You are on page 1of 17

DOSEN

Dr. Eng. Hosta Ardhyananta, S.T., M.Sc.

PENULIS
Fajriansyah Miftahul Falah (2714100063)
Hendy Roesma Wardhana (2714100064)
Hakimul Wafda (2714100065)
Herald Mathius Unggul (2714100077)

TYRE (BAN) Ido Widya Yudhatama (2714100079)

Sejarah, Polimer, Fabrikasi, dan Mekanisme


DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN .................................................................................................................. 2
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 2
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................... 2
1.3 TUJUAN ......................................................................................................................... 3
1.4 MANFAAT...................................................................................................................... 3
BAB II: TINJAUAN PUSATAKA ....................................................................................................... 4
2.1 SEJARAH KOMPONEN TEKNIK ...................................................................................... 4
2.2 GAMBAR KOMPONEN .................................................................................................. 4
2.3 PROPERTIES KOMPONEN TEKNIK ................................................................................ 5
2.4 SEJARAH MATERIAL POLIMER ...................................................................................... 5
2.5 RUMUS KIMIA ............................................................................................................... 6
2.6 GAMBAR STRUKTUR KIMIA .......................................................................................... 6
2.7 SINTESIS POLIMER ........................................................................................................ 6
2.8 SIFAT POLIMER BAN ..................................................................................................... 8
2.9 PROSES FABRIKASI/MANUFAKTUR KOMPONEN ........................................................ 9
2.10 GAMBAR MESIN.......................................................................................................... 11
2.11 SEJARAH TEKNOLOGI FABRIKASI/MANUFAKTUR ..................................................... 11
BAB III: MEKANISME PENERAPAN ............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 16

1
BAB I: PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kebutuhan akan kendaraan bermotor saat ini telah menjadi suatu keharusan,
tingkat mobilitas dan aktifitas yang tinggi menuntut manusia untuk selalu berpindah-
pindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Banyaknya kegiatan ditempat yang
berbeda mengharuskan untuk datang tepat waktu, oleh karena itu diciptakan suatu alat
transportasi untuk mengatasi masalah tersebut. Saat ini sudah cukup banyak alat
transportasi yang dapat digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan akan
kemudahan untuk berpindah-pindah. Seperti contohnya mobil, motor, kereta, bis dan
lain-lain sudah banyak diperjual bebaskan dengan kisaran harga yang bervariasi dengan
tingkat kenyamanan yang berbeda pula.
Mobil, motor, bis dan lain-lain tidak terlepas dari peran penting komponen-
komponen yang berperan penting pada setiap bagiannya. Makalah ini akan membahas
dari salah satu komponen penting tersebut, yakni komponen yang dapat membawa
transportasi tersebut agar dapat berjalan. Komponen tersebut adalah ban/tire, ban
merupakan komponen yang berbentuk bulat penuh dengan karet sebagai bahan
bakunya.
Anda tentu tahu betapa pentingnya peran ban mobil. Satu-satunya komponen
yang memiliki kontak langsung ini memiliki beberapa tugas utama. Di antaranya
sebagai penyangga mobil, meredam guncangan akibat jalan yang tidak rata,
memindahkan tenaga mesin ke jalan, dan yang tak kalah penting adalah mengontrol
arah laju mobil. Bayangkan jika ban tidak dapat melakukan tugas-tugas ini dengan baik.
Kecelakaan dengan mudah bisa terjadi.
Ban baik untuk kendaraan beroda dua, maupun kendaraan bermotor beroda
empat yang terbuat dari karet alam proses pembuatannya dapat terbagi dalam tiga
bagian utama yaitu pembuatan tepung karet, pembuatan bagian ban (kawat tepi, kain
ban dan tapak ban), dan vulkanisasi. Bahan utama yang digunakan untuk pembuatan
ban ini terdiri dari karet alam, kawat untuk tepi ban (bead wire), kain ban (terbuat dari
tekstile dan jalinan kawat baja), tepung karbon (carbon black) dan bahan penolong
lainnya.
Karet merupakan hasil bumi yang bila diolah dapat menghasilkan berbagai
macam produk yang amat dibutuhkan dalam kehidupan. Ada dua jenis karet yang biasa
digunakan dalam industri yaitu karet alam dan karet sintesis. Karet alam (natural
rubber) merupakan air getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis, yang merupakan
polimer alam dengan monomer isoprena, sedangkan karet sintetis sebagian besar dibuat
dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana proses pembuatan ban?
2. Bahan apa saja yang digunakan dalam ban?

2
3. Bagaimana proses fabrikasi ban?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui proses fabrikasi pembuatan ban
2. Mengetahui bahan yang digunakan dalam pembuatan ban
3. Mengetahu proses fabrikasi pembuatan ban
1.4 MANFAAT
Manfaat yang diperoleh dalam pembuatan makalah ini antara lain mahasiswa
mengetahui proses fabrikasi pembuatan ban, bahan yang digunakan dalam pembuatan
ban, sekaligus mengetahui proses fabrikasinya.

3
BAB II: TINJAUAN PUSATAKA

2.1 SEJARAH KOMPONEN TEKNIK


Ban adalah bagian penting dari kendaraan darat, dan digunakan untuk
mengurangi getaran yang disebabkan ketidakteraturan permukaan jalan, melindungi
roda dari aus dan kerusakan, serta memberikan kestabilan antara kendaraan dan tanah
untuk meningkatkan percepatan dan mempermudah pergerakan.
Pada tahun 1839, Charles Goodyear berhasil menemukan teknik vulkanisasi
karet. Vulkanisasi sendiri berasal dari kata Vulkan yang merupakan dewa api dalam
agama orang romawi. Pada mulanya Goodyear tidak menamakan penemuannya itu
dengan nama vulkanisasi melainkan karet tahan api. Untuk menghargai jasanya, nama
Goodyear diabadikan sebagai nama perusahaan karet terkenal di Amerika Serikat yaitu
Goodyear Tire and Rubber company yang didirikan oleh Frank Seiberling pada tahun
1898. Goodyear Tire & Rubber Company mulai berdiri di tahun 1898 ketika Frank
Seiberling membeli pabrik pertama perusahaan ini dengan menggunakan uang yang dia
pinjam dari salah seorang iparnya.
Pada tahun 1845 Thomson dan Dunlop menciptakan ban atau pada waktu itu
disebut ban hidup alias ban berongga udara. Sehingga Thomson dan Dunlop disebut
Bapak Ban. Dengan perkembangan teknologi Charles Kingston Welch menemukan ban
dalam, sementara William Erskine Bartlett menemukan ban luar.

2.2 GAMBAR KOMPONEN


Ban terdiri dari beberapa komponen penyusun yang mempunyai kegunaan
berbeda, sehingga harus disesuaikan dengan sifat mekanik tertentu. Dalam proses
pemodelan ban digunakan beberapa software untuk membuat desain komponen ban
agar sesuai dengan kebutuhan sifat mekanik tersebut.

Gambar 2.1. 2D CAD pada ban 165/70 R13 Gambar 2.2. 3D CAD

(Korunovic, 2011)

4
2.3 PROPERTIES KOMPONEN TEKNIK
Innerliner
Merupakan lapisan terdalam yang berfungsi sebagai pengganti ban dalam.
Lapisan ini memiliki pori-pori yang sangat rapat sehingga udara tidak dapat menembus
keluar
Ply Cord
Lapisan yang dibuat dari benang polyester ini berfungsi untuk menahan beban
maupun kecepatan.
Apex
Karet keras yang berfungsi untuk menjaga stabilitas saat menikung sekaligus
sebagai tumpuan beban.
Bead Wire
Kawat yang diberi lapisan karet dan berfungsi sebagai pemegang pelek.
Sidewall compound
Bagian dinding ban yang dibuat dari kompon khusus sehingga tahan terhadap
benturan samping namun tetap empuk sehingga berfungsi juga sebagai suspensi.
Sidewall ini sangat berpengaruh terhadap keempukan sebuah ban.
Rim Cushion
Lapisan karet khusus untuk melindungi bead wire di area pelek. Lapisan ini
bersentuhan langsung dengan pelek.
Belt layer
Ada dua lapis yang terbuat dari steel cord. Berfungsi untuk menjaga stabilitas
dan ketahanan di kecepatan tinggi termasuk menjaga agar permukaan ban tetap rata saat
menikung.
Capply
Bahan khusus untuk melindungi steel cord dari panas saat ban berputar cepat.
Under tread compound
Berada di antara tread compound dan capply. Berfungsi sebagai perekat.
Tread Coumpound
Lapisan terluar yang menapak langsung ke jalan. Bahan ini dituntut memiliki
tingkat keausan yang kecil, namun tetap empuk.

2.4 SEJARAH MATERIAL POLIMER


Setelah tahun 1839 dicapailah babak baru yang membuat karet sempat menjadi
primadona daerah-daerah perkebunan di beberapa Negara tropis. Pada tahun itu Charles
Goodyear menemukan cara vulkanisir karet. Goodyear mencampur karet dengan
belerang dan kemudian dipanaskan pada suhu 120o - 130o C. Dengan cara vulkanisir
ini semakin banyak sifat karet yang dapat diketahui dan dimanfaatkan.
Berawal dari penemuan Charles Goodyear, karet mulai banyak dicari orang
untuk dibuat aneka barang keperluan. Cara vulkanisasi memungkinkan orang untuk
mengolah karet menjadi ban. Menurut beberapa literature, Alexander Parkes ikut pula

5
mengembangkan cara vulkanisasi. Sedangkan yang memiliki ide atau pencetus gagasan
dibuatnya ban adalah Dunlop pada tahun 1888 dan kemudian dikembangkan oleh
Goldrich (Tim Penulis PS, 1999).

2.5 RUMUS KIMIA


Styrene-butadiene rubbers (SBR) adalah kopolimer dari stirena dan butadiena.
Stirena dan butadiena adalah karet yang paling umum digunakan. Sifat mereka tidak
hanya dipengaruhi oleh mikro dan makrostruktur dari rantai polimer namun juga oleh
konten stirena. Unit struktural butadiena dapat dimodifikasi sebagai cis-1,4, trans-1,4
atau 1,2 (vinyl) unit. pengaturan saling stirena dan butadiena unit bisa memiliki susunan
acak, sebagian-blok atau karakter blok. SBR tidak mengkristal meskipun diberikan
tekanan. Oleh karena itu, pengaruh pengaturan saling cis dan trans unit pada
properti mereka adalah lebih rendah daripada BR.

2.6 GAMBAR STRUKTUR KIMIA


Jenis karet butadiena stirena (L-SBR) dibuat sempurna oleh anion
kopolimerisasi butadiena dan stirena, atau dengan polimerisasi anion hidup, selama
yang monomer pertama hadir dalam sistem polimerisasi, dan ketika polimerisasi selesai
monomer kedua ditambahkan. Sebuah anion berurutan polimerisasi menghasilkan
polimer blok, dengan blok yang tidak mengandung struktur unit polimer lainnya.
Panjang polimer ini hanya dipengaruhi oleh rasio monomer-inisiator; tergantung pada
jenis agen terminasi dapat dibentuk linear, bercabang atau bintang kopolimer. Polimer
ini merupakan karet termoplastik.

Gambar 2.3 Struktur Kimia Butadiena Stirena (L-SBR)

2.7 SINTESIS POLIMER


Karet Natural masih digunakan pada skala besar karena memiliki sifat yang baik
untuk dikombinasikan dengan polimer yang lain. meskipun sintetis elastomer paling
penting adalah SBR. Yang biasanya digunakan pada ban kendaraan diperkuat dengan
carbon black (Callister, 2014). Sekitar 75% dari produk butyl rubber digunakan untuk
ban dalam pada sebuah ban. Namun penggunaannya dikurangi ketika ban tubeless

6
diperkenalkan pada tahun 1953. Namun meskipun begitu masih tetap di gunakan hingga
sekarang ban dengan menggunakan tube dalam (Billmeyer, 1984)
2.7.1 Sintesis Polimer natural Rubber (Polyisoprene)
Natural Rubber merupakan sebuah high-molecular-weight polimer dari isoprene,
yang pada dasarnya semua semua isoprene memiliki konfigurasi cis-1,4. Polimer
natural memiliki rata-rata derajat polimerisasi sebesar 5000 dan sebuah distribusi besar
dari molecular weight. Natural rubber dapat diperoleh dari sekitar 500 spesies berbeda
tanaman. Tanaman yang biasa di gunakan adalah pohon Hevea Brasiliensis. Karet
berasal dari getah yang didalamnya mengandung 25-40% hidrokarbon karet yang
distabilkan dengan material protein jumlah kecil dan asam lemak. Untuk karet lembaran
adalah hasil dari penambahan sodium bisulfit dalam jumlah kecil untuk memutihkan
karet tersebut. Koagulum tersebut di roll dalam lembaran dengan ketebalan 1 mm dan
dikeringkan di udara pada temperatur 50o C. (Billmeyer, 1984)
2.7.2 Sintesis Polimer Styrene-Butadiene Rubber (SBR)
Karet tersebut dibuat dengan emulsi polimerisasi menggunakan mutual recipe
pada temperatur 50oC. Setelah perang dunia ke 2, kualitas produk ditingkatkan dengan
polimerisasi pada 5oC dengan beberapa dibuat pada temperatur se rendah -10o C atau -
18o C. Perubahan dibuat oleh penggunaan inisiator yang lebih aktif. Seperti cumene
hydroperoxide dan p-methane hydroperoxide, dan penambahan konponen antifreeze
pada campuran. Produk ini dikenal dengan cold rubber. Larutan anionic
copolymerization dari butadiena dan styrene dengan katalis alkalilithium yang
digunakan untuk memproduksi larutan yang dinamakan SBR. Produk tersebut memiliki
distribusi molecular weight sempit, molecular weight lebih tinggi, dan cis-1,4-
polybutadiene kontel lebih tinggi dengan emulsi SBR. penggunaan dan ketahanan crack
lebih baik (Billmeyer, 1984)
2.7.3 Sintesis Polyisobutylene dan Butyl Rubber
Polimerisasi dari isobutilene dan campuran dengan diolefins typifiles adalah
aplikasi industri dari low-temperature cationic polymerization. Isobutilene
berpolimerisasi cepat pada -80o C dengan fiedel-crafts catalysts. Dalam sistem besar
pada -80oC, polimerisasi cepat disebabkan oleh penggelembungan gas BF3 melalui
isobutylene. Panas reaksi dapat diserap dengan menambahkan karbon dioksida padat
pada monomer atau dengan menambahkan sebuah low-boiling diluent seperti pentana
dan etilen yang direflux. Ini adalah tipikal proses, butil rubber yang dimanufaktur
dengan mencampurkan isobutylene dengan 1,5-4,5 % isoprene dan metil klorida
sebagai pencair. Campuran ini diumpankan ke adukan reaktor yang didinginkan pada -
95oC dengan liquid etilen. Larutan katalis, dibuat dari melarutkan anhydrous
alumunium klorida dalam penambahan metil klorida. Polimer terbentuk sekali dengan
produk terbagi yang dicabut secara halus dalam campuran reaksi. Larutan dikeluarkan
dari reaktor secara berlanjut sebagai monomer dan katalis yang ditambahkan. Campuran
produk dilewatkan dalam sebuah volume besar dari air panas yang bergerak dalam
sebuah tangki dimana komponen yang mudah menguap terjadi penguapan dan kembali.
Sebuah antioksidan dan beberapa zinc stearate untuk mencegah aglomerasi dari partikel

7
polimer yang ditambahkan pada poin ini. polimer yang selanjutnya di filter, dikeringkan
dan di ekstruksi. (Billmeyer,1984)

2.8 SIFAT POLIMER BAN


2.8.1 Sifat polimer natural rubber (polyisoprene)
Sifat dari vulcanized natural rubber membentuk model untuk sifat elastometrik
ideal. Termasuk pemanjangan cepat menjadi pertambahan panjang yang besar,
kekakuan tinggi, dan kekuatan ketika meregang, dan cepat dan pelepasan yang semprna
dari tegangan eksternal. (Billmeyer, 1984)
2.8.2 Sifat polimer Styrene-butadiene Rubber (SBR)
Permukaan ban terbuat dari SBR reguler kurang baik dalam tensile strength
untuk itu dibanding natural rubber (3000 versus 4500 psi) dimana itu dari cold rubber
hampir equivalent dengan Hevea (3800 psi). Pada kenaikan temperatur, meskipun
regular dan cold SBR hilang 2/3 tensile strength dimana natural rubber kehilangan
hanya 25 %. Ketahanan ozon dari SBR adalah superior pada natural rubber itu, namun
ketika cracks atau dimulai pemotongan dalam SBR mereka tumbuh lebih cepat.
Mungkin kegagalan dari dua tipe SBR dalam penggunaannya pada ban, adalah
kurangnya resilien dan kenaikan panas yang tinggi. Permukaan dari sintetis material
minimal sama bagusnya dengan natural rubber. Dan ketahanan terhadap cuaca dari SBR
lebih baik daripada natural rubber tersebut(Billmeyer,1984).
Cold SBR adalah superior terhadap standard produk mengandung low-
molecular-weight rubber kurang , cabang rantai dan crosslinking kurang, dan proporsi
tinggi (70%) dari konfigurasi trans-1,4 mengelilingi ikatan dobel (Billmeyer, 1984).
2.8.3 Sifat polimer Polyisobutylene dan butyl rubber
Sifat dari vilcanizates butyl cocok dengan strukturnya. Dengan sangat rendah
residual tak jenuh dari karet memperlihatkan keinertan kimianya. Hasil Closepacked
linear rantai paraffinic biasanya memiliki permeabilitas rendah terhadap gas. Steric
hindrance dari kelompol metil dalam rantai menyebabkan viskositas internal tinggi dan
respon viscoelastic pada tegangan. Sebuah sifat penting dalam elastomer adalah aging
dalam kehadiran dari oksigen. Hal itu ditemukan kehadiran dari sebuah ikatan ganda
dalam struktur skeletal dari polimer sangat penting dalam meningkatkan nilai
penyerapan dari oksigen, dan kehadiran dari kelompok sampingan metil juga sugnifikan
namun masih kurang juga. Karet butil adalah, sesuai perkiraan, kurang sensitif dalam
oxidative aging dibandingkan kebanyakan elastomer lain selain silikon. Sejak kelompok
sampingan metil muncul untuk memotong rantai dimana ikatan dobel membentuk
crosslink, karet butyl menjadi lebih lembut lebih baik dibanding getas pada degradasi
oksidatif.
Butil memiliki lebih baik ketahanan ozon dibandingkan natural rubber,
ketahanan larutan adalah tipikal dari hidrokarbon elastomer tersebut. Ketahanan asam
lumayan baik. Sifat stress strain dari karet butil sama dengan natural rubber tersebut.
Dua duanya menunjukkan pentingnya kristalisasi dalam mendapatkan kekuatan tarik
tinggi. Kristalisasi tidak bertempat dalam butil, meskipun, hingga pemanjangan yang

8
lebih tinggi dicapai. Ketahanan robek dari butyl lumayan baik dan tersisa sangat baik
pada temperatur tinggi dan dalam waktu yang lama. Dan kotras terhadap natural rubber.
Sifat elektrik yang baik, seperti yang diperkirakan dari ketidak kutubannya, terlarut
alami. Sifat dinamis dan elastis dari butil ditandai dengan kelembaman melebihi
temperatur antara -30oC ke +40oC, karakteristik dari polimer dengan gesekan internal
tinggi dan kelembapan tinggi. Pelambungan yang lambat dan kenaikan panas tinggi.

2.9 PROSES FABRIKASI/MANUFAKTUR KOMPONEN


1. Mixing
Inilah awal proses pembuatan ban. Berbagai bahan seperti karet alam, karet
sintetik, bahan kimia, karbon hitam dan minyak tertentu diaduk menjadi satu pada suhu
sekitar 100 Celcius. Bentuk campuran ini menyerupai adonan kue yang sangat kental.
Untuk mengaduk adonan karet ini dibutuhkan mesin mixer yang sangat kuat.
Misalnya mixer milik pabrik ban EP Tyres yang konsumsi listriknya hanya 1.500.000
Watt. Tak hanya wujud adonan karet ini saja yang seperti kue, namun aroma yang
tercium di bagian ini pun tak jauh berbeda dari pabrik roti. Suhu udara di areal mixing
ini cukup panas, sekitar 38 Celcius.
Hasil dari proses mixing adalah compound yang masih empuk berbentuk
lembaran (sheet gum). Berbagai komposisi dibuat untuk dijadikan bagian-bagian ban
yang berbeda.
2. Extruding
Adonan hasil mixing tadi dibuat menjadi tread dan sidewall. Prosesnya adalah
injeksi dan extruding hingga terbentuk profil.
3. Calender
Salah satu proses setelah mixing adalah pembuatan innerliner dengan mengubah
adonan menjadi lembaran tipis setebal 1,2 mm. Adonan untuk ini memang khusus
sehingga dihasilkan innerliner yang memiliki pori-pori rapat sehingga tak dapat
ditembus udara.
Selain innerliner, pada seksi calender ini juga dibuat lapisan lain seperti belt
layer, capply, dan plycord dengan membuat lembaran seperti anyaman benang polyester
yang dibuat silang untuk menambah kekuatan.
4. Bead
Sementara proses calender berjalan, di bagian lain ada pembuatan bead wire
yaitu melapisi kawat baja dengan karet. Proses ini berjalan otomatis dan begitu keluar
dari mesin, bead wire sudah berbentuk lingkaran sesuai dengan ukuran rim.
5. Cutting
Berbahagialah pekerja di bagian cutting. Sebab ruangan di bagian ini dilengkapi
AC. Di sini proses yang dilakukan adalah pemotongan hasil dari seksi calender.
Lembaran dipotong presisi seesuai dengan ukuran ban.
6. Building
Masih di ruang ber-AC, di sini hasil dari seksi-seksi sebelumnya disatukan.
Meski prosesnya menggunakan mesin secara otomatis, namun masih diperlukan

9
bantuan manusia. Tidak mungkin proses building bisa dilakukan mesin secara fully
otomatis.
Dari mesin ini, dihasilkan ban utuh namun masih mentah. Bentuknya
menggembung seperti donat tanpa kembangan di bagian luar. Jika diperhatikan
permukaannya seperti ban slick.
7. Curing
Tidak seperti proses building, di bagian ini suhu ruangan mencapai 41 derajat
Celcius. Proses curing merupakan akhir dari proses pembuatan ban.
Di sini ban mentah dicetak dengan suhu sekitar 178 Celcius selama kira-kira 8
menit, tergantung ukuran bannya. Keluar dari mesin curing, ban sudah terbentuk
termasuk profil, tulisan merek, tipe, ukuran ban dan semua informasi yang ada di
dinding ban.
8. Finishing/quality control
Setelah selesai, ban diperiksa secara visual apakah ada cacat atau tidak. Proses
ini tentu saja tidak menggunakan mesin, jadi ketelitian pekerja sangat dibutuhkan.
Selain visual, kontrol juga dilakukan dengan pemeriksaan balance dan menggunakan
sinar X.
Ban tidak mungkin bisa 100% balance seperti pelek, namun ada batasannya. Jika
melebihi batas, berarti ada kesalahan pada proses produksi. Selain itu, kami juga
memiliki laboratorium untuk memeriksa sampel ban yang diambil secara acak demi
menjaga kualitas.

Gambar 2.4 Gambaran Umum Proses Fabrikasi Ban (Sumber: Bridgestone Tire
Indonesia)

10
2.10 GAMBAR MESIN

Gambar 2.5 Dokumentasi Mesin Fabrikasi Ban

2.11 SEJARAH TEKNOLOGI FABRIKASI/MANUFAKTUR

11
BAB III: MEKANISME PENERAPAN
III. 1 MODIFIKASI BAN MOTIF ALUR RIB SEGITIGA UNTUK
MENINGKATKAN KESELAMATAN BERKENDARA SEPEDA MOTOR

III.1.1 Roda Kendaraan


Semua kendaraan yang berjalan di jalan raya tentu menggunakan roda sebagai
tumpuan mekanik gerak dan untuk menahan beban keseluruhan kendaraan terhadap
permukaan jalan. Oleh karena itu roda mempunyai peranan penting yang tidak boleh
diabaikan. Roda kendaraan terdiri dari pelek/rim dan ban yang terpasang menjadi satu
melingkar dibagian luarnya. Adapun fungsi roda ban kendaraan adalah sebagai tumpuan
atau bantalan yang empuk antara jalan dengan kendaraan. Karena ban yang berisikan
angin yang terbuat dari karet, mampu menyerap goncangan-goncangan disebabkan oleh
89 jalan yang tidak rata sehingga berperan seperti peredam bantingan (shock absorber).
Mengadakan kontak dengan permukaan jalan yang memungkinkan kendaraan dapat
berjalan lurus, membelok ke kanan-kiri dalam percepatan, perlambatan dan
memudahkan kendaraan berhenti tanpa slip bila waktu pengereman. Dalam mempelajari
roda pada kendaraan banyak dibahas adalah ban, baik ban luar dan ban dalam. Ban luar
sebagai penahan ban dalam dan pelek/rim sebagai rangka (frame) penahannya,
sedangkan ban dalam berisi udara tekan yang diisi oleh compressor melalui nipel atau
pentil ban. Besarnya tekanan udara pada ban tergantung dari jenis kendaraannya, untuk
mobil penumpang atau niaga tekanan ban 25 psi sampai 40 psi sedangkan untuk truk
atau bis dapat mencapai 100 psi.

Gambar 1. Lapis jalinan benang ply pada ban

III.1.2 Ban Kendaraan


Pengertian ban merupakan klasifikasi ban, terdiri dari ban bias (diagonal), ban
radial dan ban tubeles. Ban bias (diagonal) disebut juga sebagai ban biasa
(konvensional) tergolong ban standar pada kendaraan. Ban bias mempunyai jalinan
benang yang berlapislapis/ply saling menyilang satu sama lain melingkar sebagai

12
panahan dan kekuatan pada 90 semua sisi-sisi ban. Ban dengan struktur bias adalah
yang paling banyak dipakai. Dibuat dari banyak lembar cord yang digunakan sebagai
rangka (frame) dari ban. Cord ditenun dengan cara zig-zag membentuk sudut 40 sampai
65 derajat sudut terhadap keliling lingkaran ban. Ban radial berasal dari kata to radiate
yang berarti memancarkan, telapak ban radial dibuat 1,5 lebih lebar dibandingkan
dengan ban bias. Dibagian sisi telapak ban diselipkan lapisan-lapisan penguat
melingkar, jalur penguat terdiri dari jalinan benangbenang nylon yang melewati garis
tegak lurus telapak pada sudut lurus dari lingkaran kawat-kawat baja (bead) yang
terselubung oleh lapisan karet yang mengikat ban pada pelek (rim) roda memancar dari
garis tengah ban, maka dikenal dengan nama ban radial yang diproses khusus oleh
pabrik ban.
Ban tubeles merupakan ban untuk mobil tanpa ban dalam, maka dikenal dengan
nama ban tubeles. Bagian sisi dalam dari ban tubeles terdapat suatu lapisan tipis karet
lunak yang menutupi seluruh permukaan dalam dan ujung tepian pelek sehingga dapat
mencegah kebocoran. Keuntungan ban tubeles bobotnya lebih ringan sehingga gaya
inersia ban lebih kecil, panas yang timbul lebih kecil karena tidak ada gesekan antara
ban dalam dan ban luar serta lebih praktis bila terjadi kebocoran mudah menambalnya
yaitu, hanya menusukan kedalam ban semen karet pada bagian yang bocor saja dan
dalam 91 waktu singkat. Kendaraan-kendaraan penumpang modern/pribadi sekarang
banyak menggunakan ban tubeles.

III.1.3 Ban Sepeda Motor


Beberapa istilah dalam struktur ban sepeda motor dapat dirangkum di bawah ini:
- Ply adalah lapisan-lapisan serat benang yang melapisi semua permukaan sisi-sisi
dalam dari ban, berfungsi untuk mencegah dan menahan karet agar tidak mengembang
bebas.
- Tread adalah bagian telapak ban yang berfungsi untuk melindungi ban dari benturan,
tusukan obyek dari luar yang dapat merusak ban. Tread dibuat banyak pola yang disebut
pattern. 96
- Breaker dan Belt adalah bagian lapisan benang (pada ban biasa terbuat dari tekstil,
sedang ban radial terbuat dari kawat) yang diletakkan diantara tread dan casing.
Berfungsi untuk melindungi serta meredam benturan yang terjadi pada tread agar tidak
langsung diserap oleh casing.
- Casing adalah lapisan benang pembentuk ban dan merupakan rangka dari ban yang
menampung udara bertekanan tinggi agar dapat menyangga ban.
- Bead adalah jalinan kawat-kawat baja yang melingkar pada tepian ban yang menyatu
dengan karet yang keras dan berfungsi untuk penguat dan penahan ban terhadap pelek
roda (rim wheel).
- Rimline adalah garis yang menandakan posisi bibir pelek. Dapat juga dipakai sebagai
pedoman lurusnya alur ban yang dipasang pelek.
- Sidewall adalah sisi samping kiri dan kanan ban, berfungsi sebagai penopang/dinding
ban.

13
III.1.4 Batas Thread Wear Indication (TWI)
Thread Wear Indication (TWI) artinya indikator batas pemakaian ban, pada ban
ditandai segitiga. Kode ini menunjukkan batas minimum alur ban. Batas ketebalan alur
ban yang ditunjukkan segitiga berupa tonjolan yang ada di dasar ban. Tanda ini
merupakan ciri fisik yang terletak persis di kedua sisi alur rib ban. Diperkuat lagi
dengan garis tebal yang membentang di antara kedua tanda yang mengindikasikan
kondisi penggunaan ban. Jika ketebalan ban terutama pada grove sudah menyentuh
garis tersebut, menunjukkan ban waktunya diganti.

III.1.5 Modifikasi Ban Motif Alur/Rib Segitiga


Telah dibahas tentang spesifikasi dan karakteristik ban diatas, dalam
perkembangan teknologi ban banyak penyempurnaan modifikasi, type, model, motif
motif ban yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kehandalan sebagai cirikhas
pabrikan merk ban.
Dapat dianalisis motif ban sekarang dapat dijadikan acuan dasar untuk
menambahkan modifikasi motif alur atau rib pada ban sepeda motor. Hal ini ditinjau
dari efektifitas daya cengkeraman ban terhadap permukaan jalan, baik jalan lurus
maupun 100 jalan membelok agar tetap stabil dan aman. Pengembangan modifikasi ban
dengan motif alur rib segitiga dirancang melingkar pada sisi-sisi pinggiran telapak ban
untuk ban sepeda motor. Motif alur rib segitiga mirip gergaji dapat dirancang dan dibuat
dengan jumlah 3 sampai 5 alur rib di sisi pinggiran ban. Hal ini bertujuan untuk
menambah gaya tahanan kesamping pada sisi-sisi pinggiran ban agar tidak gampang
selip atau tidak kepleset terhadap permukaan jalan khususnya pada waktu membelok.
Dalam operasionalnya bagi pengendara sepeda motor, pada waktu membelok dapat
membentuk sudut kemiringan dan perlu mengimbangi kecepatan sepeda motor terhadap
radius belokan jalan. Hal ini penting untuk menjamin agar ban sepeda motor tidak selip
terhadap radius belokan jalan sehingga sangat membutuhkan factor keamanan dan
keselamatan. Kehandalan tampilan motif alur rib segitiga dirancang pada pinggiran ban
sepeda motor, bertujuan agar memiliki kemampuan daya tahanan melintang/kesamping
terhadap permukaan jalan sehingga alur rib segitiga dapat menggigit/mencengkeram
permukaan jalan lebih kuat membuat ban tidak mudah selip/kepleset.

Gambar 7. Penampang dan telapak ban motif alur rib segitiga

14
Bila sepeda motor waktu membelok perlu diimbangi sudut kemiringan tertentu
sesuai dengan radius belokan jalan dan tingkat kecepatannya. Sehingga alur rib segitiga
dapat bersinggungan sempurna terhadap permukaan jalan akhirnya dapat memberikan
cengkeraman ban lebih efektif membuat pengendara sepeda motor waktu membelok
tetap stabil dan aman. Spesifikasi dan kode ukuran ban sama dengan standar pabrikan
ban yang ada dipasaran. Pada akhirnya dalam operasionalnya diharapkan dapat
meningkatkan prestasi dan efektifitas daya cengkeraman ban lebih baik bila
dibandingkan dengan motif-motif alur rib ban biasa/konvensional dari pabrikan ban
yang ada dipasaran sekarang ini.
Dari tampilan bidang gesek ban biasa hanya satu bidang sentuh saja
diperkirakan daya cengkeraman rib ban terhadap jalan masih kurang yang
memungkinkan mudah selip atau kepleset saat miring membelok, karena gaya tahanan
kesamping kecil. Sedangkan ban dengan alur rib segitiga mempunyai beberapa bidang
sentuh/gesek yang memungkinkan daya cengkeraman rib ban terhadap permukaan jalan
lebih besar/kuat yang diperkirakan tidak mudah selip atau tidak mudah kepleset saat
miring membelok. Bagi pengendara sepeda motor dengan ban alur rib segitiga lebih
mampu menahan gaya gesek kesamping yang lebih banyak sehingga dapat menjamin
tingkat keamanan dan keselamatan. Maka diharapkan modifikasi ban alur rib segitiga
dapat diandalkan dan dikembangkan teknologi infrastrukturnya untuk andalan ban masa
depan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Billmeyer Jr, Freed will. 1984. Textbook of Polymer Science. Canada:John Wiley and Son Inc
Callister, William D.2014. Material Science and Engineering An Introduction. New York:Mc
Gray-Hill Book
Kramer, Richard J. 2010. How Tiers Are Built. Ohio: Goodyear Tire and Rubber Company.
Saunders, K.J.1988. Organic Polymer Chemistry: An Introduction to the Organic Chemistry of
Adhesives, Fibres, Paints, Plastic and Rubbers. Toronto: Capman and Hall Ltd.
Spiegelhalder, B. 1983. Occupational Nitrosamine Exposure: Rubber and Tyre Industry. 1983:
Carcinogenesis

16

You might also like