Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Faktor penting dalam pengelolaan asma adalah penilaian berat serangan. Global Inisiative of Asthma (GINA)
2008 membagi derajat keparahan asma eksaserbasi dengan salah satu variabelnya adalah kadar saturasi oksigen.
Pemeriksaan saturasi oksigen perkutan adalah tehnik yang murah, non invasif yang dapat mengukur derajat oksigenasi.
Korelasi saturasi oksigen perkutan dan variabel lainnya dari GINA sampai sekarang belum ditentukan secara adekuat.
Studi analisis observasional ini mengkorelasikan saturasi oksigen perkutan dan variabel lain dari GINA 2008. Studi
dilakukan pada pasien asma eksaserbasi di ruang gawat darurat RSUD Dr. Soetomo antara April-Oktober 2009. Subyek
dilakukan anamnesa, diagnosa fisik, analisa gas darah dan pengukuran saturasi oksigen. Total 43 subyek diperiksa,
sebagian besar perempuan (25 orang). Rata-rata umur 36 tahun. Derajat eksaserbasi ringan 39,5%, sedang 44,2%, berat
11,6% dan ancaman gagal napas 4,7%. Didapatkan korelasi yang bagus antara saturasi oksigen perkutan dengan derajat
keparahan (r=0,871, p<0,0001). Korelasi sangat kuat didapatkan pada respiratory rate (r=772, p<0,0001) dan PaO2
(r=0,764, p<0,0001). Korelasi kuat pada sesak napas(r=0,605; p<0,0001), PEFR setelah terapi bronkodilator (r=0,704;
p<0,0001) dan pCO2 (r=0,732; p<0,0001), korelasi sedang pada kemampuan berbicara(r=0,531; p<0,0001) dan
kesadaran (r=0,517; p<0,0001), korelasi lemah pada penggunaan otot napas tambahan dan retraksi suprasternal
(r=0,492; p<0,001) dan wheezing (r=0,448; p<0,002), korelasi sangat lemah pada nadi per menit (r=0,210; p<0,172)
dan pulsus paradoksus (r=0,129; p<0,405).
Kesimpulan: Saturasi oksigen perkutan mempunyai korelasi yang sangat kuat dengan derajat keparahan,
respiratory rate dan PaO2, serta dapat mencerminkan derajat keparahan dari asthma eksaserbasi pada kondisi tertentu.
5
2
pada pasien dengan PEFR kurang dari 25% predicted, napas kecil. Pada penelitian ini saturasi oksigen perkutan
klinis yang buruk dan tidak ada perbaikan obyektif dari berkorelasi lemah dengan parameter penggunaan otot
terapi.(25) napas tambahan (r=0,492; p<0,001) dan wheezing
Penggunaan otot napas tambahan merupakan indikator (r=0,448; p<0,002).
obstruksi jalan napas berat, dan adanya retraksi Takikardi pada pasien asma eksaserbasi dapat
sternocleidomastoideus atau suprasternal berhubungan dipengaruhi oleh berbagai kondisi seperti febris,
dengan penurunan faal paru. Penggunaan otot napas dehidrasi, nyeri dada, aktivitas simpatik, pengaruh obat-
asesori dapat digunakan sebagai petunjuk pada obstruksi obatan atau hipoksia. Mekanisme takikardia pada asma
jalan napas berat.(24) Pada darajat keparahan yang dijelaskan melalui central reflex loop karena kondisi
memberat, insiden retraksi sternocleido mastoideus hipoksia. Selain disebabkan obstruksi jalan napas,
meningkat. Pada FEV1 kurang dari 1000 ml, retraksi kondisi kecemasan (anxiety) dapat memperberat kondisi
sternocleidomastoideus didapatkan pada 50% kasus, sesak, pada penelitian Cordina (2009) menyebutkan
dimana hipoksemia dan hiperkarbia hanya didapatkan 51,5% pasien datang ke unit gawat darurat dengan
35% dan 15%. Implikasi dari penemuan ini adalah kondisi cemas dan hal ini memperberat keluhan sesak
retraksi sternocleidomastoideus dapat mencerminkan napas penderita.(20, 25) Pada penelitian ini saturasi
suatu tanda hipoksemia atau hiperkarbia dan oksigen perkutan berkorelasi sangat lemah dengan
merefleksikan severitas bronkospasme. Pada penelitian parameter nadi (r=0,210; p<0,172) dan pulsus
ini didapatkan korelasi yang lemah (0,492) antara paradoksus (r=0,129; p<0,405). Hal ini dapat dipahami
saturasi oksigen perkutan dengan penggunaan otot napas karena sebagian besar sampel berada pada derajat
tambahan dan retraksi suprasternal. Hal ini dapat eksaserbasi ringan-sedang dan ketika di unit gawat
dipahami karena pada penelitian ini persentase asma darurat sebagian besar penderita dalam kondisi stress
berat dan yang mengancam gagal napas relatif kecil dan cemas sehingga nadi meningkat.
(11,4% dan 4,5%) bila dibandingkan dengan asma Sudah menjadi suatu kesepakatan bahwa asma
eksaserbasi ringan dan sedang (40,9% dan 43,2%). Pada berakibat pada kondisi hipoksemia, sangat beralasan
102 pasien asma akut usia 15-45 tahun, Kelsen dkk pada bahwa pemeriksaan pulse oksimetri adalah suatu hal
buku Brenner (1999) menemukan retraksi yang rasional dan efektif dalam mengevaluasi asma.
sternocleidomastoideus pada 40% kasus. Lebih sering Pengukuran saturasi oksigen dengan menggunakan pulse
didapatkan pada hipoksemia (pO2 < 60 mmHg) atau oksimetri penting pada semua asma akut untuk
hiperkapnea (pCO2 > 45 mmHg), dimana terjadi pada menunjukkan adanya hipoksemia, dan dapat digunakan
20% dan 10% kasus. (2, 25-26) untuk memonitor hasil terapi dimana tujuan pengobatan
Wheezing dapat didengar pada semua fase siklus adalah untuk mencapai SpO2 > 92%. Pengukuran SpO2
respirasi. Wheezing pada fase inspirasi dapat terjadi pada akan mengindikasikan pasien mana yang dalam kondisi
penyempitan saluran napas besar, dan wheezing pada gagal napas dan untuk itu diperlukan terapi intensif. (24)
fase ekspirasi dapat terjadi pada penyempitan saluran Carruthers dan Harrisson (1999) meneliti 89 pasien asma
dewasa yang datang ke unit gawat darurat, mereka 6.William W. Busse RFL, Jr. Asthma prevention: Taylor &
dengan pembacaan pulse oksimeter kurang dari 92% Francis Group; 2005.
memiliki resiko signifikan untuk jatuh pada kondisi 7.PDPI. Asma pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia. 2003.
gagal napas dan harus diperiksa analisa gas darah dan
8.Sinex JE. Pulse oximetry: principles and limitations.
observasi ketat.(25) Studi Geelhoed dkk (1999) American journal of emergency medicine. 1999;17(1 ):59-
menyebutkan bahwa initial SaO2 kurang dari 91% dapat 66.
meramalkan suatu respon terapi lini pertama yang buruk 9.F J Andrews JPN. Critical care in the emergency department:
pada pasien asma eksaserbasi pediatrik.(25) monitoring the critically ill patient. Emerg Med J.
Pada penelitian ini, korelasi saturasi oksigen 2006;23:561-4.
perkutan dengan PaO2 pada tiap derajat asma 10.Hardern R. Oxygen saturation in adults with acute asthma. J
eksaserbasi tidak didapatkan korelasi bermakna, hal ini Accid EmergMed. 1996;13:28-30.
dapat dipahami karena sebagian besar sampel berada 11.Sinex JE. Amarican journal of emergency medicine.
1999;17:59-67.
pada derajat ringan dan sedang serta saturasi oksigen
12.M A Lambert JC. The role of pulse oximetry in the accident
perkutan pada beberapa hasil menunjukkan penumpukan and emergency department. Emerg Med J. 1989;6:211-5.
(overlapping). Hal ini dapat dijelaskan pada gambar 1. 13.Li YT. Pulse Oximetry. American journal of emergency
Keterbatasan penelitian kami adalah jumlah medicine. 2005;23:54-2.
sampel yang relatif sedikit dan data tidak tersebar secara 14.Steven J. Barker BH, Katsuyuki Miyasaka, Christian Poets.
merata. Peneliti menganjurkan selanjutnya ada penelitian Principles of Pulse Oximetry Technology. 2006 [cited 2009
lanjutan dengan rancangan lebih baik misalnya studi February, 25th].
dengan sampel yang lebih besar, distribusi sampel yang 15.Schutz SL. Oxygen saturation monitoring by pulse
merata dan dilakukan multisenter untuk memperkuat oximetry. AACN Procedure manual for Critical Care: W. B.
Saunders; 2001.
hasil peneltian ini.
16.Robert J. Adams KB, Sean Homan, Donald A. Campbell
and Richard E. Ruffin. A randomized trial of peak-flow and
KESIMPULAN DAN SARAN symptom-based action plans in adults with moderate-to-
Kesimpulan severe asthma. Respirology. 2001;6:297-304.
Pada penelitian ini parameter derajat keparahan asma 17.Steve Cunningham AM. The availability and use of oxygen
eksaserbasi berdasarkan kriteria GINA 2008 yang saturation monitoring in primary care in order to assess
memiliki korelasi sangat kuat dengan saturasi oksigen asthma severity. Primary Care Respiratory Journal.
perkutan meliputi respiratory rate dan PaO2 (r=0,772 2006;15:98-101.
dan 0,764; p<0,0001), dan yang berkorelasi kuat 18.Louise A. Jensen JEO, N.G.N. Prasad. Meta-analysis of
arterial oxygen saturation monitoring by pulse oximetry in
meliputi kondisi sesak napas, PEFR post bronkodilator
adults. Heart Lung. 1998;27:387-408.
dan pCO2 (r=0,605, 0,704 dan 0,732; p<0,0001). 19.NHLBI. Expert Panel Report 3 : Guidelines for the
Penelitian ini didapatkan perbedaan bermakna pada diagnosis and management of asthma2007.
saturasi oksigen perkutan di tiap-tiap derajat eksaserbasi 20.Cordina M FA, Vassallo J, Cacciottolo JM. Anxiety and the
dengan p<0,0001. Namun bila dihubungkan saturasi management of asthma in an adult outpatient population.
oksigen perkutan dengan pO2 pada tiap-tiap derajat Ther Adv Respir Dis. 2009.
eksaserbasi, tidak didapatkan korelasi yang signifikan 21.Garcia-Aymerich J, Varraso R, Anto JM, Camargo CA, Jr.
(r=0,708, 218 dan 518). Prospective study of physical activity and risk of asthma
Saran exacerbations in older women. Am J Respir Crit Care Med.
2009 Jun 1;179(11):999-1003.
Pemeriksaan saturasi oksigen perkutan dapat dilakukan 22.Noll ML, Byers JF. Usefulness of measures of SvO2, SpO2,
sebagai salah satu pemeriksaan untuk menentukan vital signs, and derived dual oximetry parameters as
derajat asma eksaserbasi dan dapat digunakan sebagai indicators of arterial blood gas variables during weaning of
pemeriksaan pengganti analisa gas darah pada kondisi cardiac surgery patients from mechanical ventilation. Heart
tertentu. Namun penelitian cross sectional ini dilakukan Lung. 1995;24:220-7.
di satu senter dengan distribusi sampel yang tidak merata 23.Lougheed DM. Breathlessness during induced lung
sehingga perlu penelitian lebih lanjut dengan distribusi hyperinflation in Asthma. Am J Respir Crit Care Med.
sampel yang lebih merata pada tiap derajat eksaserbasi 1995;152:911-20.
24.Rodrigo GJ, Rodrigo C, Hall JB. Acute asthma in adults.
dengan sampel lebih besar dan dilakukan multisenter
Chest. 2004;125:1081-101.
untuk memperkuat hasil penelitian ini 25.Cydulka RK, Shah M. Laboratory, Roentgenographic, and
ECG Evaluation of Acute Asthma. In: Brenner BE, editor.
Emergency asthma: Marcell Dekker, Inc; 1999.
DAFTAR PUSTAKA 26.Brenner BE, Tyndall JA, Crain EF. The Clinical
1. WHO. Global Strategy for Asthma Management and Presentation of Acute Asthma in Adults and Children. In:
Prevention. In: GINA-WHO, editor.2008. Brenner BE, editor. Emergency asthma: Marcell Dekker,
2.Brenner BE. The clinical presentation of acute asthma in Inc; 1999.
adults and children. Emergency Asthma: Marcell Dekker
Inc; 1999. p. 201-32.
3.Chenwort M. Adult asthma in allergy and asthma practical
diagnostic and management. In: Mahmoudi M, editor. Lange
medical book. New York: Mc Grawhil; 2008. p. 124 -33.
4.Mary K. Miller JHL, Dave P. Miller, Sally E. Wenzel.
Recent asthma exacerbations: A key predictor of future
exacerbations. Respiratory Medicine. 2007;101:4819.
5.Apter A. Asthma epidemiology. Fishmans pulmonary
disease and disorders. New York: Mc Grawhil; 2008. p. 785
- 98.