You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum adalah untuk manusia dan kaedah-kaedahnya yang berisi perintah,


larangan dan perkenaan itu ditujukan pada anggota-anggota masyarakat tanpa
adanya suatu hukum maka masyarakat tidak akan mendapatkan hak dan
kewjibannya secara adil.

Di dalam hukum dikenal subjek hukum dan objek hukum juga perbuatan
hukum. Subjek hukum merupakan aspek terpenting dalam suatu hukum tanpa
adanya subjek hukum, suatu hukum tidak akan bisa dilaksanakan begitu juga
dengan objek hukum. Jika subjek hukum itu ada, maka objeknya pun juga harus
ada, karena antara subjek hukum dengan objek hukum sangatlah berkaitan dalam
hal hukum. Objek hukum merupakan pelengkap dari suatu subjek hukum. Biasanya
subjek hukum itu berupa manusia atau orang. Sedangkan objek hukum adalah
bendanya atau sasarannya.

Setelah adanya subjek hukum dan objek hukum, kemudian muncul perbuatan
hukum , perbuatan hukum adalah hasil dari subjek hukum dan objek hukum bisa
juga di katakana sebagai akibat-akibat hukum.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan subjek hukum ?


2. Apa yang dimaksud dengan objek hukum ?
3. Apa yang dimaksud dengan hak jaminan ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Subjek Hukum

Menurut Chainur A, S.H (2008 :120) subjek hukum adalah segala sesuatu
yang menurut hukum dapat menjadi pendukung (dapat memiliki) hak dan
kewajiban

Sedangkan menurut Dirjosisworo,S.H (2007:128) mengemukakan subjek


hukum atau subjeck van een recbt yaitu orang yang mempunyai hak manusia
pribadi atau badan hukum yang berhak atau yang melakukan perbuatan hukum.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa subjek hukum adalah


sesuatu yang menurut hukum memiliki hak dan kewajiban yang memiliki
kewenangan untuk bertindak dan melakukan perbuatan hukum

Seiring berkembangnya dunia hukum, subjek hukum dibagi menjadi 2 :

1. Orang / manusia (natuurlijke person)

Setiap manusia di Indonesia tanpa terkecuali selama hidupnya adalah orang atau
subjek hukum , sejak di lahirkan manusia memperoleh hak dan kewajiban dan
apabila meninggal dunia, maka hak dan kewajibannya akan beralih pada ahli
warisnya. Setiap manusia di Indonesia dapat di simpulkan dari pasal 15 UUD yang
berbunyi bahwa tidak suatu hak manapun menyebabkan kematian perdata atau
kehilangan segala hak-hak kewenangan.

Di dalam sejarah di kenal adanya manusia yang tidak mempunyai hak dan
kewajiban dan tidak merupakan subjek hukum yaitu budak belian. Budak bukan
merupakan subjek hukum tetapi merupakan objek hukum yang dapat di perjual
belikan. Selain itu, dahulu di kenal kematian perdata (burgelyke dood) pernyatan
pengadilan (lijke dood) yang menyatakan bahwa seseorang itu tak dapat
memperoleh hak apapun lagi. Pencabutan hak dan kewajiban masih bersifat terbatas

2
1
dan hanya untuk sementara saja. Berikut hak-hak tertentu yang dapat di cabut, di
antaranya:

Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan tertentu


Hak memasuki angkatan bersenjata
Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan umum yang diadakan
berdasarkan aturan-aturan tertentu
Hak menjadi penasehat, wali pengawas atau pengampu atau pengampu
pengwas atas anak yang bukan anak sendiri
Hak menjalankan kekuasan bapak, menjalankan perwakilan, atau pengampu
atas anaknya sendiri
Hak untuk menjalankan pencaharian tertentu.

Dengan demikian orang dianggap sebagai pendukung hak dan kewajiban, sejak
lahir sampai meninggal bahkan sejak dalam kandungan ibunya. Tapi meskipun
demikian orang yang belum dewasa masih belum cukup untuk melakukan hukum
sendiri. Berikut yang dianggap belum cukup untuk melakukan hukum sendiri
diantaranya:

Orang yang belum dewasa atau belum cukup umur (belum cukup 21)
Orang gila pemabuk, pemboros,yakni mereka yang ditaruh dibawah
pengampuan
Orang perempuan dalam pernikahan (wanita kawin).

2. Badan Hukum (rechtsperson)

Menurut Dirjosisworo,S.H (2007:128) badan hukum adalah perkumpulan atau


organisasi yang didirikan dan dapat bertindak sebagai subjek hukum

1
Budi Ruhiatun, SH., M.Hum . 2009 . Pengantar Ilmu Hukum hal. 57-62 . Teras : Yogyakarta

3
Menurut Chainur A, S.H (2008 :124) badan hukum adalah setiap pendukung
hak yang tidak berjiwa (yang bukan manusia) yang dapat melakukan perbuatan
hukum seperti manusia

Badan Hukum adalah organisasi atau kelompok manusia yang mempunyai


tujuan tertentu yang dapat menyandang hak dan kewajiban. Negara dan perseroan
terbatas misalnya adalah organisasi atau kelompok manusia yang merupakan badan
hukum. Badan Hukum itu bertindak sebagai satu kesatuan dalam lalu lintas hukum
seperti orang. Hukum menciptakan badan hukum oleh karena pengakuan organisasi
atau kelompok manusia sebagai subjek hukum itu sangat diperlukan karena ternyata
bermanfaat bagi lalu lintas hukum. Badan hukum dibedakan menjadi dua bentuk
yaitu:

1. Badan hukum dalam lingkungan hukum public , yaitu badan-badan yang


pendiriannya dan tatanannya ditenktukan oleh hukum public. Badan
hukum ini merupakan hasil pembentukan dari penguasa berdasarkan
perundang-undangan yang dijalankan eksekutif, pemerintah atau badan
pengurus yang diberi tugas untuk itu misalnya : Negara, propinsi,
kabupaten, bank Indonesia, desa, dll.
2. Badan hukum dalam lingkungan hukum privat , yaitu badan-badan yang
pendirian dan tatanamanya ditentukan oleh hukum privat. Badan hukum
ini merupakan badan hukum swasta yang didirikan oleh pribadi orang
untuk tujuan tertentu, yaitu mencari keuntungan sosial pendidikan, ilmu
pengetahuan, politik, kebudayaan, kesehatan, olah raga, dll , yang
termasuk dalam hukum privat misalnya koperasi dan wakaf. Menurut,
tujuannya badan hukum privat dapat dibagi menjadi:
Perserikatan dengan tujuan tidak materialistis atau amal. Misalnya,
perkumpulan gereja, badan wakaf, yayasan dll.
Persekutuan dengan tujuan memperoleh laba. Misalnya, perseroan terbatas.2

2
Mertokusumo, S. 2004 . Mengenal Hukum(Suatu Pengantar) hal.52-53. Liberty : Yogyakarta

4
Dalam Tata Hukum Indonesia, badan-badan hukum dikelompokkan dalam
tiga macam, yaitu:3

1. Menurut hukum Eropa antara lain: Negara, PT, dan perhimpunan-


perhimpunan berdasarkan Stb. 1870 No. 64
2. Menurut hukum Eropa yang tertulis, antara lain: perhimpunan-perhimpunan
berdasarkan Stb. 1939 No. 570 jo.1939 No. 717, dan Stb. 1958 No. 139
3. Menurut hukum adat, antara lain: wakaf yayasan.

Berikut beberapa teori yang berhubungan dengan badan hukum:

1. Teori anggapan (fiksi) dari Von savigny,C.W. Opzoomer dan Houwing


pada dasarnya subjek hukum hanyalah manusia dan badan hukum hanya
merupakan anggapan saja dan tidak berwujud ia dibuat oleh negara oleh
karena itu badan hukum tergantung oleh pengakuan negara.
2. Teori kekayaan- tujuan A. Brinz dan Siccana kekayaan yang dipisahkan
dan diberi tujuan-tujuan tertentu kekayaan dianggap milik suatu badan
hukum padahal kekayaan itu terikat pada tujuannya.
3. Teori organdari Otto Van Gierke bahwa badan hukum itu seperti manusia
ia sungguh-sungguh ada dalam pergaulan hukum badan hukum membentuk
kehendak sendiri dengan perantara alat-alat (organ) yang ada padanya
(pengurus) seperti manusia , oleh karena itu fungsi badan hukum disamakan
dengan manusia.
4. Teori milik kolektif (teori kekayaan bersama) dari W.L.P.A. Molengraff dan
Marcel Planiol bahwa badan hukum ialah harta yang tak dapat di bagi dari
anggota secara bersama-sama hak dan kewajiban badan hukum sebenarnya
merupakan hak dan kewajiban anggotanya secara bersama-sama dengan
demikian, badan hukum hanyalah konstruksi yuridis.

3
Syarifin, P. 1999 . Pengantar Ilmu Hukum hal. 61-62. Pustaka Setia : Bandung

5
5. Teori duguit dari Duguit bahwa badan hukum itu tidak ada manusia adalah
satu-satunya subjek hukum hal ini sesuai dengan ajarannya yaitu fungsi
social yang harus di laksanakan.
6. Teori enggensbahwa badan merupakan hulp figuur, karena adanya
diperlukan dan diperbolehkan oleh hukum untuk menjalankan hak-hak
dengan sewajarnya
4

2.2 Objek Hukum

Objek hukum (recht objek) merupakan segala sesuatu yang berguna bagi
subjek hukum dan yang menjadi objek hukum dari suatu hubungan hukum adalah
hak oleh karena itu dapat di kuasai oleh subjek hukum.

Hubungan hukum adalah suatu wewenang yang di miliki oleh seseorang untuk
menguasai sesuatu dari orang lain dan kewajiban orang lain untuk berperilaku
sesuai dengan wewenang yang ada isi dari wewenang dan kewajiban tersebut
ditentukan oleh hukum (misalnya hubungan antara pembeli dan penjual) dalam
hubungan hukum menurut hukum public (dalam hal ini hukum pajak) objek
hukumnya adalah sejumlah uang yang dapat dipungut dari wajib pajak dan hukum
pidana adalah pidana yang dapat dijatuhkan pada pelanggar pidana. Dalam hukum
perdata, objek hukum lazim disebut benda (zaa). Menurut hukum perdata Eropa
pasal 503 KUH Perdata, benda dibedakan menjadi:

Benda yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh
pancaindera, misalnya: rumah, buku-buku, dll.
Benda yang tak berwujud, yaitu segala macam hak. Misalnya: hak cipta,
merek, dll.

Kemudian pada saat yang sama, benda terwujud maupun tak berwujud itu terbagi
menjadi dua yaitu ]menurut pasal 504 KUH perdata yaitu:

4
Emirzon, J . 2000 . Aspek-Aspek Hukum Perusahaan Jasa Penilai hal. 25-28 . PT Pustaka Utama : Jakarta

6
Benda bergerak(benda tidak tetap) yaitu benda-benda yang dapat
dipindahkan, seperti: meja, kursi, sepeda, dll.
Benda tidak bergerak(benda tetap) yaitu benda yang tak dapat dipindahkan,
seperti: tanah, mencakup pohon, gedung, mesin-mesin, dll. Kapal yang
ukurannya besarnya 20 m3 termasuk juga golongan benda tetap.5

2.3 Hak Kebendaan yang Bersifat Sebagai Pelunasan Hutang (Hak Jaminan)

Hak kebendaan yang bersifat sebagai pelunasan hutang (hak jaminan)


adalah hak jaminan yang melekat pada kreditor yang memberikan kewenangan
untuk melakukan eksekusi kepada benda yang dijadikan jaminan jika debitur
melakukan wansprestasi terhadap suatu prestasi (perjanjian). Dengan demikian hak
jaminan tidak dapat berdiri karena hak jaminan merupakan perjanjian yang bersifat
tambahan (accessoir) dari perjanjian pokoknya, yakni perjanjian hutang piutang
(perjanjian kredit). Perjanjian hutang piutang dalam KUH Perdata tidak diatur
secara terperinci, namun bersirat dalam pasal 1754 KUH Perdata tentang perjanjian
pinjaman pengganti yakni dikatakan bahwa bagi mereka yang meminjam harus
mengembalikan dengan bentuk dan kualitas yang sama.

Macam-macam Pelunasan Hutang Dalam pelunasan hutang adalah :

1. Jaminan Umum

Pelunasan hutang dengan jaminan umum didasarkan pada pasal 1131KUH


Perdata dan pasal1132 KUH Perdata.Dalam pasal 1131 KUH Perdata dinyatakan
bahwa segala kebendaan debitur baik yang adamaupun yang akan ada baik bergerak
maupun yang tidak bergerak merupakan jaminan terhadap pelunasan hutang yang
dibuatnya. Sedangkan pasal 1132 KUH Perdata menyebutkan harta kekayaan
debitur menjadi jaminan secara bersama-sama bagi semua kreditur yang
memberikan hutang kepadanya.Pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi
menurut keseimbangan yakni besar kecilnya piutang masing-masing kecuali
diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan sah untuk didahulukan.Dalam hal ini

5 Satya, A. 2012 . Memahami Hukum ( Dari Hukum sampai Implementasi ) hal. 60- 64. Rajawali pers : Jakarta

7
benda yang dapat dijadikan pelunasan jaminan umum apabila telah
memenuhi persyaratan antara lain:

Benda tersebut bersifat ekonomis (dapat dinilai dengan uang).


Benda tersebut dapat dipindah tangankan haknya kepada pihak lain.

2. Jaminan Khusus

Pelunasan hutang dengan jaminan khusus merupakan hak khusus pada


jaminan tertentu bagi pemegang gadai, hipotik,dll :

Gadai
Dalam pasal 1150 KUH perdata disebutkan bahwa gadai adalah hak yang
diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang diberikan kepadanya
oleh debitur atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu hutang.
Hipotik
Hipotik berdasarkan pasal 1162 KUH perdata adalah suatu hak kebendaan
atas benda tidak bergerak untuk mengambil pengantian dari padanya bagi
pelunasan suatu perhutangan (verbintenis).
Hak Tanggungan
Berdasarkan pasal 1 ayat 1 undang-undang hak tanggungan (UUTH), hak
tanggungan merupakan hak jaminan atas tanah yang dibebankan berikut
benda-benda lain yang merupakan suatu satu kesatuan dengan tanah itu
untuk pelunasan hutang dan memberikan kedudukan yang diutamakan
kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur yang lain.
Fidusia
Fidusia yang lazim dikenal dengan nama FEO (Fiduciare Eigendoms
Overdracht) yang dasarnya merupakan suatu perjanjian accesor antara
debitor dan kreditor yang isinya penyerahan hak milik secara kepercayaan
atau benda bergerak milik debitor kepada kreditur.6

6
Starke, J.G. 1992. Pengantar Hukum Internasional hal. 44-45. Sinar Grafika : jakarta

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
subjek hukum adalah sesuatu yang menurut hukum memiliki hak dan
kewajiban yang memiliki kewenangan untuk bertindak dan melakukan perbuatan
hukum sedangakn objek hukum (recht objek) merupakan segala sesuatu yang
berguna bagi subjek hukum dan yang menjadi objek hukum dari suatu hubungan
hukum adalah hak oleh karena itu dapat di kuasai oleh subjek hukum. Kemudian
hak kebendaan yang bersifat sebagai pelunasan hutang (hak jaminan) adalah hak
jaminan yang melekat pada kreditor yang memberikan kewenangan untuk
melakukan eksekusi kepada benda yang dijadikan jaminan jika debitur melakukan
wansprestasi terhadap suatu prestasi (perjanjian).

9
DAFTAR PUSTAKA

Budi Ruhiatun, SH., M.Hum . 2009 . Pengantar Ilmu Hukum hal. 57-62 . Teras :

Yogyakarta

Emirzon, J . 2000 . Aspek-Aspek Hukum Perusahaan Jasa Penilai hal. 25-28 . PT

Pustaka Utama : Jakarta

Mertokusumo, S. 2004 . Mengenal Hukum(Suatu Pengantar) hal.52-53. Liberty :

Yogyakarta

Satya, A. 2012 . Memahami Hukum ( Dari Hukum sampai Implementasi ) hal. 60-

64. Rajawali pers : Jakarta

Starke, J.G. 1992. Pengantar Hukum Internasional hal. 44-45. Sinar Grafika :

Jakarta

Syarifin, P. 1999 . Pengantar Ilmu Hukum hal. 61-62. Pustaka Setia : Bandung

10

You might also like