You are on page 1of 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat

dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang KESEHATAN

REPRODUKSI.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap ada nya kritik dan saran demi perbaikan

makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang. Semoga makalah sederhana ini

dapat dipahami bagi siapapun yang membaca nya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini

dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon

maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Langsa, 18 September 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................ 1
Daftar Isi...................................................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan....................................................................................................... 3
A. Latar Belakang........................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 3
C. Tujuan..................................................................................................................... 3

Bab II Pembahasan.................................................................................................... 4
A. Pengertian unwanted pregnancy dan aborsi......................................................... 4
B. Faktor faktor penyebab unwanted pregnancy................................................... 4
C. Dampak dari Unwanted pregnancy....................................................................... 5
D. Pengertian Aborsi.................................................................................................. 6
E. Macam macam Aborsi........................................................................................ 6
F. Penyebab terjadinya aborsi.................................................................................... 7
G. Dampak aborsi...................................................................................................... 7
H. Penanganan dan Pencegahan................................................................................ 8
I. Hukum dari Aborsi................................................................................................. 9
A. Pengertian skrining untuk keganasan penyakit dan sistemik................................ 11
B. Faktor penyebab skrining untuk keganasan penyakit dan sistemik...................... 12
C. Hubungan skrining untuk keganasan penyakit dengan kesehatan reproduksi..... 13
D. Peran tenaga kesehatan untuk keganasan dan penyakit sistemik......................... 14

Bab III Penutup.......................................................................................................... 15


A. Kesimpulan............................................................................................................ 15
B. Saran...................................................................................................................... 15

Daftar Pustaka............................................................................................................ 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam
segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi
ditujukan bagi laki-laki maupun perempuan namun dalam hal ini perempuan mendapatkan
perhatian lebih karena begitu kompleksnya alat reproduksi perempuan. Kesehatan reproduksi
membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan alat reproduksi seseorang,selain
itu kesehatan reproduksi juga membahas tentang siklus hidup serta permasalahan yang
dihadapi oleh perempuan.
Permasalahan yang dihadapi perempuan sangat kompleks daripada permasalahan yang
dihadapi oleh laki-laki. Dalam setiap fase atau masanya perempuan memiliki masalah yang
berbeda-beda. Dalam perjalanan hidupnya perempuan lebih rentan mengalami hal-hal
abnormal dalam hidupnya dikarenakan kompleksnya permasalahan yang mereka hadapi.
Menstruasi,mungkin sudah tidak asing lagi di telinga para perempuan karena setiap
perempuan yang mulai memasuki masa-masa puber (baligh) akan mengalami menstruasi.
Menstruasi merupakan tanda awal matangnya kedewasaan seorang perempuan secara fisik.
Menstruasi bersifat fisiologis karena memang sudah merupakan kodrat perempuan. Akan
tetapi menstruasi juga bisa saja mengalami beberapa gangguan atau kelainan yang
disebabkan oleh perbedaan siklus hormonal masing-masing perempuan. Banyak sekali
gangguan yang bisa terjadi selama siklus menstruasi terjadi salah satunya adalah PMS (pre
menstruasi syndrome)

II. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan menstruasi?
2. Bagaimana siklus terjadinya menstruasi?
3. Apa saja gangguan yang terjadi pada menstruasi?
4. Apa saja faktor penyebab gangguan pada menstruasi serta cara penanganannya?

III. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana siklus menstruasi terjadi
2. Untuk menambah pengetahuan tentang gangguan yang terjadi pada menstruasi
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya gangguan menstruasi serta penanganannya

A. Pre menstruasi syndrome

PMS (pre menstruasi syndrome) atau gejala pre-menstruasi, dapat menyertai sebelum
atau saat menstruasi, seperti:
1. Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah.

3
2. Nafsu makan meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam.
3. Emosi menjadi labil. Biasanya perempuan mudah uring-uringan, sensitif, dan perasaan
negatif lainnya.
4. Mengalami kram perut (dismenorrhoe).
5. Kepala nyeri.
6. Pingsan.
7. Berat badan bertambah karena tubuh menyimpan air dalam jumlah yang banyak
8. Pinggang terasa pegal.

Jika kita mengalami PMS, kita bisa melakukan hal-hal seperti di bawah ini:
1. Mengurangi makanan yang bergaram, seperti kentang goreng, kacang-kacangan dan
makanan berbumbu, untuk mengurangi penahanan air berlebih.
2. Kurangi makanan yang berupa tepung, gula, kafein, dan coklat.
3. Tambahkan makanan yang mengandung kalsium dan vitamin C dosis tinggi, seminggu
sebelum menstruasi.
4. Konsumsi makanan berserat dan perbanyak minum air putih.
5. Jika menstruasi cukup banyak mengeluarkan darah, perbanyak makan makanan atau
suplemen yang mengandung zat besi agar terhindar dari anemia.

Faktor penyebab PMS :


1. Sekresi abnirnal yang abnormal.
2. Kelebihan atau definisi progesterone.
3. Kelebihan atau definisi kolesterol, androgen dan prolaktin.
4. Kelebihan hormon anti dieresis.
5. Kelebihan atau definisi prostaglandin.

Tipe dan gejala PMS


Tipe PMS bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan
dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A,
H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar
60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala
gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan.

Setiap tipe memiliki gejalanya sendiri. PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala
seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami
depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi
dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan
untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi
kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi
makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.

4
PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema(pembengkakan), perut kembung,
nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum
haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan
itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya
asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi
retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk
mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada
diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.

PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang
manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya
sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia
seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan.
Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin
menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan,
tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.

PMS tipe D(depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah,
gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan
kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D
berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari selururh tipe PMS benar-
benar murni tipe D.

PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di
mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon
estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau
kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan
yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS
tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.
Ada pula kram perut Pada hari pertama atau satu hari menjelang datang bulan, banyak wanita
yang mengeluh sakit perut atau tepatnya kram perut. Gangguan kram perut ini tidak termasuk
PMS walaupun ada kalanya bersamaan dengan gejala PMS.

Kram pada waktu haid atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang paling sering.
Gangguan nyeri yang hebat, atau dinamakan dismenorea, sangat mengganggu aktivitas
wanita, bahkan acap kali mengharuskan penderita beristirahat bahkan meninggalkan
pekerjaannya selama berjam-jam atau beberapa hari.

Dismenorea memang bukan PMS. Dismenorea primer umumnya tidak ada


hubungannya dengan kelainan pada organ reproduksi wanita dan hanya terjadi sehari
sebelum haid atau hari pertama haid. Nyeri perut ini juga tidak ada hubungannya dengen

5
PMS yang mulai terasa 10 - 14 hari sebelum haid. Gejala malah hilang begitu haid datang.
Kalau dismenorea membaik atau bahkan hilang sama sekali setelah seseorang melahirkan,
tidak demikian dengan PMS. Wanita yang pernah melahirkan malah berisiko lebih tinggi
menderita PMS.
Untuk mengatasi PMS, biasanya dokter memberikan pengobatan diuretika untuk mengatasi
retensi cairan atau edema (pembengkakan) pada kaki dan tangan. Pemberian hormon
progesteron dosis kecil dapat dilakukan selama 8 - 10 hari sebelum haid untuk mengimbancgi
kelebihan relatif estrogen. Pemberian hormon testosteron dalam bentuk methiltestosteron
sebagai tablet isap dapat pula diberikan untuk mengurangi kelebihan estrogen.

B. Disminorea

Suatu keadaan haid tetapi darah haid tersebut tidak dapat keluar, karena tertutupnya
leher rahim, vagina atau selaput darah.

Penyebab:
1. Kongenital yaitu suatu keadaan dimana selaout dara tidak brubang.
2. Acquisita, yaitu suatu keadaan dimana terjadi perlekatan saluran leher rahim atau
vagina akibat adanya radang, gonorrhea, diptheri.
Tanda dan gejala:
1. Nyeri lebih dari 5 hari tanpa pendarahan
2. Pada pemeriksaan terlihat sel darah menonjol berwarna kebiru-biruan karena adanya
darah yang derkumpul dibelakang.

Komplikasi pseudominore:
1. Hematokolpos, yaitu darah masuk dan berkumpul dalam vagina.
2. Hematometra, yaitu darah masuk dan berkumpul dalam rahim.
3. Hematosalping, yaitu darah masuk dan berkumpul dalam tubuh.

C. PUD ( Perdarahan Uterus Disfungsional)

Pengertian
Perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan uterus abnormal tanpa bukti atau
penyebab organis. Perdarahan ini bukan merupakan diagnosis. Lima puluh persen penderita
berusia antara 40-50 tahun, Sedangkan Dua puluh persen penderita adalah remaja.

Penyebab
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan
menopause. Tetapi, kelainan ini lebih sering dijumpai pada masa permulaan dan pada msa
akhir fungsi ovarium. Pada usia perimenars, penyebab paling mungkin adalah faktor
pembekuan darah dan gangguan psikis

6
Pada masa pubertas sesudah menarche, perdarahan tidak normal disebabkan oleh
gangguan atau terlambat proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa
pembuatan releasing factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam
masa premenopasuse proses terhentinya proses ovarium tidak selalu berjalan lancar

Gambaran Klinis
1. Perdarahan ovulatoar
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan
siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakkan
diagnosis perdarahan ovulatoar, perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid.
Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi,
maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah
dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya
sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologiya :

Korpus luteum persistens; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang


bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari
kehamilan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering
menunjukkan banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum persisten dapat
pula menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur (irregular shedding).
Diagnosa irregular shedding dibuat dengan kerokan yang tepat pada waktunya,
yakni menurut Mc Lennon pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini
dijumpai endometrium dalam tipe sekresi disamping tipe nonsekresi.
Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia
atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan
oleh gangguan LH releasing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi
endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang
seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.
Apopleksia uteri. pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh
darah dalam uterus.
Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam
mekanisme pembekuan darah.

2. Perdarahan anovulatoar

Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan


menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang kadang-
kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali. Fluktuasi kadar
estrogen ada sangkut-pautnya dengan jumlah folikel yang pada suatu waktu
fungsional aktif. Folikel-folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami
atresia, dan kemudian diganti oleh folikel-folikel baru. Endometrium dibawah
pengaruh estrogen tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula proliferatif
dapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada
sediaan yang diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan
bersifat anovulatoar.

Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu dalam


kehidupan menstrual seorang wanita, tapi paling sering pada masa pubertas dan masa
premenopause. Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada

7
harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi
ovulatoar, pada seorang wanita dewasa terutama dalam masa premenopasue dengan
perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya
tumor ganas. Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita
dengan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang
menahun, tumor-tumor ovarium dan sebagainya. Disamping itu stress dan pemberian
obat penenang juga dapat menyebabkan perdarahan anovulatoar yang bisanya bersifat
sementara

Penatalaksanaan
1. Evalusi
Riwayat dan Pemeriksaan Fisik
Memperbaiki keadaan umum
Menghentikan perdarahan
Mengembalikan fungsi hormon reproduksi
Menghilangkan ancaman keganasan
HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)
Riwayat Menstruasi Sebelumnya
Dismenore
Menoragia
Kehamilan
Kontrasepsi
Trauma
2. Terapi
Pil KB
Provera
Premarin
Clomid bila ada kehamilan
Golongan estrogen.
Mirena atau Progestaset AKDR yang akan mengurangi perdarahan dan kram
berulang
3. Rujukan
Histerokopi
Dilatasi atau Kuretase
Ablas Uterus
Histerektomo dengan atau tanpa Salpingostomi Bilateral

D. Hormone Replacement Therapy

Pengertian Hormone Replacement Therapy (HRT)

Hormone Replacement Therapy (HRT) atau Terapi Sulih Hormon (TSH)


adalahperawatan medis yang menghilangkan gejala-gejala pada wanita selama dan
setelahmenopause untuk menggantikan hormone yang kurang kadarnya karena tidak
diproduksi secukupnya lagi akibat kemunduran fungsi organ-organ endokrin hormone.

8
Menopause adalah berhentinya masa haid pada wanita sehingga kemampuan untuk
bereproduksi sudah tiadak ada, hal ini ditandai dengan perubahan hormonal yang nyata pada
tubuhnya. Hal ini juga menyebabkan menurunnya jumlah hormon estrogen, dimana hormon
ini merupakan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi, yang menyebabkan
wanita merasakan gejala tak enak, termasuk panas pada wajah, vaginal kekeringan, sifat lekas
marah, dan depresi. TSH secara parsial mengembalikan keseimbangan estrogen di
tubuh wanita untuk mengurangi atau mengeliminasi gejala ini. THS dapat meringankan
penderitaan tidak hanya pada wanita dewasa yang mengalami menopause alami, tetapi juga
di wanita muda yang mungkin mengalami menopause prematur untuk alasan medis, seperti
kanker atau sebab kelainan ovarium yang berhenti menghasilkan estrogen.

Sebagai tambahan dalam mengurangi gejala asosiasi dengan menopause, TSH


memiliki banyak keuntungan dan bahkan proteksi dari penyakit tertentu, termasuk
osteoporosis, penyakit jantung, dan stroke. Studi medis yang sedang berjalan telah
menunjukkan bahwa menggunakan TSH, dalam jangka panjang itu tidak selalu berguna, dan
dalam beberapa peristiwa ini mungkin sebenarnya menaikkan resiko kanker, serangan
jantung, dan penyakit lain.

Penggunaan Terapi Sulih Hormon & Efek Yang Ditimbulkannya

Dimulai dengan pubertas dan berikut tiga atau empat dasawarsa,


tubuh wanitamengalami siklus hormonal teratur, Hal ini memungkinkan wanita dapat hamil
dan melahirkan anak. Estrogen dan hormon lainnya, progesterone, dikeluarkan oleh
ovariumselama ovulasi, sebulan proses di mana telur dilepaskan dari
ovarium dan dipersiapkan untuk fertilization dengan sperma. Estrogen memiliki peranan
dalam hal ini sementara progesterone mempengaruhi lapisan permukaan jaringan vagina dan
rahim, membuat kondisi yang banyak baik bagi ovum untuk dibuahi. Jika kehamilan tidak
terjadi, bagian dari endometrium (bahan pelapis uterus) akan meluruh melalui vagina selama
haid. Sebagai tambahan terhadap peranan dalam reproduksi, estrogen beredar di aliran darah,
mempengaruhi bagian-bagian lain dari tubuh, termasuk otak, pembuluh darah, tulang,
dan sel-sel lemak.

Pada menopause, yang dialami oleh wanita pada usia 40-an atau awal 50-an, secara
berangsur-angsur ovarie berhenti menghasilkan estrogen, menyebabkan penurunan tingkat
estrogen di dalam darah. Setelah lewat beberapa tahun, estrogen ini tidak lagi diproduksiyang
menyebabkan berbagai, perubahan dalam organ tubuh termasuk vagina, rahim, kandung
kemih, saluran kemih, payudara, tulang, hati, pembuluh darah, dan otak.

Permasalahannya sekarang adalah untuk menentukan apakah HRT harus diberikan


secara rutin atau berkala pada wanita menopause berisiko terhadap osteoporosis dan
kardiovaskuler. Sudah terbukti bahwa estrogen dapat mencegah osteoporosis pada
menopause. Sebenarnya proses osteoporosis mulai berlangsung beberapa tahun sebelum
menopause, ketika kadar estrogen dalam darah mulai berkurang yaitu umur 40-50 tahun yang
ditandai dengan gangguan haid.

9
Dari hasil penelitian diketahui 10% kandungan mineral pada tulang wanita tersebut
telah menurun disbanding wanita yang haidnya masih teratur, dengan demikian dianjurkan
supaya HRT sudah dimulai 4-5 tahun sebelum menopause, bila gangguan jangka panjang
seperti osteoporosis dan penyakit kardiovaskuler hendak dicegah. Terapi ini harus
berlangsung bertahun-tahun yaitu 10-15 tahun sesudah menopause bahkan ada yang
mengajnurkan seumur hidup, karena dapat disangsikan daya cegah estrogen akan
menghilangkan bila substitusinya dihentikan dan proses pengeroposan tulang yang akan
dilanjutkan.

Adapun strategi yang dilakukan sebagai berikut.

1. Terapi selama 2-3 tahun untuk menghilangkan gejala akut, sesudah itu
dihentikan. Bila gejala kembali kambuh terapi diulang dan diteruskan sampai
tidak berulang lagi di bawah pengawasan dokter.
2. Terapi jangka panjang paling sedikit selama 5 tahun mungkin sampai 10-15 tahun
ditujukan untuk mencegah gejala menahun menopause seperti osteoporosis dan
penyakit jantung koroner.
3. Untuk menghindari timbul kembali symptom yang akut, penghentian terapi
dilakukan secara bertahap yaitu dengan menurunkan dosisnya.

Kontra indikasi HRT :

Mutlak : tromboemoloisme (thrombosis), anemia sel sabit, penyakit serebro, hipertensi berat,
uji fungsi hati setelah hepatitis abnormal, gangguan enzim.

Relatif : penyakit kardiovaskuler, DM, penyakit ginjal, TBC, kanker payudara, fibroadenasis,
caendometrium, migraine dan epilepsy.

Efek samping umum HRT :


Mual, sakit kepala, perdarahan, depresi, perubahan emosi, nyeri tekanan pada payudara, perut
kembung, siklus menstruasi yang berkepanjangan, kegagalan untuk mengurangi gejala-
gejala. Efek samping HRT (estrogen) adalah kanker payudara, kanker endometrium,
tromboplebitis, perdarahan bercak.

Jika sediaan progesteron digunakan bersama dengan sediaan estrogen, sebagian besar
akan mengalami perdarahan bulanan sebagaimana layaknya siklus menstruasi. Efek
sampingan yang mungkin dialami para wanita pengguna terapi hormon di antaranya mual,
payudara menjadi lebih besar dan lebih lembut, puting payudara berdiri, dan menjadi lebih
gemuk. Efek itu mungkin akan semakin berkurang seiring dengan lamanya masa terapi.
Sedangkan efek sampingan yang agak jarang dijumpai, antara lain kekurangan dorongan
untuk berhubungan intim, depresi, perdarahan di tengah-tengah siklus menstruasi, sakit pada
dada dan persendian (kaki).

10
Petunjuk praktis penggunaan HRT

Setiap perempuan adalah unik. Ada yang secara alami mempunyai kadar hormon
estrogen tinggi dalam darahnya, ada pula yang rendah. Pemeriksaan kadar hormon dapat
mendeteksi masalah ini. Semua wanita yang akan menggunakan pengobatan HRT harus
memahami dan mengerti bahwa pemberian HRT bukan untuk memperlambat menopause
melainkan untuk mengurangi atau mencegah keluhan atau penyakit akibat kekurangan
estrogen. Adapun wanita-wanita yang direkomendasikan untuk diberi HRT adalah :

1. Semua wanita klimaterik, tanpa kecuali yang ingin menggunakan HRT untuk
pencegahan (meskipun tanpa keluhan)
2. Semua wanita yang memiliki risiko penyakit kardiovaskuler dan osteoporosis
3. Semua wanita dengan keluhan klimaterik

Penggunaan HRT sebagi pencegahan baru akan memiliki khasiat setelah 5 tahun.
Anamnesis yang dilakukan dengan baik dapat mempermudah dalam menegakkan diagnosis,
indikasi serta dapat memberikan informasi tentang risiko dan adanya kontraindikasi. untuk
dapat menilai keluhan klimaterik dapat digunakan Menopause Rating Scale (MRS) dari green
yang biasa dikenal dengan skala klimaterik green. Skala ini dapat mengukur 3 kelompok
keluhan yaitu :

1. Keluhan psikologis berupa jantung berdebar, perasaan tegang atau tekanan, sulit
tidur, mudah tersingung, mudah panic, sulit berkonsentrasi, mudah lelah, hilang
minat pada banyak hal, perasaan tidak bahagia, dan mudah menangis.
2. Keluhan somatic berupa perasaan pusing, badan terasa tertekan, sebagaian
tubuh terasa tertusuk duri, sakit kepala nyeri otot atau persendian tangan atau
kaki terasa gatal, dan kesulitan bernafas.
3. Keluhan vasomotor, berupa gejolak panass (hot flushes) dan berkeringat di
malam hari.

Tiap-tiap keluhan dinilai derajatnya sesuai dengan ringan beratnya keluhan dengan memakai
4 tolak ukur skala nilai yaitu:

1. Nilai 0 (tidak ada) : Bila tidak ada keluhan sama sekali


2. Nilai 1 (sedikit) : Bila keluhan yang timbul sekali-kali dan tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari.
3. Nilai 2 (sedang) : Bila keluhan sering timbul tetapi belum mengganggu
aktivitas sehari-hari
4. Nilai 3 (berat) : Bila keluhan sering timbul dan sudah mengganggu aktivitas
sehari-hari

Keputusan Untuk menggunakan HRT

11
Untuk meningkatkan kepatuhan wanita dalam HRT, mereka perlu dijelaskan tentang
untung dan ruginya, serta berikan waktu pada wanita tersebut untuk mengambil keputusan
dalam penggunaan HRT. Ada beberapa hal yang harus dijelaskan dan dipantau kepada
seorang wanita sebelum diberikan HRT yaitu :

1. Pemeriksaan fisik lengkap termasuk laboratorium disamping anamnesis umum


dan khusus mengenai organ reproduksi

2. Jelaskan efek samping dari HRT seperti perdarahan peningkatan berat badan, dan
kemungkinan terjadinya kanker payudara.

3. Jelaskan cara pemakaian atau cara pemberian seperti tablet, krem,plester, injeksi
serta susuk.

4. Khasiat pengobatan umumnya baru terlihat >6 bulan dan apabila belum terlihat
khasiat yang diinginkan, maka dosis obat perlu dinaikkan.

5. pada tahap awal HRT diberrikan 5 tahun dulu dan jika dianggap perlu pengobatan
dapat dilanjutkan

6. Pemeriksaan rutin setiap 6 bulan, dan setiap 1-2 tahun perrlu dilakukan
mamografi serta pap smear setiap 6 bulan

Konseling yang efektif pada penggunaan HRT

Hubungan antara tenaga kesehatan dan klien dalam pemberian informasi tentang HRT
sangatlah penting, karena sampai saat ini masalah menopause masih sampai kontroversi,
dimana klien masih merasa takut menggunakan pengobatan hormone. Klien mendapatkan
informasi tentang menopause dan pengobatan hormon. Klien mendapat informasi tentang
menopause dan pengobatan hormone kebanyakan dari teman, keluarga, dan media. Informasi
tersebut justru menambah kebingungan mereka. Informasi dari tenaga kesehatan sangatlah
mereka butuhkan dan bagi tenaga kesehatan hendaknya meluangkan waktu untuk dapat
memberikan informasi tersebut dengan benar. adapun tujuan dari konseling secara obyektif
yaitu :

1. Memberitahukan klien bahwa HRT dapat mengurangi atau mengatasi keluhan pada saat
menopause

2. Dapat mencegah dampak kekurangan estrogen dalam jangka waktu yang panjang

3. Dapat meningkatkan kualitas hidup

Di Negara maju seperti Amerika, klien yang mendapatkan informasi yang baik dan
komprehensif akan lebih patuh terhadap instruksi dari tenaga kesehatan dari pada klien yang
mendapat informasi dari teman, keluarga atau media.

12
Menurut North American Menopause society (NAMS), mereka yang mau meneruskan HRT
adalah :

1. Wanita dengan hasil penghasilan tinggi


2. Wanita yang memiliki pola hdup sehat
3. Wanita yang telah diangkat rahimnya
4. Wanita yang memiliki resiko terhadap osteoporosis
5. Wanita yang telah mendapatkan banyak informasi tentang kerugian serta
keuntungan dari HRT
6. Wanita yang mempunyai hubungan yang baik dan dekat dengan tenaga
kesehatan
7. Wanita yang mengerti tentang dampak positif dari HRT
8. Wanita yang berpendidikan tinggi dan memiliki pengetahuan tentang
menopause

Kunci keberhasilan konseling pada HRT adalah bagaimana konseling tersebut dapat
berkesinambungan dan tidak hanya sekali pertemuan saja. Apabila klien telah menggunakan
HRT konseling dapat dimanfaatkan untuk menanyakan dampak serta efek samping yang
dialami oleh klien. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam konseling
berkesinambungan yaitu :

1. Menanyakan keluhan dapat teratasi atau tidak


2. Memperhatikan tentang efek samping yang dialami oleh klien
3. Melakukan evaluasi terhadap klien
4. Bila perlu ganti pengobatan
5. Mendiskusikan lamanya pengobatan
6. Memberikan materi pendidikan yang mudah dimengerti
7. Tujuan informasi yang baru, bila memang ada

13

You might also like