu wujud upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) di lingkungan pondok pesantren, dengan prinsip dari, oleh dan untuk warga pondok pesantren yang mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dengan binaan puskesmas setempat. Fungsi poskestren yaitu a) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dalam alih informasi, pengetahuan dan keterampilan dari petugas kepada warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dan antar sesama warga pondok pesantren, b)sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya. Adapun tujuan umum poskestren adalah untuk mewujudkan kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Sedangkan tujuan khususnya adalah 1) Meningkatnya pengetahuan warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya tentang kesehatan, 2) Meningkatknya sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya, 3) Meningkatnya peran aktif warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. 4) Meningkatnya kemampuan warga pondok pesantren dalam mengenali dan menanggulangi masalah kesehatan akibat bencana, 5) Terpenuhinya pelayanan kesehatan dasar bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya. Kegiatan rutin poskestren diselenggarakan dan dimotori oleh kader poskestren dengan bimbingan teknis dari puskesmas dan sektor terkait. Ruang lingkup kegiatan poskestren meliputi 1) Pemberdayaan santri sebagai kader kesehatan (santri husada) dan kader siaga bencana (santri siaga bencana), 2) Pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif. Penyelenggaraan poskestren pada dasarnya dapat dilaksanakan secara rutin setiap hari atau ditetapkan sesuai kesepakatan bersama.Tempat penyelenggaraan kegiatan promotifdan preventifdapat dilaksanakan di lingkungan pondok pesantren. Adapun untuk pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan di ruang tersendiri,baik menggunakan salah satu ruangan pondok atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar (Depkes RI, 2006). Program promosi kesehatan di pesantren harus diintegrasikan ke dalam program usaha kesehatan pesantren, melalui koordinasi dengan Tim Pembina UKS di tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pusat. Promosi kesehatan pesantren (dalam Program PAMSIMAS) harus dikoordinasikan dengan program penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh PUSKESMAS, Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan Pusat Contoh pertanyaan : adakah fasilitas pelayanan kesehatan yang bersedia untuk anak usia pesantren, mislanya : ruang poskestren, dokter/ perawat pesantren yang siaga dipesantren, atau sistem rujukan kedokter praktek/ puskesmas/ klinik/ rumah sakit terdekat dengan pesantren. Bagaimana pelayanan yang diberikan seperti: pemantauan tumbuh kembang secara rutin, program imunisasi anak usia pesantren, pendidikan kesehatan oleh tenaga kesehatan. f. Pelayanan sosial :adakah fasilitas sosial yang dapat dimanfaatkan untuk anak pesantren, misalnya : layanan konseling oleh guru, kelompok belajar, kelompok seni anak, dan lain lain g. Komunikasi :
Hasil survei Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI)5 menunjukkan
bahwa acara televisi untuk anak-anak cenderung mengalami peningkatan. Hasil survei ini menunjukkan bahwa alasan yang utama para reponden (anak-anak) untuk menonton televisi adalah hiburan (72%) dan jenis acara yang sering ditonton termasuk infotainmen (gosip, telenovela, sinetron). Televisi adalah seperti pisau yang dapat bermanfaat untuk kebaikan atau bisa berbahaya jika penggunaannya tidak terkendali. Oleh karena itu kuasa negatif televisi ini perlu dikurangi atau dialihkan ke hal-hal yang mendidik dan membangun.
Media komunikasi yang dapat digunakan untuk memfasilitasi perkembangan
kelompok anak usia pesantren seperti: madding, Koran, bulletin, majalah pesantren/ anak-anak, radio, Tv, Telepon. Bagaimana cara anak pesantren dan keluarganya menerima informasi tentang perkembangan belajar dan kondisi tumbuh kembang anak? h. Ekonomi : Krisis moneter dan ekonomi yang terjadi di Indonesia yang berkepanjangan dan masih berlangsung hingga kini, jelas berdampak negative terhadap kesehatan dan gizi penduduk. Dampak ini lebih nyata pada ibu hamil dan anak-anak, tidak terkecuali anak usia pesantren dasar \ yang merupakan kelompok penduduk yang paling rentan terhadap gangguan gizi dan pelayanan kesehatan, ekonomi yang berkepanjangan ini memicu penurunan daya beli masyarakat dan kalangan hasil produksi pertanian, sehingga makanan yang dikonsumsi penduduk terutama mereka dikelas bawah miskin akan menurun dari segi kuantitas dan kualitas. Bagaimana rata rata pendapatan orang tua siswa?Bagaimana pesantren membiayai pelaksanaan proses belajar mengajar dipesantren, apakah sepenuhnya dibantu pemerintah/ swadaya masyarakat? i. Rekreasi : Menurut Hendricks (Hendricks: 2002) perencanaan taman bermain yang ramah terhadap anak harus mempertimbangkan hasil konsultasi dengan anak, seperti bagaimana mereka menggunakan ruang dan apa yang mereka ingin lakukan, sehingga dalam proses pengembangannya tidak perlu melakukan pengekangan terhadap anak. Proses konsultasi dengan anak harus dilakukan dengan baik seperti yang dilakukan terhadap orang dewasa. Adakah tempat rekreasi yang bisa digunakan oleh anak usia pesantren, Seperti lapangan olahraga, dan taman bermain? Apakah aman untuk digunakan dan cukuo dengan jumlah murid yang ada 2.4.2 Diagnosa Keperawatan Komunitas Di Pesantren 1. Defisiensi kesehatan Komunitas berhubungan dengan ketidakcukupan sumber daya 2. Perilaku cenderung beresiko berhubungan dengankurang dukungan sosial,penggunaan alcohol berlebih, merokok, kurang pemahaman 3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan sumber daya tidak cukup (mis. Financial, sosial, pengetahuan) 4. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan kompleksitasn sistem pelayanan kesehatan, persepsi kerentanan, tuntutan berlebihan 5. Ketidakefektifan perlindungan berhubungan dengan gangguan imun, nutrisi tidak adekuat, penyalahgunaan zat 2.4.3 Perencanaan Asuhan keperrawatn pada lembaga pendidikan dapat menggunkan tiga pendekatan level pencegahan dalam membuat perencanaan keperawatan yaitu : 2.4.4 Pencegahan primer (primery prevention) 1. Program promosi kesehatan Pendidikan kesehatan tentang : manfaat makanan sehat dan cara memilih jajanan sehat, kesehatan gigi dan mulut anak usia pesantren, kebersihan diri(rambut, kulit, kuku, pakaian, sepatu), cara mencuci tangan yang baik, kebutuhan latihan fisik anak usia pesantren, cara belajar yang baik dan konsentrasi, dan lain lain sesuai kebutuhan anak pesantren 2. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala ( perawat dapat meminta batuan guru dan kader kesehatan pesantren untuk melakukan Pengukuran TB/BB setiap 4 bulan dan mencatatnya di KMS anak pesantren. Mengingat banyak pesantren yang ada di walayah binaan perawat, maka sebaiknya perawat sudah membuat jadual kunjungan tenaga kesehatan secara berkala minimal 6 bulan sekali untuk tiap pesantren 3. memberikan layanan konseling tumbuh kembang anak usia pesantren atau masalah kesehatan 4. membentuk kelompok swabantu anak usia pesantren sebagai support bagi anak pesantren, orang tua atau keluarga yang memiliki anak usia pesantren 2.4.3 program proteksi kesehatan: 1) pelayanan imunisasi: pemberian imunisasi untuk anak SD kelas 1 pemberian DT dan SD kelas VI (wanita) pemberian TT 2) program pencegahan kecelakaan pada anak usia pesantren seperti memfasilitasi zebra cross untuk penyebrangan, menyediakan petugas yang membantu anak pesantren menyeberang, menganjurkan anak menggunakan pelindung lutut/helm jika bersepeda, menganjurkan pesantren untuk menjaga kebersihan lantai agar tidak licin (membuat tanda peringatan bila sedang dibersihkan), menganjurkan pesantren untuk dapat memperhatikan keselamatan anak seperti tangga dibuat tidak curam, lapangan bermain tidak berbatu, menganjurkan keluarga untuk meningkatkan pengawasan pada anak usia pesantren khususnya anak usia pesantren yang tinggal didekat jalan, sungai atau tempat yang berbahaya, pemantauan yang ketat terhadap jajanan yang dijual di pesantren. (3) perlindungan caries pada anak usia pesantren : flouridasi (4) perlindungan anak usia pesantren dari child abuse dari orang dewasa disekitarnya: meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap keselamatan dan kesehatan anak usia pesantren, termasuk sikap guru yang mendidik bukan menghukum, membuat sistem pelaporan dan sangsi yang jelas apabila menemukan anak usia pesantren yang mengalami tindakan kekerasan baik fisik, emosional atau seksual dari orang lain, untuk segera diproses secara hukum yang berlaku di indonesia 2) pencegahan sekunder (secondary prevention) a) deteksi dini dan pengobatannya, sebagai deteksi tumbuh kembang anak pesantren, atau penyakit untuk segera ditegakkan diagnosa dan pengobatan sejak dini b) perawatan emergency, misalnya diberikan pada anggota anak usia pesantren yang mengalami kecelakaan di pesantren atau lalu lintas c) perawatan akut dan kritis diberikan pada anak usia pesantren yang mengalami sakit akut seperti diare, demam dan lain lain. Perawatan juga diberikan pada anak usia pesantren dengan penyakit kritis d)diagnosis dan terapi, perawat komunitas dapat menegakkan diagnosis keperawatan dan segera meberikan terapi keperawatannya e)melakukan rujukan untuk segera mendapatkan perawatan lebih lanjut 3) pencegahan tertier (tertiary prevention) a)memberikan dukungan pada upaya pemulihan anak usia pesantren setelah sakit dengan memelihara kondisi kesehatan agar tumbuh kembangnya optimal b) memberikan konseling perawatan lanjut pada kelompok anak usia pesantren pada masa pemulihan 2.4.4 Implementasi Saudara dapat menggunakan empat strategi dalam melaksanakan perencanakan yang telah disusun sebelumnya, yaitu melalui: 1) Pemberdayaan komunitas pesantren: hal ini penting dilakukan agar komunitas pesantren peduli terhadap masalah kesehatan anak usia pesantren. Pemberdayaan disesuaikan dengan kemampuan yang ada di komunitas, misalnya: pesantren mendirikan kantin sehat dan jujur, yang menjual jajanan yang sehat (bebas pewarna/pemanis buatan, bebas pengawet, serta memperhatikan masa kadaluarsanya) dan siswa dibiasakan untuk jujur mengamil dan membayar sendiri di kotak yang telah disediakan 2) Proses kelompok Perawat komunitas juga dapat menggunakan pendekatan kelompok, agar implementasi dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Kelompok yang terdiri dari anak pesantren yang mempunyai masalah yang sama, kelompok ini akan sangat bermanfaat membantu keluarga menemukan solusi masalah kesehatan. Contoh dibentuknya kelompok swabantu anak usia pesantren yang mengalami gangguan konsentrasi belajar, kelompok nini dengan difasilitasi oleh guru dan perawat komunitas akan mencoba mengenali penyebab dan mencarikan solusi, serta melatih konsentrasi anak. Anjuran untuk latihan berenang cukup efektif untuk mebantu anak belajar konsentrasi. 3) Pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan seperti dijelaskan diawal akan sangat mebantu anak pesantren meningkatkan pengetahuannya untuk merubah perilaku hidup lebih sehat 4) Kemitraan Kemitraan perlu dibentuk agar ada jejaring kerja, contoh: bermitra dengan pedagang kantin agar dapat menyediakan makanan yang murah dan sehat. Bermitra dengan perusahaan/percetakan buku yang dapat memberikan buku murah bagi anak. Tentu masih banyak lagi kemitraan yang dapat saudara bangun dalam rangka meningkatkan kesehatan anak usia pesantren 2.4.5 Evaluasi Perawat komunitas bersama komunitas dapat mengevalasi semua implementasi yang telah dilakukan dengan merujuk pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu mencapai kesehatan anak pesantren yang optimal 2.5 Upaya Upaya Kegiatan Kesehatan Komunitas Di Area Kalangan Santri Untuk mendapatkan hasil guna dan daya guna yang optimal sehubungan dengan peran serta Pesantern untuk melakukan pembinaan kesehatan santri-santri diperlukan upaya-upaya yang meliputi: a. Upaya Promotif 1. Pelatihan kader kesehatan Pondok Pesantern yaitu kegiatan pelatihan santri- santri yang berada di Pondok Pesantren untuk menjadi kader kesehatan yang akan membantu kegiatan pelayanan kesehatan di Pondok Pesantren tersebut. 2. Penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan pihak Pondok Pesantren tentang pesan-pesan kesehatan guna meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku santri dan masyarakat Pondok Pesantren mengenai kesehatn jasmani, mental dan social. 3. Perlombaan bidang kesehatn yaitu kegiatan yang sifatnya untuk meningkatkan minat terhadap kegiatan kesehatn di Pondok Pesantren, misalnya lomba kebersihan, lomba kesehatan dan lain-lain. b. Upaya Preventif 1. Imunisasi , yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pihak kesehatn dibantu pihak Pondok Pesantern dalam rangka pencegahan terhadap penyakit tertentu pada santri-santri yang masih berusia pesantren, misaln ya imunisasi DT dan TT pada Bulan Imunisasi Anak Pesantren (BIAS). 2. Pemberantasan nyamuk dan sarangnya, adalah kegiatan pencegahan penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk dengan jenis kegiatan pemberantasan sarang nyamuk yang dilaksanakan oleh santri dan petugas serta pihak Pondok Pesantren. 3. Kesehatan lingkungan, yaitu suatu kegiatan berupa pengawasan dan pemeliharaan lingkungan Pondok Pesantren berupa tempat pembuangan sampah, air limbah, kotoran dan sarana air bersih. Kegiatan ini bertujuan guna meningkatkan kesehatan lingkungan Pondok Pesantren. 4. Penjaringan kesehatan santri baru guna mengetahui status kesehatan dan sedini mungkin menemukan penyakit yang diderita para santri. 5. Pemeriksaan berkala guna mengevaluasi kondisi kesehatan dan penyakit para santri di Pondok Pesantren yang dialksanakan oleh petugas kesehatn dibantu pihak Pondok Pesantren. c. Upaya Kuratif dan rehabilitatif . 1. Pengobatan dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap santri dan masyarakat Pondok Pesantren yang sakit yang dirujuk pihak Pondok Pesantren. 2. Rujukan kasus yaitu kegiatan merujuk santri dan mayarakat Pondok Pesantren yang mmengidap penyakit tertentu ke fasilitas rujukan legih lanjut untuk mencegah penyakit berkembang lebih lanjut. d. Peran serta lain yang biasanya dilakukan oleh pihak Pondok Pesantern adalah dalam hal pelayanan gizi di Pondok Pesantren dengan cara: 1. Pemantauan status gizi masyarakat Pesantren dengan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. 2. Pemanfaatan halaman/pekarangan, yaitu memanfaatkan lahan untuk pertanian atau perikanan/peternakan guna kelengkapan gizi santri. 3. Penanggulangan masalah gizi. Kegiatan bekerja sama dengan pihak kesehatan dalam rangka mengatasi masalah gizi utama (Gaki atau gangguan akibat kekurangan iudiom, Anemia gizi besi, Kurang Energi Protein, Kekurangan vitamin A). 4. Pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan.
2.6 Inovasi Kegiatan Yang Dapat Dikembangkan
Kegiatan Poskestren adalah memberdayakan masyarakat pesantren untuk hidup sehat. Permasalahan kesehatan yang umum terjadi di Ponpes meliputi pemenuhan kebutuhan higienitas dan sanitasi dasar atau Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) yang kurang adekuat sehingga menimbulkan permasalahan penyakit kulit, penyakit berbasis lingkungan, gizi yang kurang adekuat, dan pengeleloaan sampah serta MCK (mandi, cuci, kakus) yang tidak sehat. (Susanto, dkk.2016) Uraian tersebut tentuna semakin menguatkan pentingnya inovasi yang berfokus pada individu santri untuk merawat diri dan pemahaman tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Program Pojok Konseling ini menfasilitasi kegiatan promosi, prevensi, dan proteksi PHBS di Ponpes dengan melibatkan santri, guru, pengurus pesantren, dan pihak Puskesmas selaku pembina program Poskestren. Strategi program meliputi pendidikan kesehatan, proses kelompok, pemberdayaan, dan kemitraan yang dilanjutkan dengan kegiatan pemantauan program melalui evaluasi dan supervisi yang terintegrasi dalam Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Pesantren (MMP). Program Pojok konseling bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan melalui terlaksananya hiegiene dan sanitasi dasar pesantren, pemberdayaan para pengurus pesantren, guru, dan para santri sehingga lebih sehat dan produktif, inovasi MCK, 3M Plus, Daur ulang sampah, dan Menu Gizi pesantren yang sehat dan bergizi. Dampak psikis dan sosial, dari kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan rasa percaya diri santri karena mampu mengatasi masalah kesehatan di pesantren secara mandiri, sehingga secara sosial ini maka santri tersebut siap terjun di masyarakat dalam melakukan perubahan kesehatan di masyarakat terkait dengan pola PHBS di tatanan pesantren, keluarga, dan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2007. Pedoman penyelenggaraan dan pembinaan pos kesehatan
pesantren. Jakarta: Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Depkes RI. Permenkes RI No. 1 tahun 2013 tentang Pedoman penyelenggaraan dan pembinaan pos kesehatan pesantren
Draguscn.2013. Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren.
https://pkmkraksaan.com/2013/02/01/penyelenggaraan-dan-pembinaan- pos-kesehatan-pesantren/. Diakses pada Tanggal 7 Juli 2017
Efendi, Ferry. Makhfudli. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Farisy, A, (2016) . KETERLIBATAN SANTRI DALAM POS KESEHATAN
PESANTREN (POSKESTREN) SEBAGAI UPAYA PELAYANAN KESEHATAN DI PONDOK PESANTREN AL FITRAH KOTA SURABAYA. Skripsi thesis, Universitas Airlangga. http://repository.unair.ac.id/45726/. Daisese PADA TANGGal 7 Juli 2017
Kusnawati, Endang. 2017. Model peningkatan hygiene sanitasi pondok pesantren.
Krisma.2013. Peran Pos Kesehatan Pesantren Dalam Meningkatkan kesehatan
reproduksi reamaja. https://media.neliti.com/media/publications/21073- ID-peran-pos-kesehatan-pesantren-dalam-meningkatkan-kesehatan- reproduksi-remaja.pdf . Diakses pada tanggal 7 juli 2017
Mubarok, Wahit. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto
Purwaningsih.2013. Peran poskestren dalam kesehatan remaja. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/1788#. Diakses pada tanggal 7 Juli 2017 Supraman .2010. Pesantren dan peran peran Madarasah. http://eprints.walisongo.ac.id/1484/4/105112054_Tesis_Bab2.pdf. Diakses pada tanggal 7 Juli 2017
Susanto, Tantut; Sulistyorini, Lantin. 2016 Ipteks Bagi Masyarakat PHBS
Kelompok Santri Poskestren. http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/73296. Diakses pada tanggal 7 Juli 2017
Wijayanti. 2013. Penyelenggaraan dan Pembinaan pos kesehatan pesantren Dalam
Pencegahan NAPZA. (Bulletin of Health System Research, ISSN 1410- 2935. e-ISSN 2354-8738