Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
DEPOK
JULI 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
DEPOK
JULI 2011
NPM : 0706163501
Tanda tangan :
ii
Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI :
Ditetapkan di : Depok
iii
Universitas Indonesia
It has been successfully defended before the Council of Examiners and was
accepted as part of the requirements necessary to obtain a Bachelor of
Engineering degree in Civil Engineering Program, Faculty of Engineering,
University of Indonesia.
BOARD OF EXAMINERS
Defined in : Depok
iv
Universitas Indonesia
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
(1) Bapak M. Ali Berawi,M.Eng.Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan skripsi ini.
(2) Ir Bambang Setiadi dan Ir. Setyo Supriyadi, M.Si selaku dosen penguji.
(3) Bapak dan Ibu Dosen Teknik Sipil Universitas Indonesia atas berbagai
arahan yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
(4) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
(5) sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
Universitas Indonesia
beserta perangkat yang ada (jika siperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 03 Juli 2011
Yang menyatakan
vi
Universitas Indonesia
Green building adalah konsep bangunan ramah lingkungan yang merupakan salah
satu bentuk respon dunia mengenai kondisi lingkungan saat ini. Meskipun
demikian, masih banyak anggapan bahwa konsep bangunan ramah lingkungan ini
mahal sehingga masih sedikit owner yang menerapkan konsep ini pada bangunan
mereka. Pada penelitian ini dilakukan studi value engineering (VE) untuk
mendapatkan biaya yang optimal pada bangun green building. VE pada penelitian
ini dilakukan pada system pengkondisian udara dengan fokus penelitian adalah
pada pemilihan refrigerant ramah lingkungan untuk menggantikan refrigerant
r134a yang tidak ramah lingkungan karena dapat menyebabkan pemanasan global.
Hasil dari penelitian adalah sistem pengkondisian udara yang lebih ramah
lingkungan dan efisien terhadap biaya.
Kata kunci:
green building, value engineering, refrigerant
vii
Universitas Indonesia
Keyword :
Value Engineering, Green Building, Refrigerant
viii
Universitas Indonesia
ix
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 99
5.2 Saran ................................................................................. 99
xi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
xiii
Universitas Indonesia
xiv
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Saat ini negara-negara seperti Amerika Serikat, Eropa Barat, Kanada, dan
Jepang memiliki konstribusi yang sangat besar dalam emisi gas rumah kaca.
Situasi tersebut akan berubah secara drastis dalam waktu dekat. Pertumbuhan
penduduk di China, India, sebagian Asia, Brazil, dan Rusia menyebabkan
pertumbuhan emisi CO2 bertambah dengan cepat. Hal inilah yang membuatnya
sangat penting bahwa seluruh dunia berpartisipasi dalam mengurangi carbon
footprint (dampak terhadap lingkungan yang berhubungan dengan jumlah
produksi gas rumah kaca, ukuran dalam unit karbon dioksida) peradaban kota
lebih dari 30 tahun ke depan (Yudelson, 2007). Jika kita tidak fokus pada green
building, maka kita tidak akan memiliki kesempatan untuk mencegah terjadinya
perubahan iklim global.
Konsep green building didorong menjadi trend dunia bagi pengembang
properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan menjadi keharusan di dunia properti
saat ini. Hal ini dikarenakan bangunan ramah lingkungan mempunyai konstribusi
menahan laju pemasanan global dengan membenahi iklim mikro (Feriadi, 2008).
Poin terbesar dalam konsep ini adalah penghematan air dan energi serta
penggunaan sumberdaya terbarukan. Bangunan hijau dengan kinerja bagus
(high performance green building) mempunyai kinerja lingkungan, ekonomi dan
energi yang lebih baik dari pada bangunan standar (Komrkmaz, Messner, Riley,
Magent, 2010).
Di Amerika Serikat terdapat banyak perusahaan penyuplai energi listrik
dengan berbagai pilihan bahan bakar, termasuk bahan bakar terbarukan.
Pengembang yang memilih energi listrik dari sumber terbarukan akan
memperoleh poin terbesar dalam konsep green building (Yudelson, 2007). Di
banyak negara penerapan konsep green building terbukti menambah nilai jual.
Implementasi konsep green building (yang menghemat energi, air, lahan, material
serta menjaga kesehatan udara dalam ruangan dan mengelola lingkungan secara
bijak) diyakini dapat memberikan konstribusi yang nyata pada fisik dan
lingkungan perkotaan. Kecuali dampak positif pada fisik dan lingkungan
perkotaan, penerapan konsep bangunan hijau juga membumikan prinsip hemat
untuk diterapkan oleh pemilik, penghuni dan pengguna bangunan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Mengetahui sejauh mana efisiensi ini bisa diterapkan pada proyek gedung
berkonsep green building.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1.7 KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan sebuah proyek, masalah yang berkaitan dengan biaya
sering kali ditemui, apalagi untuk proyek berkonsep green building yang memang
memerlukan biaya yang lebih besar daripada pekerjaan proyek konvensional.
Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang baik agar dalam pelaksanaan
pekerjaan proyek, peningkatan biaya selama pelaksanaan pekerjaan dapat
diminimalisir. Salah satu caranya ialah dengan mengidentifikasi komponen-
komponen yang dapat menyebabkan pembengkakan biaya proyek sehingga dapat
dihasilkan penghematan anggaran proyek.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Selain pemasanan global, isu lingkungan yang sedang menjadi fokus saat ini
adalah konsumsi energi. Berikut ini adalah diagram konsumsi impor energi pada
tahun 2004:
Universitas Indonesia
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa impor energi dari tahun ke tahun
terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi energi dari tahun ke tahun
pun terus meningkat.
Selain pemanasan global dan konsumsi energi, isu lingkungan lainnya yang
menjadi fokus dalam green building adalah konsumsi air dan menipisnya sumber
daya alam akibat penggunaan yang berlebihan.
Universitas Indonesia
Gabungan dari konsumsi energi, air, kayu pada sebuah bangunan inilah yang
menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan di planet ini (Lenssen N. and
D.M. Roodman, 1995). Berikut ini adalah peran bangunan dalam isu lingkungan :
1. Persentase konsumsi energi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
versi dari LEED versi 2.0 yang asli dimana sejak versi 2.0 sudah ada banyak
perubahan besar (Yuldeson, 2007). Versi terbaru dari LEED adalah versi 3.0 yang
diluncurkan pada tanggal 27 April 2009 (US Green Building Counsil, 2009).
USGBC tumbuh dengan cepat sejak tahun 1998 dimana pada saat itu hanya
memiliki 100 anggota dan pada awal tahun 2007, jumlah anggotanya lebih dari
7700 badan hukum, institusi, organisasi pemerintah dan lembaga (tidak termasuk
anggota individual) (Yuldeson, 2007). Kemudian pada tahun 2004 didirikan
Canada Green Building Council (CaGBC), yang saat ini telah memiliki angota
lebih dari 1.300 anggota dengan cabang dibeberapa provinsi. CaGBC
menggunakan sistem evaluasi LEED tetapi telah mengalami penyesuaian dengan
kondisi di Kanada. Pada tahun 2007, 225 proyek mendaftar untuk sertifikasi
standar LEED Kanada (Yuldeson,2007). Green building di Kanada tumbuh
dengan cepat, dengan spesial fokusnya pada efisiensi energi dan kualitas udara
dalam ruangan yang cocok untuk Kanada bagian utara dan iklim yang lebih
dingin.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
- Pencegahan polusi
- Efisiensi energi
- Integrasi sistem
- Life cycle costing
Universitas Indonesia
b. Konservasi dan kualitas air (Woolley, Kimmin, Paul Harrison, and Rob
Harison, 1997;MoU,2006; Fischer,2010; kats,2003;
Untuk menjaga konservasi dan kualitas air dapat dilakukan dengan
mempertahankan siklus air alami yang sudah ada. Selain itu, juga dapat
dilakukan dengan meminimalkan penggunaan yang tidak perlu dan tidak
efisien dari air minum. Sementara itu memaksimalkan daur ulang dan
penggunaan kembali air, termasuk penggunaan air hujan, storm water, dan
gray water (air bekas kamar mandi, tidak termasuk air dari toilet).
c. Lingkungan dan energi (Woolley, Kimmin, Paul Harrison, and Rob Harison,
1997;MoU,2006; Fischer,2010;
Kunci dari prinsip ini adalah:
- Meminimalkan dampak yang merugikan pada lingkungan (udara, air,
sumberdaya alami) melalui optimasi lahan bangunan, optimasi desain
bangunan, pemilihan material, dan agresif menggunakan pengukur
konservasi energi.
- Menghasilkan bangunan yang prestasinya melebihi tingkat
pemenuhan International Energy Code (IEC) mencapai 30 40 %
atau lebih. Memaksimalkan penggunaan energi terbaharukan dan
sumber energi yang berdampak rendah terhadap lingkungan.
Universitas Indonesia
e. Sumber daya dan material (Woolley, Kimmin, Paul Harrison, and Rob
Harison, 1997; Fischer, 2010; kats,2003;
Kunci dari prinsip ini adalah meminimalkan penggunaan material
konstruksi yang tidak dapat diperbaharui dan sumberdaya lainnya seperti
energi dan air melalui teknik, desain, perencanaan, dan konstruksi yang
efisien dan daur ulang yang efektif dari robohan konstruksi. Selain itu juga
memaksimalkan penggunaan material daur ulang, material modern yang
efisien, dan sumberdaya komposit yang efisien terhadap bentuk struktur.
2.3.4 LEED
Menurut USBGC, LEED (Leadership in Energy and Enviromental Design)
Green Building Rating System adalah sebuah volunter, standar nasional
berdasarkan konsensus untuk mengembangkan prestasi yang tinggi untuk
bangunan berkelanjutan (MAPEI, 2006, p.4). LEED memberikan pemilik
bangunan dan operator alat yang mereka perlukan untuk merasakan dampak
langsung dan terukur pada kinerja bangunan mereka. LEED mempromosikan
seluruh pendekatan pembangunan berkelanjutan dengan mengakui kinerja dalam
lima bidang utama kesehatan manusia dan lingkungan: pengembangan lahan
berkelanjutan, penghematan air, efisiensi energi, pemilihan bahan dan kualitas
lingkungan dalam ruangan (Yudelson, 2008, p.13-14). LEED diciptakan untuk
(MAPEI, 2006, p.4):
- Mendefinisikan green buildingdengan menetapkan sebuah standar umum
untuk pengukuran.
- Mempromosikan secara terpadu, praktek desain bangunan secara
keseluruhan
- Memperkenalkan kepemimpinan lingkungan dalam industri bangunan
- Merangsang kompetisi hijau
- Meningkatkan kesadaran konsumen akan keuntungan green building
- Mengubah pasar bangunan
Universitas Indonesia
Ada beberapa hal yang meliputi luasnya sebagian besar proyek LEED,
adalah sebagai berikut (Galzone, 2006):
LEED untuk konstruksi baru, atau LEED NC
LEED untuk Core dan Shell (bangunan spekulatif), atau LEED- CS
LEED Untuk interior komersial (memperbaiki sewa dan mengubah bentuk),
atau LEED CI
LEED untuk bangunan eksiting (meningkatkan, pengoperasian dan
perawatan), atau LEED EB
LEED untuk perumahan, LEED H
LEED Neigborhood development, LEED ND
LEED Aplication Guides (Retail, komplek bangunan/ kampus, sekolah,
pusat kesehatan, laboratorium, penginapan)
Setiap sistem pemilihan LEED memiliki bilangan yang berbeda dari total
point, sehingga penilaian dapat dibandingkan hanya dalam setiap sistem,
meskipun metode untuk memberi penghargaan prestasi adalah identik. Sertifikasi
LEED yang diberikan adalah sebagai berikut [22]:
Certified : proyek memiliki nilai lebih dari 40% dari dasar, atau utama, pada
point dalam sistem
Silver; proyek memiliki nilai lebih dari 50% dari poin utama
Gold proyek memiliki nilai lebih dari 60% dari poin utama.
Platinum : proyek memiliki nilai lebih dari 80% dari poin utama.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
menarik para pengembang dan praktisi dari tools, teknik, dan proses lain menjadi
anggota SAVE, maka pada tahun 1996, nama asosiasi ini diubah menjadi SAVE
International (Priyanto, 2010).
Dalam uraian singkat mengenai perkembangan VE yang dimuat dalam buku
standar SAVE International (2007), tersirat adanya filosofi VE yang memberi
kemudahan bagi upaya memahami konsep VE. Filosofi VE tersebut adalah
menyediakan cara pengelolaan nilai (value) dan upaya peningkatan inovasi yang
sistematik guna memberikan keunggulan daya saing bagi sebuah produk yang
akan dirakit, karena produk-produk dibeli untuk apa yang dapat mereka lakukan
(fungsi dari produk), baik melalui pekerjaan yang mereka dapat lakukan atau
kualitas estetika yang mereka sediakan (Priyanto, 2010). Untuk dapat fokus pada
pemahaman fungsi, maka fungsi di definisikan dengan menggunakan gabungan
kata aktif (active verb) dan kata benda yang diukur (measure noun) yang dapat
memberikan karakteristik manfaat dari fungsi yang dimaksud. Oleh karena itu,
metode ini menempatkan analisis fungsi sebagai pondasi kunci. Analisis fungsi
terus dikembangkan dan menjadi tool untuk membantu individu dan tim
memahami sebuah konsep melalui fungsi-fungsinya guna memutuskan apakah
desain dapat ditingkatkan atau diadakan material atau konsep lain yang dapat
memenuhi fungsi tersebut.
Universitas Indonesia
Function+Quality
Value =
Cost
Dimana ;
Function = pekerjaan tertentu yang sebuah desain/ item harus lakukan
Quality = kebutuhan, keinginan, dan harapan pemilik atau pengguna
Cost = biaya siklus hidup dari sebuah produk/ proyek
Definisi lain datang datang dari Carlos Fallon dalam buku Mohd. Mazlan
Haji Che Mat (2002) berjudul Value Management : Principle And Aplications :
Towards Achieving Better Value For Money, Pearson Malaysia Sdn. Bhd.,p.3
(Priyanto, 2010).
Worth
Value =
Cost
Dimana ;
Worth = Biaya yang paling minimum untuk menyediakan fungsi yang
diperlukan dan kinerja yang dipersyaratkan dengan cara
membandingkan biaya dari Unit unit yang memiliki fungsi
yang sama.
Cost = Biaya siklus hidup dari produk / proyek
Menurut Kelly t.al, nilai didefinisikan sebagai hubungan antara biaya, mutu,
dan waktu dimana mutu tersebut terdiri dari sejumlah variabel yang ditentukan
berdasar pengetahuan dan pengalaman seorang individu atau beberapa individu
Universitas Indonesia
dalam sebuah kelompok, yang dibuat eksplisit untuk maksud membuat pilihan
diantara berbagai pilihan yang cocok secara fungsi (Priyanto, 2010). Oleh karena
itu, sistem nilai yang dibuat eksplisit merupakan gambaran pada waktu tertentu
dari berbagai variabel terhadap semua keputusan yang mempengaruhi bisnis inti
atau proyek, sehingga dapat diaudit.
Berdasarkan definisi nilai diatas, Kellly et.al.,(2004) menjelaskan bahwa nilai
desain bangunan gedung dapat diuraikan dan diukur melalui beberapa komponen
berikut ini (Priyanto, 2010):
- Time, dari saat ini hingga selesainya proyek, titik ketika poryek berakhir
dan masuk kembali ke bisnis pelanggan inti.
- Capital Cost (CAPEX) adalah semua biaya yang diasosiasikan dengan
semua biaya modal dari proyek.
- Operating Cost (OPEX) mengacu pada semua biaya yang dikeluarkan
terkait dengan aktivitas operasional dan pemeliharaan.
- Environment mengacu pada sejauh mana proyek-proyek tersebut
menghasilkan sebuah pendekatan simpatik terhadap lingkungan, yang
diukur dengan dampaknya terhadap pendekatan lingkungan lokal dan
global, penguasaan energi, penggunaan energi, dan isu-isu green
lainnya.
- Excange atau resale adalah nilai uang dari proyek.
- Flexibility menggambarkan sejauh mana parameter-parameter proyek
harus mencerminkan sebuah perubahan lingkungan yang terus menerus di
dalam desain.
- Esteem adalah sejauh mana pelanggan berkeinginan untuk memenuhi
komitmen terhadap penyediaan sumber daya bagi estetika atau
menggambarkan penghargaan/kemuliaan (esteem) organsasi, secara
internal dan eksternal.
- Comfort adalah kenyamanan fisik bdan psikologis dari bangunan gedung
sebagai tempat untuk bekerja dan tinggal.
- Politics adalah sebuah dimensi eksternal yang mengacu pada sejauh mana
isu-isu komunitas, popularitas, dan kepedulian lingkungan (good
neighbour) merupakan hal-hal penting bagi pelanggan.
Universitas Indonesia
Berdasarkan definis-definisi nilai diatas, maka defini oleh Kelly et. El., yang
paling cocok digunakan pada definisi VE dalam penerapan VE untuk efisiensi
biaya bangunan berkonsep green building.
2.4.3 Definisi VE
Definisi VE perlu dipahami untuk memberiakan gambaran yang jelas
mengenai VE. Definisi VE tersebut antara lain sebagai berikut (Priyanto, 2010):
1. Value Engineering (VE) adalah aplikasi metodologi nilai (value
methodology) pada sebuah proyek atau layanan yang telah direncanakan
atau dikonsepkan untuk mencapai peningkatan nilai (value). Metodologi
nilai adalah sebuah proses sistematis yang digunakan oleh disiplin untuk
meningkatkan nilai (value) dari sebuah pryek melalui analisa terhadap
fungsi-fungsinya. (standar SAVE, 2007).
2. Value Engineering (VE) adalah sebuah upaya terorganisir diarahkan pada
analisa fungsi-fungsi dari sistem, perlengkapan, fasilitas, jasa layanan dan
jasa penyediaan untuk mencapai tujuan yang signifikan pada siklus hidup
(life-cycle cost) yang paling rendah, konsisten dengan persyaratan kinerja
(perfomance), kepercayaan (reliability), mutu(quality) dan keamanan
(safety) (PBS PQ250. 1992, PBS PQ251, 1993)
3. Value Engineering (VE) adalah suatu sistem pemecahan masalah yang
dilaksanakan dengan menggunakan kumpulan teknik tertentu, ilmu
pengetahuan, tim ahli, pendekatan kreatif terorganisir yang memiliki tujuan
untuk mendefinisikan dan menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan
seperti biaya yang tidak memberikan konstribusi bagi mutu, kegunaan,
umur, dan penampilan produk serta daya tarik konsumen (Miles, 1972).
4. Value Engineering (VE) adalah suatu pendekatan tim profesional yang
dalam penerapannya berorientasi pada fungsi dan dilakukan secara
sistematis yang digunakan untuk menganalisis dan meningkatkan nilai
(value) suatu produk, desain fasilitas, sistem, atau layanan. VE merupakan
suatu metodologi yang baik untuk memecahkan masalah dan atau
mengurangi biaya namun tetap dapat meningkatkan persyaratan kinerja atau
kualitasyang ditetapkan (Siciety of American Value Engineers, 2009).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dell Isola (1997) menguraikan mengenai alasan-alasan biaya yang tidak perlu
antara lain (p.xxii):
1. Kurangnya Informasi,
Data yang tidak cukup mengenai fungsi owner/ pengguna
inginkan/butuhkan dan informasi material baru, produk, yang dapat
mempertemukan kebutuhan ini
2. Kekurangan ide.
Kegagalan untuk mengembangkan solusi alternatif, di beberapa kasus,
pembuat keputusan menerima solusi pertama yang terlintas dipikirannya.
Kecenderungn ini selalu mendatangkan unnecessery cost , yang dapat
dieliminasi dengan menuntut pengembangan ide alternatif tambahan dan
kemudian membuat keputusan yang didasarkan pada ekonomi dan prestasi.
3. Keadaan sementar
Desain, jadwal dan pengiriman yang mendesak dapat memaksa pembuat
keputusan mencapai kesimpulan cepat untuk memenuhi persyaratan waktu
tanpa memperhatikan nilai yang baik.
4. Kepercayaan yang salah
Unnecesery cost juga sering disebabkan oleh keputusan yang didasarkan
pada apa yang pembuat keputusan percaya sebagai keputusan yang benar,
daripada mempertimbangkan pada kondisi nyata. Hal ini dapat menghalangi
ide bagus.
5. Kebiasaan dan perilaku
Manusia menciptakan kebiasaan. Sebuah kebiasaan adalah bentuk dari
respon, melaukan hal yang sama, cara yang sama, pada kondisi yang sama.
Kebiasaan adalah reaksi dan respon yang orang pelajari secara otomatis,
tanpa berpikir atau memutuskan. Kebiasaan adalah bagian yang penting
dari kehidupan, tetapi ada satu hala yang harus dipertanyakan, Apakah
saya melakukan cara ini karena ini adalah cara yang terbaik, karena saya
merasa nyaman dengan metode ini, atau karena saya selalu melakukan cara
ini!
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1. Pre-Workshop Activities
Tahap ini bertujuan untuk merencanakan dan mangatur Value Study.
Pertanyaan dasar yang digunakan pada tahap ini adalah apa yang harus
dilakukan untuk menyiapkan Value Study?
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah:
- Mendapatkan persetujuan dari manajemen senior dan dukungan yang
berhubungan dengan job plan, peraturan-peraturan dan tanggung jawab.
- Mengembangkan scope dan sasaran value study.
- Mendapatkan data dan informasi proyek.
- Mendapatkan dokumen kunci seperti lingkup definisi pekerjaan, gambar,
laporan spesifikasi, dan perkiraan proyek.
- Mengidentifikasi dan memprioritaskan strategi masalah yang sedang
diperhatikan.
- Menentukan scope dan sasaran penyelidikan.
- Mengembangkan jadwal penyelidikan.
- Melakukan analisis benchmarking yang kompetitif.
- Mengidentifikasi anggota Value Team.
- Mendapatkan komitmen dari anggota tim yang telah dipilih untuk mencapai
sasaran proyek.
- Mereview biaya proyek.
- Mengumpulkan informasi konsumen/pengguna proyek.
- Jika waktunya tepat, mengundang suppliers, konsumen, atau stakeholder
untuk berpartisipasi dalam Value Study.
- Mendistribusikan informasi ke anggota tim untuk direview.
- Mengembangkan diagram dan model informasi tentang proyek.
- Menentukan tanggal, waktu, lokasi penyelidikan dan logika lain yang
diperlukan.
- Mendefinisikan secara jelas, dengan manajemen senior, persyaratan untuk
kesuksesan hasil Value Study.
Universitas Indonesia
a. Tahap Informasi
Menurut Zimmerman(1982) sesuai dengan yang dikutip saudara
Afandi, tahap informasi dalam VE ditunjukkan untuk mendapatkan
informasi seoptimal mungkin dari tahap desain suatu proyek (Afandi,
2010). Informasi tersebut antara lain berupa latar belakang yang
memberikan informasi yang membawa kepada desain proyek, asumsi-
asumsi yang digunakan, dan sensitivitas dari biaya yang diperlukan dalam
bangunan green building. Menurut standar SAVE 2007, aktifitas-aktifitas
yang umum dilaksanakan pada tahap ini adalah:
1. Mendapatkan data proyek dan informasi dan dokumen kunci seperti
scope definisi pekerjaan, gambar-gambar, laporan
spesifikasi,informasi detail biaya proyek, data kualitas, inforamsi
pemasaran, flow charts proses, dan lain-lain. Tool yang digunakan
antara lain: Quality Function Deployment, Voice of Customer.
2. Mengidentifikasi dan memprioritaskan pada masalah yang sedang
diamati. Selanjutnya mendefinisikan scope dan sasaran studi. Tool
yang dapat digunakan antara lain: SWOT (Strengths, Weakness,
Opportunities, and Threats), Project Charter.
3. Tim proyek mempresentasikan konsep proses/ produk/ desain saat ini
dan yang asli.
4. Menyelenggarakan analisis benchmarking yang kompetitif. Tool yang
apat digunakan adalah Bechmarking, Tera Down Analysis, Pareto
Analysis, Design For Assembly.
5. Menentukan jadwal studi; tanggal, waktu, lokasi dan kebutuhan
lainnya.
6. Mendistribusikan informasi proyek kepada anggota tim VE untuk
direview.
7. Memahami lingkup proyek, jadwal, budget, biaya, risiko, kinerja non
moneter .
8. Mengkonformasi konsep proyek yang paling baru.
9. Mengidentifikasi fungsi proyek pada level tinggi.
10. Mengujungi lokasi dan fasilitas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Fungsi suatu barang dan jasa merupakan jawaban atas dapat melakukan
apa benda, barang, jasa tersebut. Dimana fungsi dalam VE ada dua yaitu
(Dell Isola, 1974):
1. Fungsi primer, fungsi yang mendasi dasar diadakannya barang atau
jasa tersebut, fungsi ini untuk menjawab pertanyaan apa yang harus
dilakukan oleh barang atau jasa tersebut.
2. Fungsi sekunder yaitu fungsi yang sangat situasional serta kondisional
dan bergantung pada pembeli dan pemanfaatannya. Sehingga bisa
berbagai macamnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Tahap Kreatif
Fase ini merupakan fase untuk mengembangkan sebuah kuantiti ide-
ide yang berhubungan dengan cara lain untuk kinerja fungsi. Menurut
Hutabarat (1995), tahap kreatif adalah tahap mengembangkan sebanyak
mungkin alternatif yang bisa memenuhi fungsi primer atau pokoknya
(Ustoyo, 2007). Untuk itu diperlukan adanya permunculan ide-ide guna
memperbanyak alternatif-alternatif yang akan dipilih. Alternatif tersebut
dapat dikaji dari segi desain, bahan, waktu pelaksanaa, metode pelaksanaan,
dan lain-lain. sebagai bahan pertimbangan dalam mengusulkan alternatif
dapat disebutkan keuntungan dan kerugiannya. Sebagai dasar
penilaian/pertimbangan untuk dilakukan analisis VE dapat dipilih kriteria-
kriteria dari item pekerjaan. Kriteria-kriteria tersebut nantinya sebagai bahan
evalusi untuk memilih alternatif yang dipilih. Kegiatan-kegiatan umum yang
dilakukan pada tahap ini adalah(SAVE,2007):
1. Melakukan latihan pemanasan kreatif.
2. Menetapkan peraturan-peraturan yang melindungi lingkungan kreatif
yang dikembangkan. Tools yang digunakan : Creativity Ground
Rules.
3. Menggunakan teknik stimulasi ide yang dapat meningkatkan nilai. Tools
yang digunakan: Brainstroming, Gordon Technique, Nominal Group
Technique, TRIZ, Synetics
4. Mengembangkan ide alternatif yang dapat meningkatkan nilai.
Pada akhir fase ini akan dihasilkan daftar ide-ide yang memuat
alternatif-alternatif lain untuk menjalankan masing-masing fungsi yang
memiliki peluang potensi bagi peningkatan nilai (fungsi dengan nilai rasio
cost to worth lebih besar dari 1:1).
Universitas Indonesia
d. Tahap Evaluasi
Fase evaluasi merupakan tahap mengurangi kuantiti ide-ide yang
harus diidentifikasi untuk daftar pendek ide-ide dengan potensi yang besar
untuk meningkatkan proyek. Ide-ide yang ingin dihasilkan pada tahap ini
adalah ide-ide yang terkait dengan berbagai alternatif lain untuk
menjalankan fungsi tertentu, fungsi yang berpotensi bagi peningkatan nilai
proyek. banyak tool yang dapat digunakan untuk memunculkan ide kreatif.
Pada umumnya, memunculakan ide kreatif bagi para engineer bukanlah hal
yang mudah karena mereka cenderung untuk menemukan solusi dengan
cepat. Untuk mengendalikan hal ini, maka engineer harus mengikuti seluruh
tahapan yang ada dalam job plan dan menaaati semua aturan dalam fase ini.
Kegiatan-kegiatan umum yang dilakukan padatahap ini adalah (SAVE,
2007):
1. Menjelaskan dan mengkategorikan setiap ide untuk mengembangkan
sebuah pemahaman.
2. Mendiskusikan bagaimana ide-ide berdampak pada biaya proyek, dan
kinerja parameter-parameter. Tools yang digunakan: T-Charts.
3. Memilih dan memprioritaskan ide-ide untuk pengembangan
selanjutnya. Tools yang digunakan: Pugh Analysis, Kepner-Tregoe,
Life Cycle Coasting.
4. Menjelaskan bagaimana ide-ide dituliskan sebagai stand-alone risk-
reward invesment proposals.
Pada tahap ini, ide-ide yang nampak jelas tidak layak dibuang.
Kemudian ide-ide atau alternatif yang terpilih dianalisis keuntungan dan
kerugiaannya, biaya siklus hidupnya (life cycle cost), dan dibuat bobotnya.
1. Analisis keuntungan dan kerugian.
Ide-ide yang muncul dari tahap sebelumnya dianalisis keuntungan dan
kerugian yang ditimbulkan dari setiap ide tersebut. Dalam melakukan
analisis keuntungan dan kerugian ini dapat digunakan tabel yang
menunjukkan keuntungan dan kerugian.
Universitas Indonesia
Ide yang terpilih ini kemudian dianalis pada tahap perikutnya yaitu
tahap pengembangan.
e. Tahap Pengembangan
Fase ini merupakan fase analisis lanjutan dan mengembangkan daftar
pendek ide-ide dan pengembangan ini dengan memperhitungkan alternatif-
alternatif value. Kegiatan-kegiatan umum pada fase ini adalah:
1. Membandingkan kesimpulan studi dengan syarat kesuksesan selama
fase informasi dan fase analisis fungsi.
2. Menyiapan sebuah tuliasan menganai alternatif nilai untuk setia ide
yang dipilih untuk pengembangan selanjutnya.
3. Menaksir dan mengalokasikan risiko dan biaya denga tepat
4. Mengadakan analisa cost-benefit.
5. Mengembangkan sketsa dan infomasi yang diperlukan untuk
menyampaikan konsep.
6. Mengkonfirmasi sebuah alternatif yang akan dikembangkan
selanjutnya.
7. Mengakhiri perkembangan alternatif awal.
8. Mengembangkan sebuah rencana tindakan untuk mendefinisikan
langkah-langkah implementasi untuk setiap alternatif nilai (value).
Universitas Indonesia
Pada akhir fase ini akan dihasilkan berbagai alternatif yang didukung
oleh informasi teknik yang memadai. Berbagai alternatif ini akan
dikomunikasikan kepada perencana, pengguna/pemilik, atau kelompok atau
individu lain yang terlibat pada fase presenatsi.
f. Tahap Presentasi
Tahap ini dapat berupa presentasi atau laporan secara tertulis atau
lisan yang ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam memahami
alternatif-alternatif yang akan dipilih dalam usulan tim VE. Usulan yang
dipilih dapat disampaikan secara singkat, jelas, cepat dan tanpa
memojokkan salah satu pihak. Rekomendasi ini nantinya digunakan untuk
meyakinkan manajemen, owner, dan stakeholder lain yang berperan dalam
pengambil keputusan. Aktifitas umum pada fase ini:
a. Menyiapkan presentasi dan dokumen pendukung.
Universitas Indonesia
3. Post-Workshop Activities
Tahap ini terdiri dari dua aktifitas yaitu:
a. Kegiatan pelaksanaan
Memastikan alternatif yang diterima diterapkan dan manfaat yang
diproeksikan oleh Value Study telah direalisasikan. Bertanyaan dasar pada
fase ini adalah apa program berubah dan bagaimana tim proyek
Universitas Indonesia
Output dari fase ini adalah stakeholder proyek menetukan apa yang
akan diubah dalam proyek sebagai hasil dari Value Study. Ini merupakan
perubahan konsep yang asli atau konsep dasar dari suatu studi, sebagai hasil
alternatif nilai, yang perkembangan proyek akan gabungkan dalam kegiatan
pengembambangan prodak dan besain di masa depan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dengan penyusunan regulasi yang lebih tinggi tingkatan hukumnya, karena tidak
ada satu klausaul pada regulasi periode tersebut yang menyinggung mengenai
penerapan VE. Beberapa paraktisi memperkirakan bahwa perkembangan VE
pada periode ini telah terhenti.
Pada beriode berikunya mulai tahun 2003 sejak dikeluarkannya Keppres 80
tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah sampai awal
tahun 2007, VE di Indonesia masih belum menunjukan tanda-tanda
perkembangan yang berarti (Fauzan, 2008). Pada periode ini kewajiban
menerapkan Keppres 80 dianggap menghambat perkemangan penerapan VE
khususnya pada proyek-proyek yang dibiayai oleh pemerintah. Keppes 80, disatu
sisi menyatakan bahwa pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyedian
jasa dan barang harus menghindari terjadinya pemborosan dan kebocoran
keuangan, disisi lain tidak menyediakan ruang bagi penyedia jasa untuk berkreasi
mengupayakan penghematan dengan metode-metode dan inovasi-inovasi baru
yang lebih baik.
Value egineering yang dalam aplikasinya memerlukan keleluasaan untuk
berkreasi dan inovasi terhadap desain awal seringkali tidak terakomondasi atau
tidak dipahami oleh owner (panitian pengadaan) dan aparat penegak hukum.
Keterlambatan pemahaman aparat penegak hukum terkait dengan pelaksanaan
konstruksi menyebabkan mereka berpegang pada aturan-aturan kaku yang
sebenarnya masih harus disempurnakan. Hal ini yang menyebabkan value
engineering masih jarang digunakan di Indonesia.
Universitas Indonesia
Hal ini berlawanan dengan pernyataan yang dibuat oleh Alexia Nalewaik,
CCE MRICS, and Valerie Venters, CCC dalam the AACE international Journal of
Cost Estimation, Cost/ Schedule Control, and Project Managemet yang terbit
bulan Februari 2009 yang menyatakan bahwa konsep bangunan berkelanjutan
menghemat life cycle cost pada biaya utilitas dan biaya perawatan yang menarik
para owner untuk menerapkan konsep ini. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa
konsep bangunan berkelanjutan mencerminkan value engineering. Berikut ini
potensi besar penghematan biaya yang samar-samar dikaitan dengan konsep
desain hijau dan VE (Nalewaik and Venters, 2009):
Desain yang fleksibel dan perencanaan lokasi yang hati-hati mengurangi
footprint dari bangunan, ukuran yang benar dari fasilitas selagi memuaskan
kebutuhan pemilik.
Efisiensi dalam infrasutruktur misalnya penghematan area paving.
Mengurangi peralatan mekanikal dan elektrikal, melalui penggunaan cahaya
matahari, ventilasi alami, dan lain-lain. Serupa dengan sistem efisiensi
tinggi dan perletakan bangunan yang tepat.
Generasi tenaga/power melalui penggunaan photovoltaics dan generasi
lainnya, mengurangi penggunaan energi.
Menggunakan sumber daya lokal dan material daur ulang, yang tidak hanya
mendorong ekonomi lokal tetapi juga mengurangi biaya transportasi.
Memilih dan mengurangi atau tidak menggunakan sama sekali material
khususnya untuk penyelesaian interior.
Universitas Indonesia
3.1 PENDAHULUAN
Objek pada penelitian ini adalah bangunan gedung berkonsep green
building. Hal ini karena masih banyaknya anggapan bahwa proyek bangunan
dengan konsep green building mahal. Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan
diketahui komponen-komponen biaya yang potensi untuk dihemat sehingga bisa
menghapus anggapan bahwa bangunan berkonsep ini mahal.
Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode penelitian yang digunakan
untuk mengetahui bahwa penerapan value engineering pada bangunan berkonsep
green building dapat mengefisiensikan biaya proyek berkonsep ini yang dianggap
memiliki biaya lebih mahal dibandingkan dengan bangunan konvensional. Untuk
mendapatkan hasil penelitian yang akurat, maka pada bab ini dijelaskan mengenai
metode penelitian yang akan dipakai pada penelitian ini. Rumusan masalah dan
strategis pemilihan metode diuraikan pada sub bab 3.2 dan lokasi penelitian sub
bab 3.3. Sub bab 3.4 menjelaskan mengenai pemilihan metode pengumpulan data
yang digunakan pada penelitian ini. Sub bab 3.5 menjelaskan tentang metode
analisis data dan sub bab 3.6 menjelaskan mengenai alur penelitian yang akan
dilakukan pada penelitian ini. Sedangkan sub bab 3.7 berisi kesipmulan dari bab
ini.
51
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dalam penelitian ini digunakan rumusan masalah apa dan berapa yaitu :
1. Apa saja komponen biaya yang dapat dihemat pada proyek gedung
berkonsep Green Building
2. Sejauh mana efisiensi ini bisa diterapkan proyek gedung berkonsep green
building. (rumusan masalah yang kedua ini lebih menekankan pada berapa
persen penghematan yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode
VE).
maka dapat diketahui bahwa strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian survei.
Sedangkan berdasarkan pendekatannya, penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ini didukung dengan pendekatan
kualitatif melalui wawancara dengan para ahli dibidang value engineering dan
green building.
Universitas Indonesia
diperlukan juga instrumen pengumpulan data yaitu alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis. Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua
jenis yaitu:
a. Data Primer, yaitu data yang secara langsung diambil dari objek penelitian.
Data primer ini merupakan data pokok yang digunakan untuk analisis value
engineering. Data primer pada penelitian ini dapat berupa data teknis
proyek, seperti gambar kerja, Rencana Anggaran Biaya (RAB), Rencana
Kerja dan Syarat (RKS).
b. Data Sekunder, yaitu yang diperoleh tidak secara langsung dari objek
penelitian. Dalam penelitian ini, data sekunder berupa data pendukung yang
dijadikan input dan referensi dalam melakukan analisis VE. Data sekunder
terdiri dari daftar harga satuan atau analisa pekerjaan, data bahan, material,
dan peralatan bangunan yang digunakan, data tenaga kerja, peraturan-
peraturan mengenai green building yang dapat dijadikan referensi dalam
melakukan analisis VE.
Universitas Indonesia
laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, dan data yang relevan dengan
penelitian.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini
dilakukan jika peneliti ingin mengetahui secara lebih mendalam mengenai
subjek penelitian. Pada penelitian ini digunakan wawancara bebas terpimpin
yaitu perpaduan antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin. Dalam
pelaksanaannya, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan
garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. Penelitian ini akan
dilakukan wawancara dengan ahli value engineering dan green building.
c. Observasi (Pengamatan)
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi
dilakukan pada tahap pengumpulan informasi.
Universitas Indonesia
3.5 ANALISIS
Analisis yang digunakan untuk menjawab kedua rumusan masalah pada
penelitian ini adalah analisis VE. Berikut metodologi VE yang digunakan pada
penelitian ini:
Universitas Indonesia
- Lokasi proyek
- Pemilik proyek
- Nilai proyek
Hal-hal yang dapat dilakukan pada tahap informasi ini antara lain:
1) Mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan objek studi.
Adalah mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan objek
studi. informasi ini dapat berupa:
- Gambar-gambar perencanaan
- Spesifikasi biaya
- Perkiraan biaya
- Pedekatan desain
- Jadwal kegiatan, dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
- Paired Comparison
Pada analisis ini, langkah pertama yang dilakukan adalah menetukan
pembagian nilai (allocation poin) untuk masing-masing parameter.
Contoh pembagian poin dapat dilihat pada tabel 3.2.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
- Decision Matrix
Setelah diperoleh bobot masing-masing parameter, dilakukan
analisis decision matrix. Pada analisis decision matrix, harus
diketahui ranking dari parameter untuk masing-masing alternatif.
Skala ranting yang digunakan adalah :
5 Excellent
4 Very Good
3 Good
2 Fair
1 Poor
Penentuan rating dilakukan dengan melakukan wawancara.
Universitas Indonesia
3) Tahap ketiga adalah analisis tehadap siklus hidup biaya (life cycle
cost) sehingga diperoleh alternatif dengan biaya terendah.
Universitas Indonesia
ide yang dipilih, dan juga dapat mengidentifikasi faktor negatif dari
alternatif tersebut. Proposal ini biasanya terdiri dari teks, diagram, sketsa,
hitungan pendukung, perbandingan biaya, risiko pekerjaan, dan informasi
lain yang diperlukan. Pada tahap ini juga harus dipertimbangkan mengenai
reliability, customer convenience, quality control, capital cost, O&M cost,
life cycle cost, schedule, risk, availability, political ramifications, and
perception dari ide yang dipilih.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.7 KESIMPULAN
Pada bab ini dijelaskan tahapan-tahapan yang digunakan dalam penelitian.
Tahapan tersebut meliputi perumusan masalah, hipotesis, strategi pemilihan
metode penelitian, pengumpulan data, dan analisis data.
Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS DATA
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
67
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
68
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
69
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
70
Keterangan:
- GK = Gedung Kantor
- GP = Gedung Parkir
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
71
Grafik Pareto
120%
100%
Presentase Kumulatif
80%
60%
40%
20%
0%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pekerjaan
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
72
Dari hasil pareto keseluruhan biaya proyek dapat dilihat bahwa pada
proyek ini pekerjaan yang berbobot besar adalah pekerjaan struktur gedung
kantor, pekerjaan arsitektur gedung kantor, dan pekerjaan mekanikal/elektrikal
gedung kantor. Dari ketiga komponen pekerjaan tersebut, ada dua pekerjaan yang
akan dianalisa lagi dengan menggunakan hukum pareto. Kedua pekerjaan itu
adalah pekerjaan arsitektur gedung kantor dan pekerjaan M/E gedung kantor.
Berikut hasil analisa pareto dari kedua pekerjaan tersebut:
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
73
Persentase Persetase
No. Uraian Pekerjaan Biaya
Biaya Kumulatif
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
74
80,00%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Pekerjaan
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
75
dengan refrigerant alami. Pada penelitian ini, analisa VE lebih lanjut akan
dilakukan pada pemilihan bahan refrigerant yang ramah lingkungan yaitu
refrigerant alami yang tidak menyebabkan pemanasan global dan tidak
menyebabkan terjadinya penipisan lapisan ozon.
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
76
-Assure
Dependability
-Assure
Dependability Hemat energi mengurangi biaya listrik
-Satisfy Green
Building Standart
-Satisfy Green Mengurangi kerusakan
Building Standart lapisan ozon
Mengurangi emisi CO2
-Attract User
-Attract User Meningkatkan estetika hasil pekerjaan MVAC rapi
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
77
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
78
b. Biaya
Pada pekerjaan pengkondisian udara, biaya yang harus dikeluarkan adalah
biaya awal, biaya opesional dan biaya perawatan.
- Biaya awal
Biaya awal adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan
dan pemasangan sistem pengkondisian udara pada suatu bangunan.
- Biaya Operasional
Pada pekerjaan pengkondisian udara diperlukan biaya operasional
untuk mengoperasikan sistem pengkondisian udara di bangunan
tersebut. Biaya operasional pada sistem pengkondisian udara adalah
biaya listrik yang digunakan untuk mengoperasikan sistem
pengkondisian udara.
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
79
- Biaya Perawatan
Biaya perawatan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
perawatan peralatan sistem pengkondisian udara.
Pada umumnya, owner menginginkan sistem pengkondisian udara dengan
biaya yang optimal dan memiliki dampak terhadap lingkungan yag
minimum.
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
80
bagus kinerja suatu sistem maka semakin kecil energi yang dibutuhkan.
Kinerja dari sistem inilah yang nantinya akan mempengaruhi efisiensi
energi dari suatu sistem.
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
81
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
82
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
83
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
84
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
85
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
86
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
87
Dengan nilai maksimum poin 3,4667 maka point sharing yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Setiap hasil wawancara dihitung hingga diperoleh bobot nilai (weighted score). Analisa paired comparison untuk hasil
wawncara lainnya dapat dilihat di lampiran. Bobot nilai ini kemudian dijumlahkan dan dicari nilai rata-ratanya.
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
88
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
89
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
90
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
91
Tabel 4.18. Life Cycle Cost (LCC) Pengkondisian Udara dengan Refrigerant R134a
ORIGINAL
Life cycle 20 tahun
Suku Bunga 12%
Inflasi 8% PW
1. Capital Cost
A) Initial Costs Rp (16.459.325.600,00) Rp (16.459.325.600,00)
Total initial Cost Rp (16.459.325.600,00)
2. Annual Cost
A) Operasi Rp (25.730.987.734,52)
B) Perawatan Rp (2.573.098.773,45)
Total Biaya operasional dan perawatan Rp (28.304.086.507,98)
3. Salvage Costs year faktor
A) Peralatan 20 0,1037 Rp 1.645.932.560,00 Rp 300.711.878,71
Total salvage PW costs Rp 300.711.878,71
TOTAL PRESENT WORTH
COST Rp (44.462.700.229,26)
Saving 0%
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
92
Tabel 4.19. Life Cycle Cost (LCC) Pengkondisian Udara Refrigerant Hidrokarbon
1. Capital Cost
A) Initial Costs Rp (16.459.325.600,00) Rp (16.459.325.600,00)
Other initial cost
A) Redesign Rp (270.000.000,00) Rp (270.000.000,00)
B) Pergantian refrigerant Rp (30.000.000,00) Rp (30.000.000,00)
Total initial Cost Rp (16.759.325.600,00)
2. Annual Cost
A) Operasi Rp (21.871.339.574,34)
B) Perawatan Rp (2.573.098.773,45)
Total Biaya operasional dan perawatan Rp (24.444.438.347,80)
3. Salvage Costs year faktor
A) Peralatan 20 0,1037 Rp .645.932.560,00 Rp 170.683.206,47
Total salvage PW costs Rp 170.683.206,47
TOTAL PRESENT WORTH
COST Rp 41.033.080.741,32)
Saving 7,71%
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
93
Tabel 4.20. Life Cycle Cost (LCC) Pengkondisian Udara Refrigerant Air
1. Capital Cost
A) Initial Costs Rp (113.275.935.000,00) Rp (113.275.935.000,00)
Total initial Cost Rp (13.275.935.000,00)
2. Annual Cost
A) Operasi
B) Perawatan Rp (5.146.197.546,90)
Total Biaya operasional dan perawatan Rp (5.146.197.546,90)
3. Salvage Costs Year faktor
A) Peralatan 20 0,1037 Rp 11.327.593.500,00 Rp 1.174.671.445.95
Total salvage PW costs Rp 1.174.671.445.95
TOTAL PRESENT WORTH
COST Rp (11.7.247.461.100,96)
Saving -164%
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
94
Dari hasil analisis decision matrix dan analisis life cycle cost, maka
alternatif terpilih adalah alternatif 1 yaitu sistem pengkondisian udara dengan
refrigeran hidrokarbon. Sistem pengkondisian udara dengan refrigeran
hidrokarbon lebih ramah lingkungan dibangkan sistem pengkondisian udara
dengan refrigeran R134a karena refrigeran hidrokarbon memiliki potensi
pemanasan global yang sangat kecil yaitu mendekati nol. Selain itu, sistem
pengkondisian udara dengan refrigeran hidrokarbon memiliki siklus hidup biaya
yang paling kecil. Hal ini dikarenakan hidrokarbon sebagai refrigeran memiliki
kinerja yang sangat baik sehingga menghemat penggunaan listrik untuk
pengkondisian udara.
Sistem pengkondisian udara dengan menggunakan refrigeran air juga
ramah terhadap lingkungan. Tetapi sistem pengkondisian udara dengan
refrigeran air memiliki siklus hidup biaya yang sangat besar. Hal ini dikarenakan
sistem pengkondisian udara dengan refrigeran air memerlukan komponen yang
komplek dan harga komponen-omponen ini masih sangat mahal.
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
95
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
96
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
97
Tabel 4.21. Life Cycle Cost sistem pengkondisian udara dengan Refrigeran HFC R134a dan Refrigerant Hidrokarbon
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
98
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang dilakukan berdasarkan tahapan kerja value
engineering, dapat disimpulkan bahwa:
- Komponen pekerjaan yang dapat dioptimal dengan metode value
engineering pada proyek ini adalah pekerjaan Motor Vehicle Air
Conditioning (MVAC). Dimana sistem MVAC yang digunakan memiliki
potensi pemanasan global sehingga tidak ramah terhadap lingkungan.
- Dengan melakukan analisis VE lebih lanjut pada pekerjaan MVAC
diperoleh alternatif pengkondisian udara dengan menggunakan refrigeran
hidrokarbon sebagai sebagai pengganti sistem pengkondisian udara
refrigeran HFC R134a.
- Refrigeran hidrokarbon merupakan refrigeran yang ramah lingkungan
karena tidak menyebabkan penipisan ozon dan potensi pemanasan
globalnya sangat rendah. Refrigeran hidrokarbon juga dinyatakan sah
untuk menggantikan refrigerant HFC oleh para narasumber dan oleh
Green Building Design Guide Singapore Air-Conditioned Building.
- Selain tidak menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan,
penggunaan hidrokarbon sebagai refrigeran juga dapat mengefisiensi
penggunaan energi listrik untuk sistem pengkondisian udara sebesar 15%-
25%, dimana effisiensi energi juga merupakan salah satu prinsip dari
konsep green building.
- Dengan asumsi penghematan listrik sebesar 15%, diperoleh
penghematan/efisiensi biaya sebesar Rp. 3.429.619.487,94 (7,71%) dari
siklus hidup biaya pengkondisian udara.
5.2 SARAN
Studi Value engineering pada proyek bangunan green building, selain
dapat mengefisiensikan biaya juga dapat membuat sebuah bangunan menjadi
ramah lingkungan. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan studi value engineering
99
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
100
sehingga biaya proyek bangunan berkonsep green building menjadi lebih efisien
dan bangunan tersebut juga menjadi lebih ramah lingkungan.
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Ari Ahmad, Optimasi pemanfaatan jalan Margonda Raya Depok dengan
metode value engineering. Skripsi Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Alexia Nalewaik, CCE MRICS, and Valerie Venters, CCC. (2009). Cost benefits
of building green cost engineering : the AACE international journal of cost
estimation, cost/ schedule control, and project managemet. (Vol. 51/ No.1
February 2009).
Bangunan Ramah Lingkungan Sudah Menjadi Kebutuhan. (2008, May 08). Suara
Merdeka.
101
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
102
Cryer, B., Felder, J., Matthews, R.., Pettigrew M.,&Okrent, J. (2005). Evaluating
the Diffusion of Green Building Practices. UCLA Anderson: Management
Research Project.
Dell, Isola, Alphonse. (1974). Value engineering in the construction industry.
New York: Construction Publishing Corp., Inc.
Ficher, Eric A. (2010). Issues in Green Building and the Federal Respone: An
Green Building Design Process Modelling and Integrated Use of
Visualization Tools. Journal of Architectural Engineering ASCE, March
2010.
Galzone, Carmen. Building Council and the LEED Green Building Rating
System. (26 Juli 2006)
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
103
Juan, Y-K., Gao P.,& Wang J. (2010). A hibrid decision support system for
sustainable office building renovation and energy perfomance improvement.
Journal of energy and building, 42, 290-297.
Kats, Greg. (2003). The Costs and Financial Benefit of Green Building. October
2002 http://www.usgbc.org/Docs/News/News477.pdf
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
104
Miller, Norm G., Pogoe D., Gough, Quiana D.. Davis, Susan M. (2009). Green
Building and Productivity. Forthcoming in the Journal of Sustainable Real
Estate Vol. 1, No. , Fall 2009. www.Jorse.org
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
105
The cost & benefit of achieving Green Building. (n.d) 14 Januari 2011)
http://www.davislangdon.com/upload/StaticFiles/AUSNZ%20Publications/I
nfo%20Data/InfoData_Green_Buildings.pdf
Tom Woolley, Sam Kimmins, Paul Harrison, and Rob Harrison. (1997) Green
Building Handbook. New York : E & FN Spon, an imprint of Thomson
Science &Professional
Yudelson, Jerry. (2008). The green building revolution. United State : Island
Press.
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
LAMPIRAN 1
DATA HASIL WAWANCARA
DATA NARASUMBER
HASIL WAWANCARA
Nama : Narasumber 1
MENENTUKAN PARAMETER
KODE PARAMETER
A BIAYA AWAL
B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP)
C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP)
D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN
E KESELAMATAN
F EFISIENSI ENERGI
ALLOCATION OF POINTS
allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin.
Key Max Min Remaining
PAREMETER Total no o comparison = n(n-1)/2
Letter Point Points points
Biaya Awal A 100 82 18 n adalah jumlah dari parameter =6
Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 87 13 Jadi total no of paired comparison = 6(6-1)/2
Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 85 15 = 15
Biaya Operasional dan perawatan D 100 98 2
Maksimum point untuk satu bagian = 52/15
Keselamatan E 100 100 0
Efisiensi Energi F 100 96 4 = 3,4667
TOTAL 600 548 52
HASIL WAWANCARA
Nama : Narasumber 2
MENENTUKAN PARAMETER
KODE PARAMETER
A BIAYA AWAL
B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP)
C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP)
D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN
E KESELAMATAN
F EFISIENSI ENERGI
ALLOCATION OF POINTS
allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin.
Key Max Min Remaining Total no o comparison = n(n-1)/2
PAREMETER
Letter Point Points points
n adalah jumlah dari parameter =6
Biaya Awal A 100 75 25
Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 90 10 Jadi total no of paired comparison = 6(6-1)/2
Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 95 5 = 15
Biaya Operasional dan perawatan D 100 80 20 Maksimum point untuk satu bagian = 75/15
Keselamatan E 100 85 15
=5
Efisiensi Energi F 100 100 0
TOTAL 600 525 75
HASIL WAWANCARA
Nama : Narasumber 3
MENENTUKAN PARAMETER
KODE PARAMETER
A BIAYA AWAL
B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP)
C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP)
D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN
E KESELAMATAN
F EFISIENSI ENERGI
ALLOCATION OF POINTS
allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin.
Key Max Min Remaining Total no o comparison = n(n-1)/2
PAREMETER
Letter Point Points points
n adalah jumlah dari parameter =6
Biaya Awal A 100 50 50
Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 95 5 Jadi total no of paired comparison = 6(6-1)/2
Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 85 15 = 15
Biaya Operasional dan perawatan D 100 60 40 Maksimum point untuk satu bagian = 140/15
Keselamatan E 100 100 0
= 9,333
Efisiensi Energi F 100 70 30
TOTAL 600 460 140
HASIL WAWANCARA
Nama : Narasumber 4
MENENTUKAN PARAMETER
KODE PARAMETER
A BIAYA AWAL
B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP)
C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP)
D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN
E KESELAMATAN
F EFISIENSI ENERGI
ALLOCATION OF POINTS
allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin.
Key Max Min Remaining
PAREMETER
Letter Point Points points Total no o comparison = n(n-1)/2
Biaya Awal A 100 90 10 n adalah jumlah dari parameter =6
Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 75 25
Jadi total no of paired comparison = 6(6-1)/2
Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 70 30
Biaya Operasional dan perawatan D 100 95 5 = 15
Keselamatan E 100 80 20 Maksimum point untuk satu bagian = 105/15
Efisiensi Energi F 100 85 15 =7
TOTAL 600 495 105
HASIL WAWANCARA
Nama : Narasumber 5
MENENTUKAN PARAMETER
KODE PARAMETER
A BIAYA AWAL
B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP)
C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP)
D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN
E KESELAMATAN
F EFISIENSI ENERGI
ALLOCATION OF POINTS
allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin.
Key Max Min Remaining Total no o comparison = n(n-1)/2
PAREMETER
Letter Point Points points
n adalah jumlah dari parameter =6
Biaya Awal A 100 95 5
Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 75 25 Jadi total no of paired comparison = 6(6-1)/2
Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 70 30 = 15
Biaya Operasional dan perawatan D 100 90 10
Maksimum point untuk satu bagian = 105/15
Keselamatan E 100 80 20
Efisiensi Energi F 100 85 15 = 75
TOTAL 600 495 105
MENENTUKAN PARAMETER
KODE PARAMETER
A BIAYA AWAL
B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP)
C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP)
D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN
E KESELAMATAN
F EFISIENSI ENERGI
ALLOCATION OF POINTS
Allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin.
Key Max Min Remaining Total no o comparison = n(n-1)/2
PAREMETER
Letter Point Points points
Biaya Awal A 100 75 25 n adalah jumlah dari parameter =6
Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 100 0 Jadi total no of paired comparison = 6(6-1)/2
Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 100 0 = 15
Biaya Operasional dan perawatan D 100 70 30
Maksimum point untuk satu bagian = 85/15
Keselamatan E 100 90 10
Efisiensi Energi F 100 80 20 = 5,667
TOTAL 600 515 85
MENENTUKAN PARAMETER
KODE PARAMETER
A BIAYA AWAL
B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP)
C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP)
D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN
E KESELAMATAN
F EFISIENSI ENERGI
ALLOCATION OF POINTS
Allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin.
Key Max Min Remaining
PAREMETER Total no o comparison = n(n-1)/2
Letter Point Points points
Biaya Awal A 100 80 20 n adalah jumlah dari parameter =6
Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 90 10 Jadi total no of paired comparison = 6(6-1)/2
Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 90 10 = 15
Biaya Operasional dan perawatan D 100 70 30
Maksimum point untuk satu bagian = 75/15
Keselamatan E 100 95 5
Efisiensi Energi F 100 100 0 = 3,4667
TOTAL 600 525 75
MENENTUKAN PARAMETER
KODE PARAMETER
A BIAYA AWAL
B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP)
C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP)
D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN
E KESELAMATAN
F EFISIENSI ENERGI
ALLOCATION OF POINTS
Allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin.
Key Max Min Remaining Total no o comparison = n(n-1)/2
PAREMETER
Letter Point Points points
n adalah jumlah dari parameter =6
Biaya Awal A 100 70 30
Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 100 0 Jadi total no of paired comparison = 6(6-1)/2
Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 100 0 = 15
Biaya Operasional dan perawatan D 100 80 20 Maksimum point untuk satu bagian = 80/15
Keselamatan E 100 70 30
= 5,333
Efisiensi Energi F 100 100 0
TOTAL 600 520 80
MENENTUKAN PARAMETER
KODE PARAMETER
A BIAYA AWAL
B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP)
C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP)
D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN
E KESELAMATAN
F EFISIENSI ENERGI
ALLOCATION OF POINTS
Allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin.
Key Max Min Remaining Total no o comparison = n(n-1)/2
PAREMETER
Letter Point Points points
n adalah jumlah dari parameter =6
Biaya Awal A 100 70 30
Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 60 40 Jadi total no of paired comparison = 6(6-1)/2
Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 60 40 = 15
Biaya Operasional dan perawatan D 100 70 30 Maksimum point untuk satu bagian = 170/15
Keselamatan E 100 70 30
= 11,3333
Efisiensi Energi F 100 100 0
TOTAL 600 430 170
Narasumber 5
Alternatif
Refrigerant Refrigerant
Kriteria Hidrokarbon Air
Rating Rating
1 Biaya Awal 5 1
2 Potensi Penipisan Ozon (ODP) 5 5
3 Potensi Pemanasan Global (GWP) 5 5
4 Biaya Operasional dan perawatan 5 3
5 Keselamatan 1 5
6 Efisiensi Energi (Kinerja) 5 2
Narasumber 6
Alternatif
Refrigerant Refrigerant
Kriteria Hidrokarbon Air
Rating Rating
1 Biaya Awal 5 1
2 Potensi Penipisan Ozon (ODP) 5 5
3 Potensi Pemanasan Global (GWP) 5 5
4 Biaya Operasional dan perawatan 5 3
5 Keselamatan 1 5
6 Efisiensi Energi (Kinerja) 5 2
Narasumber 7
Alternatif
Refrigerant Refrigerant
Kriteria Hidrokarbon Air
Rating Rating
1 Biaya Awal 5 1
2 Potensi Penipisan Ozon (ODP) 5 5
3 Potensi Pemanasan Global (GWP) 5 5
4 Biaya Operasional dan perawatan 5 3
5 Keselamatan 1 5
6 Efisiensi Energi (Kinerja) 5 2
Narasumber 8
Alternatif
Refrigerant Refrigerant
Kriteria Hidrokarbon Air
Rating Rating
1 Biaya Awal 5 1
2 Potensi Penipisan Ozon (ODP) 5 5
3 Potensi Pemanasan Global (GWP) 5 5
4 Biaya Operasional dan perawatan 5 3
5 Keselamatan 1 5
6 Efisiensi Energi (Kinerja) 5 2
Narasumber 9
Alternatif
Refrigerant Refrigerant
Kriteria Hidrokarbon Air
Rating Rating
1 Biaya Awal 5 1
2 Potensi Penipisan Ozon (ODP) 5 5
3 Potensi Pemanasan Global (GWP) 5 5
4 Biaya Operasional dan perawatan 5 3
5 Keselamatan 1 5
6 Efisiensi Energi (Kinerja) 5 2
Rangking Rata-rata
Alternatif
Refrigerant Refrigerant
Kriteria Hidrokarbon Air
Rating Rating
1 Biaya Awal 5 1
2 Potensi Penipisan Ozon (ODP) 5 5
3 Potensi Pemanasan Global (GWP) 5 5
4 Biaya Operasional dan perawatan 5 3
5 Keselamatan 1 5
6 Efisiensi Energi (Kinerja) 5 2
Alternatif
Kriteria Refrigerant Refrigerant Air
Bobot Hidrokarbon
Kriteria Bobot Rating score Rating score
1 Biaya Awal 90,22 5 451,12 1 90,22
2 Potensi Penipisan Ozon (ODP) 102,42 5 512,10 5 512,10
3 Potensi Pemanasan Global (GWP) 98,91 5 494,57 5 494,57
4 Biaya Operasional dan perawatan 94,97 5 474,84 3 284,90
5 Keselamatan 104,24 1 104,24 5 521,22
6 Efisiensi Energi (kinerja) 109,23 5 546,15 2 218,46
TOTAL 2583,02 2121,48
RANKING I II
Asumsi
Lama pemakaian AC per hari = 10 jam
Lama pemakaian AC per bln = 25 hari
KOMPONEN BIAYA UNTUK SIKLUS HIDUP BIAYA PEKERJAAN MVAC DENGAN REFRIGERANT
Biaya Awal
Biaya awal merupakan semua biaya yang komponen-komponen/ peralatan untuk sietem pengkondisisn udara di gedung.
Biaya awal sesuai dengan rencana anggara biaya (RAB) proyek yaitu Rp. 16.459.325.600,00
Nilai Sisa
Dengan asumsi umur pemakaian 20 tahun. Nilai sisa dari komponen-komponen/ peralatan MVAC diasumsikan 10% dari biaya awal.
Nilai sisa = Rp 1.645.932.560
Biaya listrik untuk AC per hari dengan asumsi pemakaian selama 10 jam adalah
1 jam = Rp 670.500
10 jam = Rp 6.705.000
Biaya listrik untuk AC per bulan dengan asumsi pemakaian 1 bulan 25 hari adalah
1 hari = Rp 6.705.000
25 hari = Rp 167.625.000
Biaya Perawatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan konsultan ME proyek ini, rencana biaya perawatan AC adalah 10% dari biaya operasional
AC.
Sehingga biaya perawatan per tahunnya adalah
= Rp 201.150.000
KOMPONEN BIAYA UNTUK SIKLUS HIDUP BIAYA PEKERJAAN MVAC DENGAN REFRIGERANT
HYDROCARBON
Biaya Awal
Biaya awal merupakan semua biaya yang komponen-komponen/ peralatan untuk sietem pengkondisisn udara di gedung.
Biaya awal sesuai dengan rencana anggara biaya (RAB) proyek yaitu Rp. 16.459.325.600,00
Biaya awal untuk sistem pengkondisian udara dengan refrigeran hidrokarbon sama dengan sistem pengkondisian udara dengan
refrigeran HFC R134a, karena pergantian dari refrigeran HFC R134a dengan refrigeran hidrokarbon tidak mengubah komponen-
komponen utama sistem pengkondisian udara yang digunakan.
Biaya awal lainnya merupakan biaya yang digunakan untuk mengganti refrigerant HFC R134a dengan refrigerant hydrocarbon.
Biaya penggantian per TR adalah Rp 300.000,00
Biaya penggantian 900 TR adalah Rp 270.000.000,00
Biaya Redesign Rp 30.000.000,00
Total Rp. 300.000.000,00
Nilai Sisa
Dengan asumsi umur pemakaian 20 tahun. Nilai sisa dari komponen-komponen/ peralatan MVAC diasumsikan 10% dari biaya awal.
Nilai sisa = Rp 1.645.932.560
Biaya listrik untuk AC per hari dengan asumsi pemakaian selama 10 jam adalah
1 jam = Rp 670.500
10 jam = Rp 6.705.000
Biaya listrik untuk AC per bulan dengan asumsi pemakaian 1 bulan 25 hari adalah
1 hari = Rp 6.705.000
25 hari = Rp 167.625.000
Asumsi penghematan listrik karena penggunaan refrigeran hidrokarbon adalah sebesar 15%
Pengehematan biaya = Rp 301.725.000
Biaya listrik per tahun = Rp 1.709.775.000
Biaya Perawatan
Biaya perawatan untuk sistem pengkondisian udara dengan refrigerant R134a dan refrigeran hidrokarbon diasumsikan sama.
Berdasarkan hasil wawancara dengan konsultan ME proyek ini, rencana biaya perawatan AC adalah 10% dari biaya operasional.
Sehingga biaya perawatan per tahunnya adalah
= Rp 201.150.000
Biaya Awal
Kapasitas AC = 3 x 300 TR = 900 TR
= 10.800.000 BTU/hr
AC dengan refrigerant air kapasitas /unit = 10200 BTU/hr
Maka untuk kebutuhan AC sebesar 10.800.000 BTU/hr = 1058,824 unit = 1.059 unit
Harga satu unit AC dengan refrigerant air = Rp 106.965.000,00
Harga 900 unit AC dengan refrigerant air = Rp.113.275.935.000,00
Jadi, biaya awal untuk sistem pengkondisian udara dengan refrigerant air
adalah Rp 113.275.935.000,00
Nilai Sisa
Dengan asumsi umur pemakaian 20 tahun. Nilai sisa dari komponen-komponen/ peralatan MVAC diasumsikan 10% dari
biaya awal.
Nilai sisa = Rp 11.327.593.500
Biaya Perawatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan nara sumber, biaya perawatan AC jenis ini lebih maha jika dibandingkan dengan
biaya perawatan AC dengan refrigerant R290 dan R134a.
Diasumsikan biaya perawatan AC ini dua kali biaya perawatan AC dengan refrigeran hidrokarbon dan R134a
Sehingga biaya perawatan per tahunnya adalah
= Rp 402.300.000
TAHUN KE-
6 7 8 9 10 TOTAL
Faktor 1,461 1,575 1,699 1,833 1,977
Biaya Operasional Rp2.937.808.145 Rp3.169.013.646 Rp3.418.415.020 Rp 3.687.444.282 Rp 3.977.646.147
Biaya perawatan Rp 293.780.815 Rp 316.901.365 Rp 341.841.502 Rp 368.744.428 Rp 397.764.615
Faktor suku bunga 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220
PW Biaya
Operasional Rp1.488.293.606 Rp1.433.344.872 Rp1.380.697.827 Rp 1.329.692.408 Rp 1.280.802.059 Rp 6.912.830.772
PW Biaya perawatan Rp 148.829.361 Rp 143.334.487 Rp 138.069.783 Rp 132.969.241 Rp 128.080.206 Rp 691.283.077
TAHUN KE-
11 12 13 14 15 TOTAL
Faktor 2,133 2,301 2,482 2,677 2,888
Biaya Operasional Rp4.290.686.899 Rp4.628.363.958 Rp4.992.616.201 Rp 5.385.535.096 Rp 5.809.376.708
Biaya perawatan Rp 429.068.690 Rp 462.836.396 Rp 499.261.620 Rp 538.553.510 Rp 580.937.671
Faktor suku bunga 0,2875 0,2567 0,2292 0,2046 0,1827
PW Biaya
Operasional Rp1.233.572.483 Rp1.188.101.028 Rp1.144.307.633 Rp 1.101.880.481 Rp 1.061.373.125 Rp 5.729.234.750
PW Biaya perawatan Rp 123.357.248 Rp 118.810.103 Rp 114.430.763 Rp 110.188.048 Rp 106.137.312 Rp 572.923.475
TAHUN KE-
16 17 18 19 20 TOTAL
Faktor 3,115 3,361 3,625 3,910 4,218
Biaya Operasional Rp6.266.574.655 Rp6.759.754.081 Rp7.291.746.727 Rp 7.865.607.194 Rp 8.484.630.480
Biaya perawatan Rp 626.657.466 Rp 675.975.408 Rp 729.174.673 Rp 786.560.719 Rp 848.463.048
Faktor suku bunga 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037
PW Biaya
Operasional Rp1.022.078.326 Rp 984.220.194 Rp 947.927.074 Rp 913.196.995 Rp 879.856.181 Rp 4.747.278.771
PW Biaya perawatan Rp 102.207.833 Rp 98.422.019 Rp 94.792.707 Rp 91.319.700 Rp 87.985.618 Rp 474.727.877
TAHUN KE-
6 7 8 9 10 TOTAL
Faktor 1,461 1,575 1,699 1,833 1,977
Biaya Operasional Rp 2.497.136.923 Rp 2.693.661.599 Rp2.905.652.767 Rp 3.134.327.640 Rp 3.380.999.225
Biaya perawatan Rp 293.780.815 Rp 316.901.365 Rp 341.841.502 Rp 368.744.428 Rp 397.764.615
Faktor suku bunga 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220
PW Biaya Operasional Rp 1.265.049.565 Rp 1.218.343.141 Rp1.173.593.153 Rp 1.130.238.547 Rp 1.088.681.750 Rp5.875.906.157
PW Biaya perawatan Rp 148.829.361 Rp 143.334.487 Rp 138.069.783 Rp 132.969.241 Rp 128.080.206 Rp 691.283.077
TAHUN KE-
16 17 18 19 20 TOTAL
Faktor 3,115 3,361 3,625 3,910 4,218
Biaya Operasional Rp 5.326.588.457 Rp 5.745.790.969 Rp6.197.984.718 Rp 6.685.766.115 Rp 7.211.935.908
Biaya perawatan Rp 626.657.466 Rp 675.975.408 Rp 729.174.673 Rp 786.560.719 Rp 848.463.048
Faktor suku bunga 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037
PW Biaya Operasional Rp 868.766.577 Rp 836.587.165 Rp 805.738.013 Rp 776.217.446 Rp 747.877.754 Rp4.035.186.955
PW Biaya perawatan Rp 102.207.833 Rp 98.422.019 Rp 94.792.707 Rp 91.319.700 Rp 87.985.618 Rp 474.727.877
TAHUN KE-
1 2 3 4 5 TOTAL
Faktor inflasi 1 1,079 1,164 1,255 1,354
Biaya perawatan Rp 402.300.000 Rp 433.961.010 Rp 468.113.741 Rp 504.954.293 Rp 544.694.196
Faktor suku bunga 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674
PW Biaya perawatan Rp 359.213.670 Rp 345.953.717 Rp 333.203.361 Rp 320.898.453 Rp 309.059.487 Rp 1.668.328.688
TAHUN KE-
6 7 8 9 10 TOTAL
Faktor 1,461 1,575 1,699 1,833 1,977
Biaya perawatan Rp 587.561.629 Rp 633.802.729 Rp 683.683.004 Rp 737.488.856 Rp 795.529.229
Faktor suku bunga 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220
PW Biaya perawatan Rp 297.658.721 Rp 286.668.974 Rp 276.139.565 Rp 265.938.482 Rp 256.160.412 Rp 1.382.566.154
TAHUN KE-
16 17 18 19 20 TOTAL
Faktor 3,115 3,361 3,625 3,910 4,218
Biaya perawatan Rp. 1.253.314.931 Rp 1.351.950.816 Rp. 1.458.349.345 Rp1.573.121.439 Rp 1.696.926.096
Faktor suku bunga 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037
PW Biaya perawatan Rp 204.415.665 Rp 196.844.039 Rp 189.585.415 Rp 182.639.399 Rp 175.971.236 Rp 949.455.754
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
7.865.104.367,52
II. GEDUNG MENTERI
II.1. PEKERJAAN STRUKTUR 79.028.209.502,51
II.2. PEKERJAAN ARSITEKTUR 78.390.880.386,05
II.3. PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL 76.559.848.878,00
II.4. PEKERJAAN INTERIOR LEPAS 21.037.186.683,00
II.5. PEKERJAAN IT DAN JARINGAN DATA 5.633.682.023,00
II.6. PEKERJAAN LANSCAPE 1.930.048.320,25
TOTAL 326.091.091.619,76
PPN 10 % 32.609.109.161,98
Dibulatkan 358.700.000.000,00
TERBILANG : TIGA RATUS LIMA PULUH DELAPAN MILYAR TUJUH RATUS JUTA RUPIAH
Jumlah Harga
No Uraian Pekerjaan Sat Vol Harga Satuan (RP.)
(RP.)
I Pekerjaan Persiapan :
Mobilisasi dan
1 Demobilisasi ls 1,00 Rp.243.250.000,00 Rp. 243.250.000,00
Direksi Keet &
2 perlengkapannya m2 125,00 Rp. 300.000,00 Rp. 37.500.000,00
GEDUNG MENTERI
I.a Pekerjaan Pondasi Bored pile dia 100 cm 236 titik Rp. 12.673.141.180,25
I.b Pekerjaan Tanah Rp. 128.037.124,80
I.c Pekerjaan Lantai Separasi Rp. 782.447.739,00
II Pekerjaan Lantai Semi Basement Rp. 11.734.718.880,51
III Pekerjaan Lantai Satu Rp. 3.497.762.572,53
IV Pekerjaan Lantai Dua Rp. 3.205.061.129,98
V Pekerjaan Lantai Tiga Rp. 3.706.342.897,88
VI Pekerjaan Lantai Empat Rp. 2.857.165.199,59
VII Pekerjaan Lantai Lima Rp. 2.999.258.307,06
VIII Pekerjaan Lantai Enam Rp. 2.509.471.037,59
IX Pekerjaan Lantai Tujuh Rp. 2.516.529.473,90
X Pekerjaan Lantai Delapan Rp. 2.490.438.233,79
XI Pekerjaan Lantai Sembilan Rp. 2.403.163.805,82
XII Pekerjaan Lantai Sepuluh Rp. 2.374.967.391,35
XIII Pekerjaan Lantai Sebelas Rp. 2.361.433.710,66
XIV Pekerjaan Lantai Duabelas Rp. 2.341.141.413,11
XV Pekerjaan Lantai Tigabelas Rp. 2.405.354.168,13
XVI Pekerjaan Lantai Empatbelas Rp. 2.278.929.829,10
XVII Pekerjaan Lantai Limabelas Rp. 5.741.480.662,40
XVIII Pekerjaan Lantai Enambelas Rp. 3.589.351.164,40
XIX Pekerjaan Lantai Tujuhbelas Rp. 3.898.305.892,39
XX Pekerjaan Lantai Atap Rp. 2.044.469.463,17
XXI Pekerjaan Lantai Atap Ruang Mesin Rp. 489.238.225,10
GEDUNG PARKIR
Pekerjaan Lantai Semibasement
A. Rp. 1.678.071.011,61
dan Kantin
B. Pekerjaan Lantai P1 - P1A Rp. 1.152.513.431,13
C. Pekerjaan Lantai P2 - P2A Rp. 787.598.793,25
D. Pekerjaan Lantai P3 - P3A Rp. 787.598.793,25
E. Pekerjaan Lantai P4 - P4A Rp. 787.598.793,25
F. Pekerjaan Lantai P5 - P5A Rp. 787.598.793,25
G. Pekerjaan Lantai P6 - P6A Rp. 787.598.793,25
H. Pekerjaan Lantai P7 - P7A Rp. 787.598.793,25
I. Pekerjaan Lantai P8 - P8A Rp. 787.598.793,25
J. Pekerjaan Lantai P9 - P9A Rp. 787.598.793,25
K. Pekerjaan Lantai P10 - P10A Rp. 787.598.793,25
L. Pekerjaan Lantai P11 - P11A Rp. 787.598.793,25
Pekerjaan Lantai P12 - P12A
M. Rp. 1.279.553.967,04
dan Atap
1. GEDUNG MENTERI
3. GEDUNG PARKIR
NO. URAIAN
TOTAL HARGA
A. PEKERJAAN HARDSCAPE
B. PEKERJAAN SOFTSCAPE
WAWANCARA TERSTUKTUR
oleh
SRI PUJI LESTARI
0706163501
Green building atau yang dikenal sebagai sustainable building merupakan bangunan yang
dikenal ramah terhadap lingkungan dan efisien terhadap sumber daya. Dimana efisiensi ini
melalui siklus hidup bangunan (buildings life cycle) mulai dari desain, konstruksi, operasi,
perawatan, renovasi, dan pembongkaran. Green building bertujuan untuk mengurangi dampak
negatif bangunan terhadap lingkungan. Konsep green building didorong menjadi trend dunia bagi
pengembang properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan menjadi keharusan di dunia properti
saat ini. Hal ini dikarenakan bangunan ramah lingkungan mempunyai konstribusi menahan laju
pemasanan global dengan membenahi iklim mikro.
Meskipun demikian masih banyak pihak yang menganggap bahwa penerapan konsep green
building pada bangunan itu mahal, sulit, dan tidak feasible secara bisnis. Untuk menanggapi hal
ini maka suatu proyek bangunan ramah lingkungan harus direncanakan dengan efisien dan
optimal. Salah satu cara untuk mengefisienkan dan mengoptimalkan biaya adalah dengan
menerapkan value engineering (VE). Prinsip dasar VE pada proyek Igreen building adalah
membuat bangunan menjadi ramah lingkungan dengan biaya yang efisien dan optimal.
VE pada pada proyek ini dilakukan pada pekerjaan Motor Vehicle Air Conditioning
(MVAC) karena sistem MVAC pada proyek ini menggunakan refrigerant HFC R134a, dimana
refrigeran ini masih belum ramah lingkungan karena dapat menyebabkan pemanasan global. Dari
hasil VE, terdapat 2 alternatif refrigeran hidrokarbon dan refrigeran air. Dari dua alternatif
tersebut, terpilih alternatif refrigearn hidrokarbon, karena dari hasil analisis, alternatif ini memiliki
ranking yang tinggi dan Life Cycle Cost (LCC) yang paling rendah.
52
WAWANCARA TERSTUKTUR
oleh
SRI PUJI LESTARI
0706163501
Green building atau yang dikenal sebagai sustainable building merupakan bangunan
yang dikenal ramah terhadap lingkungan dan efisien terhadap sumber daya. Dimana efisiensi
ini melalui siklus hidup bangunan (buildings life cycle) mulai dari desain, konstruksi,
operasi, perawatan, renovasi, dan pembongkaran. Green building bertujuan untuk
mengurangi dampak negatif bangunan terhadap lingkungan. Konsep green building didorong
menjadi trend dunia bagi pengembang properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan menjadi
keharusan di dunia properti saat ini. Hal ini dikarenakan bangunan ramah lingkungan
mempunyai konstribusi menahan laju pemasanan global dengan membenahi iklim mikro.
Meskipun demikian masih banyak pihak yang menganggap bahwa penerapan konsep green
building pada bangunan itu mahal, sulit, dan tidak feasible secara bisnis. Untuk menanggapi
hal ini maka suatu proyek bangunan ramah lingkungan harus direncanakan dengan efisien
dan optimal. Salah satu cara untuk mengefisienkan dan mengoptimalkan biaya adalah dengan
menerapkan value engineering (VE). Prinsip dasar VE pada proyek Igreen building adalah
membuat bangunan menjadi ramah lingkungan dengan biaya yang efisien dan optimal.
VE pada pada proyek ini dilakukan pada pekerjaan Motor Vehicle Air Conditioning
(MVAC) karena sistem MVAC pada proyek ini menggunakan refrigerant HFC R134a,
dimana refrigeran ini masih belum ramah lingkungan karena dapat menyebabkan pemanasan
global. Dari hasil VE, terdapat 2 alternatif refrigeran hidrokarbon dan refrigeran air. Dari dua
alternatif tersebut, terpilih alternatif refrigearn hidrokarbon, karena dari hasil analisis,
alternatif ini memiliki ranking yang tinggi dan Life Cycle Cost (LCC) yang paling rendah.
(M. Ali Berawi, M.Eng. Sc, Ph.D) (Ir. Bambang Setiadi) (Ir. Setyo Supriyadi, M.Si)