You are on page 1of 10

STUDI PERENCANAAN BENDUNG DAERAH IRIGASI BALANSAI

KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR PROVINSI MALUKU


Mochammad Zusfrisal1, Dian Sisinggih2, Prima Hadi Wicaksono2
1
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2
Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
e-mail: mochammad_zusfrisal@yahoo.com

ABSTRAK
Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) yang berada dalam wilayah Provinsi Maluku,
terdapat beberapa sumber air dan areal lahan yang mempunyai potensi pengembangan
sebagai lahan pertanian tanaman padi yang sampai saat ini belum dimanfaatkan disamping
beberapa daerah irigasi yang sudah ada dan berproduksi dengan baik, serta beberapa
daerah irigasi yang belum optimal dari segi operasi dan hasil yang didapatkan. Maka dari
itu perlu dilakukan desain secara rinci dan terarah untuk mengoptimalkan potensi sumber
daya air yang ada dengan dilakukan perencanaan bendung
Studi perencanaan bendung balansai ini dimulai dari analisa hidrologi, hidraulika serta
stabilitas konstruksinya. Beton bertulang merupakan salah satu material penyusun penting
dalam studi perencanaan ini, oleh karena itu perhitungan tulangan yang diperlukan perlu
direncanakan dengan teliti. Berdasarkan hal tersebut, data-data mengenai curah hujan,
topografi serta geologi daerah studi sangat diperlukan.
Dari hasil analisa hidrologi didapatkan debit banjir rancangan Q100 untuk lokasi studi
adalah 37 m3/dt. Pelimpah digunakan tipe Ogee II dengan kemiringan hulu 1 : 0,33 dengan
ketinggian 3,55 m dari dasar hulu, pada elevasi +30,400 m. Lebar efektif bendung sebesar
5,879 m dan tulangan utama yang diberikan pada tubuh bendung adalah D19 150. Kolam
olak di desain mendekati tipe USBR III dengan penggunaan blok muka serta ambang hilir.
Perhitungan stabilitas yang dilakukan terhadap desain rencana menunjukkan hasil yang
cukup memuaskan.
Kata kunci : bendung, irigasi, stabilitas, tulangan

ABSTRACT
East Seram District (SBT) which is in the province of Maluku, There are several
sources of water and land areas that have potential for development as agricultural land
rice plant which until now has not been used in addition to some of the existing irrigation
areas and produce well, as well as some of the irrigated area is not optimal in terms of
operation and the results obtained. Therefore it is necessary to design in detail and focus
to maximize the potential of existing water resources by planning weir.
Balansai weir planning starts from the analysis of hydrology, hydraulics as well as the
stability of the construction. Concrete is one of the important constituent materials in this
planning, therefore the calculation of the required reinforcement needs to be planned
accurately. Based on these, data on rainfall, topography and geology of the study area is
needed.
From the analysis results obtained hydrology floods debit design Q100 for the study
area is 37 m3/sec. Spillway used Ogee type II with upstream slope of 1: 0.33 with a height
of 3.55 m from the bottom of the upstream, at an elevation +30.400 m. The effective width
of the weir of 5.879 m and the main reinforcement is given to the body weir is D19 - 150.
Stilling basin in the design approach USBR type III with the use of block and downstream
sill. calculation of stability conducted to design plans showed satisfactory results.
Keywords: dams, irrigation, stability, reinforcement
1. PENDAHULUAN 2. Analisa hidrolika
Sebagai langkah awal dalam rencana 3. Analisa stabilitas pada konstruksi
pengembangan dan pemanfaatan potensi 4. Analisa desain konstruksi
yang ada di Kabupaten Seram Bagian
Timur, maka perlu dilakukan desain 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
secara rinci dan terarah untuk
Analisa Hidrologi
mengoptimalkan potensi sumber daya air
a. Curah hujan maksimum dan rata-
yang ada. Salah satunya ialah dengan
rata daerah
dilakukan perencanaan bendung, yang Dalam studi ini perhitungan hujan
nanti dapat dimaksimalkan untuk rerata daerah menggunakan metode rerata
keperluan irigasi. aljabar dikarenakan tidak ada peta letak
Bendung berfungsi untuk menaikkan stasiun hujan. Untuk menentukan curah
muka air, sehingga air dari hulu dapat hujan baru dengan Metode rata-rata
dimanfaatkan untuk mengairi lahan hitung (Aritmatic Mean) dipergunakan
daerah irigasi dengan cara membelokkan persamaan (Triatmodjo. 2010; 32) :
air ke dalam jaringan saluran irigasi.
d d 2 d 3 .... d n
Suatu bangunan agar dapat berdiri kokoh d 1
harus ditopang oleh struktur bawah dan n
struktur atas yang kuat, maka dari itu Dimana :
perlu dilakukan desain secara rinci dan d = tinggi curah hujan rata-rata daerah
terarah untuk mengoptimalkan potensi n = banyaknya stasiun
sumber daya air yang ada dengan Tabel 1. Curah Hujan Maksimum Daerah
perencanaan hidrolis bendung serta Tahunan Metode Rata-Rata Hitung
stabilitas konstruksinya. Tahun Curah Hujan
Maksud dan tujuan utama dari
2003 45.50
pelaksanaan studi ini adalah untuk
2005 59.08
menunjang upaya memacu produktivitas
2006 71.23
lahan serta peningkatan produksi
2004 79.05
pertanian di wilayah studi dan sekitarnya.
2002 81.50
Dengan adanya pembangunan bendung
2014 85.27
ini, maka areal irigasi bisa ditingkatkan
2010 85.79
luasnya sehingga tujuan pembangunan di 2001 96.00
sektor pertanian, khusunya beras dapat 2009 99.28
tercapai, yaitu mempertahankan dan 2011 105.52
meningkatkan status sebagai negara yang 2012 118.07
pernah berswasembada beras. Serta
2008 127.89
diharapkan bisa dibuka lahan persawahan 2007 132.29
yang dapat menghasilkan dan dapat 2013 147.21
meningkatkan tingkat pendapatan para Sumber : Hasil Perhitungan
petani.
b. Analisa curah hujan rancangan
2. BAHAN DAN METODE Curah hujan rencana adalah hujan
Dalam studi ini data yang digunakan terbesar tahunan dengan peluang tertentu
adalah luas DAS, data curah hujan, data yang mungkin terjadi di suatu daerah,
topografi, elevasi sawah tertinggi, data atau hujan dengan suatu kemungkinan
geologi dan data tanah. periode ulang tertentu. Metode yang
Secara garis besar tahapan digunakan adalah Metode Log Pearson
penyelesaian Type III. Persamaan yang digunakan
studi adalah sebagai berikut : sebagai berikut (Montarcih. 2010; 66):
1. Analisa hidrologi LogX LogX K.Std
1 n secara vertikal dengan metode Chi
LogX LogX 1
n i 1 Square dan secara horizontal dengan
metode Smirnov Kolmogorov.
n

(LogX 1 LogX ) 2 a. Uji Chi square


Perhitungannya dengan menggunakan
Std i 1
persamaan (Triatmodjo. 2010; 238) :
(n 1) K
(OF EF) 2
di mana : (X 2 ) Hit
X = curah hujan (mm) i 1 EF
n
X = rerata log X EF
K = faktor frekuensi (Tabel Pearson K
III yang nilainya tergantung Cs) Jumlah kelas distribusi dihitung dengan
rumus :
Tabel 2. Hasil Perhitungan Curah Hujan K = 1 + 3,22 log n
Rancangan Metode Log Pearson III Dimana:
Tr Pr (%) K Y R rancangan OF = nilai yang diamati (observed
frequency)
2 50 0.09 4.54 93.73
EF = nilai yang diharapkan (expected
5 20 0.86 4.79 119.97 frequency)
10 10 1.21 4.90 134.35 k = jumlah kelas distribusi
25 4 1.55 5.01 149.85 n = banyaknya data
50 2 1.75 5.07 159.84 b. Uji Smirnov Kolmogorov
100 1 1.91 5.13 168.75 Dalam bentuk persamaan dapat ditulis
200 0.5 2.06 5.17 176.75 (Montarcih. 2010; 71) :
Sumber : Hasil Perhitungan maks = [Pe Pt]
c. Uji kesesuaian distribusi Dimana:
Uji kesesuaian distribusi frekuensi maks = selisih data probabilitas teoritis
digunakan untuk menguji apakah dan empiris
pemilihan distribusi yang digunakan Pe = peluang empiris
dalam perhitungan curah hujan rencana Pt = peluang teoritis
diterima atau ditolak. Uji ini dilakukan

Tabel 3. Hasil Perhitungan Metode Chi-square dan Smirnov Kolmogorov


Hasil Uji Chi Square
Signifikan Niliai Kritis Nilai Hitung Kesimpulan (Dkritis
(Dkritis) (Dhitung) > Dhitung)
5% 3.94 1.00 Diterima
1% 6.63 1.00 Diterima
Hasil Uji Smirnov Kolmogorov
Signifikan Niliai Kritis Nilai Hitung Kesimpulan (Dkritis
(Dkritis) (Dmax) > Dmax)
5% 0.35 0.14 Diterima
1% 0.42 0.14 Diterima
Sumber : Hasil Perhitungan

d. Debit banjir rancangan Metode ini dapat digunakan bila luas


Untuk menghitung debit banjir rencana DAS kurang dari atau sama dengan 100
digunakan beberapa metode, salah km2. Rumus dari metode Der Weduwen
satunya adalah metode Der Weduwen. adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil Perhitungan Debit Banjir
Rancangan dengan Metode Weduwen
Kala Curah Hujan Q Banjir
Ulang Rancangan (m3/dt)
2 93.73 16.25
5 119.97 22.86
10 134.35 26.76
25 149.85 31.12
50 159.84 34.06
100 168.75 36.72
200 176.75 39.16
Sumber : Hasil Perhitungan Gambar 1. Bendung Mercu Ogee II
Perencanaan Hidrolis Bendung (Sumber : Kp.02. 2013; 44)
a. Penentuan elevasi mercu bendung Perhitungan tinggi muka air banjir di
Elevasi mercu bendung ditentukan atas mercu menggunakan persamaan
berdasrkan beberapa faktor antara lain, debit bendung (Kp.02. 2013; 40) :
elevasi sawah tertinggi yang akan di airi, Q100 = Cd . 2 . 2 g .Be.He1,5
tinggi air di sawah, kehilangan tinggi 3 3
tekan pada bangunan dan saluran. Dari 37 = 2,199 x (6,40 0,26He) x He1,5
perhitungan elevasi mercu bendung 16,696 = (6,40 0,26He) x He1,5
didapatkan tinngi bendung 3,55 m. Dari coba-coba didapatkan He = 2,005 m
He kemudian dimasukkan ke rumus lebar
b. Lebar efektif bendung
Lebar bendung adalah jarak antara efektif sehingga didapatkan lebar efektif
pangkal bendun. Panjang mercu bendung bendung sebesar 5,879 m.
ditentukan 1,2 kali lebar sungai rata-rata. Tinggi air di hulu bendung kemudian
Dengan lebar normal rata rata sungai dapat dicari, yaitu :
yang ada, maka lebar tubuh bendung Q2 1
He = Hd
menjadi : 1,2 x 7 = 8,40 m 2 g.( Be) ( Hd p) 2
2

Direncanakan :
lebar pintu pembilas 1/6 1/10 dari Dari coba-coba didapat Hd = 1,940 m
lebar bendung, ditetapkan = 3 m Dalam perhitungan sebelumnya nilai Cd
lebar pilar pintu pembilas = 0,5 m (koefisien debit) di asumsi sebesar 1,29,
sebanyak 2 buah nilai ini adalah sebuah asumsi yang perlu
lebar pilar pelimpah = 1 m dilakukan pengecekan kembali.
lebar bendung netto (Bn) = 8,40 total Co = 1,3 (konstanta)
lebar pilar = 6,40 m P 3,55
1,830
n pilar = 3 buah Hd 1,940
Kp = 0,01 He 2,005
Ka = 0,1 1,034
Hd 1,940
Dari perencanaan di atas didapat lebar
efektif bendung (Kp.02. 2013; 37): Dari grafik didapat C1 = 0,99 dan C2 = 1
Be = Bn 2.(n.Kp + Ka). He Sehingga : Cd = Co x C1 x C2
= 6,40 2.(3.0,01 + 0,1).He = 1,287 1,29
= 6,40 0,26.He Sehingga nilai Cd yang digunakan telah
sesuai.
c. Desain mercu bendung
Mercu merupakan bagian dari Q100 = Cd . 2 . 2 g .Be.He1,5
3 3
bendung yang berfungsi untuk
meninggikan muka air dan melimpahkan = 1,287. 2 . 2 9,8.(5,879).2,0051,5
3 3
kelebihan debit yang berada di hulu 3
= 37 m /dt
bendung. 3 3
Q hitung Q rencana = 37 m /dt 37 m /dt
d. Perhitungan profil muka air 1
Rumus perhitungan : y2 ( 1 8.(5,1382 ) 1).0,532
2
Perhitungan Yz = 3,609 m
1
Q
2 g ( z He Yz ) 2 = f. Perhitungan pintu pengambilan
B.Yz Kapasitas pengambilan harus
37 sekurang-kurangnya 120% dari
2.9,81 .( 0.5 2,005 - Yz) 0 kebutuhan pengambilan guna menambah
(5,879.Yz)
fleksibilitas dan agar dapat memenuhi
Dari hasil trial and error didapatkan nilai kebutuhan yang lebih tinggi selama umur
Yz = 0,532 m proyek (Kp.02. 2013; 89).
Q .b.a 2 gz
Perhitungan Vz Dimana :
Q 37 Q = debit (m3/det)
Vz= = = 11,739 m/dt
Yz Be 0,532 5,879 = koefisien debit, untuk bukaan di
bawah permukaan air dengan
Perhitungan Fz
kehilangan tinggi energi kecil, =
Vz 11,739 0.80
Fr = = = 5,138
g Yz (9,81).0,532 b = lebar bukaan (m)
a = tinggi bukaan (m)
e. Perencanaan peredam energi g = percepatan grafitasi (= 9.8 m/det2)
Kolam olakan yang direncanakan z = kehilangan tinggi energi pada
adalah kolam olakan tipe USBR. Pada bukaan (m)
perencanaan ini menggunakan kolam Q = 1,2 . Q intake
olak USBR Tipe III dengan bilangan = 1,2 . 0,937 = 1,124 m3/dt
froude (Fr) lebih dari 4,5 Q b a 2 g z
1,124 0,8 b 1 2 9,8 0,15
b = 0,819 m
Jadi lebar bukaan bersih = 0,8 dengan
tinggi bukaan = 1m
g. Desain kantong lumpur
Kantong lumpur merupakan bagian
dari saluran induk yang penampang
melintangnya diperbesar sehingga
Gambar 2. Kolam USBR Tipe III
(Sumber : Kp.02. 2013; 55) kecepatannya menjadi berkurang, hal ini
memberi kesempatan sedimen untuk
Perhitungan dimensi kolam olak sebagai mengendap terlebih dahulu sebelum
berikut : masuk dalam saluran pembawa (Kp.02.
Panjang kolam olak 2013; 128).
Lb = 2,7 x y2 Volume kantong lumpur
Lb = 2,7 x 3,609 = 9,746 m V = 5.10-4.Qn.T
Kedalaman air di kolam olakan = 5.10-4 x 0,937 x (7 x 24 x 3600)
Kedalam kolam olak dapat dihitung = 283,349 m3
sebagai berikut (Kp.02. 2013; 52) Kemiringan normal (Sn)
y2 1 Vn diambil 0.40 m/det untuk mencegah
( (( 1 8.Fr 2 ) 1)
y1 2 tumbuhnya vegetasi dan agar partikel-
Maka : partikel yang lebih besar tidak langsung
mengendap di hilir pengambilan. Harga
ks diambil 45.
Qn 0,937 L 74,270
An = = = 2,343 m2 Sehingga = = 16,622>8 (Aman)
Vn 0,4 B 4,468
An 2,343 h. Perencanaan apron
hn = = = 0,438 m
B 5,345 El. muka air hulu
Lebar dasar saluran El. mercu bendung + tinggi air diatas
b = B 2 (m . hn) mercu = +30,400 + 1,940
= 5,345 2 (1 . 0,438) = +32,340
= 4,468 m El. muka air hilir
Keliling basah El. lantai + tinggi air sesudah
Pn = b + 2 . hn m2 + 1 loncatan = +24,900 + 3,609
= 4,468 + 2 . 0,438 12 + 1 = +28,509
= 5,708 m Beda muka air (H)
Jari-jari hidrolis (Rn) El. muka air hulu el. muka air hilir
Rn =
An
=
2,343
= 0,410 m = 32,340 28,509 = 3,831 m
Pn 5,708 Perhitungan terhadap rayapan
Slope LV = Jumlah panjang aliran ke arah
Vn = k . Rn2/3 . Sn1/2 vertikal = 20,779
0,4 = 45 . 0,4102/3 . Sn1/2 LH = Jumlah panjang aliran ke arah
Sn = 0,00026 horizontal = 26,072
Kemiringan dasar pembilas (Ss) Metode Lane
Qs = 1,2 x Qn = 1,2 x 0,937 Rumus : L > Cw . H
= 1,124 m3/dt Dimana :
Vs = 1,0 m/dt L = panjang rayapan bawah tanah
Qs 1,124 pondasi (m)
As = = = 1,124 m Cw = angka keamanan minimum
Vs 1
b = 4,468 m rayapan menurut Lane = 5
H = beda tinggi muka air hulu dan
As 1,124
hs = = = 0,252 m hilir = 3,381 m
b 4,468 Maka didapatkan :
Rs =
As
=
1,124 L > Cw . H L = LV + 1/3.LH
Ps b 2.hs 20,779 + 1/3 . 26,072 > 5 . 3,381
1,124 29,470 > 16,905 (Aman)
= = 0,226 m Metode Bligh
4,468 2.0,252
Rumus : L > C . H
Vs = k . Rs2/3 . Ss1/2
Dimana :
1,0 = 45 . 0,2262/3 . Ss1/2
L = panjang rayapan bawah tanah
Ss = 0,00358
pondasi (m)
Panjang kantong lumpur C = angka keamanan minimum
V = 0,5 x b x L1 + 0,5 x (Ss n) x L12 x b rayapan menurut Bligh = 12
L1 = 96,114 m H = beda tinggi muka air hulu dan
Qn hilir = 3,381 m
L2 x b =
w Maka didapatkan :
L2 x 4,468 =
0,937 L > C . H L = LV + LH
0,004 20,779 + 26,072 > 12 . 3,381
L2 = 52,425 m 46,851 > 45,972 (Aman)
Jadi nilai L diambil harga rata-rata Analisa Stabilitas Bendung
L L2 96,114 52,425 Dalam perhitungan stabilitas perlu
L = 1 =
2 2 ditinjau gaya-gaya yang bekerja pada
= 74,270 m konstruksi. Dalam stabilitas bendung ini
gaya-gaya yang bekerja adalah tekanan Stabilitas terhadap daya dukung tanah
air, berat bangunan, tekanan tanah serta Analisis kapasitas daya dukung tanah
gaya gempa. mempelajari kemampuan tanah dalam
Perhitungan stabilitas mendukung beban fondasi yang bekerja
Stabilitas terhadap guling diatasnya.
Pada keadaan normal rumus yang Apabila :
diapakai ialah : e = | (M / V) (L/2) | < L/6
Mt maka :
Sf 1,50 max / min = (V / L) . [1 (6.e)/ L] < ijin
Mg
Apabila :
Sedangkan pada keadaan gempa rumus
e = | (M / V) (L/2) | > L/6
yang dipakai ialah :
maka :
Mt
Sf 1,20 max / min = 2.V/ [3.(L/2 e).B] < ijin
Mg dimana :
dimana : e = eksentrisitas pembebanan (m)
Sf = faktor keamanan V = jumlah beban vertikal (ton)
Mt = momen tahan M = jumlah beban momen yang
Mg = momen guling terjadi (ton)
Stabilitas terhadap geser B = lebar pondasi (m)
Pada keadaan normal : L = panjang pondasi (m)
C. A V . tan ijin diperoleh dari persamaan sebagai
Sf 1,50 q
H berikut : ijin u
Pada keadaan gempa : fk
C. A V . tan
Sf 1,20 Dimana :
H qu = kapasitas dukung ultimit atau
dimana : kapasitas dukung batas (kN/m2)
Sf = faktor keamanan fk = Faktor keamanan. Dalam hitungan
V = jumlah beban vertikal (ton) kapasitas dukung fondasi, umumnya
H = jumlah beban horizontal (ton) digunakan nilai faktor aman 3 (Christady.
C = kohesi tanah (t/m2) 2010:333)
A = luas pembebanan (m2)
= sudut geser dalam (o)
Tabel 5. Rekapitulasi Stabilitas Bendung Kondisi Muka Air Normal
Stabilitas Saat Kondisi Normal
Hasil Perhitungan Angka Keamanan Kesimpulan
Terhadap Guling 1.994 > 1.5 Aman
Terhadap Geser 5.329 > 1.5 Aman
smin = 11.649
Terhadap Daya Dukung Tanah < 89.18 Aman
smax = 34.097
(Sumber : Hasil Perhitungan)
Tabel 6. Rekapitulasi Stabilitas Bendung Kondisi Muka Air Normal Dengan Gempa
Stabilitas Saat Kondisi Normal dan Gempa
Hasil Perhitungan Angka Keamanan Kesimpulan
Terhadap Guling 1.994 > 1.2 Aman
Terhadap Geser 5.359 > 1.2 Aman
smin = 11.648
Terhadap Daya Dukung Tanah < 89.18 Aman
smax = 34.096
(Sumber : Hasil Perhitungan)
Tabel 7. Rekapitulasi Stabilitas Bendung Kondisi Muka Air Banjir
Stabilitas Saat Kondisi Banjir
Hasil Perhitungan Angka Keamanan Kesimpulan
Terhadap Guling 2.155 > 1.5 Aman
Terhadap Geser 5.270 > 1.5 Aman
smin = 13.470
Terhadap Daya Dukung Tanah < 89.18 Aman
smax = 41.119
(Sumber : Hasil Perhitungan)
Tabel 8. Rekapitulasi Stabilitas Bendung Kondisi Muka Air Banjir Dengan Gempa
Stabilitas Saat Kondisi Banjir dan Gempa
Hasil Perhitungan Angka Keamanan Kesimpulan
Terhadap Guling 2.163 > 1.2 Aman
Terhadap Geser 5.593 > 1.2 Aman
smin = 13.370
Terhadap Daya Dukung Tanah < 89.18 Aman
smax = 41.019
(Sumber : Hasil Perhitungan)

s = jarak antar tulangan (mm)


Analisa Desain Konstruksi
d = diameter tulangan (mm)
Penulangan pada tubuh bendung
b = ukuran lebar penampang
dianggap sebagai pelat kantilever. Maka,
struktur (mm)
baik pada tubuh bendung maupun lantai
Asperlu = luas tulangan utama (mm2)
bendung penulangannya dapat dihitung
sebagai berikut: Menghitung luas tulangan bagi :
Ast = 20% x Asperlu
Menghitung luas tulangan utama :
Dimana :
Asperlu = x b x d
Asperlu = luas untuk tulangan utama
Dimana :
(mm2)
Asperlu = luas tulangan pokok (mm2)
Ast = luas tulangan bagi
= rasio penulangan
b = lebar pelat (mm) Menghitung jarak sengkang pada
d = panjang pelat (mm) tulangan bagi :
dapat ditentukan dengan menggunakan Perhitungan jarak tulangan dapat dilihat
rumus : pada persamaan berikut ini :
fc' 1 . .d 2 .b
= .
fy S 4
Ast
2,353Rn
= 0,851 1 Dimana :
fc ' s = jarak antar tulangan (mm)
Mx d = diameter tulangan (mm)
Rn = b = ukuran lebar penampang struktur
.b.d 2 (mm)
Menghitung jarak sengkang pada Ast = luas tulangan bagi (mm2)
tulangan utama :
Perhitungan jarak tulangan dapat dilihat a. Penulangan pada tubuh bendung
Perhitungan luas tulangan utama :
pada persamaan berikut ini : Asperlu = x b x d
1 . .d 2 .b = 0,011 x 1000 x 160
S 4 = 1826,322 mm2
As perlu
Jarak tulangan utama :
Dimana :
1 d 2 1 d 2
s = 4 x1000 s = 4 x1000
As perlu As perlu

1 .3,41.19 2 1 .3,41.10 2
= 4 x1000 4
365,26 x1000

1826,322
=
= 155,25 mm 150 mm = 471,24 mm 450 mm
Sehingga tulangan utama menggunakan Sehingga tulangan utama menggunakan
baja tulangan ulir (BJTD) : D19 150 baja tulangan ulir (BJTD) : D10 450
dengan As aktual = 1890,19 mm2 dengan As aktual = 174,533 mm2
Perhitungan luas tulangan bagi : Perhitungan luas tulangan bagi :
Ast = 20% x As = 0,2 x 1826,322 Ast = 20% x As
= 365,26 mm2 = 0,2 x 166,4 = 33,333 mm2
Jarak tulangan bagi : Jarak tulangan bagi :
1 d 2 1 d 2
s = 4 x1000 s = 4 x1000
Ast Ast

1 .3,41.10 2 1 .3,41.6 2
= 4 x1000 4
365,26 x1000

365,26
=
= 215,02 mm 210 mm = 848,23 mm 800 mm
Sehingga tulangan bagi menggunakan Sehingga tulangan bagi menggunakan
baja tulangan ulir (BJTD) : D10 210 baja tulangan polos (BJTD) : D6 800
dengan As aktual = 374,00 mm2 dengan As aktual = 35,34 mm2
Penulangan koperan ujung
D10 - 210 Perhitungan luas tulangan utama :
D19 - 150
Asperlu = 0,003 x 1000 x 160
= 411,895 mm2
Jarak tulangan utama :
1 d 2
s = 4 x1000
As perlu
D19 - 150


1 .3,41.10 2
4
Gambar 3. Penulangan pada Tubuh 365,26 x1000
Bendung =
(Sumber : Perhitungan)
= 190,68 mm 190 mm
b. Penulangan pada kolam olak Sehingga tulangan utama menggunakan
Penulangan lantai baja tulangan ulir (BJTD) : D10 190
Perhitungan luas tulangan utama : dengan As aktual = 413,37 mm2
min = 0,00104 Perhitungan luas tulangan bagi :
d = 160 Ast = 20% x As = 0,2 x 411,895
Asperlu = 0,00104 x 1000 x 160 = 82,379 mm2
= 166,4 mm2 Jarak tulangan bagi :
Jarak tulangan utama : 1 d 2
s = 4 x1000
Ast

1 .3,41.8 2 tulangan utama : D19 150
= 4 x1000 tulangan bagi : D10 210
365,26 Penulangan pada lantai hilir:

tulangan utama : D10 - 450
= 610,17 mm 600 mm tulangan bagi : D6 800
Sehingga tulangan bagi menggunakan Penulangan pada koperan ujung:
baja tulangan polos (BJTD) : D8 600 tulangan utama : D10 - 190
dengan As aktual = 83,78 mm2 tulangan bagi : D8 600
D6 - 800 D10 - 450
D8 - 600
DAFTAR PUSTAKA
D10 - 190

Anonim. 2002. SNI 03-2847-2002 (Tata


Cara Perhitungan Struktur Beton
Gambar 4. Penulangan pada Lantai Hilir Untuk Bangunan Gedung).
(Sumber : Perhitungan) Bandung: Beta Version

4. KESIMPULAN Anonim. 2013. Standar Perencanaan


Irigasi, Kriteria Perencanaan
Berdasarkan hasil perhitungan dan Bagian Bangunan Utama KP-02.
analisa yang telah dilakukan pada bab- Jakarta: Kementerian Pekerjaan
bab sebelumnya, maka dapat diperoleh Umum Direktorat Jenderal Sumber
beberapa kesimpulan sebagai berikut : Daya Air Direktorat Irigasi dan
1) Debit banjir rencana Rawa
Didalam perencanaannya didesain
dengan Qrencana (Q100) = 37 m3/dt Anonim. 2013. Standar Perencanaan
2) Hidrolis bangunan Irigasi, Kriteria Perencanaan
Elevasi mercu bendung = + 30,400 Bagian Parameter Bangunan KP-
06. Jakarta: Kementerian Pekerjaan
Tinggi bendung = 3,550 m
Umum Direktorat Jenderal Sumber
Lebar efektif bendung = 5,879 m
Daya Air Direktorat Irigasi dan
Tinggi muka air diatas mercu = Rawa
1,94 m
Elevasi muka air hulu = + 32,340 Soewarno. 1995. Hidrologi : Aplikasi
Menggunakan mercu bendung tipe Metode Statistik Untuk Analisa
Ogee II Data Jilid 2. Bandung: Nova
Tinggi muka air setelah loncatan = Soemarto. CD. 1987. Hidrologi Teknik.
3,609 m Surabaya: Usaha Nasional
Elevasi muka air hilir = + 28,509
Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 1978.
Peredam energi menggunakan Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta
USBR tipe III : Pradnya Paramita.
Tinggi bukaan pada pintu
pengambilan = 1 m Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air
Panjang kantong lumpur = 16,62 m Tanaman. Malang: Institut
3) Stabilitas bangunan Teknologi Nasional.
Perhitungan stabilitas yang dilakukan Triatmojo, Bambang. 2010. Hidrologi
terhadap desain rencana menunjukkan Terapan.Yogyakarta: Beta Offset.
hasil yang cukup memuaskan, secara
perhitungan aman terhadap kondisi
muka air normal, banjir serta jika
terjadi gempa.
4) Desain konstruksi (penulangan)
Penulangan pada bendung:

You might also like