You are on page 1of 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional Daerah Penelitian

2.1.1 Fisiografi Regional

Berdasarkan ciri fisik dan morfologi permukaan bumi, Pulau Jawa bagian
Barat dapat dibagi menjadi 4 zona fisiografi (Bemmelen, 1949), antara lain:
1. Zona Dataran Pantai Jakarta (Alluvial Plains of Northern-West Java, yang
memanjang dari serang dan Rangkasbitung di Banten hingga ke Cirebon
dengan lebar sekitar 40 km.
2. Zona Bogor (Bogor Antiklinorium), yang berpa jalur perbukitan dengan
lebar sekitar 40 km membentang dari Jasinga sampai Sungai Pemali di
Bumi Ayu, Jawa Tengah.
3. Zona Bandung (Central Depreesion of West-Java), yang merupakan
cekungan antar pegunungan membentang dari Pelabuhan Ratu di sebelah
timur melewati lembah Cimandiri sampai lembah Citanduy di sebelah
barat.
4. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat (Southern Mountains of West-Java),
yang membentang dari Pelabuhan Ratu sampai Nusakambangan di sebelah
selatan Zona Bandung.

Ilustrasi Pembagian Zona Fisiografi Pulau Jawa Bagian Barat dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
Lokasi Daerah
Penelitian

Gambar 1 Pembagian Zona Fisiografi Pulau Jawa Bagian Barat (Modifikasi Van Bemmelen,
1949)

Berdasarkan letak Geografis, Daerah Penelitian masuk kedalam Zona


Bandung. Zona Fisiografi ini diidentifikasi sebagai Puncak Geantiklin Jawa Barat
yang kemudia runtuh akibat pengangkatan (Bemmelen, 1949). Ciri Fisik dari
Zona ini adalah berupa cekungan antar pegunungan (Intra-Mountain Basin) yang
diapit oleh 2 jalur pegunungan yaitu (1) Barisan Gunungapi pemisah Garut dan
Dataran TInggi Bandung (G. Guntur dan G.Mandalawangi), serta (2) Barisan
Gunungapi pemisah lembah Citanduy (G.Galunggung, G. Talagabodas, dan
G.Sawal). Secara Litologi, Zona ini terisi oleh Endapan Gunungapi Kuarter Tua
dan Muda serta endapan permukaan.

2.1.2 Stratigrafi Regional


Secara regional, tatanan stratigrafi daerah penelitian mengacu pada Peta
Geologi Regional Lembar Tasikmalaya. Perincian urutan stratigrafi dari Tua ke
Muda dan variasi litologi-nya adaah sebagai berikut (Budhitrishna, 1992):
Satuan Diorit Kuarsa (Tmi(d))
merupakan satuan batuan terobosan tertua yang tersingkap, dengan
umur Tersier, Kala Miosen. Satuan ini memiliki komposisi litologi
berupa Diorit dengan ciri berwarna abu-abu kehijauan dengan tekstur
porfiritik.
Formasi Jampang (Tomj)
merupakan batuan gunungapi tertua yang dapat ditemukan di
Regional Tasikmalaya. Berumur Tersier, Kala Oligosen-Miosen
Awal. Tersusun atas Lava Andesit terkekarkan, Breksi Andesit-
Hornblend, serta Tuf. DI beberapa tempat ter-propilitkan.
Formasi Bentang (Tmpb)
Formasi batuan sedimen berumur Miosen. Formasi ini tersusun atas
litologi batupasir tufan, batupasir gampingan, konglomerat, Breksi
Gunungapi, Batugamping, Batulempung serta sisipan Lignit. Formas
ini menindih tidak selaras Formasi Jampang, sedangkan hubungan
formasi ini dengan Formasi Halang tidak diketahui.
Formasi Bentang Anggota Sukaraja (Tmbs)
Merupakan anggota Formasi Bentang yang berumur Miosen. Secara
lateral memiliki hubungan menjemari dengan formasi bentang.
Formasi ini tersusun atas litologi Batugamping pasiran dan
batugamping terumbu.
Formasi Halang (Tmph)
Formasi batuan sedimen Berumur Miosen. Tersusun atas litologi
perselingan batupasir, batulempung serta sisipan breksi dan
batupasir gampingan. Formasi ini menindih tidak selaras formasi
jampang, sedangkan hubungan formasi ini dengan Formasi Bentang
tidak diketahui.
Formasi Halang Anggota Gununghurip (Tmhg)
merupakan anggota Formasi Halang yang berumur Miosen. Secara
lateral memiliki hubungan menjemari dengan Formasi Halang.
Formasi ini tersusun atas litologi endapan Turbidit, Breksi
Gunungapi, Batupasir, batuserpih, dan konglomerat.
Intrusi Andesit (Tpa)
merupakan satuan batuan teroosan berumur Terkala Miosen-Pliosen.
Satuan ini terdiri atas litologi andesit, andesit hornblenda dan andesit
piroksen.
Hasil Gunung Api Tua (Qtv)
Formasi ini terdiri dari hasil endapan erupsi guunung api berumur
kuarter berumur lebih tuan yang berasal dari beberapa sumber erupsi
yatu, G.Sawal (Qtvs), G. Kuku (Qtvk), G. Cikurai (Qtvc), G.Ciremai
(Qtvr), dan G.Sadakeling (Qtvd). Litologi penyusn formasi ini adalah
Breksi Gunungapi, Breksi aliran, Tuf, dan Lava Andesitis hingga
Basaltis.
Hasil Gunung Api Muda (Qv)
Satuan ini merupakan hasil endapan gunungapi berumur kuarter
dengan umur lebih muda yang berasal dari beberapa sumber erupsi
yaitu, G.Galunggung (Qvg), G.Talagabodas (Qvt), dan G.Ciremai
(Qvu).
Endapan Pemukaan (Qa, Qt, dan Qvb)
merupakan formasi termuda yang dapat ditemukan. Berumur hlosen
yang terdiri dari Hasil Erupsi Gunung Galunggung tahun 1982 (Qvb)
yang terdiri atas material breksi gunung api yang mengandung
bongkahan lava, Endapan Undak berupa material berukuran pasir,
kerikil, lanau hingga bongkah yang belum terlitifikasi, serta
Alluvium (Qa) berupa material Lempung, lanau, pasr , dan bongkah
yang terendapkan di daerah banjir sungai besar.

Gambaran sebaran formasi batuan serta stratigrafi regional daerah penelitian


dapat dilihat pada Gambar 2.2
2.1 Panasbumi

2.1.1 Definisi Panasbumi

Energi Panasbumi adalah energi yang tersimpan dalam air panas atau uap
dalam kondisi geologi tertentu. Kondisi geologi tertentu ini memungkinkan
terbentuknya Hydrothermal System yaitu sistem batuan-air yang mengandung
fluida dengan suhu tinggi. Fluida ini dapat dimanfaatkan, secara alami ataupun
melalui pengeboran, untuk kebutuhan pertanian, industri ataupun dikonversikan
menjadi energi listrik (A.J Ellis & W.A.J Mahon, 1977)

2.1.2 Konsep Dasar Panasbumi

Keberadaan energi panasbumi dibentuk oleh suatu tatanan geologi yang


khusus. Tatanan geologi yang khusus ini memungkinkan adanya perpindahan
panas melalui batuan. Hocstein dan Browne (2000) mendefinisikan sistem
panasbumi sebagai perpindahan panas secara alami dalam volume tertentu di
kerak bumi dimana panas dipindahkan dari sumber panas ke zona pelepasan
panas.

Sistem panasbumi merupakan daur hidrologi yang mana dalam dinamika


nya air berhubungan langsung dengan sumber panas yang bertemperatur tinggi
sehingga air tersebut dapat terubahkan menjadi air pans atau uap panas yang
terperangkap pada suatu batuan yang porous dan permeabel (reservoir). Sumber
panas ini bervariasi jenisnya namun yang paling umum, panas tersebut datang dari
aktifitas magma yang naik dari mantel karena aktifitas tektonik. Batas-batas
pertemuan lempeng yang bergerak merupakan pusat lokasi kemunculan
hidrotermal magma. Transfer energi panas secara konduktif pada lingkungan
tektonik lempeng diperbesar oleh gerakan magma dan sirkulasi hidrotermal.

8
Energi panasbumi 50% berada dalam magma, 43% dalam batu kering panas (hot
dry rock) dan 7% dalam sistem hidrotermal (Julia S, 2015)
Secara umum dapat dikatakan proses yang menghasilkan pembentukan
anomali panasbumi adalah proses transfer panas ke permukaan bumi yang
disebabkan oleh magma. Dimana panas yang dibawa ini kemudian disimpan
sementara di dalam kerak bumi dekat permukaan <10km (Muffler, 1976,
Raybach-Muffler, 1981). Sistem panasbumi dijumpai pada daerah dengan gradien
geotermal relatif normal, terutama pada bagian tepi lempeng dimana gradien
geotermal biasanya mempunyai kisaran suhu yang lebih tinggi daripada suhu rata-
rata (Dickson dan Fanelli, 2004).

Komponen-komponen utama yang memumgkinkan keterbentukan sistem


panasbumi yaitu Sumber Panas (Heat Source), Fluida Panas Bumi, Reservoir, dan
Batuan Penudung (Cap Rock)

2.1.2.1 Sumber Panas


Pembentukan sumber panasang akan membentuk perputaran (cycle) fluida
hidrothermal dalam bentuk perbandingan uap dan airpanas. Massa panas ini dapat
berupa :

Massa panas padat, berupa berbagai macam batuan yang


bersifat pembawa atau penghantar panas (matriks batuan) hasil
kontak yang berasal dari aktivitas volkanik, seperti batuan
ekstrusif maupun batuan inrusif.

Massa panas cair, dapat sebagai fluida pembawa atau


penghantar panas (out flow dan down flow sumber panasbumi
yang berkaitan dengan proses kontaminasi air tanah) dari daur
panasbumi dan pengaruh struktur geologi (penekanan) sistem
hidrologi yang terjebak pada perlapisan batuan.

Massa panas mineral radioaktif, timbul dari decay mineral-


mineral radioaktif yang terdapat dibagian pluton.

Reaksi kimia (eksotermik).

9
Secara umum, sumber panas lapangan panas bumi yang berupa intrusi
batuan atau dapur magma (magma chamber0 ditemukan pada daerah gunung api
(volcanic). Sementara sumber panas lainnya yang berasal dari gradient
temperature biasa ditemukan pada daerah lempen tektonik aktif dan cekungan
sedimen (Sedimentary basins) (Torkis, R., 2012).
Magma dari mantel dapat naik ke permukaan bumi karena adanya proses
peleehan mantel (Partial Melting). Proses pelelehan tersebut disebabkan oleh
penurunan tekanan mantel atau penuruna temperature sebagai akibat masuknya air
dari permukaan bumi selama proses subduksi (Sigurdson, 2000). Magma yang
naik dari mantel akan tersimpan dalam dapur magma (Magma Chamber).
Bentuk kamar magma menurut Marsh (2000) terdapat 3 bentuk yakni Siils &
Dikes ( berupa intursi local dengan bentuk parallel dengan ketebalam beberapa
centimeter hingga satu kilometer), Neck (batuan intrusi dengan bentuk silinder
vertical dengan diameter mencapai 100 m 1,5 km), dan Pluton (batuan dengan
bentuk bola yang berada di daerah vulkanik , terhubung dengan lempeng subduksi
dan memiliki diameter 2 10 km,)

2.1.2.2 Fluida
Fluida berperan sebagai media perambat panas ke permukaan bumi.
Selain itu pada sistem geothermal. Tipe-tipe fluida panas bumi terdapat beberapa
jenis yakni (Moehadi, 2009):

Juvenille water, merupakan air baru yang berasal dari


larutan sisa pembekuan magma yang kemudian menjadi
bagian dari hidrosfer.

Magmatic water, merupakan air yang berasal dari magma yang


mengalami kontak dengan air meteoric atau dari air yang
tersisa dalam formasi batuan.

Meteoric wwater, merupakan air yang berasal dari air hujan


yang berada di atmosfer.

Connate Water, merupakan fosil air yang berhubungan


dengan atmosfer selama periode geologi yang panjang. Air ini

10
tertutup oleh formasi batuan yang tebal dimana di dalam
cekungan sedimentasi connate water merupakan air yang
umumnya dihasilkan dari laut, tetapi mengalami perubahan
oleh proses fisika dan kimia

2.1.2.3 Batuan Reservoir


Batuan reservoir adalah batuan yang bertindak sebagai tempat
terakumlasinya fluida panasbumi (uap/air panas). Zona ini tersusun oleh batuan
yang memiliki porositas dan permeabilitas yang tinggi. Selain memeiliki porositas
dan permeabilitas yang baik, reservoir panas bumi yang dikatakan potensial
adalah jika memiliki volume yang besar, suhu dan jumlah fluida yang banyak.
Faktor permeabilitas dari batuan reservoir dipengaruhi oleh dua hal, yakni
susunan butir dan proses diagenesa batuan yang disebut permeabilitas primer,
serta deformasi batuan akibat adanya struktur geologi yang disebut permeabilitas
sekunder. Keduanya memegang peran penting dalam proses migrasi fluida panas
bumi di dalam sebuah sistem panas bumi.
Batuan Reservoir merupakan target utama dalam proses eksplorasi panas
bumi.

2.1.2.4 Batuan Penudung


Batuan penudung (cap rock) merupakan zona yang tidak lolos atau kedap
air (impermeable) atau permeabilitas rendah yang disusun oleh berbagai jenis
batuan dan berada di atas batuan reservoir, berfungsi mencegah konveksi fluida
reservoir yang panas ke luar permukaan..Dimana batuan ini bertindak sebagai
perangkap sumber-sumber panasbumi uap dan air panas.

11
Gambar 2.1 Setting Geologi yang ideal dalam keterbentukanpanasbumi
(Sumber: Dickson dan Fanelli 2004)

2.1.3 Sistem Pembangkit Listrik Energi Panasbumi

Secara sederhana, sistem kerja pembangkit listrik energi panas bumi mirip
dengan pembangkit listrik tenaga uap. Fluida panas dalam bentuk air/uap panas
yang digunakan untuk memutar turbin yang menhasilkan listrik. Fluida panas
tersebut diambil melalui sumur produksi yang memungkinkan fluida panas pada
reservoir untuk naik ke permukaan dan memutar turbin pada Power Plant.
sebelum menuju ke turbin, uap air dipisahkan terlebih dahulu dari air yang masih
terbawa, proses ini dilakukan di separator. Baru setelah itu uap kering menuju ke
turbin dan menggerakkan generator yang digunakan untuk pembangkit listrik.
Fluida panas yang naik ke permukaan tersebut akan mendingin karena perubahan
tekanan dan temperatur.

Selanjutnya air dingin tersebut akan diproses dan diinjeksikan kembali


kedalam reservoir. Re-injeksi ini bertujuan untuk menjaga kesetimbangan fluida
pada reservoir dan memperpanjang umur lapangan panasbumi Air dingin yang

12
diinjeksikan terebut akan kembali terpanaskan dan mengalami perubahan fasse
menjadi air/uap panas yang dapat digunakan kembali untuk memutar turbin.
Siklus tersebut dapat berlangsung berulang-ulang. Prinsip ini membuat energi
panasbumi dikatakan sebagai renewable Energy karena sifatnya yang terbarukan.

Gambar 2.2 Skema sederhana proes konversi energi panas bumi menjadi energy
listrik menggunakan power plant tipe Binary Cycle. Dalam sebuah power plant
geothermal dibutuhkan sumur produksi dan sumur injeksi untuk memproduksi
listrik secara berkelanjutan (Sumber: Timothy Rempher, 2013)

2.2 Metode Geofisika

2.2.1 Metode Magnetik

Metoda magnetik adalah suatu metoda pengolahan data potensial untuk


mendapatkan gambaran bawah permukaan bumi atau benda dengan karakteristik
magnetik tertentu. Metode ini didasarkan pada pengukuran intensitas medan
magnet yang dimiliki batuan. Sifat magnet ini ada karena pengaruh dari medan
magnet bumi pada waktu pembentukan batuan tersebut. Kemampuan untuk
termagnetisasi tergantung dari susceptibilitas magnetik masing-masing batuan.
Benda-benda tersebut dapat berupa gejala struktur bawah permukaan ataupun
batuan yang bersifat magnetik. Umumnya eksplorasi geomagnet merupakan
preliminary survey untuk menentukan bentuk geometri dari cebkan, bentuk
basement, intrusi dan patahan (Kurniawan, 2014).

13
Alat yang digunakan dalam pengukuran supcebitibilas magnet adalah
Proton Precision Magnetemometer. Alat ukur tersebut diletakan dipermukaan
daerah-darah yang akan diukur nilai suocebtibilitas magnet. Dari hasil
pengukuran akan dibuat suatu peta yang menunjukan variasi nilai supcebtibilitas
magnet. Adanya variasi supcebtibiltas magnet yang terukur disebabkan oleh
adanya variasi distribusi benda termagnetisasi dibawah permukaan bumi. Variasi
inilah yang akan ditafsirkan sebagai karakteristik geologi suatu daerah.

Pengukuran metode geomagnet biasa dilakukan dalam tahapan survey


tinjau dalam proses eksplorasi minyak & gas bumi, mineral, maupun geothermal.
Karena sifatnya yang praktis dan murah walaupun tidak didukung dengan tingkat
ketelitian yang baik.

2.2.1.1 Gaya Magnet


Menurut Telford (1976), apabila terdapat dua buah kutub magnet m1 dan
m2 yang berjarak r cm, maka kedua kutub magnet tersebut akan saling tarik-
menarik ataupun saling tolak-menolak akibat adanya gaya yang bekerja diantara
keduanya. Gaya itu disebut Gaya Couloumb, yang memiliki persamaan:

m1 m2
(2.1)

2
=

Dengan adalah permabilitas ruang hampa, tidak berdimensi dan berharga satu (Telford, 1976).

2.2.1.2 Kuat Medan Magnet

Telford (1976) dalam Kurniawan (2014) menjelaskan bahwa medan


magnet adalah gaya suatu kutub magnet (m) jika diletakan pada medan magnet
yang merupakan hasil dari kutub m. Kuat medan magnetik pada suatu titik dengan
jarak r dari muatannya dapat dinyatakan sebagai :

14
m1
(2.2)
H r r 2

2.2.1.3 Supcebtibilitas, Intenstas, dan Momen Magnetik

Menurut definisi yang dijelaskan Kurniawan (2014) dan Mustang dan


Dendi,1990) dalam Fristy L (2012), supcebtibltas magnet adalah suatu ukuran
termagnetisasi dari suatu material karena pengaruh medan magnet eksternal.
Medan magnet tersebut bersifat lokal yang dipengaruhi oleh variasi intensitas
magnetisasi di bumi.

Intensitas magnetik merupakan besaran yang menatakan tingkat keteraturan


atau kesearahan momen-momen magnet dalam suatu material. Sedangkan momen
magnetik adalah sebuah vektor pada arah vektor unit berarah dari kutub positif ke
kutub negative. Dalam material yang termagnetisasi, mmen-momen magnet pada
material tersebut memiliki keteraturan arah vector yang menyebabkan resutan
momen tidak sama dengan nol
Momen magnetic didefinisikan sebagai:

= ml
(2.3)
Intensitas Magnetik didefinisikan sebagai momen magnetic per satuan volume:

2.2.1.4 Magnetisasi Bumi dan Sifat Kemagnetan Batuan

Medan magnet bumi secara sederhana dapat digambarkan sebagai medan


megnet yang ditimbulkan oleh batang magnet raksasa yang terletak di dalam inti
bumi, namun tidak berimpit dengan pusat bumi. Medan magnet ini dinyatakan
sebagai besar dan arah. Arahnya dinyatakan sebagai deklinasi (penyimpangan
terhadap arah utara - selatan geografis) dan inklinasi (penyimpangan terhadap
arah horisontal. Sedangkan kuat medan magnet sebagian besar berasal dari dalam

15
bumi sendiri (94%) atau internal field, sedangkan sisanya (6%) ditimbulkan oleh
arus listrik di permukaan dan pada atmosfir (external field). Kemagnetan bumi
bisa berasal dari internal (dalam) bumi, kerak bumi ataupun dari angkasa luar.
Berdasarkan supcebtitbiltas magnet, material batuan di bumi dibedakan
menjadi beberpa kelompk yakni:
a. Diamagnetik
Mempunyai kerentanan magnetik (k) negatif dengan nilai yang
sangat kecil artinya bahwa orientasi elektron orbital substansi
ini selalu berlawanan arah dengan medan magnet luar. Contoh
materialnya : grafit, gipsum, marmer, kwartz, garam, dll.
b. Paramagnetik
Mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif dengan nilai
yang kecil. Contoh materialnya : kapur.
c. Ferromagnetik
Mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif dengan nilai
yang besar yaitu sekitar 106 kali dari diamagnetik /
paramagnetik. Sifat kemagnetan substansi ini dipengaruhi oleh
temperatur, yaitu pada suhu diatas suhu Currie, sifat
kemagnetannya hilang. Contoh materialnya : pyrit, magnetit,
hematit,dll.

Intepretasi tentang sifat kemagnetas batuan mejadi sangat vital dalam studi
geofisika magnetic. Karena dengan memahami hal tersebut, dapat dibuat suatu
model yang merepresentasikan bawah permukaan bumi berdasarkan nilai sebaran
supcebtibilitas magnetic. Karena sifatnya yang sangat khas untuk setiap jenis
mineral atau mineral logam. Harga supcebitibilitas magnetik pada beberapa bahan
di bumi diperlihatkan pada tabel berikut.

16
Tabel 2.1 Harga Supcebtibilitas Magnet beberapa Batuan (Mustang & Dendi,
1990)

Subceptibilitas Magnet
Batuan
(10-6 cgs)
Lava Andesit 0.02 - 0.04
Breksi 0.01 - 0.03
Alterasi Lempung 0.01 - 0.03
Bongkah Silisifikasi 0.00 - 0.02
Aliran Piroklastik 0.03 - 0.11
Lava Dasitik 0.00 - 0.02
Andesit Piroksen 1.00 - 1.20
Andesit Terubah 0.07 - 0.11
Lempung Kaolin 0.00 - 0.02

2.2.1.5 Anomali Magnetik

Pada prinsipnya, termagnetisasi nya material penyusun bumi adalah akibat


adanya arus konveksi dari material pada inti luar bumi akibat adanya perbedaan
tekanan, suhu, dan temperatur. Aliran besi dalam fase liquid yang menjadi
penyusun inti luar bumi menghasilkan arus listrik, sekaligus medan magnet.
Medan magnet alami bumi ini akan mengindukis material-material yang berada
dalam cakupan medannya. Selain itu penyebab lainnya dari termagnetisasi nya
material dibumi adalah sumber eksternal yang merupakan produk dari interaksi
antarara ionosfer bumi dengan angin matahari (solar wind). (Othniel K.L., 2014)

Dalam survey magnetik, nilai medan induksi magnet yang terukur pada
titik pengukuran merupakan jumlah dari vektor beberapa komponen medan
magnet antara lain:

Medan magnet utama bumi yang dihasilkan akibat adanya arus konveksi
besi liquid pada interior bumi.

Medan magnet hasil induksi pada material bumi akibat berada dalam
medan magnet utama bumi.

17
Medan magnet yang disebabkan oleh sisa-sisa magnet permanen pada
suatu material yang akan tetap ada walaupun pengaruh medan magnet
eksternal dihilangkan.

Medan magnet eksternal akibat interaksi lapisan ionosfer bumi dengan


badai matahari.

Pengambilan data magnetik bertujuan untuk mengamati besaran Medan


Magnetik total (H) pada titik tertentu Dari data yang diperoleh akan didapatkan
benda magnet terinduksi dimana nilai medan magnet (H) harus dikurangi oleh
nilai medan magnet yang menginduksi sehingga akan menghasilkan nilai medan
magnet yang disebut anomali medan magnet (H) (Fristy L., 2012)

Data hasil pengukuran nilai medan magnet pada lapangan masih


terpengaruh oleh medan magnet utama bumi dan medan magnet eksternal (akibat
interaksi ionosfer bumi dan badai matahari). Oleh karena itu dibutuhkan proses
koreksi terhadap nilai pengukuran agar didapatkan nilai medan magnet yang tidak
terpengaruh oleh faktor-faktor tersebut.

2.2.2 Metode Gaya Berat

Metode Gaya Berat adalah suatu metoda untuk mengetaui tatanan geologi
dibawah permukaan bumi dengan mengamati perbedaan nilai gaya berat di setiap
lokasi pada daerah yang diteliti. Metode ini didasarkan pada pengukuran nilai
gaya gravitasi pada titik tertentu. Adanya gaya gravitasi disebabkan oleh tarikan
antara 2 massa yang berada pada jarak berhingga. Besar gaya Tarik ini akan
diengaruhi oleh besar massa dari masing-masing benda serta jarak antar benda-
benda tersebut. Dalam analisanya, metode gaya berat memanfaatkan perbedaan
gaya berat dalam memodelkan sebaran batuan di bawah permukaan bumi yang
memiliki perbedaan massa jenis. Umumnya eksplorasi metode gaya berat
merupakan preliminary survey untuk menentukan bentuk geometri dari cebkan,
bentuk basement, intrusi dan patahan (Kurniawan, 2014).

18
Alat yang digunakan dalam pengukuran gaya gravitasi adaah Gravimeter.
Alat ukur tersebut diletakan dipermukaan daerah-darah yang akan diukur nilai
gaya gravitasi nya. Dari hasil pengukuran akan dibuat suatu peta yang
menunjukan variasi nilai gravitasi. Adanya variasi gravitasi yang terukur
disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda dengan massa jenis tertentu
dibawah permukaan bumi. Variasi inilah yang akan ditafsirkan sebagai
karakteristik geologi suatu daerah.

Pengukuran metode gaya berat biasa dilakukan dalam tahapan survey


tinjau dalam proses eksplorasi minyak & gas bumi, mineral, maupun geothermal.
Karena sifatnya yang praktis dan murah walaupun tidak didukung dengan tingkat
ketelitian yang baik.

2.2.2.1 Hukum Newton Tentang Gravitasi

Berdasarkan Hukum Newton, gaya yang bekera diantara dua


materi dengan massa m1 dan m2 dapat dinyatakan dalam persamaan:

m1 m2
FG (2.6)
r2

dengan F = gaya tarik-menarik antara dua benda


-8 2 2
G = konstanta gravitasi = 6.67320 10 dyne.cm /g (cgs)
m1 , m2 = massa benda-1 dan benda-2
r = jarak antara kedua benda

Hubungan antara konstanta G dengan percepatan gaya tarik bumi


andaikan suatu massa m berada di atas bumi dengan massa M dan radius r , maka:

Mm
FG (2.7)
r2

19
Dengan demikian, percepatan gaya tarik bumi g adalah

F GM
g m r2 (2.8)

satuan g dalam cm/s2 atau gal = 1000 milligal.

2.2.2.2 Anomali Bouguer


Pada pemanfaatannya, pengukuran metode gaya berat adalah untuk
mengetahui variasi gaya gravitasi di permukaan akibat adanya variasi distribusi
massa di bawah permukaan. Nilai variasi tersebut akan menhasilkan selisih gaya
berat yang disebut Anomali Bouguer (Bouguer Anomaly). Anomali Bouguer
merupakan representasi medan gaya berat yang paling umum untuk
memperkirakan kondisi bawah permukaan sesuai kontras rapat massa batuan.
Namun pada proses pengukuran, nilai yang terukur pada Gravimeter
masih dipengaruhi oleh vector gaya lain yang menyebabkan nilai gaya gravitasi
yang terukur belum bias digunakan untuk mengetahui variasi densitas batuan di
bawah permukaan. Oleh karena itu, nilai hasil pengukuran lapangan harus terlebih
dahulu dikoreksi agar nilai anomali gaya berat hanya dipengaruhi oleh perbedaan
densitas saja. Koreksi yang dilakukan adalah Koreksi Udara Bebas, Koreksi
Bouguer, Koreksi Topografi, Koreksi Lintang, Koreksi Drift, dan Koreksi Pasang
Surut. Koreksi tersebut dilakukan untuk menghilangkan efek nilai gravitasi yang
menggangu proses intepretasi. Pada akhir dari proses pengolahan tersebut akan
didapatkan nilai gravitasi terukur yang hanya dipengaruhi oleh perbedaan densitas
batuan di bawah permukaan.

2.3 Geologi Struktur

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari


tentang arsitektur kulit bumi sebagai hasil dari proses deformasi. Proses deformasi

20
didefiniskan sebagai perubahan bentuk morfologi permukaan bumi akibat dari
gaya eksternal yang bekerja padanya. Marland P. Billings (1986) mensinonimkan
istilah Geologi Struktur dengan istilah Tektonika atau Geologi Tektonik.
Beberapa ilmuwan sepakat bahwa geologi struktur memiliki fokus utama dalam
membahas geometri batuan kulit bumi yang mana gaya akibat proses tektonik
yang bekerja dan menghasilkan geometri tersebut. Fokus utama Geologi Struktur
adalah 3 masalah utama: (1) Apa jenis struktur yang terbentuk? (2) Kapan
pembentukannya? (3) Kondisi fisis apa yang memicu pembentukannya?

Secara umum, jenis struktur geologi yang terbentuk akibat deformasi dari
gaya eksternal ada tiga jenis yakni Kekar, Sesar, dan Lipatan.

2.3.1 Kekar

Kekar merupakah suatu struktur rekahan pada batuan dimana belum atau
hanya sedikit mengalami pergeseran. Secara genetik, kekar dikelompokan
menjadi tiga jenis (Dennis, 1972) :

1. Kekar yang disebabkan akibat tekanan, disebut Shear atau


Compression Joint.
2. Kekar yang disebabkan akibat tarikan, disebut Tension Joint.
3. Kekar yang disebabkan oleh kedua gaya tekanan dan tarikan
disebut Oblique Joint

21
Gambar 2.3 Klasifiksi kekar berdasarkan genetiknya yang dicirikan oleh jenis
pergeseran (a) Tension Joint (b) Compression Joint (c) Oblique Joint (Sumber:
Dennis, 1972)

2.3.2 Sesar
Sesar merupakan suatu rekahan atau zona rekahan yang mana
memperlihatkan pergesaran. Fitur esensial dari sebuah sesar/patahan adalah
pergerakan parallel terhadap permukaan dari rekahan. Beberapa sesar hanya
memiliki panjang beberapa inch, sebagian lainnya dapat memiliki dimensi dengan
panjang puluhan kilometer.

Sesar umumnya dikelompokan menjadi 3 jenis yakni:

1. Sesar Normal (Normal Fault)


2. Sesar Naik (Reverse Fault/Thrust Fault)
3. Sesar Mendatar (Horizontal Fault)

Menurut Anderson (1951), hubungan antara tegasan dengan sesar yang terbentuk
digambarkan sebagai berikut:

Pada sesar normal tegasan utama (1) memiliki arah vertical, sedangkan
tegasan menengah (2) dan tegasan terkecil (3) berarah horizontal

Pada sesar naik tegasan terkecil (3) memiliki arah vertical, sedangkan
tegasan utama (1) dan tegasan menegah (3) berarah horizontal.

22
Pada sesar mendatar tegasan menengah (2) memiliki arah vertical,
sedangkan tegasan utama (1) dan tegasan terkecil (3) berarah
horizontal

Klasifikasi sesar Anderson dan hubungan antara arah tegasan dengan jenis
sesar yang terbentuk dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4 Klasifikasi Sesar Anderson,1951 (Sumber: Davis & Reynold s,


1996)

2.3.3 Lipatan

Perlipatan merupakan hasil perubahan bentuk dan/atau volume dari suatu


batuan yang ditunjukan sebagai suatu lengkungan atau himpunan lengkungan
pada unsur garis atau bidang dalam suatu batuan. Unsur garis atau bidang yang
dimaksud adalah bidang perlapisan. (Hadiarso, 2001).

23
Proses pembentukan lipatan dapat dibagi menjadi dua, yakni Bending dan
Buckling. Yang membedakan dari dua proses tersebut adalah arah gayanya.
Buckling merupakan proses perlipatan yang disebabkan oleh gaya berarah
horizontal dengan arah bidang lipatan yang terbentuk tegak luus arah tegasan,
sedangkan Bending disebabkan oleh gaya berarah vertikal dengan arah bidang
lipatan yang sejajar dengan arah tegasan..

Gambar 2.5 Proses Bending dan Bucklin dalam pembentukan lipatan

2.3.4 Model Struktur

Untuk menganalisa struktur geologi yang terbentuk akibat suatu proses


deformasi akibat gaya eksternal, perlu dipahami keterkaitan antara keterbentukan
Kekar-Sesar-Lipatan. Hubungan tersebut dapat diterangkan dalam suatu model.
Beberapa model struktur yang digunakan dalam penelitian in adalah model
struktur Riedel (1929), Harding (1973) dan Van Wyk & O. Merle (2010).

2.3.4.1 Model Struktur Riedel

Konsep Model Struktur Riedel menjelaskan hubungan antara struktur


permukaan dan bawah permukaan yang terbentuk pada zona sesar mendatar.
Model ini dihasilkan sebagai hasil eksperimen yang dilakukan oleh Riedel dengan
meletakan batulempung yang bersifat ductile yang menyerupai batuan
permukaan. Batulempung diletakan diatas sebuah piringan yang bersifat rigid
yang dianalogikan sebagai batuan basement. Piringan tersebut dapat digeser satu

24
sama lain menyerupai pergeseran akibat deformasi strike-slip. Pergeseran tersebut
menghasilkan rekahan/sesar berpasangan (Conjugate) yang terdiri atas sistem
sesar/rekahan R (Syntetic) dan R (Antithetic) (Gambar 2.6a) .

Model Struktur Riedel juga dapat diaplikasikan dalam studi parameter


kinematika struktur. Parameter kinematika yang dapat diidentfikasi adalah setting
ekstensional dan kondisi dilatasi. Pendekatan dinamik kondisi dilatasi diadaptasi
dari model perkembangan vein Corbett and Leach (1998) dalam Fauzi (2015).
Setting ekstensional pada rezim strike slip model struktur riedel bervasiasi antara
30o dari bidang geser atau hampir parallel terhadap arah tegasan utama (1).

Model struktur riedel juga memberikan informasi mengenai hubungan


arah tegasan utama dengan sumbu lipatan yang terbentuk. (Gambar 2.6b).

(a) (b)

Gambar 2.6 (a) Hubungan antara struktur permukaan (Thin Skinned Structure)
dan Struktur Bawah Permukaan (Deep Seated Structure) berdasarkan eksperimen
Riedel (b) Setting ekstensional pada model struktur Riedel yang berkaitan
dengan rezim Strike-Slip.

25
2.3.4.2 Model Struktur Harding

Model struktur dari Harding menjelaskan bahwa pada gerak mendatar


gejala yang terdapat pada jalur sesar adalah hasil dari tegasan utama yang bekerja
pada sesar tersebut. Komponen tegasan yang bekerja ada dua yakni komponen
Tarik (Extension) dan komponen tekan (Compression). Pada model struktur
Harding, penyebab terjadinya sesar adalah Pure Shear dimana deformasi yang
terjadi diakibatkan oleh gaya yang parallel dan memiliki arah berlawanan satu
dengan lainnya.

Dalam pemodelan Harding, terdapat 2 gaya dengan arah berlawanan. Gaya


inilah yang menjadi tegasan utamanya. Komponen kompresi pada simple shear
model struktur Harding mengasilkan 2 sesar Strike-Slip yang berpotongan dan
dibedakan menjadi Synthetic Fault dan Antithetic Fault. Komponen ekstensional
akan menghasilkan sesar normal yang membentuk sudut kurang lebih 45o
terhadap zona sesar. Sedangkan sesar naik terbentuk kurang lebih tegak lurus
terhadap sesar normal (Harding, 1973).

Gambar 2.7 Ilustrasi model struktur Harding (1973)

26
2.3.4.3 Model Struktur Van Wyk & O.Merle

Model struktur ini menjelaskan sistem struktur geologi pada rezim Strike-
Slip yang berasosiasi dengan gunung api. Zona sesar strike-slip pada dasarnya
memang seringkali berasosiasi dengan keberadaan gunung api seperti Sesar
Sumatra dan Sesar Sulawesi. Pada daerah tersebut, fitur ekstensional seringkali
diasosiasikan dengan gunung api, dan telah diajukan bahwa terdapat hubungan
antara fitur ekstensional dan Vulkanisma atau Intrusii (Aydin and Nur, 1982;
Hutton and Reavey, 1992; Tibaldi, 1992; Moore,1979) dalam Van Wyk & Merle
(2010).

Efek pembebanan gunung api pada rezim strike-slip dapat mengubah


orientasi tegasan secara lokal pada lingkungan ekstensional (Van Wyk & Merle,
1996). Analisis pembebanan gunung api dan tegsan regional rezim strike slip
diperlihatkan pada gambar 2.8. Komponen Shear Stress regional ditandai dengan
suffix r, tegasan gunung api ditandai dengan suffix v, dan tegasan resultan
ditandai dengan suffix c.

(a) (b)

27
(c)

Gambar 2.8 (a) Konsep triaxial stress dan pada tegasan regional (tektonik) dan
tegasan pembebanan gunung api (b) kombinasi tegasan antara tegasan regional dan
pembebanan gunung api (c) Struktur sesar yang terbentuuk dari kombinasi tegasan;
R-Riedel Shear; R-Antithetic Shear; Y-Shear (Van Wyk & Merle, 2010)

28

You might also like