Professional Documents
Culture Documents
Ekosistem Danau
yang saling berinteraksi sehingga membentuk suatu kesatuan. Danau sebagai suatu
ekosistem, secat-a fisik mempakan suatu tempat yang luas yang mempunyai air yang tetap,
jernih atau beragam dengan aliran tertentu (Lincoln er.al., 1984). Nelson (1973)
menyatakan bahwa danau adalah tempat genangan air yang luas di pedalaman, di mana
terdapat aliran tersendiri dengan air berwarna jernih atau keruh. Genangan air yang terdapat
pada danau dapat bersumber dan mata air atau aliran sungai.
Berdasarkan proses terbentuknya, danau dapat d i b g atas dua, yaitu danau alam
dan danau buatan. Danau alam terbentuk sebagai akibat dan kegiatan alamiah, seperti
bencana alam, kegatan vulkanik, dan kegiaian tektonik (Odum, 1993). Sedangkan danau
buatan tekntuk oleh kegiatan manusia dengan sengaja untuk tujuan-tujuan. tertentu
Menurut Ekswsi Sunda yang dilakukan pada tahun 1928 - 1929, Danau
Singkarak dikategorikan sebagai danau v u l h s , yaitu bekas letusan gunung berapi yang
pada masa Kwarter yang ditemukan jenis batu-batuan beku Mllkanis dan instrusi
hampir seluruh daerah diselatar danau tersebut. Daerah tebing dekat pintu Barat clan Timur
danau dilalui oleh duajalur geseran yang menandakan daerah tersebut tidak stabil.
Danau Singkarak memilh luas 11230 krn2 dengan kedalaman rata-rata 136 m.
Sebagai suatu sumberdaya alam dan lingkungan, danau Singkarak memillki arti yang
penting bag kel-udupan manusia, bak bagi masyarakat yang tinggal di sekitar danau,
maupun bagi masyarakat yang tinggal pada daerah aliran sungai tempat air danau keluar
dan &composer.s. yang membentuk suatu hubungan tiinbal balik dan saling
mempengaruhl. Semua orgarusme yang ada di danau akan menggunakan air sebagai alat
transportasinya Keadaan dan jumlah orgatusme danau ditentukan oleh tiga ha1 yaitu asal
Bila tidak ada intervensi mnanusia, maka volume air danau relatif tetap yang
ditunjukkan oleh tingkat elevasinya. Surnber air danau dapat berasal dari sungai, air
rembesan (air tanah), dan air hujan. Sebaliknya kehilangan air danau dapat melalui saluran
Danau selalu menerima masukan air dari daerah sekitamya (DAS), sehingga
masuk. Menurut Payne (1986) konsentrasi ionik perairan danau merupakan resultante
ionik dari air yang masuk. Dengan demikian rnaka kualitas air danau sangat tergantung
Pada danau eutrojik umurnnya memilk perairan yang dangkal. Tumbuhan litoral
melimpah, kepadatan plankton besar, sering t e r j d blooming alga dan tingkat penetrasi
&ya umumnya rendah. Pada danau oligotrofik biasanya memilila perairan yang dalam,
dengan lzypolimnion lebih luas dan epilimnion. Tumbuhan litoral jarang dm, kepadatan
plankton rendah, tetapi jumlah spesiesnya tin@. Konsentrasi nutriennya rendah dan
17
blooming plankton jarang terjd, sehingga air danau inemildu penetrasi cahaya yang besar
(Jorgensen, 1983).
banyak menerima nutrien dan kegiatan manusia Dengan menmgkafnya kegiatan biologi
dalam danau per unit waktu dan volume air tertentu, maka produksi sampah orgamkpun
akan meningkat dan akhimya mengendap di dasar danau sehingga dapat terjd
mengkaji lebih dalam tentang eksistensi sumberdaya air sebagai input produksi pertanian
dan untuk kebutuhan doinestik dapat cfiklasifikasikan atas 3 aspek, yaitu ( 1 ) aspek
ekonomi, (2) aspek sosial kelembagaan, dan (3) aspek t e h s .
Pada urnumnya penelitian lebih banyak dititik beratkan pada eksistensi sistem
irigasi dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat petani. Penelitian yang cfititik
beratkan pada penentuan nilai ekonomi air serta pendugaan kurva permintaannya masih
relatif sedikit. Berikut ini akan dikemukakan beberapa penelitian yang terka~tdengan aspek
ekonomis, sebaga~berikut;
1) Wardin (1989) telah melakukan penelitian untuk mengetahti kemarnpuan petani dalam
irigasi untuk daerah irigasi sederhana ternyata lebih mahal apabila dibandingkan
investasi melalui amortisasi pada berbagai tingkat suku bunga dan kemampuan petani
untuk membayar iyuran irigasi yang tercermin dan kebutuhan hidup minimum dan
adanya kelebihan pendapatan dari usaha taninya, maka disimpulkan bahwa sebenamya
petani marnpu untuk membayar iyuran irigasi. Dari pengujian efisiensi irigasi
disimpulkan bahwa pada daerah irigasi teknis variable yang mempunyai pen&
besar terhadap keuntungan adalah, upah tenaga kerja pna, ternak dan obat-obatan.
Sedangkan pada daerah irigasi sederhana variable yang berpengaruh adalah kesuburan
lahan Pada daerah irigasi teknis menunjukkan tingkat efisiensi teknis yang lebih baik
Darusman (1991), dalam penelitiannya telah mengkaji nilai ekonomi air untuk
keperluan pertanian dan rumah tangga di daerah Taman Nasional Gunqg Gede
permintaan untuk h v i t a s pertanian dan rumah tangga. Dari hasil analisis regresi
dengan menggunakan model logaritma linear diperoleh hasil bahwa perrnintaan air
untuk mnah tangga sangat nyata dipengaruhi oleh faktor-faktor; (a) biaya pengadaan
air, (b) tingkat pedapatan keluarga, dan (c) jumlah anggota keluarga. Sedangkan
(a) biaya pengadaan air, (b) luas lahan pertanian, dan (c) jenis usaha tani. Dari studi
tersebut d h i l k a n kurva perrnintaan untuk kedua ahvitas yang dlkaji, sehingga dapat
diperlumkan besarnya nilai ekonomi (manfaat) air dan juga besarnya surplus
19
konsumen yang terjadi. Perkuaan nilai manfaat ekonomi air dari Taman Nasional
Gunung M e Pangango untuk keperiuan rumah tangga sebesar Rp 4,181 milyar dan
pertanian sebesar Rp 260 milyar per tahunnya serta surplus konsumen yang diperoleh
3) Ismiarti (1992) cialam penelitiannya yang bertujuan untuk menduga faktor-faktor yang
menduga nilai air sebagai salah satu manfaat hidroiogi Gunung Gede Pangrango
khususnya dari sektor nunah tangga. Dari penelitian yang dilakukan di Sub DAS
Cisokan Tengah-Hiiir DAS Citarwn, Jawa Barat ditemukan bahwa ada tiga faktor
yang mempenganh permintaan air untk keperluan rumah tangga, yaitu biaya
pengadaan air, tingkat penciapatan dan jumlah anggota rumah tangga. kngan
anggapan peuhh bebas lainnya tetap (cuter~sprlbu9, maka hubungan antara jumlah
air yang dikonsumsi dengan biaya pengadaannya pada periode tertentu &@metican
sebagai : Ln Y = 8,647 - 0,550 In XI. Kurva permintaan air yang dibatasi oleh trngkat
biaya minimum berdasarkan pehtungan biaya secara langsung dan biaya maksimurn
satuan air, maka nilai air dapat diduga sebesar Rp 146,9 milyar dan surplus konsumen
fungsi hdro1ogi khususnya dan segi produk air yang chkonsumsi rcmqadat d
keperluan rumah tangga di Sub DAS Cisokan Tenga-Hilir DAS Citarum, Jawa Barat
bernilai ekonorni sebesar Rp 146,9 milyar dan keuntungan yang dapat dinikmati oleh
masyarakat setempat adalah sebesar surplus konsumen yaitu sebesar Rp 131,9 milyar.
20
Berdasarkan inetode kontingensi nilai air sebagai manfaat hidrolog adalah sebesar
kesedlaan masyarakat untuk membayar terhadap sejumlah air yang dikonsumsi yaitu
dan dalam proses pembuatan kebijakan (Lasswell 1971, di dalam Dunn, 1994). Untuk
kebijakan meneliti sebab, akibat, dan kinerja kebijakan dan program publik.
Sementara Dunn (1 994) sendiri menyatakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu
aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan secara kritis,
Analisis kebijakan dapat pula dipandang sebagai ilmu yang menggunakan berbagai
metode pengkajian multiple dalam konteks argumentasi dan debat politik untuk
Kinerja
..
23
Salah satu metode analisis biaya manfaat adalah dalam analisis kebijakan
retrospektif. Penerapan ini untuk menciptakan informasi yang bersifat evaluatif dan
normatif. Dengan menggunakan analisis biaya manfaat kita dapat menilai apakah
suatu kebijakan yang telah diambil atau dilaksanakan telah meningkatkan atau
alternatif tindakan memperbaiki keadaan, bila yang terjadi adalah penurunan tingkat
kesejahteraan.
masyarakat. I
Menurut Dunn (1994), pada saat diterapkan di sektor publik, maka analisis
(I) Berusaha mengukur semua biaya dan manfaat bagi masyarakat yang
untuk biaya dan manfat adalah nilai ekonomis dan bukan nilai finansial,
karena harga pasar tidak selalu sama dengan nilai ekonomis (Hufschrnidt, et.
al. 1986).
24
kebijakan dikatakan efisien bila manfaat bersih (total manfaat dikurang total
biaya) lebih besar dari no1 dan lebih tinggi dari manfaat bersih yang mungkin
(3) Masih menggunakan pasar swasta sebagai titik tolak didalam memberikan
investasi selalu dihitung berdasarkan manfaat bersih apa yang mungkin dapat
(4) Analisis biaya manfaat kontemporer atau analisis biaya manfaat sosial, dapat
kebijakan yang telah diambil pada masa lalu, sangat penting untuk
mempertimbangkan semua biaya dan manfaat yang timbul dalam masyarakat baik
yang memiliki kaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan kebijakan
tersebut, baik internal maupun eksternal dan baik yang terukur secara langsung
manfaat sebagai suatu metode dalam analisis kebijakan publik memiliki beberapa
(a) Baik biaya maupun manfaat dinyatakan dalam satuan ukuran yang
sama (uang),
(a) Tekanan yang terlalu eksklusif pada efisiensi ekonomi yang dapat
berarti bahwa kriteria keadilan menjadi tidak berarti atau tidak dapat
keadilan.
masyarakat.
(c) Ketika harga pasar tidak ada bag suatu barang yang penting, analisis
subjektif.
26
Semua manfaat dan biaya yang munglun timbul dari suatu kebijakan harm
sehingga besar kemunglunan akan terabahn beberapa jenis biaya dan manfaat. Untuk
biaya dan manfaat atas : internalitas vs ekstemalitas; nyata vs tidak nyata; pnmer vs
tipe biaya dan manfaat yang akan cfiperbanhgkan adalah yang bersifat ekstemalitas,
karena yang bersifat internalitas telah dipertutungkan secara lengkap pada saat analisis
prospektif dilakukan. Manfaat dan biaya ekstemalitas yang akan diperbandingkan adalah
mencakup semua jenis biaya baik yang dapat terukur secara langsung maupun tidak
lmgsung dengan cara penaksiran atas dasar dasar harga pasar yang tidak berhubungan
langsung dengan sasaran pokok program (sekunder). Hasil perban- manfat dan
biaya menimbulkan kenaikan &lam agregat pendapatan atau hanya akan menghasilkan
Menurut Dunn (1994), ada empat cara untuk rnenilai s e e jauh suatu kebijakan
indlvidu Ber* Dalil Kemustahdan Arrow, ha1 ini tidak mungkm untuk dicapai.
bahwa suatu keadaan sosial dikatakan lebih h k dan yang lainnya jika paling tidak ada
27
satu orang yang diuntungkan dan tidak ada satu orangpun yang &ngkan. Pareto
optmum adalah suatu keadaan sosial dl mana tidak munglan membuat satu orang
menyatakan bahwa suatu keadaan sosial leblh bak dan yang lainnya jika terdapat
perolehan bersih dalam efisiensi (manfaat total d l b g i biaya total) dan jika mereka
menganggap sebagai barang anugerah Tuhan yang bebas digunakan oleh siapa saja
atau bersifat bebas (free goods). Air bisa diperoleh tanpa membayar sehingga
pemanfaatannya berdasarkan prinsip " first come first served ". Karena bersifat
terbuka dan menjadi milik umum, maka surnberdaya danau mudah sekali mengalami
perubahan dalam kuantitas dan kualitasnya sebagai akibat dari ketidak jelasan hak-
sumberdaya tersebut efisien atau tidak. Menurut Tietenberg (1992), status kepemilikan
suatu sumberdaya akan dapat menghasilkan pengalokasian yang efisien &lam mekanisme
pasar hams mernilki 4 ciri penting yaitu; (1) univer.~ality,artinya suatu sumberdaya dimiliki
secara pnbacb dan hak-hak yang melekat dan kepemilikan tersebut dapat diungkapkan
secara lengkap dan jelas, (2) exclwivily, artinya semua manfaat dan biaya yang timbul cian
kepemilikan dan pemanfaatan sumberdaya tersebut, baik secara langsung maupun tidak
langsung hanya dirmliki oleh pemilik sumberdaya tersebut, (3) transiferability, artinya
seluruh hak kepemilikannya itu dapat dipindah tangankan dm satu pemilik ke pihak lain
melalui tt.ansaksi yang bebas, dan (4) enforceabilify, artinya hak kepemilikan tersebut tidak
dapat h p a s atau diambil alih oleh pihak lain secara paksa. Jika salah satu cian keempat
faktor ini tidak terpendu, maka pengalokasian sumberdaya tersebut akan m e n j d tidak
efisien. Lebih lanjut Tietenberg (1994) menyatakan bahwa agar pengalokasian sunlberdaya
air permukaan efisien maka ada dua ha1 yang perlu diperhatikan, yaitu (a) keseimbangan
antara penguman-penggunaan yang saling bersaing, dan (b) variabilitas air yang
seirnbang dm waktu kk waktu dan dapat memendu kebutuhan manusia akan sumberdaya
air. Sumberdaya air harus dialokasikan dengan baik sehingga manfaat bersih marjinal
marjinal adalah jarak vertikal antara kurva perrnintaan terhadap air dengan kurva biaya
marjinal dari ekstraksi dan d i h b w i air dari unit terakhu air yang ddconsumsi. Jika
manfaat bersih mqlnal tidak merata, maka sering t e r j d kenaikan manfaat bersih dengan
adanya transfer air dan pemanfaatan yang memberrkan manfaat bersh yang rendah ke
sumberdaya rnilik bersama (common property resources) ti& merniliki kendali dan
tanggung jawab yang jelas terhadap kualitas dan prospek sumberdaya tersebut. Dengan
kata lain sumberdaya ini tidak &kuasai oleh individu atau agen ekonomi tertentu, sehingga
akses terhadap s~mberdayaini tidak dibatasi, yang pada gilirannya akan mendorong
keberlanjutan lingkungan hdup. Setiap orang akan cenderung untuk mengeksploitasi tanpa
banyaknya. Hal ini Qdasarkan pada suatu persepsi, bahwa orang lain yang punya
Maka terjadilah apa yang Qsebut oleh Hardm (1977)dengan istilah tragdi ma@al ( the
tragedy of the commons).Lebih lanjut Hardin mengilustt-asikan dengan sebuah kasus pada
(overgrazed).
Bila dikaitkan dengan sumberdaya chau, maka ha1 tersebut dapat jugs terjadi di
mana setiap nelayan akan me-p ikan dengan berbagsu cara dan macam peralatan
tanpa memperbmbangkan jumlah persdmn ikan dan kepentingan nelayan lain, sehmgga
pada suatu saat akan terJadr kelangkaan dan bahkan kepunahan terhadap be- jenis
30
ikan tertentu. Konhsi semacam ini Qsebut sebagu penangkapan lkan secara berlebihan
atau overjishing.
karakterisbk khwus, yaitu (a) mobilitus air, dl mana air bersifat cair mudah mengalir,
hak atas sumberdaya tersebut secara eksklusif agar dapat dipertukarkan dalam sistem
ekonomi paw, (b) sifat skula ekommi yang melekal, di mana dalam penylmpanan,
penyampaian dan distriiusi air t e r j d skala ekonomi yang melekat pada komocfitas air,
sehinm menyebabkan penawaran air bersifat monopoli alami (natural monopoly); (c)
penawarun uir berobah-obulz menurut wuktu, ruung dun kuulitusnya, di mana &lam
keadaan kekeringan dan banjir sumberdaya air ini hanya dapat ditangani oleh pemerintah
untuk kepentingan umurn; (d) kupasitus &n daya usimilusi duri badan air, di mana zat
selama daya asimilasinya tidak terlampaui, sehingga mengarah kepada komdtas yang
bersifat umum Q mana setiap orang menganggpya sebagai keranjang sampah; (e)
pen- bisa dilakkzn secara benmtun (sequential use), di mana ketika mengalir
dari hulu ke hilir sampai ke laut, dan dengan beruntunnya penggunaan air selarna
kegunaannya yang banyak tersebut maka pihak individu (swasta) dapat memanfaakya
dan sisanya menjadi bamg umum yang dapat menirnbulkan eksternalitas; (g) berbobot
besar dun memukui tempat (bulkines~j,dtambah dengan biaya tinggi untuk mewujudkan
3!
dan (h) nrlai kultural yang melekat pada sumber&'(~ air, sebagm besar masyarakat mash
mempunyai nilai-nilai yang menganggap air sebaga~barang bebas anugerah Tuhan yang
sistem pasar.
peraturan perundangan baik formal maupun non formal yang mengatur tentang status
kepemilikan dan hak pemanfaatannya. Menurut Bromley & Cernea (1989), tipe
pemilikan dan penguasaan sumberdaya alam dapat dibagi menjadi 4 bagian ; (a)
tanpa pemrllk; (b) milrk masyarakat tertentu; (c) rnrltk pemerintah, dan (d) mrlik
sumberdaya alam atas 6 bagian, yaitu; (a) tanpa pemilik; (b) milik masyarakat
tertentu; (c) milik pemerintah yang tidak boleh dirnusuki orang secara sembu~angan;
(d) milik pemerintah yang bisa dimasuki oleh khalayak umum; (e) milik
swasta/perusahaan ; (f) milik pribadi. Kedua klasifikasi ini memiliki persamaan dan
perbeciaan. McKean membagi milik pemerintah menjadi dua bagian dan memisahkan
milik pribadi dengan swasta yang lebih dari satu orang, sedangkan Bromley &
(a) Tanpa pemilik adalah milik semua orang atau tidak jelas status
(b) Milik masyarakat atau kornunal adalah milik sekelompok masyarakat yang
mengeksploitasinya.
atau hak pengelolaan dari pemerintah sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
(d) Milik pribadi!swasta adalah milik perorangan atau sekelompok orang secara
hukum. Pemilik dijamin secara hukum dan sosial untuk menguasai dan
Indonesia telah mengamanatkan bahwa bumi dan air serta kekayaan alam yang
Kemakrnuran rakyat tersebut haruslah dapat dimiliki oleh generasi masa kini dan
warisan yang kita terima begitu saja dari nenek moyang kita, akan tetapi harus
33
disadari bahwa surnberdaya alam tersebut merupakan titipan yang harus dijaga dan
dipelihara kelestariannya agar dapat dinikmati oleh anak cucu kita pada masa depan.
tentang pengelolaan lingkungan hidup tidak merumuskan secara jelas tentang status
pemanfaatannya.
mengatur masalah status kepemilikan dan hak pemanfaatan sumberdaya alam. Dalarn
hukum adat Minangkabau dikenal " tanah uluyut " dengan hirarki; (a) Auk ulu~~at
kaum, dibawa pengawasan mamak kepala kepala waris; (b) hak ulayat suku, yang
berada dibawa pengawasan penghulu suku; (c) huk uluj~uf nugurz, dibawah
pengawasan Dewan Penghulu Nagari; (d) lzak ulayat rajo, yang penguqbnnya
mengandung arti bahwa masyarakat adat hanya boleh mengambil hail dan
menikmati hasil dari tanah yang dikuasai, hanya boleh menguasai saja, tapi tidak
memiliki.
Hak yang tertinggi atas tanah adalah "hak ulayat" dan hak ulayat ini hanya
boleh dimiliki bersama dan tidak boleh dimiliki oleh perorangan. Oleh sebab itu yang
mempunyai hak ulayat adalah nagari, persekutuan dari nagari, kampung, s u b dan
Prinsip yang dianut dalam hukum pertanahan mengenai hak ulayat, yaitu
keterpisahan antara tanah dengan ulayzct. Hak ulayat dimiliki oleh masyarakat hukum
adat, sedangkan anggota masyarakat, perorangan atau badan usaha lainnya hanya
Artinya sesudah ulayat tadi dinikmati maka tanah ulayat itu beserta apa yang
tumbuh atau ditanam, dan melekat di atas tanah itu di kembalikan kepada yang
empunya, yaitu masyarakat hukurn adat. Untuk memanfaatkan tanah ulayat oleh
mewajibkan :
tanah ulayat itu. Kewajiban itu sesuai dengan kepada objek apa hak ulayat tersebut
Dari pepatah di atas tersirat beberapa konsep, antara lain; (a) hak ulayat
I
penambangan ;(b) Setiap orang yang mengambil manfaat dari objek ulayat tersebut
wajib rnembayar bungdsewa atau pajak; (c) Istilah karang menyata hasil laut, kayu
hasil hutan, karang hasil laut, pasir hasil danau, padi hasil sawah dan emas hasil
tarnbang.
Tanah ulayat tidak boleh dijual, artinya apa yang menjadi sumber kehidupan
tidak boleh dilepaskan kepada pihak lain ataupun kepada negara menjadi tanah
"negara" yang kemudian oleh negara dikonversi menjadi HGB maupun HGU.
Hukum adat menetapkan, bahwa tanah ulayat "dijua indak dimakan bali, drgadai
indak dimakan sando". Artinya dijual tidak bisa dibeli, digadai tidak bisa
*.
dipinjamkan dengan barang berharga lain. Anak nagari atau anggota kaum yang
memanfaatkan tanah ulayat itu hanya berfungsi sebagai peminjam, seperti ditegaskan
pula oleh hukum adat yang menyatakan " ganggam bauntuok, pagang bumanslang,
hiduik b a p d o k , artinya yang ada hanya hak menikmati, tidak ada hak memiliki.
terjadi konflik dalam pengelolaan dan pemanfatannya. Pada awal abad ke-19
Doktrin " lzak rrparlan " adalah suatu doktrin tentang hak berdasarkan pemilikan
lahan. Pemilik lahan yang berdekatan dengan sungai mempunyai wewenang untuk
menerima aliran alamiah sungai tersebut tanpa adanya perubahan jumlah maupun
mutu. Dengan kata lain, pernilik lahan dibahagian hulu tidak diperbolehkan secara
material mengurangi atau menambah aliran alamiah suatu sungai sehingga merugkan
lahan dibagian hilirnya. Doktrin ini mengandung kelemahan untuk diterapkan pada
I
pemilik lahan guna irigasi atau kepentingan lainnya. Kemudian doktrin ini
atau menggunakun air sungai dalam jumlah yang layak untuk tujuan-tyuan yang
bermanfaat ". Bila jumlah airnya banyak maka pemilik lahan riparian dapat
yang sedikit hams dibagi sesuai dengan perbandingan yang proporsional. Selanjutnya
muncul doktrin baru yang dikenal " hak pemilikan istrmewa " yang dibawa ke
37
Amerika oleh orang-orang Spanyol yang diwarisinya dari hukum sipil Romawi.
emas pada tahun 1849. Suatu ha1 yang menonjol dari doktnn ini adalah azas " bahwa
srapa yang lebih awal, haknya didahulukan". Kemudian muncul sistem baru
sebagai kombionasi dari sistem riparian dan hak pemilikan istimewa yang dikenal
sebagai "sistem izin". Sistem izin memberikan hak untuk menggunakan air dalam
jumlah tertentu pada tempat dan waktu yang terbatas, yang selanjutnya dapat
diperbaharui. Ciri hak riparian dari sistem ini terlihat pada tidak adanya prioritas,
dan ciri hak pemilikan istimewa terletak pada penggunaan dapat diizinkan bagi lahan
pada umumnya bertumpu pada sumberdaya alam dan produktivitas sistem alami
(lingkungan). Tujuan yang ingm dicap clan pembangunan ekonomi tersebut adalah untuk
konsekuemi dari pembangunan itu akan terjad~pertumbuhan ekonomi. Pada sisi lain
pertumbuhan ekonomi tersebut sering Q h t i oleh tekanan yang malun berat pada sistem
alarni (sumberdaya dam) dan dampak negatif pada kualitas lingkungan (degradas!).Oleh
sebab itu untuk meghmdari darnpak yang tidak dlingtnkan itu, maka p e m b a n v
38
kegiatan pembangunan ekonomi masih belum diinkan perhatian yang cukup untuk
memelihara sistem alami dan kualitas lingkungan. Hal ini disebabkan oleh suatu
dibayar dan adanya pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dengan kata lain terjadmya
degmdasi lin- adalah merqakan biaya yang harus dibayar dari adanya
munculnya tambahan biaya memanfaatkannya Hal ini!ah yang disebut oleh Field (1994)
sebagai konsep opportunity cost, yaitu biaya yang hams diperhitungkan &bat hilangnya
dIgunakan pada tujuan yang lain. Untuk menentukan nilai rnoneter (uang) dari
timbulnya tambahan biaya untuk mernanfkitkannya, perlu dilakukan pendekatan yang hati-
hati.
39
kebijakan lingkun%an e f e h f atau tidak dan menjadi dasar yang penting untuk
Menurut Munasinghe (1992), secara knsephd nilai ekonomi total (total ewnomic
value) dan suatu sumberdaya terdiri atas; (1) nilai guna (use value), clan (2) nilai bukan
guna (non-use value). Nilai guna termasuk didalamnya nilai guna langsung (direct use
value), nilai guna tak-langsung (indirect use r~alue),dan nilai p i l h (option vuluej nilai
guna potensial Mtential use value). Secara maternatis nilai ekonomi total dapat ditulis
dihtkan dengan tingkat tangibilitas penilaian indvidu dapat dilukiskan pada Garnbar 3.
+
Nilai Ekonomi Total
I I I
asil Yang
ungsional
ikonsumsi
angsung
* Keaneka-
Biomassa ragatnan
Hayati
* Habitat
Terkon-
rotection servasi
Peningkatan Tangibilitas d a i
Nilai guna langsung ditentukan oleh kontribusi suatu asset lingkungan mernbuat
produksi dan konsumsi sekarang. Nilai guna tidak langsung adalah keuntungan yang
diperoleh secara mendmar dan h g s i jasa yang dixdakan lingkungan untuk mendukung
produksi dan konsumsi sekarang (misalnya h g s i ekologi dalam penyaringan secara
alami air yang tercemar). Selanjutnya nilai pilihan secara mendasar adalah k e l e b h yang
rnana konsumen m a untuk membayar atas suatu asset yang tidak digumkan, untuk
menghdan resiko dan ketidaktersediaannya pada masa yang aka. datang. Akhirnya nilai
eksistensi adalah nilai yang dibedm oleh individu terfiadap keberadaan barang
lingkungan tertentu yang didasadcan pada etka dan norma tertentu.
Selanjutnya Opschoor (1989, di dalarn Yalan, 1997) menam- satu
kelompokkategori nilai lain yaitu nilai masa depan (Bequest kizlue). Nilai masa depan
&benkan oleh seorang individu terfiadap suatu sumberdaya, laem sumberdaya tersebut
dapat digunakan untuk generasi yang akan datang misalnya spesies, dam dan sebagainya.
Teknik Penilaian
Konsep dasar dan hakekat penilaian ekonomi dm semua teknik yang ada
bertumpu pada k e d a a n untuk membayar atau wlllmngnes.~to puy (wrP) dari individu
untuk suatu jasa lmgkwgm atau sumberdaya alami. K d a a n untuk membayar itu sendiri
.didasarkan pada daerah yang berada dibawah kurva perrnintaan seperti diilustrash pada
Gambar 4 berikut ini:
Nilai ID
waktu yang dikeluarkan untuk perjalanan). Total WTP atau nilai dari jasa yang disediakan
oleh sumberdaya ligkungan diukur oleh daerah OABF yang terdiri atas dua kompnen
utama, yaitu daerah OEBF atau (pXo), yang menggambadcan biaya total, dan (2) daerah
EBA yang disebut sebagai surplus konsurnen atau keuntungan bersih. Titik A
perrnintaan akan memngkat, di mana kurva D (So) akan berpindah ke D (S,). Tingkat
permirrtaan yang baru adalah X1 (diasurnsikan harganya tetap p), maka total WTP sama
b g a n daerah ODCG dan keuntungan bersih yang barn adalah sebesar daerah EDC.
Dengan dernikian maka perbaikan kualitas lingkungan akan menghasilkan suatu tqmbahan
yang berkembang. Dalarn pemilihan teknik yang akan dlgunakan harus dlsesuaikan dengan
Menurut Hufschrnidt, et.al. (1983), secara garis bewnya penilaian manfaat dari
perubahn kualitas linghngan dapat d i m atas tiga kategori, yaitu (1) t e h k yang
langsung didasarkan pada nilai pasar atau produkhvitas, (2) teknik yang menggunakan Illlai
pasar dari suatu sumberdaya tersedia atau tidak. Jika tersedq rnaka sebahya dgunakan
nilai pasar, tetapi jlka tidak tersedia maka dapat &gun- nilai pasar barang substitusi.
Bib penggunaan nilai pasar barang subsbtmi belum bisa dilakukan, maka baru d~gunakan
teknik survey.
ekonomi dampak kualitas lingkungan pada sistem alami atau sistem buatan rnanusia.
dan rnanusia) dan &lam produk yang berasal dan padanya dan yang masuk dalarn
hnsaksi pasar. Sedangkan yang termasuk dalam kategori pasar pengganti adalah
barandjasa yang dipasarkan sebagai pengganti jasa lingkungan, nilai milik, biaya
kesediaan konsumen untuk membayar (WTP) untuk menentukan nilai suatu sistem alami
atau jasa lmgkungan. Pendekatan ini mencari ukuran pilihan konsumen dalam situsi
hlpotesis clan bukan berdasarkan penlaku konsumen dalam situasi ril. Yang tennasuk
dalam pendekatan ini adalah pendekatan permainan penawaran, pendekatan permainan alih
tukar, pendekatan pilihan tanpa biaya, teknik penilaian prioritas dan teknik penilaian Delpi.
peni1aia.n SDALberdasarkan perrilaku yang aktual dan yang potensid seperti dmgkas
pada Tabel 1.
Tabel 1
Taksonomi Tekmk Penilaian Yang Relevan
@ladopsi dari Munasinghe, 1992)
Penjelusun:
Teknik efek produkri adalah suatu t e h k penilaian ekonomi terhadap jasa lingkungan
yang ddasarkan pada perubahan yang terjadi pada produksi, bak bersifat peningkatan
i
sebesar tmbahan produksi yang terjixb (dalam unit) akibat adanya upaya perbaikan
kualitas lingkmgan dikali dengan harga perunit atau sebew nilai kerugian yang dapat
dmaksudkan di sini adalah harga pengganti (replacement cost), bukan harp jual,
Teknik efek kesehatan adalah suatu tekmk penilaian jasa lugkmgan yang dhitkan
dengan kondisi kesehatan masyarakat. Berdasarkan metode ini nilai jasa lingkungan
dihitung sebesar biaya berobat (biaya dokter, beli obatabatan , dan lain-lain) yang
45
dikaitkan dengan jumlah biaya dikeluarkan untuk mernpertahan kualitas berada pada
Teknik biaya pencegahan adalah suatu teknik penilaian jasa lin- berdasarkan
waktu dan pengeluaran moneter yang dilakukan oleh para pengunjung suatu tempat
Teknik perbedaan upah adalah suatu t e h k penilaian jasa lingkungan yang dihtkan
dengan k o d s i lingkungan kerja Upah yang tinggi akan di- pada pekerja yang
bekerja pada daerah yang kualitas lingkungan tempt (kota) kerjanya kurang baik,
sebaga~perangsang agar orang mau bekerja di sana. Teknik ini pertama kali &gunakan
oleh Meyer dan Leone (1977) di dalam Hufkhmictt, at al.(1983) yang ddasarkan
pada suatu pandangan bahwa perbedaan dalam upah berbagai kota ditafsirkan sebagai
cerminan WTP (dalam bentuk upah lebih rendah) untuk hidup dan bekerja cfi kota
dengan kon&si lingkungan dan kenikmatan lain yang lebih tinggi, atau WTA (dalain
46
bentuk upah lebih tin=) untuk hidup dan bekerja di kota dengan kondisi lingkungan
Teknik nilai milik adalah sutu t e b k penilaian jasa lingkungan yang Qdawrkan pada
aliran manfaat milik pada waktu yang akan datang (Qasumsikan faktor-ffaktor yang
lain tetap) atau harga jualnya akan mengalami perubahan. Menurut Rosen (1970,
dalam Hufschrnidt et.al. 1983), harga kenihatan chdefinisikan sebagai harga tersirat
kamkteristrk suatu milik (misalnya luas, lokasi, kualitas, dan karakteristik unit
perurnahan) dan dipertanyakan pada para pelaku ekonomi dm harga berbagai milik
yang diamati dan jumlah tertentu karakterisbk yang berhubungan dengan hak tersebut.
Teknik barang p a r penggunti, adalah suatu teknik penilaian jasa lingkungan yang
Teknik p a r artijlsial, adalah suatu tekmk penilaian jasa lingkungan dengan jalan
menciptakan pasar tiruan untuk menentukan WTP untuk suatu barang atau jasa
lingkungan.
Teknik biaya pengganti adalah suatu teknik yang dapat chgunakan bila manfaat sosial
metode ini, nilai barang atau jasa lingkungan dhitung sebesar biaya yang harus
dkeluarkan untuk mengganti atau membuat barang atau jasa lingkungan dapat
Teknik proyek bayungan, adalah suatu teknik penilaian untuk mengukur nilai
l m g a n yang terkena darnpak dan proyek ash dengan jalan membuat sebuah
penduduk tentang nilai yang mereka berikan terhadap suatu komoditi yang tidak
merniliki pasar. Metode ini bisa ditempkan untuk menilai kemhmgan dari penyedman
barang lingkungan pada lingkup masalah yang luas. Metode ini didasarkan pa&
dalam bentuk nilai moneter (uang). Selanjutnya diasumsikan bahwa orang akan
bertindak pada masa yang akan datang sesuai dengan apa yang ia kaGrkan ketika
Danau adalah merupakan barang urnum @ublic goods), sehingga eksistensi dan
kondisinya sangat dltentukan oleh sikap dan perilaku masyarakat yang ada disekitarnya
maka kondisi lingkungannya akan mengalami degdasi dari waktu ke waktu Kondisi
semacam ini timbul karena status barang umum akan mernicu munculnya perilaku 'tfFee
rider", yaitu apabila & q y a n masyamkat melakukan upaya untuk mengatasinya, rnaka
terlibat, (2) pendekatan perintah dan pengenda1ia.n; dan (3) pendekatan m e h s m e pasar.
Tidak ada satu pendekatan yang dapat digunakan untuk segala macam situasi, karena
masing-masing pendekatan tersebut cocok untuk suatu masalah dan tidak untuk yang lain
(Tietenberg 1992). ,i
Pendekatan Negosiasi
Pendekatan negosiasi ini cocok dqpdcan bila pihak-phak yang terlibat relatif
meorang memutar kaset yang menghasilkan suara musk stereo dengan kerns sehmgga
meqgangu ktmgganya benrpa polusi suara. Bagaunana hubungan antara harga suara per
Secar;l teoritis kelihatannya sangat mudah, tetapi dalam kenyataamya sulit untuk
texydlah konflik kepen- Untuk mengatasi masalah ini salah satu jalan yang dapat
Pengatwan hak akan menentukan siapa yang memegang hak (pemilik stereo atau
dinyatakan bahwa kegagalan pasar dalam pengaiokasian sumberdaya tidak akan terjadi
kalau semua hak-hak telah Qdefiniskan dengan jelas. Selanjutnya dhtakan bahwa di
dunia di mana informasi lengkap, biaya transaksi atau negosiasi rendah, serta pelaksanaan
kontrak yang ketat, distorsi ahbat elsternalitas bisa d~pecahkandengan pendefinigian yang
jelas tentang hak-hak tersebut. Beliau juga memudaskan bahwa alokasi sumberdaya yang
efisien bisa juga dicapai terlepas dari alokasi hak-hak diantara pihak-pihak yang
suatu alokasi yang efisien bisa tercapai. Efek dari keputusan pengadlan adalah untuk
tindahn pihak terkntu, berhak menerima kompensasi kerusakan sebesar kerugian yang
dideritanya. Dengan demikian pada kasus dr atas, tetangp mengalami ganggum sebesar
area dibawah garis EB. Jlka pemillk stereo me- volume sampai pada tingkat q,
rnaka pemilik stem harm membayar sebesar daerah EBq. Bila pemilik stereo tahu akan
membayar s e b daerah tersebut, maka dia akan menurunkan volume stereonya pada
Dalam pendekatan ini pemerintah mengeluarkan perintah atau aturan yang harus
cblaksanakan untuk menghmdari kemunglanan tejadinya kemakan lingkungan atau
aspek ini telah dipertimbangkan secara matang, maka standar yang ditetapkan akan
mencap tingkat efisiensi yang tinw.
Pendekatan ini mernilki k e l e m a h m - k e l e Qsamping biayanya fmgg~juga
dapat mematikan kegiatan pertumbuhan ekonomi atau dapat pula merangsang pelaku
ekonomi untuk melanggarnya. Bagamam beroperasinya p e n d e w ini dapat dillhat pada
Gambar 6 .
mencemari apabila keuntungan sosial marginal =0 pada titik PI, yaitu di mana
biaya sosial rnargrnal (BSM) relatif tmgg~yaitu pada C1, pada hal sebenarnya p e q p q a n
pencematan 0pbn-d ter1eta.k pada tit& P* dengan biaya C* yang optimal atau
keseimbangannya berada pada E. Bila ha1 ini dipandang sebagai standar yang keterlaluan,
maka orang justru tidak menghmukan sama sekali aturan tersebut. Tetapi kalau
Oleh sebab itu war kalau Knees & Schultze (1970, Q dalarn Reksohadqmjo,
1992) mengkntik bahwa pendekatan ini memillla beberapa kelemahan, yaitu (1) tidak
efehE, (2) tidak memberikan insentif pada orang untuk berusaha mengmmgi polusi, dan
Pada dekade teraktur ini pendekatan im mendapat perix&an yang serius baik oleh
ini lebih mu& biayanya, bila di- dengan pendekatan lainnya, tetapi leblh
efektif Pendekatan ini menggunakan instrumen ekonomi untuk mencapai efisiensi dalam
alokasi SDAL. Ada beberapa instsumen ekonomi yang dapat Qgumkaq yaitu (1) Pajak,
(2) subsid, (3) denda, (4) pembatasan penggunaan input, (5) pembatasan terhadap output,
I
dan (6) Izin emisi yang bisa Qperjual bellkan
Pajak dan denda. Pembebanan pajak atau denda pada setiap pencemar adalah
merupakm suatu upaya untuk mengatasi agar sipewemar tidak melakukan kegiatan yang
mew& lingkungan. Pendekatan ini pertama kali diperkenalkan oleh Pigou (1932),
kerusakan. Titik X' adalah polusi yang optimal, sedangkan t' adalah permapn pajak
Bila suatu industri mencemari lingkmgan pada level X, rnaka harus membayar
Ot'EX, yang terdiri atas biaya kerusakan lingkungan sebesar O W , biaya penanggulangan
pencemaran sebesar EXX', dan pajak sebesar Ot'E. Bila biaya pengurangan polusi berada
pada titik tl lebih baik mencemari lingkungan karena manfaat marjinal kurang dan biaya
marjinal yang tercemar (bergemk dari XI ke X'), sedangkan kalau bemda pada titik tz biaya
batas penanggdangan pencemaran lebrh besar dm pada biaya batas kerusakan yang
X2ke X')
55
Dengan adanya pajak ini maka biaya produksi akan meningkat (intemalisasi), dan
menjacb lebih bersih. Kemungkmm lain yang akan tqadi adalah barang lain akan
pelaku ekonomi untuk merobah metode dalam menangaru polusi untuk memendu standar
lingkungan. Dengan kata lain subsidi merupakan uang suap agar tidak mencemari
pada Gambar 8.
-
I Pembuangan Limbah
chbuang. Dan bila hbahnya meleblhi OX atau berada cfisebelah kanan X, misalnya
sebesar OW, maka perusahaan akan terangsang untuk mengurangi limbah buangan
menjadi OX Biaya yang &kelwkan adalah OSDX dan karenanya diperoleh subsicfi
Enfluent Charge
Limbah
tidak akan membuang limbahnya sebesar OX, sehngga perusahaan berhemat sebesar IDS
(karena tidak mernbayar). Di kanan tit& D perusahaan lebih baik membayar entluent
charge dan mencernari lingkungan dm pada menanggung biaya untuk tidak mencemari
bila limbah buangan melebihi OX pemahm lebh baik membayar 01. Bila limbah
buangan sebesar OW, perusahaan lebih baik mengumgi OX dan membuang XW tetapi
harus membayar 01. Dengan dernikian maka biaya yang drtanggung oleh perusahaan
57
adalah biaya mengurangi h b a h sebesar OSDX dan pembayaran enfluent charge sebesar
XDRW.
Naiknya biaya produksi tentu akan m e harga jual. Dengan dernikian dapat
dikatakan bahwa perbadm kualitas lmgkwqp dibayar oleh konsurnen produk melalui
Ijin Emisii Pendekatan ini merupakan suatu kebijakan yang memunglankan ijin
emisi atau bahan pencemar masuk ke dalam lingkungan yang bisa cfiperjual behkan
status kepernilikan sumberdaya yang bernilai (yang bisa dimanfkatkan) atau milik urnurn.
Untuk melepaskan setiap unit ernisi atau bahan ke lingkungan harus ijinnya
diperoleh atau diili. Setiap perusahaan harus mengambil keputusan, apakah akan
mengurangi polusi dan memmggung biaya untuk melakukannya, atau mendapatkan ijin
emisi dengan suatu harga terkntu. Biaya pemqpm polusi akan merung& sejalan
dengan sejalan dengan meningkatnya tataran polusi. Perusahaan hanya akan melakukan
penan%an polusi sampai pada tititik di rnana biaya p e m q y m polusi sama dengan harga
ijin emisi. Dan bila biaya penanganan limbah lebih besar dm pada ijin emisi, maka lebih
Dalarn setiap ijin emisi pemerintah harus menentukan berapa banyak emisi yang
dlperbolehkan untuk mencapai suatu tingkat polusi yang optrmal. Untuk jelasnya
bagaunana ijin emisi itu dapat dipindahtangankan atau diper~ualbelrkan, cerrnati Gambar
10.
Misalnya pada suatu daerah perusahaan A memiliki ijin 10, sedangkan ijin
seluruhnya adalah 25. Tentu perusahaan yang lain, katakanlah perusahaan B hanya
memilikr 15 ijin. Perusahaan A harus mengontrol 15 unit emisi dan perusahaan B hams
mengontrol 10 unit ernisi. Kedua perusahaan ini memiliki insentif untuk melakukan
transaksi per&gangan izin emisi. Pada gambar di atas terlihat bahwa bhya marjinal
perusahaan A (sebesar I) lebih tin= dari biaya marjlnal perusahaan B (sebesar S).
Perusahaan A bisa menurunkan biayanya jika dia biasa membeli ijin emisi dari perusahaan
B. Perusahaan B akan lebh menguntungkan jlka ia bisa menjual ijin emisinya diatas S.
59
Transaksi perdagangan akan berlangsung sampa pada titik di mana biaya mqlnal kedua
perusahaan tersebut sama. Akhunya pada trngkat biaya marjinal sebesar D tenqai
keseimbangan, & rnana perusahaan A mermliki 16 ijin (10 + 6) clan perusahaan B mermllki
memanfaatkan fleksibilitas ini untuk me- tujuan mereka pada biaya serendah
mungkin Secara teoritis sitem ini kelihatannya memang mudah tetapi dalam penerapannya
sangat rumit dan kadang-kadang duzilai tidak efisien, karena untuk memperoleh legitimasi
atas distribusi ijin ernisi ini tentu melalui proses yang sangat kompleks.
dari komponen kognisi, yang dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti pengalaman,
mengamati sesuatu objek psikologk yang berupa peristiwa, ide atau situasi tertentu
dengan kacamata yang diwarnai oleh nilai kepribadiannya. Pada tahap selanjutnya
tindakan terhadap objek. Atas dasar tindakan ini, maka situasi semula kurangltidak
seimbang menjadi seimbang. Keseimbangan ini mengandung arti bahwa antara objek
yang dilihat sesuai dengan penghayatannya di mana unsur nilai dan norma dirinya
dapat menerima secara rasional dan emosional. Keseimbangan akan kembali jika
persepsi dapat diubah melalui komponen kognisi. Timbulnya keseimbangan baru ini
60
dengan baik.
objek kemudian akan membentuk struktur kognisi di dalam dirinya. Data yang
diperoleh terhadap suatu objek tertentu akan masuk ke dalam kognisi mengikuti
prinsip organisasi kognitif yang sama dan proses ini tidak hanya berkaitan dengan
dua faktor, yaitu faktor structural dan faktor fungsiorkal. structural berasal dari
linglkungan yang berbentuk rangsangan fisik dengan dampak terhadap sistem syaraf
kebutuhan, suasana hati, pengalaman masa lalu dan daya ingatnya. Seorang individu
akan menangkap berbagai gejala atau rangsangan diluar dirinya melalui inddra yang
rangsangan tersebut. Hasil interpretasi ini akan merupakan bagaimana pengertian atau
sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti disebut persepsi (Irwanto, 1989).
sebagai sesuatu yang menyolok terutama yang ditentukan oleh persepsi seseorang
memusatkan perhatian pada aspek-aspek situasi yang menyolok dan pada umumnya
semakin besar nilai sosial objek tersebut. Demikian juga bila semakin berarti suatu
objek bagi seseorang maka semakin besar kemungkinan objek tersebut masuk ke
dalam organisasi perseptualnya dan sekaligus juga semakin besar dampaknya kepada
corak tingkah laku orang tersebut. Setiap objek yang dipersepsi akan tampak sebagai
suatu totalitas yang terorganisir dan memiliki arti, terutama bagi orang yang
pengurangan elemen dari objek yang dipersepsinya. Hal ini akan mengakibatkan
corak persepsi antara individu yang satu dengan lainnya menjadi tidak sama, karena
dalam kenyataannya objek tersebut pada dasarnya sama. Selanjutnya dapat dipahami
bahwa tidak semua objek yang berada dalam lingkungan masuk ke dalam brsepsi
seseorang secara bersamaan dalam rnasa tertentu. Pada saat tertentu akan ada objek
yang menjadi pusat perhatian yang masuk ke dalam persepsi, sementara itu objek lain
rnenjadi pranata yang melatarbelakang objek tersebut. Hal ini sangat tergantung pada
Menurut Krech (1975) penentuan atau penilaian adalah bersifat selektif dan
didasarkan pada faktor fungsional. Proses tersebut tidak hanya berhtan dengan
penilaian objek yang menjadi pusat perhatian individu, tetapi juga berhubungan
dengan makna objek tersebut bagi individu yang bersangkutan. Keseluruhan proses
62
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kebutuhan, kesiagaan mental,
suasana hati, situasi dan kondisi serta aspek-aspek sosial budaya lainnya.
Pada saat seseorang memandang suatu objek, maka orang tersebut akan
mempersepsinya sebagai totalitas yang masuk sebagai bagan dari dirinya. Persepsi
ini akan diberinya corak sesuai dengan ha1 yang telah ia tangkap atau ketahui
mengenai totalitas objek tersebut. Hasil dari keseluruhan proses ini akan masuk ke
masukan yang pernah ditangkap dan masih melekat pada kognisi. Kerangka kognisi
ini disebut juga sebagai kerangka referensi. Disamping dipengaruhi oleh pemahaman
masa lalu.
Persepsi bukanlah sesuatu ha1 yang memiliki sifat statis, tetapi terbuka
terhadap berbagai informasi yang muncul dari lingkungan. Sehingga menurut Krech
sikap dan sebagainya. Dengan demikian dapat diambil suatu pemahaman bahwa
persepsi masyarakat yang ada disekitar Danau Singkarak akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan lokasi tempat