You are on page 1of 10

PIT POGI XXIII - Makassar

Knowledge about cervical cancer and pap smears of health workers in


Prof. dr. R.D. Kandou Manado Central Hospital

Bayu Bonifacius, Mongan Suzanna, Kaeng Joice

Obstetrics-Gynecology Departement
Medical Faculty of Sam Ratulangi University /
Prof. dr. R.D. Kandou Center Hospital Manado

ABSTRACT
Background: Approximately, there are 266,000 deaths from cervical cancer worldwide in
2012 which mean 7.5% of all cancer deaths in women. Second ranked of women cancer in
Indonesia goes to cervival cancer and the second most frequent cancer in women aged 15 to
44 years. The coverage of cervical cancer screening in the 2007-2011 was only 24.4% of the
target set by the Indonesian health ministry for 50%. Various studies explain that the
knowledge level of health workers about pap smears was not adequate, eventhough they had
duty to educate publics about cervical cancer and promote the way about prevention.
Objective: This study aims to see the description of health workers knowledge about cervical
cancer and pap smears as early detection of cervical cancer.
Method: This research used descriptive method. With the method of quantitative analysis
conducted in Obstetrics and Gynecology Departement of Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Central Hospital from April 1st - May 24th 2017.
Result: In this study was obtained 254 health workers as research samples. As the result, the
majority of young doctors and midwives have good knowledge about cervical cancer (n=32;
52.46% and n=17;51.52%). While the nurses was dominated by moderate knowledge
(n=111;69.37%). Majority of midwives have good knowledge about pap smear
(n=18;54.55%), young doctor was dominated by moderat knowledge level (n=26;42.62%);
While the nurses was dominated by poor knowledge level (n=78;48,75%).
Conclusion: From 254 respondents, mostly have good knowledge about cervical cancer.
About knowledge of pap smear, some of respondents had a poor knowledge. Respondents
with higher education level would have better knowledge level than lower education.

Keyword: Pap Smear, Cervival Cancer, Knowledge, Health Workers

Nama lengkap : Raden Bonifacius Bayu Erlangga Kusuma


Judul Makalah bebas : Gambaran Pengetahuan Tentang Pap Smear Pada Tenaga
Kesehatan di RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado
Nama Institusi : Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP Prof. dr. R. D.
Kandou Manado Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Alamat Institusi : RSUP Prof. dr. R. D. Kandou, Jalan Raya Tanawangko No.56,
Malalayang Satu Barat, Kota Manado, Sulawesi Utara
Nomer Handphone : 08122984242
Email presenter : bonifacius.bayu@gmail.com

1
PIT POGI XXIII - Makassar

GAMBARAN PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN


MENGENAI KANKER SERVIKS DAN PAP SMEAR
DI RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

Bonifacius Bayu, Suzanna Mongan, Joice Kaeng

Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi


Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi /
RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado

Latar Belakang
Kanker serviks merupakan keganasan dengan kejadian terbanyak keempat pada
wanita dan ketujuh secara keseluruhan, dengan estimasi jumlah kasus sekitar 528.000 kasus
baru pada tahun 2012. Daerah yang memiliki risiko tinggi dengan perkiraan lebih dari 30
kasus per 100.000 penduduk antara lain Afrika Timur (42,7), Melanesia (33,3), Selatan (31,5)
dan Afrika Tengah (30,6). Rasio terendah di Australia/Selandia Baru (5.5) dan Asia Barat
(4.4). Kanker serviks tetap merupakan kanker yang paling sering terjadi pada wanita di
Afrika Timur dan Tengah.1
Terdapat sekitar 266.000 kematian akibat kanker serviks di seluruh dunia pada tahun
2012 atau dengan kata lain merupakan 7,5% dari semua kematian akibat kanker pada wanita.
Hampir sembilan dari sepuluh (87%) kematian akibat kanker serviks terjadi di daerah yang
kurang berkembang. Kematiannya bervariasi yakni sekitar 18 kali lipat di antara negara-
negara di dunia, dengan tingkat kematian paling sedikit yaitu 2 kematian per 100.000 kasus
terjadi di Asia Barat, Eropa Barat dan Australia/Selandia Baru sampai yang paling tinggi
lebih dari 20 kematian per 100.000 kasus terjadi di Melanesia (20,6), Afrika Tengah (22,2)
dan Afrika Timur (27,6). 1
Di Indonesia kanker serviks menempati urutan kedua sebagai penyebab utama kanker
pada wanita (di segala umur dan pada usia 15-44 tahun) setelah kanker payudara.2 Berdasar
data dari Patologi Anatomi tahun 2010, insidensi kanker serviks di Indonesia sebesar 12,7%
dan menurut perkiraan Kementrian Kesehatan RI saat ini jumlah penderita baru kanker
serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus
kanker serviks.3
Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou sendiri pada tahun 2013 jumlah penderita kanker
serviks sebanyak 89 orang dan terus mengalami kecenderungan meningkat. Pada tahun 2014
sebanyak 137 orang, pada tahun 2015 sebanyak 208 orang dan pada tahun 2016 sebanyak
269 orang.4

2
PIT POGI XXIII - Makassar

Di negara maju seperti Irlandia Utara (Britania Raya) deteksi awal kanker serviks
sudah berjalan dengan sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan data yang menyebutkan
bahwa 54% kasus kanker serviks terdiagnosis pada stadium I sedangkan untuk kanker serviks
yang terdiagnosis pada stadium IV hanya sebesar 8%.5 Untuk deteksi dini kanker serviks di
Indonesia, menurut data yang dilansir oleh Kim menyebutkan bahwa cakupan skrining
kanker serviks pada rentang waktu 2007-2011 hanya 24,4% dari target yang dicanangkan
oleh kementrian kesehatan yaitu sebesar 50%.6
Penelitian yang dilakukan oleh Urasa dan Darj menyebutkan bahwa di Tanzania
kurang dari separuh tenaga medis dalam hal ini perawat memiliki pengetahuan yang memadai
mengenai kanker serviks. Mayoritas perawat juga tidak mengetahui interval skrining yang
baik dan sedikit yang mengetahui tentang vaksinasi HPV. Kebanyakan perawat (84,6%) tidak
pernah menjalani pemeriksaan Pap smear.7 Penelitian yang lebih luas dilakukan oleh
Mutyaba et al yang menunjukkan bahwa dari 285 responden yang merupakan tenaga
kesehatan, 93% menganggap kanker serviks sebagai masalah kesehatan masyarakat dan
pengetahuan mereka tentang Pap smear sebesar 83%. Kurang dari 40% dari responden
mengetahui faktor risiko kanker serviks serta indikasi dan interval skrining yang tepat. Dari
seluruh responden wanita, 65% tidak merasa dirinya beresiko terhadap kanker serviks dan
81%-nya belum pernah melakukan skrining. Dari responden pria, hanya 26% yang memiliki
pasangan yang pernah melakukan skrining. Hanya 14% dokter muda yang terampil
menggunakan spekulum vagina dan 87%-nya belum pernah melakukan Pap smear.8
Kanker serviks menempati posisi nomer dua sebagai penyebab utama kematian akibat
kanker pada wanita di Indonesia.3 Namun, tingkat kejadian dan angka kematian telah
berkurang secara dramatis di negara-negara yang menyediakan program skrining dengan
baik.9

Tujuan Penelitian
Melihat gambaran pengetahuan tenaga kesehatan tentang kanker serviks dan Pap
smear sebagai deteksi dini kanker serviks.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis kuantitatif yang
dilakukan di RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado periode 1 April 24 Mei 2017.

3
PIT POGI XXIII - Makassar

Hasil
Pada periode 1 April 24 Mei 2017, didapatkan 254 tenaga kesehatan sebagai sampel
penelitian di RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado.

Tabel 1. Kelompok tenaga kesehatan berdasarkan umur


Umur N %
< 30 184 72.45
30-40 63 24.80
>40 7 2.75
Total 254 100

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berumur <30 tahun yaitu
sebesar 72,45% (184 orang) diikuti kelompok responden berusia 30-40 tahun dengan 24,80%
(63 orang) dan 2,75% (7 orang) berusia >40 tahun.

Tabel 2. Kelompok tenaga kesehatan berdasarkan tingkat pendidikan


Pendidikan N %
Diploma III 104 40.95
Diploma IV 3 1.18
Strata I 146 57.48
Strata II 1 0.39
Total 254 100

Tingkat pendidikan terakhir responden bervariasi antara Diploma III hingga Strata II
dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah Strata I dengan 57,48% atau sekitar 146
responden, diikuti tingkat pendidikan Diploma III sebanyak 104 responden atau sekitar
40,95% dan Diploma IV dengan 3 responden (1,18%) serta Strata 2 dengan 1 responden atau
hanya sekitar 0,39%.

4
PIT POGI XXIII - Makassar

Tabel 3. Kelompok tenaga kesehatan berdasarkan jenis pekerjaan


Pekerjaan N %
Dokter Muda 61 24.02
Bidan 33 12.99
Perawat 160 62.99
Total 254 100

Menurut data pada tabel 3, responden pada penelitian ini terbagi menjadi 3 kategori
pekerjaan yaitu dokter muda, bidan, dan perawat. Persentase terbesar adalah pada kelompok
perawat dengan 62.99 % (160 responden), diikuti dokter muda dengan 24,02% (61
responden) dan bidan dengan 12,99% (33 responden).

Tabel 4. Distribusi responden tentang pernah tidaknya menjalani pemeriksaan Pap smear
Pemeriksaan Pap
Jumlah responden %
Smear
Ya 21 8.27
Tidak 233 91.73
Total 254 100

Sebagian besar responden belum penah menjalani pemeriksaan Pap smear. Dari 254
responden hanya 21 responden atau sekitar 8,27 % yang pernah menjalani pemeriksaan Pap
smear.

Tabel 5. Proporsi responden berdasarkan status pernikahan


Status Pernikahan Jumlah responden %
Menikah 126 49.60
Belum Menikah 128 50.40
Total 254 100

Berdasarkan data pada tabel 5, proporsi responden yang menikah hampir sama dengan
responden yang belum menikah yaitu 49,60% berbanding 50,40%.

5
PIT POGI XXIII - Makassar

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tenaga Kesehatan tentang Kanker


Serviks berdasarkan Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Pengetahuan Responden N %
Baik Cukup (N/%) Kurang
(N/%) (N/%)
Dokter Muda 32 (52.46%) 26 (42.62%) 3 (4.91%) 61 24.02
Bidan 17 (51.52%) 15 (45.45%) 1 (3.03%) 33 12.99
Perawat 34 (21.25%) 111 (69.37%) 15 (9.37%) 160 62.99
Total (N) 83 152 19 254 100

Pada penelitian ini tingkat pengetahuan responden jika ditinjau berdasarkan jenis
pekerjaan, maka responden dengan pekerjaan dokter muda dan bidan memiliki persentase
paling besar pada tingkat pengetahuan baik yakni masing-masing sebesar 52,46% dan
51,52%. Sedangkan pada responden dengan pekerjaan perawat didominasi oleh tingkat
pengetahuan cukup yaitu sebesar 69,37%.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tenaga Kesehatan tentang Pap Smear
berdasarkan Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Pengetahuan Responden N %
Baik Cukup Kurang
(N/%) (N/%) (N/%)
Dokter Muda 23 (37.70%) 26 (42.62%) 12 (19.67%) 61 24.02
Bidan 18 (54.55%) 8 (24.24%) 7 (21.21%) 33 12.99
Perawat 38 (23.75%) 44 (27.50%) 78 (48.75%) 160 62.99
Total (N) 79 78 97 254 100

Untuk tingkat pengetahuan responden tentang Pap smear ditinjau berdasarkan jenis
pekerjaan didapatkan hasil tingkat pengetahuan responden dengan pekerjaan bidan
didominasi oleh tingkat pengetahuan baik dengan persentase sebesar 54,55%; untuk
responden dokter muda didominasi oleh tingkat pengetahuan cukup yaitu sebesar 42,62%;
sedangkan untuk responden dengan pekerjaan perawat didominasi oleh responden yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang dengan persentase sebesar 48,75%.

6
PIT POGI XXIII - Makassar

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tenaga Kesehatan tentang Kanker


Serviks berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pengetahuan Responden N %
Pendidikan Baik Cukup Kurang
(N/%) (N/%) (N/%)
Diploma III 32 (30,76%) 64 (61,53%) 8 (7,69%) 104 40.95
Diploma IV 3 (100%) 0 0 3 1.18
Strata 1 48 (32,88%) 87 (59,59%) 11 (7,53%) 146 57.48
Strata 2 0 1 (100%) 0 1 0.39
Total 83 152 19 254 100

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa keseluruhan responden (100%) dengan tingkat
pendidikan Diploma IV memiliki tingkat pengetahuan baik, sedangkan untuk responden
dengan tingkat pendidikan Diploma III dan Strata 1 mayoritas berpengetahuan cukup
(61,53% dan 59,59%). Untuk tingkat pendidikan strata 2 (100%) berpengetahuan cukup.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Tingkat PengetahuanTenaga Kesehatan tentang Pap Smear


berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pengetahuan Responden N %
Pendidikan Baik Cukup Kurang
(N/%) (N/%) (N/%)
Diploma III 34 (32,69%) 23 (22,11%) 47 (45,19%) 104 40.95
Diploma IV 3 (100%) 0 0 3 1.18
Strata 1 41 (28,08%) 55 (37,67%) 50 (34,25%) 146 57.48
Strata 2 1 (100%) 0 0 1 0.39
Total 79 77 97 254 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan Diploma III
mayoritas berpengetahuan kurang (45,19%). Responden dengan tingkat pendidikan Diploma
IV dan Strata 2 secara keseluruhan (100%) berpengetahuan baik. Sedangkan untuk responden
yang berpendidikan Strata 1 mayoritas memiliki tingkat pengetahuan cukup (37,67%).

7
PIT POGI XXIII - Makassar

Pembahasan
Kanker serviks merupakan kanker ginekologi yang paling banyak ditemukan pada
negara berkembang seperti di Indonesia. Hal ini dikaitkan dengan makin tingginya tingkat
pendidikan dan sosio-ekonomi di negara maju sehingga proses skrining masyarakat bisa
berjalan dengan baik dan penanganan kanker serviks bisa dilakukan sedini mungkin.
Sedangkan penderita kanker serviks di Indonesia, umumnya datang sudah pada stadium
lanjut.10
Sebenarnya kanker serviks dapat terdiagnosis pada stadium awal sehingga dapat
meningkatkan keberhasilan pengobatan secara medis. Karena masa pembentukan kanker
serviks panjang, 90-95% perubahan patologis pada epitel dapat ditentukan dengan tes Pap
smear. Setelah penerapan program skrining berdasarkan status sosial dan pengobatan lesi
prakanker, angka kematian dan kejadian kanker serviks menurun 34-80% di negara maju
dalam 50 tahun terakhir. Namun, di negara berkembang dimana layanan kesehatan sangat
terbatas dan memiliki program skrining yang kurang baik atau bahkan tidak ada, kanker
serviks masih merupakan penyebab utama kematian akibat kanker bagi wanita.11
Menjadi suatu hal yang sangat penting bagi tenaga kesehatan untuk memiliki
pengetahuan yang baik mengenai kanker serviks, karena mereka memiliki peran besar dalam
mengedukasi masyarakat umum tentang kanker serviks dan mempromosikan langkah
pencegahan yang kesemuanya memiliki pengaruh di masyarakat.7
Penelitian ini membahas secara khusus tentang karakteristik tenaga kesehatan
meliputi pendidikan, pekerjaan serta pengetahuannya tentang kanker serviks dan pemeriksaan
Pap smear.
Dari penelitian ini diperoleh hasil sebagian besar responden belum penah menjalani
pemeriksaan Pap smear. Dari 254 responden hanya 21 responden atau sekitar 8,27% yang
pernah menjalani pemeriksaan Pap smear, sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Mutyaba et al8 dimana 81% respondennya merupakan perempuan yang memenuhi
syarat namun tidak pernah menjalani pemeriksaan Pap smear. Hal ini terutama disebabkan
oleh pemikiran mereka bahwa mereka tidak merasa rentan terhadap penyakit ini.
Selain itu dari 254 tenaga kesehatan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado untuk
tingkat pengetahuan responden tentang Pap smear ditinjau berdasarkan jenis pekerjaan
didapatkan hasil : tingkat pengetahuan responden dengan pekerjaan bidan didominasi oleh
tingkat pengetahuan baik dengan persentase sebesar 54,55%; untuk responden dokter muda
didominasi oleh tingkat pengetahuan cukup yaitu sebesar 42,62%; sedangkan untuk
responden dengan pekerjaan perawat didominasi oleh responden yang memiliki tingkat

8
PIT POGI XXIII - Makassar

pengetahuan kurang dengan persentase sebesar 48,75%. Sedangkan untuk tingkat


pengetahuan tentang kanker serviks responden dengan pekerjaan dokter muda dan bidan
memiliki persentase paling besar pada tingkat pengetahuan baik yakni masing-masing sebesar
52,46% dan 51,52%. Sedangkan pada responden dengan pekerjaan perawat didominasi oleh
tingkat pengetahuan cukup yaitu sebesar 69,37%.
Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks responden menunjukkan
bahwa keseluruhan responden (100%) dengan tingkat pendidikan Diploma IV dan Strata 2
memiliki tingkat pengetahuan baik, sedangkan untuk responden dengan tingkat pendidikan
Diploma III dan Strata 1 mayoritas berpengetahuan cukup (61,53% dan 59,59%).
Selain itu untuk pengetahuan tentang Pap smear, responden dengan tingkat
pendidikan Diploma III mayoritas berpengetahuan rendah (45,19%). Responden dengan
tingkat pendidikan Diploma IV dan Strata 2 secara keseluruhan (100%) berpengetahuan baik.
Sedangkan untuk responden yang berpendidikan Strata 1 mayoritas memiliki tingkat
pengetahuan cukup (37,67%).
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
mengenai kanker serviks maupun mengenai Pap smear.12

Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,
dari 254 responden yang merupakan tenaga kesehatan, sebagian besar memiliki pengetahuan
baik tentang kanker serviks. Namun tidak sedikit responden yang memiliki pengetahuan
kurang tentang pemeriksaan Pap smear. Dapat juga ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan maka semakin baik tingkat pengetahuannya.

Saran
Dari hasil penelitian di atas maka harapan yang ingin peneliti sampaikan adalah agar
tenaga kesehatah dapat lebih giat lagi untuk menambah wawasan tentang kanker serviks dan
pemeriksaan Pap smear terkait dengan perannya dalam mengedukasi masyarakat. Selain itu
perlu diadakan pelatihan tambahan tentang pemeriksaan Pap smear kepada tenaga kesehatan
yang memang memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan tersebut.

9
PIT POGI XXIII - Makassar

DAFTAR PUSTAKA
1. Ferlay J, Soerjomataram I, Dikshit R, Eser S, Mathers C, Rebelo M, et. al. Cancer
incidence and mortality worldwide: Sources, methods, and major patern in GLOBOCAN
2012. Int. J. Cancer. 2014; 136: E359-E386.
2. Bruni L, Barrionuevo-Rosas L, Albero G, Serrano B, Mena M, Gomez D, et al. Human
Papillomavirus and Related Diseases in Indonesia. 2017. ICO Information Centre on
HPV and Cancer (HPV Information Centre).
3. Komite Penaggulangan Kanker Nasional. Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
4. Hajai R, Tendean H, Sondakh J. Karakteristik Kanker Serviks di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. 2017. PIT X HOGSI Jakarta.
5. Cancer Research of UK. 2016. Cervical Cancer (C53): 2010-2014
Proportion of Cases Diagnosed at Each Stage, All Ages.
6. Kim YM, Lambe FM, Soetikno D, Wysong M, Tergas AI, Rajbhandari P, et al.
Evaluation of a 5-year cervical cancer prevention project in Indonesia: opportunities,
issues, and challenges. J Obstet Gynaecol Res. 2013 Nov; 39(6):1190-9.
7. Urasa M, Darj E. Knowledge of cervical cancer and screening practices of nurses at a
regional hospital in Tanzania. African Health Sciences. 2011 Mar; 11(1): 48 57.
8. Mutyaba T, Mmiro FA, Weiderpass E. Knowledge, attitudes and practices on cervical
cancer screening among the medical workers of Mulago Hospital, Uganda. BMC Medical
Education. 2006 Mar; 6:13.
9. Wardle J, Robb K, Vernon S, Waller J. Screening for Prevention and Early
Diagnosis of Cancer. Journal of American Psychological Association. 2015 Feb; 70(2):
119133.
10. Has D, Hendrati L. Faktor Risiko Karakteristik dan Perilaku Seksual. The Indonesian
Journal of Public Health. 2009; 6(1):38-43.
11. Cetsili NE, Top ED, Isik G. Cervical Cancer and Pap Smear Test Health Beliefs and
Health-Promoting Lifestyle of Women in Turkey. International Journal of Caring
Science. 2016 May; 9 (2) : 635 639.
12. Wiyono S, Iskandar TM, Suprijono. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) untuk deteksi
dini lesi prakanker serviks. M Med Indones. 2008; 43(3): 116-7.

10

You might also like