Professional Documents
Culture Documents
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Rujukan
Disusun Oleh :
Enok Cahyati
Iis Nafisah Azhari
Iis Sugiyarti
Yanti Suharyanti
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses kehamilan dan persalinan ibaratnya seperti akan melakukan
suatu perjalanan. Banyak hal yang harus dipersiapkan, terutama oleh calon
ibu. Seorang calon ibu tentunya akan mengharapkan suatu keadaan optimal
supaya dirinya dan bayi yang di kandungannya dapat melalui proses
persalinan dengan aman dan selamat.
Menurut WHO, tujuan pelayanan kebidanan adalah menjamin, agar
setiap wanita hamil dan wanita yang menyusui bayinya dapat memelihara
kesehatannya sesempurna-sempurnanya agar wanita hamil melahirkan bayi
sehat tanpa gangguan apapun dan kemudian dapat merawat bayinya dengan
baik. Oleh karena itu, para tenaga medis dituntut untuk mampu mengenali
dengan cepat serta menangani keadaan-keadaan yang dinilai dapat
membahayakan ibu maupun janin.
Penyebab kematian yang paling cepat pada neonatus adalah asfiksia.
Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang
penting. Akibat jangka panjang, asfiksia perinatal dapat diperbaiki secara
bermakna jika gangguan ini diketahui sebelum kelahiran (mis; pada keadaan
gawat janin) sehingga dapat diusahakan memperbaiki sirkulasi/ oksigenasi
janin intrauterine atau segera melahirkan janin untuk mempersingkat masa
hipoksemia janin yang terjadi.
Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal di
Indonesia masih sangat tinggi. Menusut survei demografi dan kesehatan
indonesia (SDKI) tahun 2011 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi,
yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita di
Indonesia tahun 2007 sebesar 44/10.000 Kelahiran Hidup. Jika dibandingkan
dengan negara-negara lain, maka angka kematian ibu di Indonesia adalah 15
kali angka kematian ibu di Malaysia, 10 kali lebih tinggi dari pada thailan atau
5 kali lebih tinggi dari pada Filipina.
Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi,
kemampuan kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal terutama kemampuan
dalam mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan. Semua penyulit
kehamilan atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari apabila kehamilan dan
persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat
memberikan asuhan kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar
diperlukan tenaga kesehatan yang terampil dan profesional dalam
menanganan kondisi kegawatdaruratan.
Demi peningkatan layanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, program
EMAS bermitra dengan instansi pemerintah (nasional, provinsi dan
kabupaten), organisasi kemasyarakatan, fasilitas kesehatan milik negara dan
swasta, organisasi kesehatan profesional serta sektor swasta. Expanding
Maternal and Neonatal Survival (EMAS) adalah program Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia yang didanai oleh United States Agency for
International Development (USAID), yang diluncurkan pada tahun 2011.
Program 5 tahun (2011-2016) ini bekerja untuk mengurangi kematian ibu dan
bayi baru lahir di enam provinsi di Indonesia, yang berkontribusi terhadap 50
persen kematian ibu dan bayi baru lahir. Yaitu, Sumatra Utara, Banten, Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Oleh karena itu diperlukan standarisasi
tindakan penanganan kondisi klinis yang dapat mengarah kepada
kegawatdaruratan maupun yang sudah terjadi kegawatdaruratan. Pemerintah
dalam program EMAS menetapkan 6 keterampilan klinik yang harus dikuasai
oleh petugas baik di puskesmas maupun di rumah sakit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menetapkan rumusan
masalah Bagaimana daftar tilik keterampilan klinik maternal neonatal
menurut program EMAS?
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mengetahui daftar tilik keterampilan klinik maternal dan neonatal.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui daftar tilik maternal yang terdiri dari manajemen aktif
kala III, penanganan preeklampsia berat/eklampsi, dan
penatalaksanaan perdarahan postpartum/syok.
2. Mengetahui daftar tilik neonatal yang terdiri dari inisiasi menyusu
dini, perawatan metode kangguru, dan resusitasi neonatus dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keterampilan Klinik Maternal
Keterampilan klinik maternal yang dianggap dapat menekan angka
kematian ibu dalam program EMAS ini ada 3, yaitu manajemen aktif kala III,
penanganan preeklampsia berat/eklampsi, dan penatalaksanaan perdarahan
postpartum/syok.
1. Daftar Tilik Keterampilan Manajemen Aktif Kala III
Pada daftar tilik ini petugas dituntut umtuk memiliki 3 buah standar
kerja yaitu petugas harus dapat menolong persalinan bayi dengan benar,
dapat melakukan manajemen aktif kala III, dan dapat memperlihatkan
pencegahan infeksi dengan benar. Pada umumnya langkah-langkah yang
ada pada daftar tilik ini sama dengan langkah-langkah APN, hanya saja
pada daftar tilik ini manajemen aktif kala III dijelaskan lebih spesifik.
Pada daftar tilik ini dijelaskan bagaimana melakukan penegangan tali
pusat terkendali yaitu lamanya penegangan sekitar 2-3 menit baru
kemudian menunggu kontraksi kembali untuk mengulangi penegangan
tali pusat sampai plasenta lahir. Daftar tilik ini bersumber dari standar
kineja pelayanan kesehatan ibu dan anak PONED (MCHIP:2011)
2. Daftar Tilik Keterampilan Penanganan Preeklampsi Berat/Eklampsia
Pada daftar tilik ini petugas dituntut untuk memiliki 3 buah standar
kerja, yaitu harus dapat menyebutkan tanda-tanda preeklampsia berat dan
eklampsia, melakukan penangan segera pada ibu hamil yang mengalami
kejang, dan memberikan anti kejang yang sesuai pada ibu hamil dengan
preeklampsia berat atau eklampsia.
Tanda dan gejala preeklampsia berat menurut program ini adalah
tekanan darah diastolik 110mmHg, usia kehamilan >20 minggu, dan
kadar protein urine +2 atau lebih, sedangkan tanda dan gejala eklampsia
adalah kejang, tekanan darah diastolik 90mmHg, usia kehamilan >20
minggu, dan kadar protein urine +2 atau lebih.
Penangan segera yang dilakukan pada ibu hamil yang kejang adalah
teriak minta tolong dan tidak meninggalkan ibu sendirian serta
meminimalisir cedera yang dapat mengenai ibu. Memastikan jalan nafas
terbuka dan mencegah aspiraasi dengan memiringkan ibu pada sisi kiri.
Berikan oksigen melalui sungkup atau kanula sebanyak 4-6liter/menit,
lalu pasang infus dengan larutan RL atau NaCl.
Pemberian antikejang pada ibu dengan preeklampsia berat diberikan 2
cara alternatif, namun sebelumnya ada syarat yang harus dipenuhi yaitu
sama dengan syarat pemberian MgSO4, lalu sebelumnya juga ibu harus
diberitahu bahwa ibu akan merasakan panas saat MgSO 4 ini disuntikkan.
Pemberian alternatif pertama dengan loading dose 4gr MgSO 4 sebagai
larutan 40% diberikan secara IV selama 5 menit, dilanjutkan dengan
maintenence dose 6gr MgSO4 40% (15ml) dalam larutan RL selama 6
jam. Alternatif ini diambil dari paket pelatihan PONED, p5-9, 5-10.
Atau alternatif kedua dengan loading dose sama 4gr 40% secara IV
selma 5 menit, lalu segera dilanjutkan dengan pemberian IM dalam pada
bokong kanan kiri masing-masing 5gr MgSO 4 40% ditambah dengan
lidokain 2% 1ml pada spuit yang sama, setelah itu baru diberikan
maintenence dose dengan dosis 5gr MgSO4 40% secara IM dalam selang
seling bokong kanan kiri setiap 4 jam sampai 24jam setelah persalinan.
Alternatif ini diambil dari paket panduan praktis pelayanan kesehatan
maternal neonatal (Jakarta, 2002)
Apabila kejang berulang stelah 15 menit berikan 2gr MgSO 4 40%
secara IV selama 5 menit. Jika terjadi reaksi keracunan MgSO 4, berikan
Ca Glukonas 1gr (10ml) dalam larutan 10% IV.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa keterampilan tenaga
medis khususnya bidan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pertolongan
kegawatdaruratan maternal neonatal. Dengan memiliki kompetensi yang telah
ditetapkan diharapkan angka kematian ibu dan bayi dapat ditekan semaksimal
mungkin.
B. Saran
Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan disarankan agarsenantiasa
memperbaharuhi pengetahuan dan mengasah keterampilannya agar selalu
dapat memberikan pelayanan terbaik bagi pasiennya sehingga tujuan dari
pelayanan akan lebih mudah tercapai.