Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
2
mengurangi kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak
sakit. Lebih lanjut disampaikan bahwa bayi yang mendapatkan imunisasi
dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya serta
mencegah penularan kepada lingkungan sekitar. Penyakit berbahaya yang
dapat dicegah dengan imunisasi yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus,
poliomielitis, campak, dan hepatitis (Cahyono, 2010). Penyakit tersebut dapat
dicegah dengan pemberian imunisasi, salah satu imunisasi untuk mencegah
penyakit difteri, pertusis, tetanus, dan hepatitis adalah imunisasi DPT-HB.
Imunisasi DPT-HB diberikan sebanyak tiga kali dalam rentang waktu tertentu
untuk memberikan kekebalan dan anak dapat tumbuh sehat.
Cakupan imunisasi lengkap didapatkan anak pada usia 0-11 bulan, yaitu satu
kali imunisasi HB-0, satu kali BCG, tiga kali DPT-HB, empat kali polio, dan
satu kali imunisasi campak. Data Profil Kesehatan Indonesia (2015)
melaporkan cakupan imunisasi DPT-HB1 cenderung rendah yaitu 2.136.780
jiwa (45%) dan DPT-HB3 sebanyak 2.317.059 jiwa (49,7%). Kalimantan
Tengah menempati urutan ke 21 dari 33 provinsi dengan cakupan imunisasi
3
DPT-HB1 36.384 jiwa (80,2%) dan DPT-HB3 sebanyak 34.634 jiwa (76,4%)
(Data Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Berdasarkan data di atas, khususnya melalui data pada tahun 2014 dan 2015
dapat diketahui bahwa tingkat pencapaian imunisasi DPT-HB di Puskesmas
Tampang Tumbang Anjir Kabupaten Gunung Mas berdasarkan UCI
(Universal Coverage Imunization) mengalami peningkatan dan melebihi target
yang ditetapkan sebesar 80%, hal ini menunjukkan program cakupan
imunisasi DPT-HB memperoleh keberhasilan. Namun tingkat keberhasilan
tersebut belum diketahui secara pasti ditentukan oleh siapa, terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi seperti adanya keterlibatan dan kerja sama antara
orang tua balita, petugas kesehatan, dan kader posyandu dalam pemberian
imunisasi DPT-HB agar tepat waktu dan lengkap. Kegiatan imunisasi secara
umum sering dilakukan di Posyandu dan dikoordinir oleh Kader Posyandu
dalam kegiatan. Petugas kesehatan sebagai tim yang melakukan imunisasi,
sedangkan orang tua balita yang mendapat informasi tentang kegiatan
imunisasi akan membawa balita ke Posyandu. Maka peran aktif dari kader
posyandu juga sangat menentukan keberhasilan pencapaian cakupan imunisasi
di posyandu.
Kader di Indonesia ada lebih dari 1 juta dari sekitar 266.827 posyandu balita
yang tersebar di seluruh wilayah, artinya terdapat sekitar 3-4 orang kader per
posyandu (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Data Dinas Kesehatan
Kabupaten Gunung Mas melaporkan terdapat sebanyak 717 kader dan yang
terlatih sebanyak 317 kader. Puskesmas Tampang Tumbang Anjir Kabupaten
Gunung Mas memiliki 35 kader yang melakukan kegiatan posyandu dari 7
posyandu yang ada. Keberhasilan cakupan imunasisasi pada tahun 2015
7
mencapai target UCI melibihi 80%, akan tetapi bertolak belakang dengan hasil
observasi dan wawancara yang dilakukan penulis pada masyarakat khususnya
ibu balita sebanyak 10 orang di Puskesmas Tampang Tumbang Anjir
Kabupaten Gunung Mas tentang peran kader posyandu dalam pelaksanaan
kegiatan posyandu. Dapat diketahui bahwa sebagian ibu balita yaitu sebanyak
6 orang (60%) mengeluhkan bahwa kader masih kurang optimal dalam
memberikan informasi kepada ibu balita tentang manfaat imunisasi terutama
pada ibu balita yang tidak hadir dalam pelaksanaan posyandu. Oleh karena itu
dirasakan perlu untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara peran
kader posyandu balita terhadap pemberian imunisasi DPT-HB di Puskesmas
Tampang Tumbang Anjir Kabupaten Gunung Mas.
Imunisasi DPT-HB diberikan pada anak usia kurang dari satu tahun dengan
periode waktu tertentu. Imunisasi dapat diperoleh di posyandu di mana
merupakan salah satu upaya kesehatan yang bersumber masyarakat. Kesehatan
8
Populasi dalam penelitian ini seluruh kader posyandu balita yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad Tahun 2015, yaitu
sebanyak: 115 orang, pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik total
sampling, tapi pada saat penelitian, peneliti menggunakan kriteria inklusi
dan eksklusi, jadi jumlah sampel yang didapat adalah 85 orang.Instrumen
dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh ability (pengetahuan) dan
evaluation (pembinaan) kader terhadap kinerja kader posyandu di wilayah
kerja Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad. Sedangkan clarity
(pemahaman) , help (dukungan organisasi), incentive (motivasi), kader
berpengaruh terhadap kinerja kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Perkotaan Rasimah Ahmad.