Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh:
ISTI NURCAHYANI
105016300594
SKRIPSI
Oleh:
ISTI NURCAHYANI
NIM: 105016300594
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
iii
keluargaku yang selalu mendoakan dan mendukung keberhasilan belajar
penulis.
11. Sahabat-sahabat Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2005 yang telah
banyak memberikan pengalaman kepada penulis tentang indahnya arti sebuah
kebersamaan.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-
jasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada
Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan para pembaca umumnya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
v
e. Prinsip-prinsip Belajar ....................................................... 19
f. Tujuan Belajar .................................................................... 22
3. Metode Tanya Jawab .............................................................. 23
4. Getaran dan Gelombang .......................................................... 24
a. Getaran .............................................................................. 25
1) Amplitudo .................................................................... 26
2) Frekuensi ..................................................................... 26
3) Periode ........................................................................ 27
b. Gelombang ........................................................................ 27
B. Kajian Penelitian yang Relevan .................................................... 29
C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 30
D. Perumusan Hipotesis ..................................................................... 32
vi
b. Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ............................................................ 50
c. Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ............................................................ 50
d. Uji Hipotesis Pretest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ............................................................ 51
2. Hasil Uji Data Posttest
a. Deskripsi data Posttest Siswa kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ................................. 52
b. Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ............................................................ 53
c. Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ............................................................ 54
d. Uji Hipotesis Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ............................................................ 55
3. Deskripsi Data Normal Gain ................................................... 55
B. Interpretasi Hasil Penellitian ......................................................... 57
C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 58
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
Lampiran C.9 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ................. 122
Lampiran C.10 Contoh Perhitungan Normalitas ............................................... 123
Lampiran C.11 Uji Homogenitas ....................................................................... 126
Lampiran C.12 Uji Hipotesis ............................................................................. 129
Lampiran C.13 Uji Normal Gain Eksperimen ................................................... 134
Lampiran C.14 Uji Normal Gain Kontrol .......................................................... 136
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), hal.6
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2006), h 1
1
2
kebanyakan peserta didik tidak siap terlebih dulu dengan membaca bahan yang
akan dipelajari, peserta didik datang tanpa bekal pengetahuan.
Di lain pihak, banyak peserta didik yang masih belum berani dan terbiasa
beraktivitas, kebanyakan masih takut salah untuk bertanya, menjawab,
berkomentar, mencoba, atau mengemukakan ide. Mereka masih tidak yakin
apakah keberanian akan melanggar etika hormat kepada guru, karena di
lingkungan keluarga pun banyak bicara itu bisa dimarahi. Mereka masih takut
akan kesalahan karena biasanya akan mendapat teguran atau bentakan, ada rasa
tidak aman dalam belajar. Pada pihak guru pun, masih banyak guru yang merasa
kurang nyaman jika peserta didik banyak bicara, merasa kurang senang bila
peserta didik banyak bertanya dan berkomentar, memandang kurang sopan jika
peserta didik banyak bertingkah, dan semacamnya. Apalagi jika peserta didik
berbuat salah biasanya langsung divonis tidak menyenangkan.
Pada teknik pembelajaran probing, diharapkan partisipasi dan aktivitas
peserta didik di kelas tinggi. Pada umumnya, pada pembelajaran probing peserta
didik akan belajar (berpikir-bekerja) secara individu, sehingga mereka dapat
melatih diri dalam memupuk rasa percaya diri. Dengan teknik pembelajaran ini,
peserta didik akan berpartisipasi aktif walaupun ada unsur ketegangan dan cepat
melelahkan. Dengan teknik probing ini peserta didik akan diasah kemampuan
berpikir sehingga menyebabkan peserta didik akan berpikir kreatif dalam
memecahkan setiap masalah yang dihadapinya. Untuk mengefektifkan pertanyaan
guru dalam pembelajaran IPA dapat dipilih suatu alternatif yaitu penggunaan
teknik probing, beberapa pertanyaan berseri yang terprogram, saling berhubungan
dan berkesinambungan agar kompetensi siswa dapat tercapai. 3 Pertanyaan yang
digunakan untuk membimbing siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan
teknik probing, dipilih mulai kategori pertanyaan yang memerlukan proses
berpikir tingkat rendah sampai tingkat tinggi
Pengetahuan bisa didapatkan dimana saja, termasuk di alam. Fenomena-
fenomena alam tersebut bisa dipelajari pada mata pelajaran fisika. Karena fisika
3
Sri Murtini, Kreativitas Teknik Probng, tersedia: http://edu-articles.com/kreativitas-
teknik-probing/, diakses tanggal, 26 april 2009
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasikan masalah-masalah berikut:
1. Penerapan teknik pembelajaran masih terpusat pada aktivitas guru, sehingga
guru selalu menguasai proses belajar mengajar dan peserta didik menjadi pasif
di kelas.
2. Peserta didik mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan pembelajaran
fisika dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kreativitas dan aktivitas peserta
didik terhambat.
3. Peserta didik masih mengalami kesulitan dalam mengasah kemampuan
berpikir mereka, sehingga terhambatnya proses berpikir.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan masalah yang diteliti dan karena adanya keterbatasan
waktu, tenaga dan biaya peneliti, maka masalah dibatasi pada pengaruh teknik
probing terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran konsep getaran
dan gelombang dengan uraian sebagai berikut:
4
1. Metode pembelajaran yang akan diterapkan yaitu metode tanya jawab dengan
teknik probing.
2. Hasil belajar yang diukur hanya pada ranah kognitif berdasarkan taksonomi
Bloom pada jenjang C1 (Pengetahuan), C2 (Pemahaman), C3 (Penerapan) dan
C4 (Analisis).
3. Konsep fisika yang dibahas adalah konsep getaran dan gelombang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di
atas maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: Apakah teknik
probing berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran
konsep getaran dan gelombang?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik probing terhadap hasil
belajar peserta didik setelah pembelajaran pada konsep getaran dan gelombang.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini bermanfaat untuk:
1. Memberikan wawasan tentang cara penerapan teknik pembelajaran fisika
khususnya teknik probing dan memberikan pengalaman melakukan penelitian.
2. Memberikan informasi untuk mengembangkan pemikiran dan pengetahuan
yang bernilai tentang pendidikan.
3. Memberikan informasi mengenai kemampuan kognitif siswa pada proses
pembelajaran.
4. Sebagai informasi untuk mengembangkan upaya guru dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.
BAB II
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teoretis
1. Teknik Probing
a. Pengetian Teknik Pembelajaran Probing
Teknik probing adalah suatu teknik dalam pembelajaran dengan cara
mengajukan satu seri pertanyaan untuk membimbing siswa menggunakan
pengetahuan yang telah ada pada dirinya guna memahami gejala atau keadaan
yang sedang diamati sehingga terbentuk pengetahuan baru.
1
Dalam probing, guru membimbing peserta didik agar mampu membangun
pengetahuannya sendiri dengan mengajukan pertanyaan, sehingga guru
mengetahui kemampuan dasar mereka.
Melalui proses probing, guru berusaha untuk membuat siswa-siswanya
membenarkan atau paling tidak menjelaskan lebih jauh tentang jawaban-jawaban
mereka, dengan cara demikian dapat meningkatkan kedalaman pembahasan.
Selain itu teknik ini juga membantu mereka untuk sejauh mungkin menghindari
jawaban-jawaban yang dangkal. 2 Teknik probing dapat memberikan fasilitas
melatih kemampuan berpikir dan membaca ilmiah agar dapat mempermudah
melakukan akomodasi dan membangun pengetahuannya. 3
Menurut Suyanto, teknik probing adalah usaha atau langkah-langkah
sistematis dalam pembelajaran untuk menggali informasi (fakta, data) yang dinilai
penting dari siswa dan relevan dalam mengembangkan pembelajaran. 4 Teknik
probing memerlukan kekuatan dalam mengembangkan pertanyaan. Guru perlu
1
Maman Wijaya, Penggunaan Teknik Probing dalam Pembelajaran Kesetimbangan
Benda Getar, (Bandung. Tesis PPS UPI. 1999) hal.16
2
David A. Jacobsen dkk, Methods for Teaching (Metode-metode pengajaran
Meningkatkan Belajar TK-SMA), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal.184
3
Maman Wijaya, et all., Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Vol.VNo.6April
2008; Peningkatan Kemampuan Berpikir dan Kemampuan Membaca Ilmiah Guru IPA Melalui
Pembelajaran dengan Teknik Probing, (Bandung: 2008), hal.23
4
Suyanto, Teknik Probing untuk Menguatkan Kapasitas Siswa, Tersedia:
http://garduguru.blogspot.com/2008/10/teknik-probing-untuk-menguatkan.html 24 juli 2010
5
6
5
Maman Wijaya, op. cit., hal. 21
7
6
Sri Murtini, Kreativitas Teknik Probing, tersedia: http://edu-articles.com/kreativitas-
teknik-probing/ diakses tanggal: 26 April 2009
7
Suyanto, op.cit,. h. 2
8
8
Maman Wijaya,Op.cit., hal.21
9
TAHAP II
Tunggu beberapa saat
Tanggapan mental
siswa (sesuai?)
TAHAP III
Ajukan pertanyaan sesuai indikator
Disequilibrium
TAHAP IV
Tunggu beberapa saat
TAHAP V
Minta seorang siswa menjawabnya
Akomodasi
Respon siswa?
TAHAP VI
Mengajukan pertanyaan dengan seri pertanyaan
sesuai dengan indikator pembelajaran.
9
Ibid, hal. 23
10
10
Nitta Puspitasari, Efektifitas Belajar Mengajar Matematika dengan Teknik Probing,
tersedia: http://www.sundayana.web.id/efektifitas-belajar-mengajar-matematika-dengan-teknik-
probing.html diakses tanggal: 24 juli 2010
11
Ibid, hal. 5
12
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar atau yang disebut dengan learning, adalah perubahan yang secara
relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-
pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting
bagi kelangsungan hidup manusia. belajar membantu manusia menyesuaikan diri
(adaptasi) dengan lingkungan, dan dengan adanya proses belajar inilah manusia
dapat bertahan hidup (survived). 12
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.
Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek
organisme atau pribadi. 13 Salah satu ciri bahwa seseorang dikatakan sudah atau
telah belajar ialah adanya suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang
tersebut. Perubahan itu menyangkut perubahan dalam pengetahuan dan
keterampilan atau juga perubahan dalam sikap.
Prestasi belajar adalah kemampuan siswa yang dicapai setelah melalui
proses pembelajaran yang diukur dengan suatu evaluasi atau kriteria tertentu
misalnya dengan menilai jawaban atas soal-soal yang telah disusun sesuai dengan
rencana yang ingin dicapai setelah terjadi proses pembelajaran tersebut. 14
Winarno Sukarman mengatakan bahwa belajar adalah proses yang terjadi
dalam otak manusia dimana ada syaraf dan sel-sel otak yang bekerja
menyimpulkan apa yang dilihat oleh mata didengar oleh telinga dan lain-lain, lalu
15
disusun oleh otak sebagai hasil belajar. Sementara itu Anita E. Woolflok
mengemukakan, bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi dari pengalaman
12
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta:Kisi
Brothers, 2006), h. 76
13
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2002), h 10-11
14
Nyoman Cakra Griadhi, Penanggulangan Miskonsepsi Pada Mata Pelajaran
Ekonomi dengan Lembar Kerja Siswa dan Pemanfaatan Lingkungan Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa, dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No.3 thn
XXXV Juli 2002, hal 74
15
Usman Malayu, Hakikat Minat Belajar dan Hasil Belajar, dalam Berita STMT
TRISAKTI Edisi 084, januari 2000. hal. 55
13
atas suatu perubahan yang relatif dalam suatu bidang pengetahuan atau tingkah
laku. 16 Belajar dipahami sebagai suatu proses kegiatan yang menagakibatkan
terjadinya perubahan pada pengalaman dan perilaku seseorang terhadap sesuatu
yang dipelajari.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 17 Menurut
pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. 18 Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap
perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Definisi
dari belajar di atas mengandung pengertian bahwa yang dimaksud dengan belajar
adalah perubahan tingkah laku seseorang secara keseluruhan atas apa yang
didapat dari suatu pengalamannya baik dari suatu penglihatan, pengamatan
ataupun meniru dari seseorang yang ia anggap paling baik.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan
serangkaian kegiatan dalam mencapai perubahan tingkah laku, pengetahuan,
kepribadian, keterampilan yang diakibatkan oleh terjadinya interaksi antara
seseorang dengan seseorang, seseorang dengan kelompok dan seseorang dengan
lingkungannya sebagai hasil dari pengalaman.
16
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op.cit, hal. 11
17
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: PT: Rineka Cipta,
2003), Cet. Ke 4, h. 2
18
Ibid, h. 2
14
internal) dan faktor yang datangnya dari luar diri siswa (faktor eksternal). Faktor
internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
1). Faktor jasmani (fisiologis), baik yang bersifat bawaan ataupun yang
diperolehnya, contohnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan lain
sebagainya.
2). Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperolehnya.
Faktor ini terdiri atas faktor:
a). Faktor intelektif yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan, bakat
dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dan pernah dimiliki.
b). Faktor non intelektif adalah unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosional dan penyesuaian diri.
3). Faktor kematangan fisik maupun psikis
Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai
berikut:
a). Faktor sosial yang terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.
b). Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
c). Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.
d). Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.
Faktor-faktor tersebut di atas saling berinteraksi secara langsung maupun
tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar siswa. 19
19
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
h. 130
15
tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau teknik yang
digunakan dalam mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah upaya atau
tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai
atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui
keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan
pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi
tiga macam hasil belajar yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan
dan pengertian dan (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat
diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne
membagi lima kategori hasil belajar, yakni: (a) informasi verbal, (b) keterampilan
intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap dan (e) keterampilan motoris. Dalam
sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
menjadi: (1) Remember, (2) understand, (3) apply, (4) analyze, (5) evaluate, dan
(6) create.
Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk
dikategorikan lebih terinci secara hierarkis kedalam enam jenjang kemampuan
yakni hapalan/ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4),
sintetis (C5) dan evaluasi (C6). 20
2. Pengukuran Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila
seseorang yang memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil
belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak
menilai ranah kogntif semata-mata. Tipe belajar hasil afektif tampak pada siswa
dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan
hubungan sosial.
Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif.
Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan
tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Pengubahan sikap
seseorang memerlukan waktu yang relatif lama, demikian juga pengembangan
minat dan penghargaan serta nilai-nilai.
Ranah afektif ini dirinci oleh Kathwohl dkk, menjadi lima jenjang, yakni:
(1) perhatian atau penerimaan (receiving), (2) tanggapan (responding), (3)
penilaian atau penghargaan (valuing), (4) pengorganisasian (organization) dan (5)
karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai (characterization by a value or
value complex). Tujuan-tujuan instruksional yang termasuk domain afektif
diklasifikasikan oleh David Kathwohl ke dalam jenjang secara hierarkis, yaitu:
"Receiving" meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu nilai dan keyakinan.
"Responding" meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi atau
merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat.
20
Ahmad Sofyan, et all., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2006), h 15
17
23
Ahmad Sofyan, et all, op. cit, h. 23
19
e. Prinsip-prinsip Belajar
Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan maksud untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan
efisien guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Prinsip-prinsip
tersebut diantaranya yaitu :
a) Prinsip motivasi, memberikan motivasi kepada siswa agar memiliki semangat
yang tinggi dalam kegiatan belajar mengajar.
b) Prinsip latar/konteks, mengenal siswa secara mendalam, menggunakan
contoh, memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, dan
menghindari pengulangan materi pengajaran yang tidak terlalu penting.
c) Prinsip keterarahan, merumuskan tujuan secara jelas. Menerapkan bahan dan
alat yang sesuai serta mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat.
d) Prinsip hubungan sosial, mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu
mengoptimalkan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru
dengan siswa dan lingkungan serta interaksi banyak arah.
e) Prinsip belajar sambil bekerja, memberi kesempatan kepada anak melakukan
praktek atau percobaan atau menemukan sesuatu melalui pengamatan,
penelitian, dan sebagainya.
f) Prinsip Individualisasi, mengenal kemampuan awal dan karakteristik setiap
siswa dalam menyerap materi pelajaran.
g) Prinsip Menemukan, mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu
memotivasi siswa untuk aktif baik fisik, mental, sosial, dan/atau emosional.
h) Prinsip Pemecahan Masalah, mengajukan persoalan/problem yang ada di
lingkungan sekitar, dan siswa dilatih untuk merumuskan, mencari data,
menganalisis, dan memecahkannya sesuai dengan kemampuan. 24
Davies mengatakan bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik seorang guru perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman berbagai prinsip-
pronsip belajar, khususnya prinsip berikut :
1. Siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar
2. Siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya
24
Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Inklusif. www.ditplb.or.id.
20
25
Whandi, Pengertian Belajar, http://whandi.net/ 17 Februari 2007.
21
26
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), Cet-10, hal. 24-25.
27
Whandi, Pengertian Belajar, http://whandi.net/ 17 Februari 2007.
22
f. Tujuan Belajar
Proses belajar dapat berlangsung dengan baik jika dalam proses belajar
tersebut diperhatikan tujuan belajar yang sesungguhnya. Belajar memiliki
beberapa tujuan, antara lain untuk :
1. Mengetahui suatu kepandaian, kecakapan, atau konsep yang sebelumnya tidak
pernah diketahui
2. Mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat berbuat, baik tingkah laku
maupun keterampilan
3. Mengkombinasikan dua pengetahuan (atau lebih) ke dalam suatu pengertian
baru, baik keterampilan, pengetahuan, konsep maupun sikap/tingkah laku
4. Memahami dan/atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh. 28
Sementara Sardiman mengemukakan bahwa tujuan belajar ada tiga jenis,
yaitu: 29
1. Mendapatkan pengetahuan
2. Penanaman konsep dan keterampilan
3. Pembentukan sikap
Dengan demikian, pada intinya tujuan belajar adalah ingin mendapatkan
pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai. Pencapaian
tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar.
Berdasarkan yang telah diuraikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
belajar diartikan sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, dan
proses belajar telah terjadi di dalam diri anak setelah terjadi perubahan. Perubahan
dalam diri anak yang dikatakan sebagai hasil proses belajar, jika perubahan
tersebut diperoleh dari pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Jadi belajar ditandai oleh dua faktor yaitu adanya pengalaman dan perubahan.
28
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), hal. 3.
29
Sardiman A.M., op.cit. hal. 27-28.
23
30
E. Mulyana, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-4, hal.115-116
31
Ibid., hal. 116
24
b. Adanya kemungkinan terjadi perbedaan pendapat antara guru dan murid. Hal
ini terjadi karena pengalaman murid berbeda dengan guru.
c. Kadang terjadi penyimpangan masalah dari pokok bahasan. Karena adanya
mis interpretasi antara yang mengajukan pertanyaan (guru) dan yang
menjawab pertanyaan (murid).
d. Waktu yang tersedia seringkali tidak mencukupi untuk suatu proses tanya
jawab secara relatif utuh dan sempurna sesuai rencana.
e. Kurang dapat secara cepat merangkum bahan-bahan pelajaran.
f. Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian anak, terutama apabila terdapat
jawaban yang kebetulan menarik perhatiannya, padahal bukan sasaran yang
dituju.
Tidak ya
Gelombang Gelombang
Gelombang Gelombang Tranversal Longitudinal
Elektromagnetik Mekanik
a. Getaran
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita melihat atau membuat benda
bergetar. Misalnya, bandul jam yang bergerak bolak-balik secara teratur, senar
gitar yang bergetar ketika dipetik, bedug atau drum yang dipukul, pegas yang
diberi beban bergerak ke atas dan ke bawah, serta benda-benda lainnya yang
mengalami getaran.
Semua benda tersebut akan bergetar apabila kita beri simpangan. Benda
yang bergetar ada yang dapat dilihat dengan mata kasat karena simpangan yang
kita berikan besar. Ada pula yang tidak dapat dilihat dengan mata karena
simpangan yang diberikan kecil sekali, contohnya peristiwa bergetarnya atom
dalam molekul atau partikel udara ketika ada gelombang bunyi.
Benda dikatakan bergetar jika mengalami gerak bolak-balik di sekitar titik
seimbangnya. Dengan demikian getaran dapat didefinisikan sebagai gerak bolak-
balik dari suatu benda di sekitar titik seimbangnya. 32
32
Maman Hermana, Sains Fisika Jilid 2A SMP/MTs Kelas VIII, (Jakarta: Piranti, 2005),
hal.64
33
Sumarwan dkk, Ilmu Pengetahuan Alam SMP Jilid 2B Untuk Kelas VII Semester 2,
(Jakarta: Erlangga, 2007), hal.141
26
1). Amplitudo
Sebuah benda yang bergetar akan memiliki posisi yang berubah-ubah
terhadap posisi seimbangnya. Posisi benda terhadap titik seimbangnya disebut
dengan simpangan. Semakin jauh posisi benda dari titik seimbangnya, maka
semakin besar simpangan benda tersebut. Bila benda mengalami simpangan yang
paling jauh, maka simpangan ini selanjutnya disebut dengan amplitudo. 34
2). Frekuensi
Gerakan setiap getaran tentu mempunyai kecepatan yang berbeda.
Misalnya, ada gerakan yang melakukan getaran 50 kali dalam waktu satu detik
(sekon). Adapula yang dalam waktu setengah detik melakukan getaran sebanyak
200 kali. Untuk itu kita perlu menyatakan seberapa banyak getaran yang
dilakukan oleh suatu benda dalam setiap detik.
Angka yang menyatakan banyaknya getaran dalam setiap detik disebut
frekuensi. Jadi, frekuensi suatu getaran adalah banyaknya getaran yang dilakukan
oleh suatu benda dalam setiap detik (sekon). 35
Besar frekuensi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
n
f = (2.1)
t
Dengan:
f = frekuensi (Hz)
n = jumlah ayunan (getaran)
t = waktu (sekon)
Frekuensi ayunan tidak bergantung pada besar amplitudo yang kamu
berikan, tetapi sangat bergantung pada panjang tali yang digunakan. Jika bandul
disimpangkan sejauh 5 cm atau 10 cm, maka frekuensi ayunan tetap sama. Tetapi
jika panjang talinya diubah (misalnya dari 20 cm menjadi 40 cm), maka frekuensi
ayunan akan berubah. Semakin panjang tali yang digunakan, maka semakin kecil
34
Maman Hermana, op.cit., hal.65
35
Suwarman dkk, op.cit., hal.142
27
3). Periode
Periode adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan satu kali getaran.
Jadi, jika frekuensi suatu getaran 2 Hz, setiap getarannya membutuhkan waktu
setengah sekon. Waktu setengah sekon inilah yang disebut periode getaran itu.
Jika frekuensi getaran sebesar 50 Hz, setiap getaran membutuhkan waktu 1/5
sekon. Seperlimapuluh sekon inilah periodenya. Dengan demikian, jika periode
kita beri lambang T dan frekuensi kita beri lambang f, maka dapat dituliskan: 36
1 1
T= sekon f = hertz (2.2)
f T
Periode getaran beban pada pegas tidak bergantung pada amplitudonya
tetapi bergantung pada massa beban. 37
b. Gelombang
Gelombang merupakan salah satu konsep Fisika yang sangat penting
untuk dipelajari karena banyak sekali gejala alam yang menggunakan prinsip
gelombang. Sebagai makhluk yang paling pandai, manusia memiliki kewajiban
untuk selalu mempelajari gejala alam ciptaan Tuhan untuk mengambil manfaat
bagi kehidupan manusia. Kamu dapat berkomunikasi dengan orang lain sebagian
besar dengan memanfaatkan gelombang suara atau gelombang bunyi. Kamu dapat
mendengarkan radio atau menonton televisi karena adanya gelombang radio.
Gelombang ada dimana-mana. Disadari atau tidak, setiap hari kita didera
oleh gelombang. Terdapat banyak macam gelombang, ada gelombang cahaya,
gelombang bunyi, gelombang mikro, gelombang air, gelombang gempa,
gelombang pada tali dan gelombang pada slinki. Bahkan ada gelombang yang
sukar didefinisikan karena merupakan aktivitas yang terjadi di dalam tubuh,
seperti gelombang otak ketika kita sedang berpikir.
36
Ibid., hal.142-143
37
Marthen Kanginan, IPA FISIKA untuk Smp Kelas VIII, (Jakarta: Erlangga, 2007),
hal.137
28
Suatu benda yang sedang bergetar melakukan gerak. Dan setiap benda
yang bergerak memiliki energi. Suatu benda yang bergetar memberikan energinya
ke partikel-partikel yang berada di dekatnya.
Gelombang dapat dibedakan menjadi dua yaitu gelombang mekanik dan
gelombang elektromagnetik. Gelombang mekanik adalah gelombang yang
memerlukan medium dalam perambatannya. Gelombang elektromagnetik adalah
gelombang yang merambat tanpa memerlukan medium. 38
Gelombang pada tali, gelombang pada permukaan air, gelombang gempa,
dan gelombang bunyi merupakan contoh gelombang mekanik. Sedangkan cahaya
(cahaya adalah gelombang), gelombang radio, gelombang radar, dan gelombang
mikro merupakan contoh gelombang elektromagnetik.
Berdasarkan arah rambatannya, gelombang dapat dibedakan menjadi
gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Gelombang transversal
adalah gelombang yang memiliki arah rambat tegak lurus dengan arah getarnya.
Pada gelombang ini akan dihasilkan puncak-puncak gelombang dan lembah-
lembah gelombang. Gelombang pada tali, gelombang cahaya, dan gelombang
radio merupakan contoh gelombang transversal. Gelombang longitudinal adalah
gelombang yang memiliki arah rambat sejajar dengan arah getarnya. Pada
gelombang longitudinal akan dihasilkan rapatan-rapatan dan renggangan-
renggangan. Gelombang pada slinki dan gelombang bunyi merupakan contoh
gelombang longitudinal.
Cepat rambat gelombang adalah jarak satu gelombang tiap periode.
Gelombang yang merambat dari ujung satu ke ujung yang lain memiliki
kecepatan tertentu, dengan menempuh jarak tertentu dalam waktu tertentu pula.
Gelombang yang berbeda bergerak dengan cepat rambat yang berbeda
pula. Cepat rambat gelombang dilambangkan dengan v, dalam SI diukur dalam
satuan m/s.
Secara matematis hubungan frekuensi, panjang gelombang dan cepat
rambat gelombang dapat dirumuskan sebagai berikut.
v = fx (2.3)
38
Maman Hermana, op.cit., hal.72
29
1
Karena f = , maka
T
v= (2.4)
T
Dengan:
v = cepat rambat gelombang (m/s)
f = frekuensi gelombang (Hz)
= panjang gelombang (m)
T = periode gelombang (s)
39
Maman Wijaya, op. cit., tersedia: http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1120106-
142147/
40
Maman Wijaya, et all., op. cit.,hal.28
30
C. Kerangka Berpikir
Penerapan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu fisika banyak dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari, konstribusi ilmu fisika dalam perkembangan dan
kemajuan IPTEK pun tidak diragukan lagi. Oleh karena itu, ilmu fisika perlu
diperkenalkan dan dipelajari sejak dini kepada peserta didik, dari hal-hal kecil
yang ada di sekitar kita. Dengan begitu akan terbentuk pola pikir ilmiah pada diri
peserta didik yang akan berpengaruh pada perkembangan dan kemajuan IPTEK di
masa depan.
Dengan belajar fisika dari kecil, anak akan mampu memecahkan masalah-
masalah dalam kehidupannya baik di rumah, di sekolah dan di lingkungannya.
41
Dede Sulaeman. Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Teknik Probing
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Mts. Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta:
Perpustakaan UIN. 2007), h.46
31
Dengan pengetahuan fisika yang didapat sejak kecil, anak juga akan menjadi
kreatif. Sehingga, anak akan mampu memecahkan masalah-masalah dengan
pengetahuan yang didapatnya secara kreatif.
Berdasarkan keterangan di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar fisika
yang diterapkan bukan hanya sekedar pengetahuan, melainkan kemampuan
memecahkan berbagai macam masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat membimbing peserta didik agar
mencapai hasil belajar yang diharapkan. Hasil belajar yang diperoleh peserta didik
akan bermakna jika pengetahuan yang didapatnya diperoleh dari hasil pemikiran
dan pengalamannya sendiri. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar
dimana peserta didik dapat mengkonstruksi pengetahuan sendiri, agar
informasi/pengetahuan awal peserta didik yang diperoleh di luar sekolah terutama
yang ada kaitannya dengan pembelajaran fisika dapat dimanfaatkan.
Proses pelajaran fisika saat ini belum mampu mengembangkan
kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis. Pada umunya fisika
dianggap sulit karena fisika menggunakan matematika sebagai alat bantu, dan
matematika yang digunakan biasanya lebih rumit daripada matematika yang
digunakan dalam bidang sains lainnya. Dengan demikian diperlukan teknik
pembelajaran yang ampuh agar siswa dapat menyukai fisika sehingga dapat
meningkatkan hasil belajarnya.
Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa yaitu teknik probing. Dalam teknik pembelajaran probing, peserta
didik akan diajak untuk berpartisipasi aktif di kelas. Guru akan menuntun dan
menggali pengetahuan peserta didik dengan mengaitkan pengetahuan dan
pengalamannya dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari sehingga akan
terjadi proses berpikir. Dengan teknik pembelajaran ini peserta didik tidak bisa
menghindari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa terlibat dalam proses tanya
jawab. Singkatnya peserta didik akan melatih diri memupuk rasa percaya diri.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran fisika melalui teknik probing
dapat dijadikan suatu pedoman dalam pembelajaran fisika. Dengan demikian
teknik probing dapat dijadikan sebagai strategi dan teknik yang efektif dalam
32
pembelajaran fisika khususnya pada konsep getaran dan gelombang, yang diduga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Proses belajar dengan teknik probing
dijabarkan dengan bagan berikut ini:
Teknik Probing
D. Perumusan Hipotesis
Hipotesis dari penelitian berdasar rumusan masalah, kajian teoritis dan
kerangka berpikir adalah terdapat pengaruh teknik probing terhadap hasil belajar
peserta didik dalam pembelajaran konsep getaran dan gelombang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen. Dalam penelitian quasi ekaperimen tidak dilakukan randomisasi
untuk memasukkan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
melainkan menggunakan kelompok subjek yang sudah ada sebelumnya. Sebelum
pembelajaran dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan pretest untuk melihat
kemampuan awal peserta didik kemudian dilakukan posttest yaitu untuk melihat
hasil belajar peserta didik setelah penerapan teknik pembelajaran probing.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan yaitu nonrandomized control group
pretest and posttest design (pre-tes pos-tes grup kontrol tidak secara beraturan),
dimana dalam rancangan ini dilibatkan dua kelompok yang dibandingkan yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Eksperimen Y1 XE Y2
Kontrol Y1 Xk Y2
33
34
Keterangan:
XE = Perlakuan terhadap kelompok eksperimen berupa pembelajaran fisika
dengan menggunakan teknik probing.
Xk = Perlakuan terhadap kelompok kontrol berupa pembelajaran fisika dengan
menggunakan teknik diskusi
Y1 = Pretest yang diberikan diberikan kepada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan.
Y2 = Postest yang diberikan diberikan kepada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol setelah diberikan perlakuan.
F. Prosedur Penelitian
42
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002)., h. 117
35
1. Tahap persiapan
Langkah awal pada tahap persiapan sebelum melaksanakan penelitian
adalah pengurusan surat izin penelitian dari Universitas Islam Negeri Jakarta,
langkah selanjutnya adalah survei tempat untuk uji coba instrumen dan
penelitian. Setelah melaksanakan survei tempat, langkah selanjutnya adalah
membuat instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat
dengan bimbingan dosen pembimbing. Setelah instrumen penelitian selesai
dibuat, dilanjutkan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Setelah instrumen penelitian dan rencana pelaksanaan pembelajaran
selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah melakukan koordinasi dengan pihak
sekolah dalam hal ini guru bidang studi yang bersangkutan untuk
melaksanakan uji coba instrumen. Uji coba instrumen untuk menentukan soal-
soal yang akan digunakan dalam penelitian (pretest dan posttest). Analisis
data hasil uji coba instrumen merupakan langkah terakhir dalam tahap
persiapan sebelum melaksanakan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Langkah awal tahap pelaksanaan penelitian adalah menentukan dua
kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
selanjutnya diadakan tes awal (pretest) kepada kedua kelompok penelitian.
Soal pretes menggunakan soal hasil analisis data uji coba instrument
penelitian. Setelah melakukan pretes, pada kelompok eksperimen diberi
perlakuan berupa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan teknik
probing, sedangkan kelompok kontrol dengan perlakuan berupa pembelajaran
dengan menggunakan teknik diskusi. Setelah diberi perlakuan diadakan tes
akhir (posttest) untuk kedua kelompok penelitian. Tes akhir berupa soal-soal
yang sama dengan ketika dilakukan test awal (pretest).
3. Tahap Akhir Penelitian
Setelah kedua kelompok penelitian melaksanakan tes akhir (posttest)
langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data hasil tes awal (pretest)
dan tes akhir (posttest) untuk kedua kelompok penelitian dengan
menggunakan uji statistik. Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimulan
36
Penyusunan Instrumen
Tahap Persiapan Penelitian dan RPP
Sebelum Penelitian
Uji Coba Instrumen
G. Variabel Penelitian
1. Variabel X atau variabel bebas yaitu teknik pembelajaran probing.
a. Definisi Konseptual
Teknik probing dalam proses belajar dan mengajar ialah teknik
dimana guru mengajukan serangkaian pertanyaan yang sifatnya
membimbing dan menuntun sehingga terjadi proses berpikir.
37
b. Defrinisi Operasional
Teknik probing merupakan teknik pengajaran yang akan
menggiring peserta didik sampai pada pemahaman yang dimaksud melalui
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru, jika jawaban dari
pertayaan tersebut benar maka akan dilanjutkan ke peserta didik
berikutnya tetapi jika salah maka akan diajukan pertanyaan yang kedua.
2. Variabel Y atau variabel terikat yaitu hasil belajar siswa pada konsep getaran
dan gelombang.
a. Definisi konseptual
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah
belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Pada penelitian ini hanya dilihat pada kemampuan kognitif
saja.
b. Definisi Operasional
Hasil belajar adalah skor yang diperoleh siswa dalam mata
pelajaran fisika yang diukur dengan menggunakan instrumen tes pada
konsep getaran dan gelombang berupa kemampuan kognitif, dilihat dalam
empat aspek yaitu ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan
analisis (C4).
I. Instrumen Penelitian
Yang akan dijadikan instrumen pada penelitian ini adalah berupa tes, yaitu
berupa tes objektif bentuk pilihan ganda. Kisi-kisi instrumen hasil belajar adalah
sebagai berikut:
M p M t p
pbi = St
q
keterangan:
phi = koefisien korelasi biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
banyaknyasiswayangbenar
p =
jumlahseluruhsiswa
q = proporsi siswa yang menjawab salah
(q = 1 - p) 43
Berdasarkan hasil uji validitas, dari 25 soal yang diujicobakan terdapat 21
soal yang valid yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18,
19, 20, 21, 23, dan 25.
2. Uji Reliabilitas
43
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)
h. 79
40
Selain harus valid soal tes juga harus memiliki reliabilitas. Reliabilitas
suatu alat ukur adalah sejauhmana pengukuran itu dapat memberikan hasil yang
relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang
sama. Sebelum instrumen diunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan
hasil belajar maka terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui koefisien
relibilitas instrumen tersebut.
Perhitungan reabilitas menggunakan rumus KR-20 yaitu sebagai berikut:
n S pq
2
r11 =
n 1 S2
keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
(q = 1 - p)
pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) 44
Interpretasi mengenai derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh
digunakan tabel 3.3 berikut ini :
44
Suharsimi Arikunto, Ibid, h. 100-101
45
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, (Jakarta: Jurusan
Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h.32
41
Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen tes hasil belajar, didapat nilai
koefisien internal seluruh item sebesar 0,834. Jika dilihat kriteria indeks koreksi di
atas, maka kriteria reliabilitasnya termasuk sangat tinggi.
3. Taraf kesukaran
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal itu apakah sukar, sedang, atau
mudah. Soal dikatakan mudah jika untuk menyelesaikannya hanya langsung
menggunakan data yang ada. Soal dikatakan sedang, jika untuk menyelesaikannya
tidak langsung menggunakan data yang ada dan untuk mencarinya cukup
menggunakan satu konsep saja. Soal dikatakan sulit/sukar, jika untuk
menyelesaikannya tidak menggunakan data/informasi yang ada, tetapi untuk
mencarinya dengan beberapa konsep. 46 Untuk mengetahuinya, maka soal-soal
diujikan tingkat kesukarannya terlebih dahulu. Pengujian terhadap derajat
kesukaran tiap soal menggunakan rumus:
=
Js
keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Js = jumlah seluruh siswa peserta tes 47
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
46
Ign. Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, (Yogyakarta:
Kanisius, 1995), hal. 238
47
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, op. cit, h.207-208
48
Ibid, h. 110
42
Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran soal, dari 25 soal tes hasil
belajar yang diujikan, 8 soal termasuk dalam kriteria sukar, 16 soal termasuk
dalam kriteria sedang dan 1 soal termasuk dalam kriteria mudah.
4. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu
(tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang mampu (rendah
prestasinya).
Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai berikut:
B A BB
D= = PA PB
JA JB
keterangan:
D = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar 49
Klasifikasi daya pembeda:
49
Suharsimi Arikunto, Ibid, h. 213-214
50
Ibid, h. 218
43
Berdasarkan hasil uji daya pembeda, dari 25 soal tes hasil belajar yang
diujikan, 3 soal termasuk dalam criteria jelek, 1 soal termasuk dalam kriteria
cukup dan 21 soal termasuk dalam kriteria baik. Hasil uji coba instrumen tes hasil
belajar terdapat 22 soal yang sesuai kriteria dari 25 soal, tetapi yang dijadikan soal
pretest dan posttest hanya 21 soal saja.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan setelah kelas diuji kenormalannya. Teknik yang
digunakan untuk uji homogenitas pada penelitian ini adalah uji Bartlett. Adapun
langkah-langkah uji homogenitas dengan uji Bartlett menurut Riduwan dalam
skripsi Ahmad Sandy, yaitu:
44
= (n-1) = - - dk.Log Si
Si = varians (kuadrat standar deviasi)
2) Menghitung varians gabungan dari sejumlah kelompok yang ada
3) Menghitung Log Si
4) Menghitung nilai B, yaitu:
B = log S x (ni 1)
2. Uji Hipotesis
Untuk uji hipotesis digunakan uji-t dengan syarat signifikansi = 0.05
serta uji korelasi. Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagi berikut:
t=
x1 x2 (n1 1)S1 2 + (n2 1)S 2 2
1 1 , dengan S g = n1 + n2 2
Sg +
n1 n2
Keterangan :
x1 = rata-rata skor kelompok eksperimen
45
51
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, (Jakarta: Jurusan
Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h.70
52
David E. Meltzer, Addendum to: The Relation Between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible Hidden Variabel in Diagnostic Pretest Scores,
dari http://physics.iastate.edu/per/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf
53
Inayatussholihah dkk, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Kegiatan
Laboratorium (Praktikum) pada Konsep Fotosintesis, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA,
FITK,UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h 80
46
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain antara dua kelompok
dilakukan uji-t. Rumus yang digunakan untuk melakukan uji-t adalah sebagai
berikut:
x1 x 2
t=
1 1
Sg +
n1 n2
dengan:
K. Hipotesis Statistik
Ho : A = B
Ha : A > B
keterangan:
Ho : Rata-rata skor hasil belajar siswa yang diajarkan dengan teknik Probing
sama dengan rata-rata skor hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
teknik diskusi.
47
Ha : Rata-rata skor hasil belajar siswa yang diajarkan dengan teknik Probing
lebih besar dari rata-rata skor hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
teknik diskusi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada subbab deskripsi data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang
telah diperoleh. Data-data yang dideskripsikan di sini adalah data hasil pretest dan
posttest dari kedua kelas yang berlaku sebagai kelompok eksperimen dan kontrol.
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kuantitatif, berupa nilai
maksimum, nilai minimum, modus, median, nilai rata-rata dan nilai standar
deviasi.
Pada awal pembelajaran, kedua sampel dalam kelas kontrol maupun kelas
eksperimen diberikan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal yang dimiliki
oleh masing-masing siswa. Pada akhir pembelajaran kedua sampel tersebut
diberikan posttest untuk mengetahui apakah kedua pada sampel terdapat
peningkatan hasil belajar siswa setelah sampel tersebut diberi perlakuan
pembelajaran yaitu dengan menggunakan teknik probing untuk kelas eksperimen
dan teknik diskusi untuk kelas kontrol. Adapun data hasil penelitiannya adalah
sebagai berikut:
1. Hasil Uji Data Pretest
a. Deskripsi Data Pretest Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai terendah untuk kelas eksperimen 10
dan nilai tertinggi 52, dengan nilai rata-rata sebesar 32,7; simpangan baku 8,83
dan varians 78,04. Untuk nilai median dan modus kelas ini masing-masing
sebesar 30,40 dan 29,00. Pada kelas kontrol diperoleh nilai terendah 19 dan nilai
tertinggi 57 dengan nilai rata-rata sebesar 34,86; simpangan baku 9,09 dan varians
82,70. Untuk nilai median dan modus kelas ini masing-masing sebesar 24,6 dan
35,3.
48
49
20 18
18
16
14 13
Jumlah Siswa
12
10 9 Eksperimen
8
8 7 Kontrol
6
6 4 4
4 2 2
2 1
0
0
10-17 18-25 26-33 34-41 42-49 50-57
Hasil Belajar Siswa
Pretest
Data
Eksperimen Kontrol
Skor Max 52 57
Skor Min 10 19
Rata-rata 32,7 34,86
50
2 tabel 3,84
Berdasarkan tabel di atas, didapat thitung < ttabel (-0,75 < 1,99) sehingga Ho
diterima. Dengan demikian, hasil pretes yang belum mendapatkan perlakuan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
14
12
12
10 9 9 9
8
Jumlah Siswa
8
Eksperimen
6 5 Kontrol
4 4 4
4 3 3
2 2
2
0
48-53 54-60 61-67 68-74 75-81 82-88 89-95
Hasil Belajar Siswa
Pretest Posttest
Data
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Skor Max 52 57 90 86
Skor Min 10 19 48 43
2 tabel 3,84
Tabel 4.8 Hasil Posttest Uji t Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Statistik Kelompok eksperimen Kelompok Kontrol
Jumlah Sampel (N) 37 37
Thitung 2,10
Ttabel 1,99
Kesimpulan Menolak Ho dan menerima Ha
Berdasarkan tabel di atas, didapat thitung > ttabel (2,10 > 1,99) sehingga
menolak Ho dan menerima Ha. Dengan demikian hasil posttest, yaitu hasil
penelitian setelah diberi perlakuan pemberian metode pembelajaran, menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan
teknik probing terhadap hasil belajar peserta didik.
minimum 0,00; N-gain maksimum 0,87; N-gain rata-rata sebesar 0,58; standar
deviasi 0,2 dan varians (0,2)2. Sedangkan untuk kelompok kontrol berdasarkan
hasil perhitungan data penelitian mengenai hasil normal gain, dari 37 siswa yang
dijadikan sampel diperoleh N-gain minimum 0,08; N-gain maksimum 0,80; nilai
rata-rata sebesar 0,48; standar deviasi 0,18 dan varians (0,18)2.
Ketentuan pengujian hipotesis normal gain yaitu jika nilai thitung > ttabel
maka dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara normal gain
kelompok eksperimen dengan normal gain kelompok kontrol, sebaliknya jika
nilai thitung < ttabel maka dinyatakan bahwa kedua kelompok tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara normal gain kelompok eksperimen dengan
normal gain kelompok kontrol. Pada tabel tampak bahwa hasil perhitungan
tersebut nilai thitung > ttabel sehingga dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara normal gain kelompok eksperimen dengan normal gain
kelompok kontrol.
Masing-masing nilai N-Gain dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu
rendah (G < 0,30), sedang (0,30 G < 0,70), dan tinggi (G 0,70). Berikut ini
adalah tabel yang menunjukkan frekuensi dari ketiga kategori nilai N-Gain
tersebut.
57
menunjukkan bahwa nilai t hitung berada pada daerah Ho, yaitu t hitung < t tabel atau -
0,75 < 1,99. dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan
95% hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
skor pretest kelompok eksperimen dengan skor pretest kelompok kontrol.
Sedangkan berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest, dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara skor posttest
kelompok eksperimen yang diajar dengan teknik probing dengan skor posttest
kelompok kontrol yang diajar dengan teknik diskusi, diperoleh nilai t hitung sebesar
2,10 dan nilai t tabel sebesar 1,99. hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan
bahwa nilai t hitung berada pada daerah Ha, yaitu t hitung > t tabel atau 2,10 > 1,99.
dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf kepercayaan 95% hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara skor pretest
kelompok eksperimen dengan skor pretest kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil uji normal gain, diketahui rata-rata normal gain dari
kelompok eksperimen sebesar 0,04 dan kelompok kontrol sebesar 0,03. Dari nilai
tes tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata normal gain pada kelompok
eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selanjutnya,
berdasarkan hasil uji-t dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh nilai t hitung
sebesar 5,0 dan nilai t tabel 1,99. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan
bahwa t tabel < t hitung atau 1,99 < 5,0; dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dari kelompok
kontrol.
54
Dede Sulaeman. Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Teknik Probing
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Mts. Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta:
Perpustakaan UIN. 2007)
55
Maman Wijaya, et all., Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Vol.VNo.6April
2008; Peningkatan Kemampuan Berpikir dan Kemampuan Membaca Ilmiah Guru IPA Melalui
Pembelajaran dengan Teknik Probing, (Bandung: 2008)
60
56
David A. Jacobsen dkk, Methods for Teaching (Metode-metode pengajaran
Meningkatkan Belajar TK-SMA), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal.184
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh teknik probing terhadap hasil belajar siswa
pada konsep getaran dan gelombang. Hal ini terlihat dari perolehan skor rata-rata
pretest sebesar 32,7 dan skor rata-rata posttest sebesar 77,42. Dengan uji t pada
taraf = 0,05 dengan thitung adalah 2,10 dan ttabel adalah 1,99; hal ini menunjukkan
terdapat pengaruh teknik probing terhadap hasil belajar peserta didik pada
pembelajaran konsep getaran dan gelombang.
B. Saran
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan teknik probing memerlukan pengetahuan yang cukup
luas, maka sebaiknya siswa dianjurkan membaca buku pelajarannya di rumah
sebelum dilakukan kegiatan belajar mengajar.
2. Tidak semua jenis pertanyaan dapat digunakan dalam teknik probing, maka
diharapkan peneliti selanjutnya lebih selektif dalam membuat pertanyaan.
Dalam teknik probing memerlukan waktu dalam mengajukan pertanyaan, jadi
diharapkan memperhitungkan waktu yang digunakan terlebih dahulu.
61
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan, Strategi Belajar mengajar, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2002
Iska, Zikri Neni, Psikologi Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kisi
Brothers, 2006
Kanginan, Marthen. IPA FISIKA untuk Smp Kelas VIII. Jakarta: Erlangga. 2007.
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.
62
63