You are on page 1of 7

KORELASI SATURASI OKSIGEN PERKUTAN

DENGAN PARAMETER DERAJAT KEPARAHAN (SEVERITY) PADA ASMA


EKSASERBASI BERDASARKAN KRITERIA GLOBAL INITIATIVE OF ASTHMA 2008

Isnin Anang Marhana *, Muhamad Amin**

* PPDS I IP Paru FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya.


** Staf Bag/SMF IP Paru FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya.

Abstrak

Faktor penting dalam pengelolaan asma adalah penilaian berat serangan. Global Inisiative of Asthma (GINA)
2008 membagi derajat keparahan asma eksaserbasi dengan salah satu variabelnya adalah kadar saturasi oksigen.
Pemeriksaan saturasi oksigen perkutan adalah tehnik yang murah, non invasif yang dapat mengukur derajat oksigenasi.
Korelasi saturasi oksigen perkutan dan variabel lainnya dari GINA sampai sekarang belum ditentukan secara adekuat.
Studi analisis observasional ini mengkorelasikan saturasi oksigen perkutan dan variabel lain dari GINA 2008. Studi
dilakukan pada pasien asma eksaserbasi di ruang gawat darurat RSUD Dr. Soetomo antara April-Oktober 2009. Subyek
dilakukan anamnesa, diagnosa fisik, analisa gas darah dan pengukuran saturasi oksigen. Total 43 subyek diperiksa,
sebagian besar perempuan (25 orang). Rata-rata umur 36 tahun. Derajat eksaserbasi ringan 39,5%, sedang 44,2%, berat
11,6% dan ancaman gagal napas 4,7%. Didapatkan korelasi yang bagus antara saturasi oksigen perkutan dengan derajat
keparahan (r=0,871, p<0,0001). Korelasi sangat kuat didapatkan pada respiratory rate (r=772, p<0,0001) dan PaO2
(r=0,764, p<0,0001). Korelasi kuat pada sesak napas(r=0,605; p<0,0001), PEFR setelah terapi bronkodilator (r=0,704;
p<0,0001) dan pCO2 (r=0,732; p<0,0001), korelasi sedang pada kemampuan berbicara(r=0,531; p<0,0001) dan
kesadaran (r=0,517; p<0,0001), korelasi lemah pada penggunaan otot napas tambahan dan retraksi suprasternal
(r=0,492; p<0,001) dan wheezing (r=0,448; p<0,002), korelasi sangat lemah pada nadi per menit (r=0,210; p<0,172)
dan pulsus paradoksus (r=0,129; p<0,405).
Kesimpulan: Saturasi oksigen perkutan mempunyai korelasi yang sangat kuat dengan derajat keparahan,
respiratory rate dan PaO2, serta dapat mencerminkan derajat keparahan dari asthma eksaserbasi pada kondisi tertentu.

Kata kunci : asma eksaserbasi, saturasi oksigen perkutan

PENDAHULUAN lain invasif bagi penderita, bersifat statis (isolated point


Asma adalah suatu penyakit yang ditandai oleh inflamasi in time) serta tidak semua fasilitas kesehatan memiliki
kronik saluran napas yang melibatkan berbagai sel alat pemeriksaan AGD karena mahal. Pemeriksaan kadar
inflamasi serta penyempitan saluran napas bagian bawah oksigen dapat juga dilakukan dengan menggunakan alat
yang bervariasi. Asma eksaserbasi (serangan asma atau pulse oximetry. Keuntungan alat ini adalah non invasif,
asma akut) adalah episode peningkatan progresif napas kadar oksigen perkutan dapat diketahui secara real time,
pendek, batuk, wheezing atau sesak di dada atau alat yang praktis dan mobile serta harga alat yang relatif
kombinasi dari gejala ini.(1) Faktor penting dalam terjangkau.(8) Namun variabel-variabel mana dalam
pengelolaan asma adalah penanganan eksaserbasi pedoman GINA yang memiliki korelasi lebih kuat
dengan penilaian berat serangan merupakan kunci dengan derajat saturasi oksigen pada pulse oximetry
pertama dalam penanganan serangan akut. Penanganan masih belum banyak diteliti. Karya akhir ini akan
serangan karena penilaian berat serangan yang tidak meneliti korelasi saturasi oksigen yang diperiksa dengan
tepat berakibat pada pengobatan yang tidak adekuat. alat pulse oksimetri dengan variabel-variabel dari asma
Kondisi penanganan tersebut menyebabkan perburukan eksaserbasi yang terdapat pada GINA 2008 (Tabel 1).
asma yang menetap, menyebabkan serangan berulang
dan semakin berat sehingga berisiko jatuh dalam METODE
keadaan asma akut berat bahkan fatal.(1-3) Studi Populasi
Identifikasi penderita saat eksaserbasi sangat membantu Populasi penelitian adalah pasien asma eksaserbasi akut
dalam pengelolaan serangan asma, penggunaan sarana di IRD RSU. Dr. Soetomo Surabaya dengan sampel
terapi, meningkatkan strategi prevensi dan mengurangi penelitian adalah anggota dari populasi yang dipilih
morbiditas asma.(4) Global Initiative of Asthma (GINA) berdasarkan kriteria inklusi
2008 menjelaskan pembagian derajat keparahan Prosedur Umum
(severity) asma pada kondisi eksaserbasi (tabel 1) Pasien asma eksaserbasi yang memenuhi kriteria mengisi
dengan salah satu variabelnya adalah kadar saturasi informed consent, diperiksa saturasi oksigen, analisa gas
oksigen darah (SaO2).(1) Pada asma eksaserbasi di mana darah, dan parameter WHO untuk Asma Eksaserbasi.
terjadi hipoksemia, derajat penurunan kadar oksigen Kriteria inklusi meliputi pasien dewasa usia 20-40 tahun
dapat diukur dengan pemeriksaan analisa gas darah dan bersedia ikut penelitian dengan menandatangani
(AGD). Keuntungan dari pemeriksaan AGD, selain informed consent. Sedang kriteria eksklusi meliputi
dapat mengetahui SaO2, juga dapat mengetahui kadar penderita penyakit komorbid (diabetes mellitus, anemia,
karbondioksida darah (pCO2) dan pH darah. Tetapi methemo-globulinemia), merokok, under nutrisi dan
pemeriksaan AGD memiliki beberapa kekurangan antara memakai cat kuku

Majalah Kedokteran Respirasi Vol. 1. No. 3 Oktober 5


2010
Tabel 1. Pembagian derajat asma eksaserbasi(1)
M kata-kata. Dalam torako abdominal oksigen pada derajat
e penelitian ini didapat sebanyak 2 orang (4,6%). keparahan ringan
t hasil tertinggi subjek Pada pemeriksaan sebanyak 16 orang
o mampu berbicara dalam auskultasi, didapatkan (37,2%), sedang
d frase yaitu sebanyak 18 wheezing dengan sebanyak 20 orang
e subjek (41,9%). Subjek intensitas keras sebanyak (46,5%) dan berat 7
dengan kesadaran tidak 20 orang (46,5%). Pada orang (16,3%).
S tenang, gelisah (dapat pemeriksaan fisik
t agitated) memiliki didapatkan jumlah
a frekuensi tertinggi pada subjek dengan nadi
t penelitian ini yaitu 100-120 kali per menit
i sebanyak 20 subjek sebanyak 18 orang
s (46,5%). Subjek dengan (41,9%) dan nadi lebih
t pernapasan per menit dari 120 kali per menit
i (respiratory rate) sebanyak 18 orang
k meningkat, namun (41,9%)
Data diolah dengan uji kurang dari 30 kali per Pemeriksaan
statistik korelasi menit sebanyak 32 orang faal paru dengan
Pearson untuk (74,4%). Pada penelitian peakflowmeter dilakukan
data numeric ini didapatkan hasil pada subjek penelitian
berdistribusi normal subjek dengan sebelum dan setelah
dan korelasi rank penggunaan otot napas mendapatkan terapi.
Spearman untuk data tambahan dan retraksi Hasil perbaikan
numeric tidak suprasternal sebanyak didapatkan lebih dari
berdistribusi normal. 27 orang (62,8%), 80% sebanyak 13 orang
pergerakan (30,2%), 60-80%
H sebanyak
A 25 orang (58,1%), dan
S hasil PEFR kurang dari
I 60% atau kurang dari
L 100 L per menit
Subyek sebanyak 5 orang
penelitian (11,7%).
adalah 43 Pemeriksaan
sampel analisa gas darah
penderita dilakukan pada subjek
asma eksaserbasi di penelitian sebelum
Instalasi Rawat Darurat mendapat terapi asma
RSU dr Soetomo eksaserbasi. Dari hasil
Surabaya. Dari 43 analisa gas darah
penderita asma didapatkan
eksaserbasi tersebut PaO2 ringan sebanyak
terdiri dari perempuan 18 orang (41,9%), PaO2
(56,8%) dan laki-laki sedang sebanyak 20
(43,2%). Rata-rata umur orang (46,5%) dan PaO2
penderita adalah 36,66 berat sebanyak 5 orang
tahun. Kelompok umur (11,6%). Dari hasil
analisa gas darah,
terbanyak adalah antara
didapatkan hasil PaCO2
30-39 tahun (34,9%).
pada derajat keparahan
Pada anamnesa
ringan-sedang sebanyak
dan pemeriksaan fisik,
34 orang (79,1%), dan
didapatkan sebagian PaCO2 pada derajat
besar subjek dengan keparahan berat
keluhan sesak napas sebanyak 9 orang
namun masih mampu (20,9%).
berbicara dan Saturasi oksigen
menceritakan perkutan dilakukan saat
keluhannya dalam posisi pasien datang ke Instalasi
duduk (41,9%). Rawat Darurat (IRD)
Kemampuan berbicara dengan menggunakan
dalam kuesioner GINA alat pulse oxymetry yang
2008 dibagi tiga, yaitu terstandarisasi
pasien mampu (caliberated).
berbicara dalam Didapatkan hasil saturasi
kalimat, frase, dan
19
17

5
2

Ringan Sedang Berat Ancaman


Gagal Napas

Gambar 1. Frekuensi Derajat Eksaserbasi


Setelah Pada penelitian ini maupun hiperkapnea. pasien (effort dependent)
melewati anamnesa, tampak korelasi yang Lougheed dkk(23) dan hanya dapat
pemeriksaan fisik dan sangat kuat antara menjelaskan mekanisme mengukur aliran udara
pemeriksaan tambahan derajat eksaserbasi asma sesak napas pada asma pada saluran napas besar.
(meliputi pemeriksaan dengan saturasi oksigen eksaserbasi akut. Brenner (1999)
analisa gas darah, perkutan (r=0,871; Hiperinflasi dinamik dari mendemonstrasikan
peakflowmetry, saturasi p<0,0001). Korelasi otot napas inspirasi bahwa pada pasien
perkutan) serta hasilnya saturasi oksigen perkutan mempengaruhi fungsi dewasa, PEFR
dicocokkkan pada dihubungkan dengan respirasi dan merupakan metode
kuesioner GINA 2008, parameter derajat berkontribusi terhadap obyektif yang paling
maka didapatkan hasil keparahan menurut terjadinya sesak napas berguna dalam
subjek dengan derajat kriteria GINA 2008 saat asma eksaserbasi, menentukan derajat
eksaserbasi ringan didapatkan juga bila perubahan ini terjadi keparahan, meskipun
sebesar 17 orang hubungan sangat kuat selama periode waktu pengukuran saturasi
(39,5%), derajat pada parameter tertentu (hari atau oksigen adalah
eksaserbasi sedang peningkatan respiratory minggu) keluhan sesak pemeriksaan yang paling
sebesar 19 orang rate (RR) dan pO2 pada dapat berkurang karena simpel dan paling sering
(44,2%), derajat pemeriksaan analisa gas underestimasi terhadap digunakan. Nowak pada
eksaserbasi berat sebesar darah (r=0,772 dan derajat keparahan asma. buku Brenner (25)
5 orang (11,6%) dan 0,764; p<0,0001). Pada penelitian ini mendemonstasikan
derajat eksaserbasi yang Respiratory rate saturasi oksigen perkutan korelasi kuat antara
mengancam terjadinya sendiri dipengaruhi berkorelasi kuat dengan PEFR dan FEV1 pada
gagal napas sebesar 2 oleh beberapa faktor parameter sesak napas penatalaksanaan asma
orang (4,7%). yang berkaitan dengan (r=0,605; p<0,0001), dengan nilai-r antara
Karakteristik frekuensi asma eksaserbasi akut. PEFR post bronkodilator 0,7370 dan 0,8615.
Derajat Eksaserbasi Beberapa faktor yang (r=0,704; p<0,0001) dan Penelitian Tierney
subjek dapat dilihat pada mempengaruhi pCO2 (r=0,732; (2004) menunjukkan
gambar 1. respiratory rate meliputi p<0,0001). Spirometri hasil yang berbeda dan
hipoksia, hiperkarbia, merupakan standar menyimpulkan bahwa
Dari hasil kecamasan, febris, sepsis emas dalam menentukan PEFR tidak memberikan
penelitian ini secara dan metabolik asidosis. derajat asma, informasi prediktif
analisa statistik diolah, (21) Penelitian Noll dan pemeriksaan ini obyektif tentang asma eksaserbasi,
dengan uji statistik Byers (1995) dan non-invasive. namun pada penelitian
korelasi Pearson untuk menghasilkan hasil Perbaikan FEV1, nilai ini menggunakan
data numeric yang sama namun pada absolut FEV1 dan PEFR McMaster Asthma
berdistribusi normal setting intensive care. post bronkodilator Quality of Life
dan korelasi rank (22) merupakan indikator Questionnaire (AQLQ)
Spearman untuk data Selama episode terbaik untuk bukan berdasar
numeric tidak eksaserbasi akut, menentukan apakah parameter-parameter
berdistribusi normal. perubahan faal paru penderita memerlukan GINA
Didapatkan hasil saturasi yang mendadak dapat perawatan rumah sakit 2008. Pemeriksaan
oksigen perkutan dengan bermanifestasi sebagai atau tidak.(24) Indeks analisa gas darah
parameter-parameter suatu sesak napas. Sesak aliran udara yang paling harus dilakukan
derajat keparahan pada napas dapat terjadi pada sering digunakan adalah
GINA 2008 yang kondisi hipoksia PEFR, dimana aliran
memiliki korelasi yang udara tertinggi dicapai
sangat kuat adalah selama manufer Forced
respiratory rate, PaO2 Vital Capacity (FVC).
dan PaCO2. Sedangkan Peak flow meter
bila dihubungkan dengan merupakan alat yang
derajat eksaserbasi yang portable dan mudah
memiliki korelasi sangat digunakan, murah dan
kuat adalah respiratory reliable. Namun, dalam
rate, PEFR post terapi, penggunaannya PEFR
PaO2 dan PaCO2. dapat menunda
Hubungan korelasi ini penatalaksanaan karena
dijelaskan pada tabel 2. diperlukan data dua atau
tiga kali pemeriksaan
D PEFR, dapat
I mencetuskan batuk,
S pemeriksaan ini
K memerlukan kerjasama
U yang baik dengan
S penderita, hasil yang baik
I berkaitan dengan usaha
Tabel 2. Korelasi parameter derajat keparahan (severity) pada asma eksaserbasi berdasarkan pedoman GINA
2008 dengan saturasi oksigen perkutan dan derajat eksaserbasi asma.

Parameter derajat keparahan SaO2 Derajat eksaserbasi


r harga p r harga p

Sesak Napas 0,605 0,0001* 0,708 0,0001*

Kemampuan Berbicara 0,531 0,0001* 0,564 0,0001*

Kesadaran 0,517 0,0001* 0,508 0,0001*

Respiratory Rate 0,772 0,0001* 0,794 0,0001*

Penggunaan otot napas 0,492 0,001 0,331 0,028


tambahan dan retraksi
suprasternal

Wheezing 0,448 0,002 0,377 0,012

Nadi 0,210 0,172 0,382 0,011

Pulsus Paradoxus 0,129 0,405 0,192 0,212

PEF setelah terapi 0,704 0,0001* 0,769 0,0001*

PaO2 0,764 0,0001* 0,890 0,0001*

PaCO2 0,732 0,0001* 0,862 0,0001*

* Bermakna pada < 0,05

pada pasien dengan PEFR kurang dari 25% predicted, napas kecil. Pada penelitian ini saturasi oksigen perkutan
klinis yang buruk dan tidak ada perbaikan obyektif dari berkorelasi lemah dengan parameter penggunaan otot
terapi.(25) napas tambahan (r=0,492; p<0,001) dan wheezing
Penggunaan otot napas tambahan merupakan indikator (r=0,448; p<0,002).
obstruksi jalan napas berat, dan adanya retraksi Takikardi pada pasien asma eksaserbasi dapat
sternocleidomastoideus atau suprasternal berhubungan dipengaruhi oleh berbagai kondisi seperti febris,
dengan penurunan faal paru. Penggunaan otot napas dehidrasi, nyeri dada, aktivitas simpatik, pengaruh obat-
asesori dapat digunakan sebagai petunjuk pada obstruksi obatan atau hipoksia. Mekanisme takikardia pada asma
jalan napas berat.(24) Pada darajat keparahan yang dijelaskan melalui central reflex loop karena kondisi
memberat, insiden retraksi sternocleido mastoideus hipoksia. Selain disebabkan obstruksi jalan napas,
meningkat. Pada FEV1 kurang dari 1000 ml, retraksi kondisi kecemasan (anxiety) dapat memperberat kondisi
sternocleidomastoideus didapatkan pada 50% kasus, sesak, pada penelitian Cordina (2009) menyebutkan
dimana hipoksemia dan hiperkarbia hanya didapatkan 51,5% pasien datang ke unit gawat darurat dengan
35% dan 15%. Implikasi dari penemuan ini adalah kondisi cemas dan hal ini memperberat keluhan sesak
retraksi sternocleidomastoideus dapat mencerminkan napas penderita.(20, 25) Pada penelitian ini saturasi
suatu tanda hipoksemia atau hiperkarbia dan oksigen perkutan berkorelasi sangat lemah dengan
merefleksikan severitas bronkospasme. Pada penelitian parameter nadi (r=0,210; p<0,172) dan pulsus
ini didapatkan korelasi yang lemah (0,492) antara paradoksus (r=0,129; p<0,405). Hal ini dapat dipahami
saturasi oksigen perkutan dengan penggunaan otot napas karena sebagian besar sampel berada pada derajat
tambahan dan retraksi suprasternal. Hal ini dapat eksaserbasi ringan-sedang dan ketika di unit gawat
dipahami karena pada penelitian ini persentase asma darurat sebagian besar penderita dalam kondisi stress
berat dan yang mengancam gagal napas relatif kecil dan cemas sehingga nadi meningkat.
(11,4% dan 4,5%) bila dibandingkan dengan asma Sudah menjadi suatu kesepakatan bahwa asma
eksaserbasi ringan dan sedang (40,9% dan 43,2%). Pada berakibat pada kondisi hipoksemia, sangat beralasan
102 pasien asma akut usia 15-45 tahun, Kelsen dkk pada bahwa pemeriksaan pulse oksimetri adalah suatu hal
buku Brenner (1999) menemukan retraksi yang rasional dan efektif dalam mengevaluasi asma.
sternocleidomastoideus pada 40% kasus. Lebih sering Pengukuran saturasi oksigen dengan menggunakan pulse
didapatkan pada hipoksemia (pO2 < 60 mmHg) atau oksimetri penting pada semua asma akut untuk
hiperkapnea (pCO2 > 45 mmHg), dimana terjadi pada menunjukkan adanya hipoksemia, dan dapat digunakan
20% dan 10% kasus. (2, 25-26) untuk memonitor hasil terapi dimana tujuan pengobatan
Wheezing dapat didengar pada semua fase siklus adalah untuk mencapai SpO2 > 92%. Pengukuran SpO2
respirasi. Wheezing pada fase inspirasi dapat terjadi pada akan mengindikasikan pasien mana yang dalam kondisi
penyempitan saluran napas besar, dan wheezing pada gagal napas dan untuk itu diperlukan terapi intensif. (24)
fase ekspirasi dapat terjadi pada penyempitan saluran Carruthers dan Harrisson (1999) meneliti 89 pasien asma
dewasa yang datang ke unit gawat darurat, mereka 6.William W. Busse RFL, Jr. Asthma prevention: Taylor &
dengan pembacaan pulse oksimeter kurang dari 92% Francis Group; 2005.
memiliki resiko signifikan untuk jatuh pada kondisi 7.PDPI. Asma pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia. 2003.
gagal napas dan harus diperiksa analisa gas darah dan
8.Sinex JE. Pulse oximetry: principles and limitations.
observasi ketat.(25) Studi Geelhoed dkk (1999) American journal of emergency medicine. 1999;17(1 ):59-
menyebutkan bahwa initial SaO2 kurang dari 91% dapat 66.
meramalkan suatu respon terapi lini pertama yang buruk 9.F J Andrews JPN. Critical care in the emergency department:
pada pasien asma eksaserbasi pediatrik.(25) monitoring the critically ill patient. Emerg Med J.
Pada penelitian ini, korelasi saturasi oksigen 2006;23:561-4.
perkutan dengan PaO2 pada tiap derajat asma 10.Hardern R. Oxygen saturation in adults with acute asthma. J
eksaserbasi tidak didapatkan korelasi bermakna, hal ini Accid EmergMed. 1996;13:28-30.
dapat dipahami karena sebagian besar sampel berada 11.Sinex JE. Amarican journal of emergency medicine.
1999;17:59-67.
pada derajat ringan dan sedang serta saturasi oksigen
12.M A Lambert JC. The role of pulse oximetry in the accident
perkutan pada beberapa hasil menunjukkan penumpukan and emergency department. Emerg Med J. 1989;6:211-5.
(overlapping). Hal ini dapat dijelaskan pada gambar 1. 13.Li YT. Pulse Oximetry. American journal of emergency
Keterbatasan penelitian kami adalah jumlah medicine. 2005;23:54-2.
sampel yang relatif sedikit dan data tidak tersebar secara 14.Steven J. Barker BH, Katsuyuki Miyasaka, Christian Poets.
merata. Peneliti menganjurkan selanjutnya ada penelitian Principles of Pulse Oximetry Technology. 2006 [cited 2009
lanjutan dengan rancangan lebih baik misalnya studi February, 25th].
dengan sampel yang lebih besar, distribusi sampel yang 15.Schutz SL. Oxygen saturation monitoring by pulse
merata dan dilakukan multisenter untuk memperkuat oximetry. AACN Procedure manual for Critical Care: W. B.
Saunders; 2001.
hasil peneltian ini.
16.Robert J. Adams KB, Sean Homan, Donald A. Campbell
and Richard E. Ruffin. A randomized trial of peak-flow and
KESIMPULAN DAN SARAN symptom-based action plans in adults with moderate-to-
Kesimpulan severe asthma. Respirology. 2001;6:297-304.
Pada penelitian ini parameter derajat keparahan asma 17.Steve Cunningham AM. The availability and use of oxygen
eksaserbasi berdasarkan kriteria GINA 2008 yang saturation monitoring in primary care in order to assess
memiliki korelasi sangat kuat dengan saturasi oksigen asthma severity. Primary Care Respiratory Journal.
perkutan meliputi respiratory rate dan PaO2 (r=0,772 2006;15:98-101.
dan 0,764; p<0,0001), dan yang berkorelasi kuat 18.Louise A. Jensen JEO, N.G.N. Prasad. Meta-analysis of
arterial oxygen saturation monitoring by pulse oximetry in
meliputi kondisi sesak napas, PEFR post bronkodilator
adults. Heart Lung. 1998;27:387-408.
dan pCO2 (r=0,605, 0,704 dan 0,732; p<0,0001). 19.NHLBI. Expert Panel Report 3 : Guidelines for the
Penelitian ini didapatkan perbedaan bermakna pada diagnosis and management of asthma2007.
saturasi oksigen perkutan di tiap-tiap derajat eksaserbasi 20.Cordina M FA, Vassallo J, Cacciottolo JM. Anxiety and the
dengan p<0,0001. Namun bila dihubungkan saturasi management of asthma in an adult outpatient population.
oksigen perkutan dengan pO2 pada tiap-tiap derajat Ther Adv Respir Dis. 2009.
eksaserbasi, tidak didapatkan korelasi yang signifikan 21.Garcia-Aymerich J, Varraso R, Anto JM, Camargo CA, Jr.
(r=0,708, 218 dan 518). Prospective study of physical activity and risk of asthma
Saran exacerbations in older women. Am J Respir Crit Care Med.
2009 Jun 1;179(11):999-1003.
Pemeriksaan saturasi oksigen perkutan dapat dilakukan 22.Noll ML, Byers JF. Usefulness of measures of SvO2, SpO2,
sebagai salah satu pemeriksaan untuk menentukan vital signs, and derived dual oximetry parameters as
derajat asma eksaserbasi dan dapat digunakan sebagai indicators of arterial blood gas variables during weaning of
pemeriksaan pengganti analisa gas darah pada kondisi cardiac surgery patients from mechanical ventilation. Heart
tertentu. Namun penelitian cross sectional ini dilakukan Lung. 1995;24:220-7.
di satu senter dengan distribusi sampel yang tidak merata 23.Lougheed DM. Breathlessness during induced lung
sehingga perlu penelitian lebih lanjut dengan distribusi hyperinflation in Asthma. Am J Respir Crit Care Med.
sampel yang lebih merata pada tiap derajat eksaserbasi 1995;152:911-20.
24.Rodrigo GJ, Rodrigo C, Hall JB. Acute asthma in adults.
dengan sampel lebih besar dan dilakukan multisenter
Chest. 2004;125:1081-101.
untuk memperkuat hasil penelitian ini 25.Cydulka RK, Shah M. Laboratory, Roentgenographic, and
ECG Evaluation of Acute Asthma. In: Brenner BE, editor.
Emergency asthma: Marcell Dekker, Inc; 1999.
DAFTAR PUSTAKA 26.Brenner BE, Tyndall JA, Crain EF. The Clinical
1. WHO. Global Strategy for Asthma Management and Presentation of Acute Asthma in Adults and Children. In:
Prevention. In: GINA-WHO, editor.2008. Brenner BE, editor. Emergency asthma: Marcell Dekker,
2.Brenner BE. The clinical presentation of acute asthma in Inc; 1999.
adults and children. Emergency Asthma: Marcell Dekker
Inc; 1999. p. 201-32.
3.Chenwort M. Adult asthma in allergy and asthma practical
diagnostic and management. In: Mahmoudi M, editor. Lange
medical book. New York: Mc Grawhil; 2008. p. 124 -33.
4.Mary K. Miller JHL, Dave P. Miller, Sally E. Wenzel.
Recent asthma exacerbations: A key predictor of future
exacerbations. Respiratory Medicine. 2007;101:4819.
5.Apter A. Asthma epidemiology. Fishmans pulmonary
disease and disorders. New York: Mc Grawhil; 2008. p. 785
- 98.

You might also like