You are on page 1of 14

Kelompok 6 :

Citra Mustika Delima (150341606023)


Iqbal Bilgrami Biruni ( 150341606676)

Resume Genetika 2
Materi Genetika Kelamin
BAB I. KAJIAN GENETIK EKSPRESI GEN
Ekspresi Kelamin Pada Makhluk Hidup Prokariotik
Watson dkk. (1987) mengatakan bahwa siklus kelamin E.coli mempunyai ciri
yang berbeda. Dinyatakan pula bahwa seperti pada makhluk hidup tingkat tinggi ada
sel kelamin jantan dan betina, tetapi sel-sel itu tidak berfusi sempurna,yang
memungkinkan kedua perangkat kromosom berbaur dan membentuk genom diploid
utuh. Transfer kromosom (materi genetik) selalu berlangsung satu arah. Dalam hal ini
materi genetik jantan bergerak masuk ke dalam sel sel betina dan tidak pernah terjadi
sebaliknya. Sel kelamin jantan dan betina E.coli dapat dibedakan atas dasar ada atau
tidak adanya suatu kromosom kelamin tidak lazim yang disebut faktor F
(F=fertility). Didalam E.coli faktor F itu dapat berupa suatu badan/bentukan
terpisah,tetapi dapat juga berada dalam keadaan terintegrasi dengan kromosom utama
sel. Sebagaimana kromosom utama sel, faktor F juga merupakan DNA unting ganda
yang sirkuler.
Sel-sel Escherichia coli Jantan (F+)
Suatu sel
E.coli dinyatakan
berkelamin jantan jika
dalam sel itu
terkandung faktor F
berupa badan terpisah
dari kromosom
utama,sel berkelamin
jantan itu disebut
sebagai F+ . Sel E.coli
dinyatakan sebagai
betina (F-) jika
didalam sel itu tidak terkandung faktor F. Sel berkelamin jantan (F+) mampu
mentransfer gen-gen ke dalam sel sel berkelamin betina (F-). Transfer genetik dari sel
kelamin jantan ke sel kelamin betina didahului
oleh terbentuknya pasangan konjugasi antara
kedua sel. Pasangan konjugasi tersebut
terbentuk melalui pelekatan suatu pilus kelamin
jantan pada permukaan suatu sel kelamin betina.
Pelekatan pilus tersebut merangsang suatu
rangkaian kejadian yang mendorong terjadinya
replikasi DNA faktor F yang selanjutnya
menggiring transfer suatu DNA (hasil replikasi)
ke sel F- . Dalam hal ini hanya DNA faktor F
(hasil replikasi) yang ditransfer, dan tidak ada
gen gen yang terletak pada kromosom utama
ikut ditransfer.

Sel-sel Escherichia coli Berkelamin Jantan (Hfr).


Faktor F dalam sel E.coli dapat juga
berintegrasi ke dalam kromosom utama sel. Sel-sel
E.coli berkelamin jantan (F+) , yang faktor F-nya
terintegrasi ke dalam kromosom utama sel, akan
berubah menjadi sel Hfr (High frequency of
recombination). Sel Hfr tetap berkelamin jantan dan
tetap membentuk pilus konjugasi serta dapat berfusi
dengan sel kelamin betina (F-) yang memungkinkan
berlangsungnya transfer materi genetik. Watson dkk
(1987) menyatakan bahwa jika sebuah sel Hfr
berdekatan dengan sebuah sel (F-) , terjadilah replikasi
DNA yang terinduksi oleh konjugasi,dan karena ujung
pengarah faktor F berdekatan dengan kromosom utama , akan terjadi juga transfer
materi genetik kromosom utama.
Ekspresi Kelamin Pada Makhluk Hidup Eukariotik
Ekspresi Kelamin Pada Tumbuhan Eukariotik Chlamydomonas
Secara genetik perkelaminan pada Chlamydomonas ada 2 kelamin (mating
type) , yaitu tipe (+) dan tipe (-), yang tidak dapat dibedakan secara morfologi,kelamin
berada dibawah kontrol satu gen. Informasi serupa juga dinyatakan oleh Gardner dkk.
(1991) menyatakan bahwa pada C.reinhardii, latar belakang genetiknya bersifat
monogenik (ditemukan alela (+) dan alela (-) pada lokus mating type). Satu individu
jantan dari tingkat apa pun dapat berkonjugasi dengan betina dari tiap tingkat, bahkan
individu jantan tertentu dapat juga berkonjugasi dengan jantan lainya jika jarak
tingkatnya cukup jauh (demikian halnya dengan betina). Dalam hal ini individu-individu
haploid yang memiliki alela kelamin (mating type) yang sama biasanya tidak dapat
bergabung satu sama lain membentuk zigot kecuali sel sel haploid yang memiliki
konstitusi alela yang berlawanan dapat bergabung.
Saccharomyces dan Neurospora
Seperti pada Chlamydomonas, latar belakang genetik S.cerevisiae dan N.crassa
bersifat monogenik atau berada dibawah kontrol satu gen. Pada S.cerevisiae kelamin
dibedakan menjadi kelamin (+) (-). Kelamin pada S.cerevisiae dapat dibedakan menjadi
kelamin a dan . Kelamin a dispesifikasi MAT a . Kelamin-kelamin itu termanifestasi
bilamana salah satu alela tersebut menempati lokus MAT (terletak pada kromosom 3).
Kelas Jamur Basidiomycetes
Spesies jamur dalam kelas Basidiomycetes tergolong heterotalik. Pada sekitar
37% spesies heterotalik tersebut (bipolar) kompabilitas kelamin dipengaruhi oleh 1
pasang faktor A yang berperilaku seperti halnya pada Mucorales heterotalik atau
semacam Ascomycetes seperti Neurospora sitophila. Informasi lain menyebutkan adanya
banyak alela ganda untuk tiap kelamin . Alela ganda itu ditemukan pada beberapa gen
yang berdekatan letaknya, yang secara bersama menentukan kelamin pada tiap lokus.
Lumut Hati
Pada kromosom sporofit lumut hati dilaporkan terdiri dari 7 pasangan yang
masing-masing kromosomnya setangkup, serta sepasang (pasangan ke 8) yang tidak
setangkup kromosomnya. Pada pasangan ke 8 inilah salah satu kromosom lebih besar
daripada yang lainya yang disebut sebagai kromosom X,sedangkan yang lebih kecil
disebut kromosom Y. Di saat meiosis , kromosom X dan Y memisah dari ke empat
meispora yang dihasilkan tiap meiocyte, dua diantaranya menerima kromosom Y.
Meiospora yang mengandung kromosom X berkembang menjadi gametofit betina
sedangkan yang mengandung kromosom Y berkembang menjadi gametofit jantan.
Tumbuhan Berumah Satu atau Berumah Dua
Seperti diketahui sebelumnya bahwa jagung adalah tumbuhan berumah satu. Pada
jagung dapat dijumpai gen mutan b (barren stalk) dan ts (tassel seed). Apabila dalam
keadaan homozigot bb , tanaman jagung akan hanya berbunga jantan dan dalam
keadaan homozigot tsts, tanaman jagung akan hanya berbunga betina. Dalam hal ini
terlihat bahwa kelainan pada jagung dikendalikan oleh dua gen pada lokus yang
berlainan.
Sedangkan pada tumbuhan berumah dua secara genetik dikendalikan oleh gen
pada satu lokus saja. Seperti pada Ecballium elaterium , jenis kelamin dintentukan oleh
kombinasi pasangan dari tiga alela D, +,d. Dikatakan bahwa D dominan terhadap +
maupun d. Pada kombinasi pasangan DD, D+, dan Dd, individu yang
bersangkutan berkelamin jantan. Pada kombinasi ++ dan +d individu itu tergolong
rumah satu,sedangkan pada kombinasi pasangan dd individu itu berkelamin betina.
Dalam hal ini jelas terlihat bahwa Ecballium elaterium dapat merupakan tumbuhan
berumah satu,tetapi dapat pula berumah dua,jelas terlihat pula bahwa jenis kelamin
pada Ecballium elaterium ditentukan oleh hanya satu gen pada satu lokus.
Marga Melandrium
Sebagaimana diketahui Melandrium adalah salah satu marga tumbuhan yang
tergolong berumah dua. Pada marga Melandrium ditemukan adanya kromosom
kelamin X dan Y, kromosom Y secara fisik lebih besar dari kromosom X bahkan
dikatakan bahwa
kromosom Y sebagai
pembawa faktor jantan.
Analisis kromosom
kelamin Melandrium
menunjukkan gambaran
bagian serta fungsinya
bahwa jika :
a) Daerah I hilang, akan muncul tumbuhan biseks
b) Daerah II hilang, akan muncul tumbuhan betina
c) Daerah III hilang, akan muncul tumbuhan jantan steril (anthera bersifat abortif)
Tumbuhan Melandrium yang mempunyai pasangan kromosom kelamin XX
berkelamin betina, sedangkan yang berkelamin XY berkelamin jantan. Terdapat juga
pendapat lain bahwa tumbuhan betina tampaknya memiliki potensi untuk menjadi
jantan yang telah terbukti dengan adanya infeksi oleh jamur karat tertentu akan dapat
membentuk anthera.
Ekspresi Kelamin Pada Hewan Avertebrata
Paramecium bursaria
Seperti pada Chlamydomonas reinhardii, pada P.bursaria juga ditemukan
beberapa kelamin , tepatnya 8 kelamin . Tipe (macam) kelamin secara fisiologis tidak
dapat berkonjugasi dengan tipenya sendiri,tetapi dapat berkonjugasi dengan satu dari
ke 7 tipe lain.
Ophyryotrcoha
Ophyryotrocha adalah salah satu marga Annelida yang hidup di perairan laut.
Hewan ini memiliki kelamin yang terpisah, ada individu jantan dan ada individu betina.
Tipe kelamin pada Ophyryotrocha ditentukan oleh ukuran tubuh hewan itu. Dalam hal
ini, jika berukuran kecil (karena masih muda atau amputasi) hewan itu menghasilkan
sperma jika tumbuh menjadi lebih besar hewan itu akan berubah menghasilkan telur.
Cacing Tanah
Merupakan contoh kelompok hewan hermaphrodit yang lain. Pada cacing tanah
terdapat dua gonad yang terpisah (pada segmen-segmen yang berbeda),satu gonad
menghasilkan gamet jantan sedang gonad lain menghasilkan gamet betina.
Helix
Keong dalam marga Helix adalah salah satu contoh kelompok hewan
hermaphrodit. Hewan hewan itu menghasilkan telur maupun sperma. Telur dan sperma
dihasilkan oleh sel-sel yang kadang kadang sangat dekat satu sama lain pada satu
gonad.
Crepidula
Tiap individu mengalami suatu urutan perkembangan,dimana pada tahap jantan
akan diikuti oleh suatu tahap perantara dan akhirnya tahap betina. Dikatakan pula
bahwa selama tahap jantan . pada individu-individu yang sudah cukup matang dan
bersifat sedenter transformasi ketahap betina akan menurun akan tetapi jika tetap bebas
mengembara , individu individu jantan relatif cepat mengalami perubahan memasuki
tahap betina (perubahan jantan ke betina sangat kuat dipengaruhi oleh lingkungan).
Lygaeus turcicus
Pada serangga kutu tanaman Lygaeus turcicus sudah ditemukan kromosom
kelamin X dan Y, kromosom X lebih kecil dari kromosom Y. Zigot yang memiliki
kromosom kelamin XX akan menjadi individu betina sedangkan yang memiliki
kromosom kelamin XY akan menjadi individu jantan.
Hymenoptera
Ciri khas pada bangsa Hymenoptera bahwa kromosom kelamin tidak berperan
pada ekspresi kelamin,serta jumlah maupun mutu makanan yang dimakan alrva yang
diploid akan menentukanya tumbuh dan berkembang menjadi individu betina pekerja
yang steril atau ratu yang fertil. Terlihat jelas bahwa lingkungan menentukan sterilitas
atau fertilitas,tetapi tidak mengubah kelamin yang secara genetik telah tertetapkan.
Pola ekspresi pada lebah,semut,dan tawon disebut haplo-diploidy. Mekanisme
haplo-diploidy adalah sistem penetuan seks yang menghasilkan jantan dari telur yang
belum difertilisasi (sehingga haploid) dan betina yang telah difertilisasi (sehingga
diploid) dan tidak ada kromosom kelamin pada hewan hewan itu . Namun dikatakan
juga menurut Whiting bahwa ekspresi kelamin tergantung juga pada komposisi genetik
daerah/bagian kromosom tersebut dan bukan semata mata tergantung pada fenomena
diploid dan haploid.
Drosophila melanogaster
Pada lalat buah D.melanogaster terdapat kromosom X dan Y. Mekanisme
ekspresi kelamin pada D.melanogaster dikenal sebagai suatu mekanisme perimbangan
antara X dan A (X/A). Mekanisme tersebut sebagai perimbangan antara X pada
kromosom kelamin dan jumlah A (autosom) pada tiap pasangan A. Hasil pertimbangan
itu oleh Herskowitz (1973) disebut sebagai numerical sex index atau indeks kelamin
numerik . Ada pula hipotesis yang menyatakan bahwa tiap perangkat autosom yang
haploid memiliki determinan jantan sebesar 1,sedangkan tiap kromosom X memiliki
determinan betina sebesar 1,5.
Dapat dikatakan bahwa fenotip kelamin pada D.melanogaster adalah sebagai
hasil dari interaksi antara determinan jantan pada autosom dan determinan betina pada
kelamin X. Saat ini mekanisme ekspresi kelamin X/A pada Drosophila sudah
tersangkut paut dengan beberapa gen pada kromosom X yang salah satunya dalah gen
Sx1. Gen tersebut ternyata diregulasi oleh gen gen lain yang terletak pada kromosom
X maupun autosom. Gen gen pada kromosom X menggiatkan gen Sx1 supaya bekerja
(mendorong perkembangan betina) dan gen gen tesrebut disebut sebagai elemen
elemen numerator karena gen gen tersebut bekerja atas numerator keseimbangan
genik. Dilain pihak gen gen pada autosom yang mempengaruhi Sx1 supaya tidak
bekerja (mendorong perkembangan jantan) disebut sebagai elemen elemen
denominator . Terdapat juga gen tra (transformer) mengubah individu betina menjadi
individu jantan steril serta gen dsx (doublesex) mengubah individu jantan maupun
betina menjadi individu intersex.
Caddies Flies, Kupu Siang,dan Kupu Malam Serta Ulat Sutera
Menurut Stansfield (1983) , pada Caddies Flies, Kupu Siang,dan Kupu Malam
Serta Ulat Sutera merupakan individu yang bergenotip XX mempunyai fenotip kelamin
jantan. Akan tetapi dikatakan pula bahwa kromosom kelamin pada hewan hewan itu
disimbolkan sebagai ZZ (jantan) dan ZW / ZO(betina).
Boniella
Cacing Boniella mempunyai kelamin yang terpisah. Dikatakan bahwa individu
betina mempunyai belalai panjang,sedangkan yang jantan berupa bentukan
mikroskopis bersilia yang hidup sebagai parasit pada tubuh individu betina. Dikatakan
lagi bahwa differensiasi secara keseluruhan dan
khusunya differensiasi kelamin, diatur oleh ada
atau tidaknya senyawa kimia tertentu dalam
lingkungan eksternal di sekitar yang dihasilkan
oleh individu betina. Ayala dkk. (1984)
mengatakan bahwa individu individu yang
tetap hidup bebas selama seluruh periode larva
akan menjadi betina, sedangkan larva yang
menempelkan dirinya pada individu betina dewasa akan berubah menjadi jantan karena
individu betina. Namun tidak hanya larva yang hidup bebas saja yang akan hidup
menjadi betina namun juga yang menempel bukan pada tubuh individu betina dewasa.
Informasi ini menunjukkan ekpresi kelamin pada Boniella sebagai satu contoh
fenomena perkelaminan yang non genetik,dan tergantung pada faktor-faktor
lingkungan luar.
Ekspresi Kelamin Pada Hewan Vertebrata
Pisces
Pada kebanyakkan spesies ikan memiliki tipe perkelaminan gonochoristik ,
dimana ikan-ikan yang memiliki gonad dibedakan menjadi dua tipe yaitu spesies yang
memiliki gonad belum terdiferensiasi dan yang telah berdiferensiasi. Dikemukakan
lebih lanjut bahwa spesies yang gonadnya belum berdiferensiasi pertama kali gonad
tersebut berkembang menjadi suatu gonad serupa ovarium, selanjutnya kira kira
separuhnya menjadi individu jantan,sedangkan separuhnya lagi menjadi individu
betina. Di sisi lain pada spesies yang gonadnya sudah berdiferensiasi , gonad gonad
akan langsung berdiferensiasi menjadi suatu testis atau suatu ovarium.
Namun ada telaah mengenai ikan (rainbow trout) memperlihatkan diferensiasi
biseksual tanpa melewati tahap betina sebagai perantara. Berdasarkan telaah yang telah
dilakukan sudah diketahui sekitar 130 fenomena hemaproditisma pada berbagai spesies
ikan. Ada tiga tipe hermaproditisma yaitu hermaproditisma sinkronous (telur dan
spermanya masak dalam waktu yang bersamaan),protogynous (pertama kali berfungsi
sebagai individu betina kemudian beralih menjadi individu jantan apda tahap
pertumbuhan tertentu) dan protandrous (ovarium menggantikan testis dengan
pembalikkan kelamin secara alami melalui suatu tahap perantara antar kelamin). Dapat
terlihat bahwa semua tipe kromosom kelamin yang ditemukan pada ikan bersifat
heteromorfik (pada individu jantan berupa XO,XY dan XXY sedangkan pada individu
betina berupa ZW).
Amphibia
Pada Amphibia tidak ada keseragaman pola ekspresi kelamin. Banyak kelompok
Amphibia yang sudah dikaji pola ekspresi kelaminya, dan terlihat jelas bahwa sudah
terdapat kromosom kelamin (tipe XY-XX maupun tipe ZZ-ZW). Ada pula beberapa
kelompok yang tidak memiliki kromosom kelamin seperti Xenopus laevi.Sedangkan
pada Rana kelamin ditentukan oleh suatu lokus atau suatu daerah kecil dari kromosom
tersebut,bagian selebihnya dari kromosom X dan Y tampaknya identik.
Reptilia
Pada banyak jenis reptil , individu heterogamik berkelamin betina dengan
simbol ZW, dan yang homogametik berkelamin jantan dengan simbol ZZ. Keadaan ini
sama dengan yang terdapat pada kupu siang,kupu malam,caddies flies dan ulat sutera.
Menurut Gardner (1991) pada beberapa reptil suhu pengeraman telur yang telah dibuahi
berpengaruh besar terhadap ekspresi kelamin turunan. Dinyatakan pula pada penyu
Chrysema picta, suhu pengeraman yang tinggi biasanya menghasilkan turunan betina
sedangkan pada kadal suhu pengeraman yang tinggi biasanya menghasilkan keturunan
jantan.
Aves
Kromosom kelamin pada burung disimbolkan XX atau ZZ untuk jantan dan
XO,ZW atau ZO untuk betina keadaan ini pun sama pada hewan reptil. Menurut
Stansfield (1983) terdapat ayam peliharaan memiliki satu kromosom yang mirip dengan
kromosom kelamin Y pada manusia,bahkan yang dikatakan pula kromosom W pada
ayam bukanlah elemen penentu kelamin betina yang kuat. Penelitian terakhir
menunjukkan bahwa penentuan kelamin pada ayam mungkin juga burung secara
keseluruhan sama dengan yang ditemukan pada Drosophila yaitu tergantung pada
perimbangan Z dan A atau Z/A.
Mammalia Tikus dan Manusia
Perkembangan kelamin pada mammalia terbagi menjadi dua tahap proses yaitu
perkembangan kelamin oleh gonad (somatis/sekunder dan germinal) serta
perkembangan kelamin primer. Dimana konstitusi kromosom dalam inti adalah yang
pertama kali menentukan diferensiasi kelamin dari gonad awal (yang belum mengalami
diferensiasi).Apabila kemudian terbentuk testis maka akan disekresikan hormon
testosteron. Hormon testosteron ini akan disirkulasikan ke seluruh bagian tubuh embrio
dan menginduksi sel sel somatik untuk berkembang dalam jalur jantan. Akan tetapi jika
ovarium yang terbentuk maka tidak adanya testosteron ini memungkinkan sel sel
somatik untuk berkembang dalam jalur betina. Banyak bukti bahwa pembentukkan
testis dikendalikan oleh gen gen yg terdapat pada kromosom Y karena itulah sebabnya
jenis kelamin mammalia ditentukan oleh kromosom Y dan bukan oleh perimbangan
X/A seperti pada Drosophila.
Sekarang ini pada kromosom kelamin Y pada tikus sudah ditemukan gen atau
perangkat gen yg mengendalikan suatu ciri dominan yg disebut Sex-reversed (Sxr) trait.
Gen tersebut menyebabkan zigot tikus yang bergenotip AAXX tumbuh dan
berkembang menjadi individu tikus yang berfenotip kelamin jantan lengkap dengan
testis sekalipun tidak mengalami spermatogenesis. Akan tetapi sudah dipastikan bahwa
yang bertanggung jawab atas Sex-reversed trait adalah gen atau perangkat gen yg
terdapat pada ujung kromosom kelamin Y dari tikus. Pada semua sel jantan (pada
manusia) mata rantai antara genotip XY dan tahap pertama diferensiasi kelamin
tergantung terutama pada protein antigen H-Y yg terdapat pada semua sel jantan (tidak
ada pada betina) yg berperan dalam diferensiasi testis dan spermatogenesis.
Differensiasi kelamin betina berlangsung agak belakangan daripada diferensiasi
kelamin jantan. Diiferensiasi kelamin betina baru tampak jelas sekitar bulan kedua
perkembangan. Oleh karena tidak adanya protein antigen H-Y gonad-gonad primitif
berkembang menjadi ovarium dan karena tidak adanya testosteron dan substansi
penghambat saluran Muller , saluran Wolff mengalami degenerasi. Saluran Muller
berkembang menjadi tuba fallopi,rahim,dan sebagian vagina. Tonjolan genital menjadi
gland penis (jantan) menjadi clitoris. Lipatan genital menjadi pembungkus penis pada
jantan berkembang menjadi labia minora dan jaringan yg menjadi skrotum pada jantan
berkembang menjadi labioa majora. Sel sel primordia yg menjadi kelenjar prostat pada
jantan berkembang menjadi kelenjar skene dan yg menjadi kelenjar cowper pada jantan
berkembang menjadi kelenjar bartholini.
Beberapa Pemikiran
Kromosom,baik satu buah,sepasang maupun seluruh pasangan pada dasarnya
bukanlah yang menentukan (mengendalikan) jenis kelamin terwujud pada makhluk
hidup. Oleh karena itu, pandangan bahwa kromosom Y pada manusia menentukan jenis
kelamin sesungguhnya tidak benar . Arti yang benar adalah bahwa gen atau perangkat
gen pada kromosom kelamin Y yang menentukan jenis kelamin pada manusia.
Perbedaan perbedaan kromosom yang tampak hanyalah berperan sebagai indikator
awal yang masih harus dikaji lagi.
Pengontrol ekspresi kelamin atau yg menentukan jenis kelamin adalah gen
sebagaimana karakter dalam makhluk hidup. Tidak hanya satu buah atau satu pasang
gen yg bertanggung jawab atas ekspresi kelamin makhluk hidup melainkan banyak
pasangan gen yang saling berinteraksi. Sebagaimana ekspresi gen apapun,ekspresi gen
gen yang interaksinya bertanggung jawab atas fenotip makhluk hidup dipengaruhi juga
oleh faktor lingkungan.
BAB V. PEMBALIKAN KELAMIN

Pembalikkan Kelamin Pada Ragi


Pada ragi dikenal kelamin sebagai a dan . Pada mulanya peristiwa pembalikkan
kelamin pada ragi itu dinyatakan bersangkut paut dengan alela MAT a dan Mat .
Alela-alela itu terletak pada kromosom 3
tepatnya di lokus MAT. Dinyatakan
bahwa alela MAT a menspesifikasikan
kelamin , sedangkan kelamin
dimanefestasikan bilamana alela MAT a
menempati lokus MAT. Selain gen MAT
ada juga dua lokus kelamin (tidak
terekspresikan) yang terletak pada
sebelah kiri dan kanan dari lokus. Lokus
sebelah kiri adalah HML (mengandung
suatu kopi diam untuk informasi ) dan
pada lokus kanan terdapat HMR yang
merupakan gen diam mengandung informasi yg spesifik untuk a. Berkenaan dengan
kerja gen HML dan HMRa sudah diketahui pula peranan dari gen gen SIR (SIR
1,2,3,dan 4) yg tidak terletak pada kromosom 3 namun juga berpengaruh terhadap kerja
gen HML dan HMRa, jika salah satu gen dari SIR tidak bekerja maka gen HML dan
HMRa ditranskripsikan dalam kecepatan yg sama dengan gen pada lokus MAT. Diduga
bahwa protein protein SIR bekerja dengan cara mempengaruhi struktur kromatin
didalam gen gen HML dan HMR dimana jika tidak ada kontrol SIR maka kromatin

didalam gen gen HML dan HMR lebih mudah terkena pengaruh enzim nuclease
(kegagalan pembentukan nukelosom didalam daerah daerah ini).

Pembalikan Kelamin Pada Ikan


Pada Labroides dimidiatus , jika individu jantan mati maka individu betina yang
paling dominan akan menolak individu-individu jantan (lain) yang akan memasuki
kelompok yang bersangkutan. Apabila upaya itu berhasil maka individu betina itu akan
berubah menjadi individu jantan dan dalam jangka waktu dua minggu individu jantan
baru itu sudah mampu menghasilkan sperma yg fertil. Sebenarnya faktor penginisiasi
pembalikan kelamin pada kelompok sosial ikan bukan hanya karena matinya indvidu
jantan (pada protogynous) dan individu bentina (ikan protandrous) masih ada beberapa
faktor lain yg diduga dapat berperan dalam peristiwa pembalikan kelamin ini. Kondisi
kondisi yg dapat menjadi latar belakang perubahan fisiologis endogen termaksud
adalah suatu ukuran tertentu,tingkat perkembangan,umur serta peningkatan rasio
kelamin (dewasa) betina terhadap jantan . Peristiwa pembalikan kelamin juga dapat
dilakukan secara buatan yaitu dengan bantuan sex inducer berupa hormon steroid,
hormon hormon yg termasuk golongan inducer jantan adalah kelompok androgen
sedangkan inducer betina yaitu kelompok estrogen.
Pembalikan Kelamin Pada Burung
Pembalikkan kelamin juga terjadi pada burung. Ayam betina (ZW) yg sudah
bertelur diketahui dapat mengalami perubahan ciri-ciri kelamin sekunder seperti
perkembangan bulu jantan,serta kemampuan berkokok bahkan juga mengalami
perkembangan testis yg terbukti dapat menghasilkan sel sel sperma. Keadaan tersebut
dapat terjadi sebagai akibat kerusakan jaringan ovarium karena penyakit dan dalam
keadaan tanpa adanya hormon kelamin betina.
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Apa fungsi gen Tfm dan bagaimana pris memiliki gen Tfm?

Jawaban : Gen Tfm berfungsi untuk mengendalikan pembentukan suatu protein


pengikat testosterone. Apabila seorang pria memiliki gen Tfm maka akan mengidap
sindrom testicular feminization. Pada sindrom ini sel-sel embrio sama sekali tidak peka
terhadap efek maskulinisasi dari testosteron. Karakteristik kelamin sekunder luar janin
berkembang lebih ke arah betina, tetapi secara internal yang berkembang adalah testis;
perkembangan uterus, tuba fallopi, juga terhambat akibat sekresi hormon jantan lain
(factor chi), sehingga terbentuklah suatu vagina buntu. Pada pengidap sindrom tersebut,
produksi antigen H-Y berlangsung normal, selain itu terjadi degradasi saluran Muller
seperti biasanya. Selain itu, jaringan-jaringan tidak reseptif terhadap efek testosterone,
yang menimbulkan dampak berkelanjutan.

You might also like